• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Peran Sarana Prasarana dalam Perkembangan Perekonomian

commit to user 5.3.2.2.Perkembangan Kegiatan Perdagangan

5.3.4. Analisis Peran Sarana Prasarana dalam Perkembangan Perekonomian

5.3.4.1.Perkembangan Kegiatan Industri

Kelengkapan sarana prasarana yang lngkap menunjukkan kedudukan lokasi sebagai pusat pertumbuhan kawasan, yang menjadi daya tarik lokasi dibandingkan lokasi yang lain (Francouis Perroux, dalam Yunus: 2008). Pertumbuhan sebagai kawasan pertumbuhan menunjukkan pada tingkat pembangunan ekonomi yang cukup tinggi, termasuk pada pemanfaatan hunian dengan fungsi heterogen, untuk pembangunan ekonomi. kondisi sarana prasarana di Kampung Batik Kauman, merupakan sarana prasarana skala minimum permukiman yang tidak menunjukkan daya tarik kawasan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kondisi sarana prasarana di Kampung Batik Kauman tidak berperan dalam alih fungsi bangunan untuk kegiatan industri.

Kelengkapan sarana prasarana yang sesuai adalah faktor menentukan lokasi untuk kegiatan ekonomi (Tarigan, 2005). Melihat kondisi sarana prasarana yang ada di Kampung Batik Kauman, tidak menunjukkan daya dukung terhadap perkembangan kegiatan industri. Meskipun demikian, pertumbuhan kegiatan industri di Kampung Batik Kauman merupakan kegiatan industri rumah tangga, sehingga dapat dikatakan kebutuhan terhadap sarana prasarana mampu terpenuhi dari penyediaan standart minimum permukiman. Sehingga dapat dikatakan bahwa sarana prasaran tidak berperan dalam pertumbuhan kegiatan industri, akan tetapi menjadi penghambat ketika kegiatan industri yang berkembang adalah industri batik yang menjadi potensi utama di lokasi ini. Hal ini karena, ketidaktersediaan sarana pengelolaan limbah dan sistem drainase yang buruk.

Sarana prasarana berperan secara mutlak dan komparatif terhadap perkembangan ekonomi, antara lain dengan peningkatan kegiatan produksi (Carolyn O'Fallon, 2003). Kondisi sarana prasarana di Kampung Batik Kauman kurang mendukung untuk kegiatan industri. Perkembangan produksi di Kampung Batik Kauman cukup tinggi sebesar 77,78%. Sehingga dapat dikatakan keterbatasan sarana prasaran tersebut, tidak berperan dalam peningkatan skala kegiatan. Hal ini dikarenakan, kegiatan industri yang banyak berkembang di

commit to user

Kampung Batik Kauman merupakan kegiatan industri rumah tangga dan industri kecil. sementara untuk industri yang potensial berkembang, seperti industri batik, meruapakan kegiatan industri yang terhambat dalam perkembangan produksi akibat kondisi sarana prasarana yang kurang mendukung.

Keterbatasan sarana prasarana di Kampung Batik Kauman, menunjukkan ketidaksesuaian dalam mendukung kegiatan industri. Hal ini menumbuhkan peluang investasi pembangunan sarana prasaran yang dianggap dibutuhkan di Kampung Batik Kauman. Akan tetapi aplikasi pembangunan banyak terhambat, sehingga kondisi sarana prasarana saat ini tidak lagi berperan dalam investasi sarana prasarana untuk kegiatan industri. Sehingga secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa kondisi sarana prasarana tidak berperan dalam perkembanga kegiatan industri di Kampung Batik Kauman. Hal ini ditunjukkan dengan persepsi masyarakat yang menyatakan bahwa sarana prasarana 40,28% tidak berperan dalam perkembangan kegiatan industri.

5.3.4.2. Perkembangan Kegiatan Perdagangan

Kondisi sarana prasarana yang terdapat di Kampung Batik Kauman merupakan sarana prasarana yang hanya mampu memenuhi standart pelayanan minimum untuk permukiman. Kondisi tersebut menjadikan lokasi ini, ditinjau dari kondisi sarana prasarananya kurang mendukung untuk perkembangan kegiatan ekonomi (Tarigan, 2005). Alih fungsi bangunan untuk kegiatan perdagangan banyak berkembang untuk meningkatkan nilai produktivitas lahan dan ekonomi keluarga, sehingga dapat dikatakan bahwa saran prasana tidak berperan dalam alih fungsi bangunan. Alih fungsi bangunan lebih disebabkan pada aktivitas dan kebutuhan ruang masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan 69,09% pelaku usaha menyatakan bahwa sarana prasarana tidak berperan dalam alih fungsi bangunan untuk kegiatan perdagangan.

Kondisi sarana prasarana menjadi daya tarik dalam pengembangan aktivitas ekonomi di suatu wilayah (Konsep gravitasi dalam Tarigan, 2005). Pertumbuhan unit usaha perdagangan di Kampung Batik Kauman hanya sekitar 9,09% yang menjadikan sarana prasaran sebagai salah pertimbangan pemilihan lokasi. Hal ini dapat dikatakan bahwa sarana prasarana yang ada di Kampung

commit to user

Batik Kauman bukan merupakan potensi daya tarik yang berperan dalam pertumbuhan unit usaha di Kampung Batik Kauman. Hal ini didukung dengan pendapat 52,73% pelaku usaha yang menyatakan bahwa sarana prasarana tidak berperan dalam pertumbuhan unit usaha perdagangan.

Perkembangan perekonomian sendiri, tergantung pada keefektivan dalam memanfaatan sarana prasarana yang ada serta kualitas sarana prasarana (Carolyn O'Fallon, 2003). Kondisi sarana prasarana yang kurang memberikan kemampuan daya dukung terhadap perkembangan perekonomian, salah satunya dalam bentuk peningkatan penjualan dan distribusi sebesar 80% dan 32,73%. Peningkatan penjualan dan distribusi dipengaruhi oleh kemampuan promosi dan manajemen yang baik. sehingga dapat dikatakan bahwa sarana prasarana tidak berperan dalam peningkatan skala kegiatan perdagangan di Kampung Batik Kauman, seperti yang dirasakan oleh 40% pelaku usaha perdagangan.

Peran sarana prasarana menurut pelaku usaha, paling besar menurut pelaku usaha adalah terhadap pertumbuhan investasi sarana prasarana sebesar 70,91%. Meskipun demikian implementasi pembangunan sarana prasarana pendukung juga masih terbatas, karena terbentur masalah ketersediaan lahan yang terbatas. Sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi sarana prasarana tidak berperan langsung terhadap upaya pembangunan sarana prasarana yang mendukung kegiatan perdagangan. Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa kondisi sarana prasarana di Kampung Batik Kauman tidak berperan dalam perkembangan perekonomian.

5.3.4.3.Perkembangan Kegiatan Pariwisata

Sarana prasarana yang berbeda dari suatu lokasi menjadi daya tarik masyarakat dari luar wilayah untuk dating (Konsep Gravitasi). Kondisi sarana prasarana di Kampung Batik Kauman, secara garis besar sama dengan lingkungan lain di Kota Surakarta. Akan tetapi, sarana prasarana yang mendukung kegiatan pariwisata relatif terbatas. Peningkatan skala kegiatan pariwisata yang ditandai dengan pertumbuhan jumlah pengunjung lebih dipengaruhi oleh pengembangan potensi wisata dan upaya promosi kawasan. Kondisi sarana prasarana dinyatakan tidak berperan dalam peningkatan skala kegiatan.

commit to user

Disisi lain, Masjid, langgar dan mushola di Kampung Batik Kauman bukan hanya sebagai tempat ibadah, melainkan juga menjadi atraksi wisata religi. Sarana peribadatan tersebut memiliki sejarah yang erat dengan Keraton Surakarta. Masjid dan langgar di Kampung Batik Kauman, memiliki hubungan dengan kediaman ulama atau khetib, yang berfungsi tidak hanya sebagai tempat ibadah tetapi juga sebagai ruang aktivitas.

Ketersediaan sarana prasarana yang juga mendukung dalam

pengembangan konsep wisata adalah pembangunan furniture kawasa. Furniture kawasan secara langsung berperan dalam pencitraan kawasan, dengan oramen- ornamen yang menunjukkan karakter kawasan. Selain itu, keberadaan furniture kawasan juga menjadi sarana promosi dalam pengembangan kawasan wisata. Ketersediaan sarana prasarana yang terbatas untuk mendukung pengambangan aktivitas pariwisata, menumbuhkan investasi terhadap pengembangan kawasan.

Alih fungsi bangunan untuk kegiatan pariwisata di Kampung Batik Kauman dipengaruhi oleh potensi fisik, social dan ekonomi kawasan. Kondisi sarana prasarana yang kurang mendukung untuk kegiatan pariwisata kurang memberikan peran yang berarti dalam perkembangan kegiatan pariwisata. Dilihat dari kondisi tersebut, kondisi sarana prasarana di Kampung Batik Kauman, lebih menunjukkan hubungan yang tidak berperan dalam perkembangan pariwisata.