BAB II. KAJIAN PUSTAKA
C. Media Sosial
Media merupakan salah satu komponen dari komunikasi interpersonal
yang berupa saluran atau sarana untuk memfasilitasi pihak-pihak yang
berkomunikasi melakukan komunikasi secara tidak langsung (Effendi,1986).
Dalam perkembangan teknologi zaman sekarang, tercipta suatu cara
berkomunikasi melalui media modern yang sangat membantu manusia dalam
berinteraksi. Bentuk adanya penggunaaan media komunikasi modern adalah
melalui media sosial.
Media sosial merupakan media online yang terhubung dengan
jaringan internet yang membuat penggunanya dapat melakukan komunikasi,
berbagi dan bertukar informasi dalam dunia virtual. Selain itu,Yunus (2010)
mengatakan bahwa media sosial adalah instrumen sosial dalam
berkomunikasi. Pendapat lain mengatakan bahwa media sosial adalah media
online yang mendukung interaksi sosial menggunakan teknologi berbasis web
yang mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif. Berdasarkan
pengertian-pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa media sosial
adalah salah satu bentuk media online modern, yang berfungsi sebagai
instrumen sosial dalam berkomunikasi yang terhubung dengan jaringan
internet dan teknologi berbasis web, yang membuat penggunanya dapat
melakukan komunikasi, berbagi, serta bertukar informasi dengan orang lain.
Salah satu contoh media sosial yang sekarang ini banyak digunakan
adalah aplikasi pesan instan. Pesan instan adalah suatu bentuk komunikasi
internet (online) yang dilakukan dengan cara mengirimkan pesan-pesan
singkat yang dengan menggunakan teks kepada pengguna lainnya yang
sedang terhubung ke jaringan yang sama (Arie, dalam Puspita 2010). Pada
umumnya, percakapan melalui pesan instan ini berupa pesan teks, namun bisa
saja berupa pesan suara atau video. Popularitas pesan instan sebagai cara
berkomunikasi terus meningkat. Ada tiga hal yang terus mendorong
popularitas pesan instan, yaitu kemudahan penggunaan, biaya yang murah,
dan banyaknya fitur. Berdasarkan survey temuan OnDevice(2013)
penggunaan layanan bertukar pesan di Indonesia kini didominasi
aplikasi instant messaging, seperti WhatsApp, BlackBerry Messenger
(BBM), atau Line. Baru kemudian disusul SMS (Short message
service), voice call, lalu e-mail.
Media sosial saat ini menjadi salah satu icon adanya teknologi
komunikasi yang semakin modern. Hal ini didukung karena adanya beberapa
kelebihan yang dirasakan ketika seseorang melakukan komunikasi bermedia.
Pesan teks ditemukan menjadi salah satu bentuk media yang paling populer
karena aksesibilitas, dan alasan utama untuk menggunakan media sosial
dengan pasangan adalah untuk mengekspresikan kasih sayang (Coney,2011).
Dengan adanya media sosial ini, hubungan pacaran tidak lagi harus menuntut
pasangannya untuk terus bertemu secara langsung (face to face) jika ingin
berkomunikasi, melainkan dapat berkomunikasi melalui pesan instan, internet
ataupun telepon seluler (Nurul,2012).
Penelitian menyebutkan bahwa remaja menggunakan pesan
khususnya sebagai pengganti tatap muka berbicara dengan pasangannya.
Remaja juga menemukan pesan instan lebih menyenangkan untuk berbicara
dengan bebas kepada pasangan, sebagai media pendukung selain telepon
atau tatap muka interaksi. Menurut survei online terbaru oleh Teenage
Research Unlimited, hampir seperempat remaja dalam hubungan romantis
telah berkomunikasi dengan pacar setiap jam antara tengah malam dan 05:00
menggunakan ponsel atau SMS. Satu dari enam berkomunikasi sepuluh kali
atau lebih per jam sepanjang malam (Subrahmanyam & Patricia,2008).
Teknologi media sosial yang meningkat dapat melancarkan komunikasi, ini
memberikan keuntungan bagi orang-orang yang terobsesi dengan pasangan
dengan pasangan dari hari ke hari, bahkan dimana pun, kapan pun kamu
berada, seperti di kamar kecil atau saat di kamar tidur (Pascoe,2013).
Komunikasi melalui media sosial menawarkan kepada kita cara yang
sangat efektif untuk memantau komunikasi kita. Umpan balik yang tidak
bersifat segera membuat pasangan dapat menyimpan pesannya, membaca
kembali untuk melihat apakah pesan yang ditulis benar-benar
mengungkapkan tujuan yang dimaksud, dan mengeditnya sebelum mengirim
kepada penerima (Klein,2014). Kelebihan berkomunikasi melalui media
sosial membuat pihak yang berpacaran dapat mengekspresikan pesan yang
ingin disampaikannya secara lebih jujur, terbuka dan lebih spontan. Hal ini
dikarenakan tidak diperlukannya pembicaraan tatap muka dengan
pasangannya serta karena, sehingga tidak timbul rasa khawatir ataupun malu
dalam mengungkapkan pesan. Semua kelebihan yang dirasakan ketika
menggunakan media sebagai alat berkomunikasi membuat seseorang dapat
mengarahkan komunikasi yang sedang terjadi menuju suatu komunikasi yang
efektif berdasarkan teori Berne.
Penggunaan media sosial selain memiliki kelebihan namun juga
memiliki beberapa kelemahan. Oleh karena pihak-pihak yang berkomunikasi
tidak dapat berkomunikasi secara langsung atau tatap muka, maka dapat
timbul beberapa hal yang dapat menghambat terjadinya komunikasi.
Hambatan yang paling dasar adalah hambatan media, yaitu hambatan yang
terjadi dalam penggunaan media itu sendiri, misalnya gangguan pada sinyal
hambatan-hambatan komunikasi yang akan terjadi dalam komunikasi
bermedia adalah, hambatan semantik, perhatian, dan prasangka. Semantik
berhubungan dengan bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat
untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada komunikan melalui suatu
kalimat dan makna kata.
Hambatan semantik merupakan hambatan yang terjadi karena
kegagalan pemaknaan terhadap suatu pesan akibat bahasa yang digunakan
sehingga menyebabkan pesan komunikasi yang ingin disampaikan menjadi
rusak. Seseorang mengucapkan kata-kata tertentu kepada lawan bicaranya,
akan tetapi kata-kata tersebut dipahami dengan cara berbeda oleh lawan
bicara. Hal ini biasanya dipengaruhi karena adanya pemberian informasi yang
berlebihan atau terlalu sedikit, serta adanya distorsi persepsi sehingga
membuat terjadinya perbedaan makna yang ditangkap antara pengirim dan
penerima pesan. Misalnya ketika seorang pria mengatakan kepada
pasangannya “Aku tadi tidak senang melihat kamu berpakaian seperti itu”.
Pasangan menjadi tersinggung dan sakit hati, karena ia menyimpulkan bahwa
pasangan prianya membenci dirinya. Dalam komunikasi ini, kata “tidak senang” telah dipahami sebagai “benci”. Padahal “tidak senang” itu tidak sama dengan “benci”. Inilah yang menjadi salah satu contoh problem
semantik dalam komunikasi, yaitu bahwa kata-kata dan kalimat itu bisa
dimaknai dengan cara berbeda oleh pasangan. Untuk menghindari hambatan
semacam ini, seorang komunikator harus memilih kata-kata yang tepat dan
mempertimbangkan kemungkinan penafsiran yang berbeda terhadap
kata-kata yang digunakannya.
Hambatan yang kedua adalah hambatan kepentingan. Saat
berkomunikasi dengan media, seseorang tidak harus fokus terhadap orang
yang diajaknya berkomunikasi karena percakapan dapat dibarengi dengan
melakukan aktivitas lain. Hal inilah yang kemudian dapat menimbulkan
hambatan kepentingan. Kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam
menanggapi atau memperhatikan pesan. Terkadang seseorang hanya akan
memperhatikan stimulus yang ada hubungannya dengan kepentingannya atau
sesuatu yang membuatnya tertarik tanpa memperhatikan stimulus atau pesan
sebelumnya yang dikirimkan. Hal ini dapat membuat orang yang memberikan
stimulus merasa kurang dihargai saat berkomunikasi, serta dapat
menimbulkan kesalahpahaman dalam memberikan respon sehingga
komunikasi menjadi tidak lancar. Misalnya, pihak wanita sedang curhat di
saat pihak pria sedang berkumpul bersama teman-teman dekatnya. Oleh
karena sedang asik mengobrol, pasangan pria hanya menanggapi curhatan
pasangannya dengan singkat dan langsung memberikan solusi. Pasangan
wanita pun merasa bahwa pasangannya tidak menghargai sewaktu dia bicara
dan memarahi pasangannya.
Selanjutnya, hambatan prasangka. Prasangka merupakan hambatan
berat bagi suatu kegiatan komunikasi bermedia. Prasangka merupakan
pendapat (anggapan) yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum
Prasangka yang didasarkan kepada emosi adalah suatu pendapat atau
anggapan terhadap sesuatu yang tidak berdasarkan nalar atau rasio. Hambatan
prasangka biasanya sering muncul ketika pasangan sedang mengalami konflik
dalam hubungan dan penyelesaian masalah harus melalui komunikasi
bermedia. Oleh karena sifat komunikasi yang tidak face to face, membuat
seseorang tidak dapat melihat gestur dari lawan bicaranya sehingga
mempengaruhi terjadinya proses komunikasi. Hal ini dapat membuat adanya
sikap kecurigaan, ketidakpercayaan, serta adanya sikap untuk terus menilai
negatif perkataan pasangannya yang dapat membuat suatu komunikasi
menjadi tidak efektif. Hambatan ini dapat diatasi antara lain dengan
menciptakan suasana yang lebih terbuka dan penuh kekeluargaan
(Onong,2000).
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa
media sosial merupakan salah satu teknologi komunikasi modern saat ini.
Penggunaan media sosial sebagai bentuk komunikasi tidak langsung
memberikan beberapa kontribusi, baik berupa kelebihan maupun kelemahan
yang berkaitan dengan terjadinya suatu komunikasi yang efektif.