• Tidak ada hasil yang ditemukan

commit to user 5.1.1.2.Orientasi Lokasi terhadap Pintu Masuk Kota

Orientasi lokasi Kampung Batik Kauman terhadap pintu masuk Kota Surakarta menunjukkan jarak terhadap sub kota. Jarak terhadap kawasan sub kota akan mempengaruhi tingkat penggunaan lahan untuk kegiatan perdagangan dan jasa, dimana semakin dekat maka pertumbuhan perdagangan dan jasa semakin banyak karena fungsinya untuk melayani kawasan sub kota (Chapin, dalam Irawan 2005).

Jarak sub wilayah kota ditandai dengan jarak lokasi terhadap pintu masuk kota yang menjadi simpul tarikan dari luar wilayah. Batas sub Kota Surakarta diukur berdasarkan empat pintu masuk Kota, yaitu Grogol (2,5km), Kleco (5,4), Joglo (4 km), dan Palur (3,9 km). Keempat lokasi tersebut menjadi batas terluar serta pintu masuk Kota Surakarta dari empat arah. Jarak tersebut mampu diatasi dengan adanya aksesibilitas yang baik menuju dan dari keempat arah pintu masuk kota, sehingga mampu memberikan kemudahan dalam pertumbuhan perdagangan dan industri terkait dengan pemasaran dan distribusi bahan baku.

Pertumbuhan kegiatan ekonomi di Kampung Batik Kauman, menempati 39,06% dari luas total Kampung Batik Kauman. Pusat kegiatan terbesar berada pada jalan utama, yaitu di lokasi yang berada di sepanjang Jalan Slamet Riyadi, Jalan Dr. Radjiman dan Jalan Yos Sudarso. Jalan tersebut, merupakan jalur aksesibilitas menuju dan dari kawasan sub kota. Hal ini menunjukkan bahwa kedudukan Kampung Batik Kauman yang dekat serta didukung dengan aksesibilitas yang baik terhadap sub kota, menjadikan Kampung Batik Kauman sebagai pusat pelayanan ekonomi skala regional.

5.1.1.3.Orientasi Lokasi terhadap Kawasan Segitiga Budaya

Orientasi lokasi yang baik untuk kegiatan ekonomi dan pertumbuhan pusat aktivitas yaitu pada lokasi yang ditandai dengan letak yang strategis dan kaitan dengan aktivitas yang beragam (Tarigan, 2005). Lokasi Kampung Batik Kauman berada pada lingkup kawasan strategis Kota Surakarta yaitu kawasan segitiga budaya yang merupakan kawasan yang menunjukkan nilai budaya Kota Surakarta. Kampung Batik Kauman merupakan salah satu elemen kawasan pendukung Keraton Kasunanan Surakarta, serta ditetapkan sebagai kawasan

commit to user

budaya berdasarkan Peraturan Zonasi Kawasan Heritage, Public Space dan Ruang Terbuka Kota Surakarta Tahun 2010. Kawasan segitiga budaya merupakan cikal bakal pertumbuhan Kota Surakarta yang oleh Bappeda Kota Surakarta dinyatakan sebagai kawasan strategis kota. Orientasi lokasi terhadap kawasan strategis segitiga budaya menjadi potensi dalam pengembangan aktivitas ekonomi dan budaya di Kampung Batik Kauman. Keberadaan kawasan segitiga budaya mampu memposisikan Kampung Batik Kauman pada lokasi yang strategis dan menjadi prioritas pembangunan kota. Pengarahan aktivitas yang beragam diarahkan untuk tetap mempertahankan potensi dan budaya lokal, yang menjadi nilai pendukung kawasan segitiga budaya.

5.1.1.4.Orientasi Lokasi terhadap Sarana Ekonomi Lingkup Kota

Keberadaan suatu lokasi dilihat berdasarkan jarak terhadap pusat aktivitas termasuk didalamnya adalah Pasar dan Sarana Perdagangan pada lingkup yang lebih luas, dimana konsentrasi kegiatan ekonomi dalam suatu kawasan yang berdekatan akan mempersempit threshold dan memperluas range pelayanan (Christaller). Lokasi Kampung Batik Kauman memiliki jarak yang relatif dekat dengan sarana perdagangangan lingkup kota Surakarta baik yang memiliki aktivitas kegiatan ekonomi yang sama maupun berbeda (Tabel 4.3). Kedekatan beberapa lokasi kegiatan ekonomi memberikan keuntungan bagi pertumbuhan aktivitas perdagangan, dikarenakan adanya kebersamaan dan memberikan kemudahan bagi konsumen untuk memenuhi kebutuhan yang beragam dari lokasi yang dekat.

Sebagai contoh adalah lokasi Kampung Batik Kauman memiliki yang berdekatan dengan sarana ekonomi lingkup kota dengan komoditi yang sama seperti Pasar Klewer, PGS, BTC. Keberadaan kawasan ekonomi skala kota, mampu ditangkap sebagai peluang untuk tempat pemasaran hasil produksi dan perdagangan Kampung Batik Kauman. Hal ini dapat diliat dengan adanya distribusi barang hasil produksi, maupun perdagangan yang bersumber di Kampung Batik Kauman dipasarkan di BTC, Pasar Klewer dan PGS. Tujuannya adalah untuk mengembangkan skala distribusi dan promosi di kawasan perdagangan yang sudah cukup terkenal.

commit to user

Selain itu, kawasan Kampung Batik Kauman sendiri memiliki komoditi dagang yang berbeda, serta memiliki jarak yang relatif dekat dengan kawasan perdagangan yang memiliki komoditi yang beragam. Meskipun memiliki komoditi yang berbeda, lokasi tersebut juga memberikan nilai positif dalam peningkatan pelayanan ekonomi, karena komoditi tersebut saling mendukung dan menciptakan kawasan perdagangan one stop shopping. Lokasi Kampung Batik Kauman sebagai pusat perdagangan dengan komoditi batik, buku, dan alat ibadah berkembang dekat dengan kawasan Coyudan dan Nonongan yang berkembang sebagai pusat aksesoris, pusat penjualan sepatu, dan emas. Hal ini menjadikan lokasi ini secara makro menjadi kawasan perdagangan yang lengkap yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang beragam.

Dari kondisi tersebut dapat diketahui bahwa peningkatan skala kegiatan ekonomi di Kampung Batik Kauman tidak hanya dipengaruhi oleh keberadaan kawasan komersial dengan komoditi yang sama. Keberadaan kawasan perdagangan dengan komoditi yang berbeda, juga merupakan potensi pengembangan kawasan. Keberadaan Kampung Batik Kauman dan kawasan perdagangan di sekitarnya menjadi pusat ekonomi dengan pelayanan yang luas dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang beragam.

5.1.1.5.Orientasi Lokasi terhadap Sarana Transportasi Lingkup Kota

Lokasi yang baik untuk kegiatan perekonomian merupakan lokasi yang memiliki tingkat aksesibilitas yang baik sebagai kawasan strategis. Hal ini dapat dilihat dari jarak dengan sarana tranportasi lingkup kota yang mendukung dalam aktivitas (Tarigan, 2005: 78).

Lokasi Kampung Batik Kauman memiliki jarak yang relatif dekat dengan sarana transportasi lingkup kota yang mempermudah jangkauan Kampung Batik Kauman dari dan menuju lokasi lain di dalam Kota Surakarta dan luar kota (Tabel 4.4). Kondisi ini dapat dikatakan bahwa, Kampung Batik Kauman didukung dengan sistem aksesibilitas yang baik dari semua sarana tranportasi. Kedekatan dengan lokasi-lokasi tersebut, mempermudah perpindahan barang produksi atau dagangan ke luar kota atau luar daerah, sehingga dapat dikatakan mendukung dalam menangani permasalahan distribusi.

commit to user

Kedudukan suatu lokasi tidak hanya menunjukkan titik lokasi terhadap wilayah yang lebih luas mampu menunjukkan bagaimana titik-titik tersebut berhubungan dengan titik lokasi yang lain. Hubungan antara lokasi yang dianggap strategis akan menumbuhkan kegiatan ekonomi yang berkembang di dalamnya. Salah satu arah pertumbuhan kegiatan ekonomi dapat diketahui dengan menentukan bagian wilayah yang memperoleh dampak dari hubungan antar lokasi dengan pusat-pusat aktivitas disekitarnya (Hariyono, 2010:88).

Kedudukan lokasi-lokasi kawasan yang disebutkan dalam orientasi lokasi Kampung Batk Kampung Batik Kauman memiliki hubungan keterkaitan baik antar lokasi tersebut, maupun dengan Kampung Batik Kauman itu sendiri. Kampung Batik Kauman, dapat dikatakatan tepat didalam hubungan antar lokasi, yang menjadikan Kampung Batik Kauman memperoleh dampak langsung dari keberadaan lokasi tersebut. Dari kondisi tersebut menjadikan Kampung Batik Kauman, merupakan kawasan yang potensial berkembang sebagai pusat kegiatan ekonomi. Untuk lebih jelas menunjukkan kedudukan lokasi Kampung Batik Kauman sebagai kawasan yang memperoleh dampak terhadap lokasi-lokasi yang lebih luas, dapat dilihat dalam peta 5.1 berikut.

commit to user

commit to user

5.1.2. Analisis Fisik Dasar

Faktor lokasi yang berupa kondisi fisik dasar merupakan kondisi alami yang tidak ada campur tangan teknologi buatan (Tarigan, 2005). Kondisi fisik dasar sendiri terdiri dari kondisi topografi, jenis tanah, hidrologi, dan iklim.

Kondisi Topografis di Kampung Batik Kauman memiliki ketinggian 80- 130 mdpl, dengan kemiringan 0-40º serta kelerengan 0-2%. Topografi ini termasuk dalam kategori lahan landai, yang sesuai untuk sebagai area terbangun dan cocok untuk kawasan budidaya.

Jenis tanah Kampung Batik Kauman terdiri dari tanah alluvial dan tanah regosol. Tanah alluvial merupakan jenis tanah yang tidak peka terhadap erosi dan memiliki struktur tanah yang padat. sementara untuk jenis tanah regosol, termasuk dalam golongan tanah yang sangat peka terhadap erosi. Kondisi tanah ini lebih sesuai untuk kegiatan pertanian, karena kondisinya yang subur. Akan tetapi struktur tanah yang kuat, serta kondisi topografis datar mendukung untuk pembangunan fisik.

Kondisi hidrologi Kampung Batik Kauman merupakan tipe aliran air dangkal, dengan kedalaman 5-10 meter. Kondisi air ini cukup baik untuk memenuhi standart air minum. Tipe sumber air dangkal beresiko terhadap pencemaran lingkungan dan mengurangi kualitas air bersih. Oleh karena itu, pada lokasi dengan sumber air dangkal diusahakan jauh dari aktivitas yang menimbulkan pencemaran lingkungan.

Sumber cadangan air dapat berasal dari curah hujan, dimana curah hujan rata-rata Kampung Batik Kauman adalah 20,63 mm/hari. Kondisi ini termasuk pada golongan curah hujan sedang, yang menjadi cadangan air besih dialirkan melalui jaringan drainase yang akan mengalir ke sungai Pepe.

Kondisi fisik dasar di Kampung Batik Kauman digolongkan dalam Kelas I, dimana memiliki topografis datar, struktur tanah yang mudah diolah tidak berpotensi banjir meskipun mememiliki sistem drainase yang buruk (Sutanto, 2005: 172). Kelas lahan dengan tipe ini, lebih berpotensi untuk kegiatan yang berhubungan dengan pertanian. Namun, juga cukup potensial untuk dilakukan pembangunan kawasan budidaya perkotaan karena struktur lahan yang baik untuk

commit to user

konstruksi. Akan tetapi lokasi yang mampu berkembang diharapkan,bukan merupakan kegiatan yang menyebabkan pencemaran lingkungan karena kondisi hidrologi yang dangkal sangat potensial untuk mengalami pencemaran.

David Ricardo menyatakan bahwa lokasi yang memiliki tingkat kesuburan tanah yang tinggi merupakan kawasan yang pertama kali diikutsertakan dan difungsikan untuk kegiatan yang produktif atau nilai ekonomi tinggi dan wilayah dengan kesuburan tanah yang rendah akan berkembang sebagai kawasan dengan tingkat ekonomi yang semakin rendah. Hal ini terbukti di Kampung Batik Kauman, dimana secara struktur tanah yang subur dibuktikan dengan perkembangan aktivitas yang produktif. Perkembangan kegiatan produktif di Kampung Batik Kauman berbeda dengan kondisi yang dikemukakan diatas, karena kegiatan ekonomi yang berkembang adalah perdagangan dan industri bukan pertanian.

Tingkat kesuburan lahan menjadi salah satu faktor yang menentukan tingginya nilai lahan, dimana semakin tinggi kesuburan tanah maka nilai produktivitas dan nilai lahan akan meningkat (Drabkin dalam Yunus, 2008:89). Dilihat dari kondisi fisik dasar di Kampung Batik Kauman, menunjukkan kondisi tingkat kesuburan tanah yang baik dan disisi lain juga menunjukkan perkembangan nilai lahan yang cukup tinggi. Akan tetapi, aktivitas perkembangan perekonomian yang ada di Kampung Batik Kauman tidak berhubungan langsung dengan tingkat kesuburan tanah, maka yang menyebabkan nilai lahan di Kampung Batik Kauman bukan dikarenakan kondisi tanah. Nilai lahan di Kampung Batik Kauman lebih dipengaruhi oleh letak lokasi dan aksesibilitas yang baik. Kondisi fisik dasar sangat optimal fungsinya ketika dihadapkan pada aktivitas yang melibatkan dan memanfaatkan kondisi fisik lahan sebagai faktor utama.

5.1.3. Analisis Potensi Lahan

5.1.3.1.Tata Guna Lahan

Penggunaan lokasi pada suatu kawasan menunjukkan pembangunan dan penggunaan lahan dalam mendukung aktivitas yang ada di dalamnya. Penggunaan lahan menunjukkan potensi lokasi dan konsentrasi kegiatan serta arah

commit to user

pembangunan (Tarigan,2005). Kampung Batik Kauman memiliki luas wilayah 19,20 Ha, dengan persentase penggunaan lahan 57% untuk permukiman, 39% untuk perdagangan dan jasa serta 4% berupa lahan belum terbangun (Tabel 4.6).

Kondisi tata guna lahan tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi kegiatan yang cukup besar adalah untuk fungsi permukiman, dan selebihnya untuk perdagangan dan jasa. Jika melihat persentase terbesar, fungsi utama Kampung Batik Kauman adalah untuk fungsi permukiman yang didukung oleh kegiatan perdagangan dan jasa. Akan tetapi, jika melihat kondisi di lapangan, Kampung Batik Kauman berpotensi sebagai pusat komersial dan pengembangan kegiatan ekonomi kreatif yang banyak berkembang di lingkungan permukiman. Potensi pengembangan sebagai kawasan komersial dikarenakan pengaruh dari keberadaan Pasar Klewer serta dukungan dengan aksesibilitas yang baik untuk mendukung aktivitas dengan nilai ekonomi tinggi.

Proporsi penggunaan lahan untuk kegiatan ekonomi menunjukkan adanya konsentrasi aktivitas yang berpengaruh terhadap peningkatan skala pelayanan dan kemudahan bagi konsumen untuk memenuhi kebutuhan (Chapin dalam Irawan, 2009). Penggunaan lahan untuk kegiatan ekonomi di Kampung Batik Kauman cukup besar yaitu 39,06% dari luas wilayah Kampung Batik Kauman. Jumlah proporasi penggunaan lahan untuk kegiatan ekonomi tersebut belum sepenuhnya menunjukkan angka yang tepat.

Hal tersebut dikarenakan, kegiatan perekonomian di Kampung Batik Kauman juga tumbuh diluar proporsi penggunaan lahan untuk perdagangan dan jasa, karena terjadinya alih fungsi dan pemanfaatan bagian dari hunian untuk kegiatan ekonomi yaitu sebesar 58% dari permukiman Kampung Batik Kauman. Kondisi diatas menunjukkan bahwa kemampuan yang besar untuk Kampung Batik Kauman menjadi kawasan dengan tingkat pelayanan kegiatan ekonomi yang luas.

Proporsi penggunaan lahan mampu menunjukkan struktur keruangan dan pembagian sub zona kawasan (Pyor dalam Yunus, 2008: 169). Dengan melihat proporsi penggunaan lahan yang didominasi untuk kegiatan permukiman dan perdagangan jasa membentuk pola-pola keruangan yang cukup jelas, dimana

commit to user

perkembangan perdagangan dan jasa, bersifat linier atau mengikuti pola jalan. Pertumbuhan kegiatan perdagangan dan jasa berkembang disepanjang jalan utama yaitu Jalan Slamet Riyadi, Jalan Dr. Radjiman, Jalan Yos Sudarso, serta Jalan Hasyim Ashari. Pemusatan aktivitas perdagangan juga terjadi mengelilingi Masjid Agung dan di Pasar Cinderamata Kampung Batik Kauman. Sementara untuk pertumbuhan fungsi lainnya lebih bersifat campuran dengan fungsi permukiman.

Kondisi ini menunjukkan bahwa arah pengembangan yang lebih sesuai di Kampung Batik Kauman adalah kegiatan ekonomi, dimana memiliki konsentrasi dan arah pertumbuhan yang cukup dominan. Sementara itu, karena terhambat dengan ketersediaan lahan yang cukup terbatas arahan pengembangan kawasan lebih kepada pembangunan vertikal dibandingkan pembangunan horizontal.

Pertimbangan kegiatan ekonomi merupakan salah satu faktor penggunaan lahan perkotaan (Jayadinata, 1986). Dengan melihat arah pembangunan yang paling potensial di Kampung Batik Kauman adalah kegiatan ekonomi, maka bisa dikatakan bahwa arah pembangunan mengarah pada efisiensi daya guna dan pengoptimalan nilai dan biaya. Aktivitas perubahan lahan yang dilakukanpun juga mengarah pada pemanfaatan fungsi dan aktivitas ekonomi masyarakatnya.

5.1.3.2.Intensitas Bangunan

Kondisi pembangunan saat ini salah satunya ditunjukkan dengan kondisi intensitas bangunan. Intensitas bangunan di Kampung Batik Kauman ditunjukkan dengan kondisi kepadatan bangunan yang tinggi. Kondisi intensitas bangunan di sebagian wilayah di Kampung Batik Kauman, dibatasi dengan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2009. Berikut kesesuaian dan kemampuang pembangunan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2009, sebagai berikut:

commit to user

Tabel 5.1 Intensitas Bangunan Kampung Batik Kauman berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2009

No Lokasi Standart KDB KDB Daya Dukung Standart KLB KLB Daya Dukung 1 JalanSlamet Riyadi 90% untuk Jalan utama arteri dan kolektor sekunder 80% untuk jalan lokal dan lingkungan 100% Tidak mendukung  7 lantai untuk jalan arteri dan kolektor  3 lantai untuk jalan lokal  2 lantai untuk jalan lingkungan 2-4 Mendukung 2 Jalan Yos sudarso 100% Tidak mendukung 2-4 Mendukung 3 Jalan Dr. Radjiman 100% Tidak mendukung 1-4 Mendukung 4 Jalan Hasyim Asyari 95% Tidak mendukung 1-3 Mendukung

5 Jalan Trisula 95% Tidak

mendukung 1-3 Mendukung 6 Jalan Trisula 1 80%- 90% Tidak mendukung 1-2 Cukup Mendukung 7 Jalan Trisula 2 80%- 90% Tidak mendukung 1-2 Cukup Mendukung 8 Jalan Masjid Agung 80% Tidak mendukung 1-2 Cukup Mendukung 9 Jalan Kalimosodo 80% Tidak mendukung 1-2 Cukup Mendukung 10 Jalan Wijaya Kusuma 95% Tidak mendukung 1-2 Cukup Mendukung 11 Jalan Wijaya Kusuma 2 80%- 90% Tidak mendukung 1-2 Cukup Mendukung 12 Jalan Wijaya Kusuma 3 80%- 90% Tidak mendukung 1-2 Cukup Mendukung 13 Jalan Wijaya Kusuma 4 80%- 90% Tidak mendukung 1-2 Cukup Mendukung

14 Jalan Cakra 95% Tidak

mendukung 1-2 Cukup Mendukung 15 Jalan Cakra 1 80%- 90% Tidak mendukung 1-2 Cukup Mendukung 16 Jalan Cakra2 80%- 90% Tidak mendukung 1-2 Cukup Mendukung

Sumber : Pengolahan Data, 2011

Melihat kondisi eksisting dibandingkan dengan peraturan daerah tentang bangunan, dapat dikatakan arah pembangunan yang sesuai di Kampung Batik Kauman adalah pembangunan dengan menggunakan pola vertikal. Ketinggian bangunan Kampung Batik Kauman tidak terlepas dari lokasinya yang berada di kawasan pusat kota serta memiliki nilai lahan yang cukup tinggi dan aksesibilitas yang baik.

commit to user

Ketersediaan lahan kosong atau belum terbangun menunjukkan kemampuan pengembangan kawasan (Hansen dalam Tarigan, 2005: 156). Kampung Batik Kauman memiliki lahan terbuka/ lahan kosong hanya sebesar 4% dari total luas Kampung Batik Kauman dengan tingkat Koefisien Dasar Bangunan yang sangat tinggi, dapat dikatakan kemampuan pengembangan kawasan Kampung Batik Kauman sangat kecil. Akan tetapi pertumbuhan kawasan di Kampung Batik Kauman, lebih mengarah dengan pola vertikal dan alih fungsi bangunan untuk mengambangkan aktivitas kawasan.

Tingkat kepadatan bangunan yang tinggi menunjukkan kemampuan lahan yang terbatas dalam mendukung perubahan dan cenderung kearah kemandegan pembangunan (Berry, dalam Yunus, 2008:81). Lahan di Kampung Batik Kauman memang kurang mendukung untuk pembangunan dan perubahan yang membutuhkan ruang yang luas, akan tetapi pertumbuhan dan pengembangan kawasan dapat dilakukan secara optimal melalui pola vertikal.

Arah pembangunan vertikal di Kampung Batik Kauman, mengarah pada teori yang dikemukakan Bergel (Yunus, 2008:17). Pembangunan vertikal mengarah pada peruntukan untuk kegiatan ekonomi, dimana lantai paling bawah dianggap memiliki tingkat aksesibilitas terbaik dipergunakan sebagai tempat untuk kegiatan ekonomi. Semakin keatas dipergunakan untuk kegiatan dengan nilai ekonomi rendah seperti hunian. Hal ini dilakukan oleh masyarakat, untuk memanfaatkan secara oprimal luas lahan yang terbatas serta nilai lahan yang tinggi, seperti pengembangan hunian yang terdapat di sepanjang Jalan Slamet Riyadi, Jalan Yos Sudarso, Jalan Dr. Radjiman dengan bentuk rumah toko.

Intensitas bangunan yang tinggi menunjukkan kebutuhan masyarakat saat ini yang terjadi akibat ketidakseimbangan suplay dan demand (Rodenburg dan Nijkamp, dalam Yulita Sari, 2009: 42). Ketersediaan lahan di Kampung Batik Kauman yang sangat terbatas yang hanya memilik 4% lahan tidak terbangun merupakan kendala dalam kebutuhan pembangunan yang cukup tinggi terutama untuk kegiatan perekonomian. Dengan kondisi kesesuaian intensitas bangunan diatas, maka dapat dikatakan bahwa supplay yang mampu diberikan oleh Kampung Batik Kauman adalah terhadap pembangunan vertical.

commit to user

commit to user

commit to user