• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3 Hasil Estimasi

5.3.2 Analisis Peranan Investasi Pemerintah untuk Keperluan

Dalam penelitian ini, investasi pemerintah terbagi atas 3 jenis menurut yang dibelanjakan oleh pemerintah daerah, yaitu investasi pemerintah yang digunakan untuk membeli peralatan dan mesin; bangunan dan gedung; infrastruktur dasar seperti irigasi, jalan dan telekomunikasi/jaringan. Dari ketiga jenis investasi ini, yang termasuk jelas penggunaan ke masyarakat langsung atau yang mempengaruhi perekonomian secara langsung adalah investasi pemerintah untuk irigasi, jalan dan telekomunikasi/jaringan. Pada investasi pemerintah untuk peralatan dan mesin, penggunaannya tidak secara langsung ke masyarakat luas karena alokasi investasi ini bisa ambigu dengan hanya diperuntukkan kebutuhan kinerja pemerintah daerah seperti mesin foto copy dan peralatan kantor lainnya. Sedangkan investasi pemerintah untuk bangunan dan gedung juga memiliki ambiguitas yang jelas, apakah pembangunan untuk infrastruktur dasar (seperti sekolah, pasar dan pertokoan) atau pembangunan perkantoran pemerintahan daerah. Untuk itu terlihat jelas bahwa pada persamaan 3.7 pada Tabel 19, hasil estimasi dengan menggunakan investasi pemerintah untuk infrastruktur seperti irigasi, jalan dan telekomunikasi/jaringan.

Hasil estimasi adalah investasi pemerintah menurut jenis yang dibelanjakan yaitu untuk keperluan infrastruktur sudah konsisten dengan persamaan 3.6, investasi pemerintah total, didapatkan nilai koefisien regresi yang nyata positif pada variabel lag variabel dependennya sebesar 0,7392 (Tabel 19). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat penyesuaian dinamis (dynamic of

adjustment) pada model peranan investasi pemerintah menurut jenisnya mengingat variabel pertumbuhan ekonomi merupakan variabel yang dinamis terutama dalam analisis jangka panjang. Angka koefisien regresi sebesar 0,7392 memiliki makna bahwa kenaikan sebesar 10 persen pada pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya akan meningkatkan perekonomian atau pertumbuhan ekonomi tahun berjalan sebesar 7,392 persen.

Sejalan dengan hasil yang didapat pada estimasi peranan investasi pemerintah total terhadap perekonomian dalam hal ini pertumbuhan ekonomi, anomali pendapatan asli daerah juga memiliki hubungan nyata positif dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,0316 pada taraf 1 persen. Hal ini berarti bahwa jika terjadi kenaikan pendapatan asli daerah sebesar 10 persen maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat sebesar 0,316 persen. Anomali ini terjadi karena memang salah satu dana untuk membiayai pengeluaran dalam pembangunan daerah di KTI selain dari pemerintah pusat adalah pendapatan asli daerah yang sebagian besar berasal dari pajak dan retribusi daerah. Hasil estimasi ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2010), yang menyimpulkan bahwa pendapatan asli daerah dan dana perimbangan memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah.

Serupa dengan hasil estimasi persamaan 3.6, variabel tenaga kerja pada persamaan 3.7 juga memiliki hubungan nyata positif terhadap pertumbuhan ekonomi di KTI dengan angka koefisien regresi sebesar 0,3055 pada taraf 5 persen (terlihat pada Tabel 19). Sesuai dengan teori ekonomi yang memang tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi yang dapat meningkatkan produksi atau output dalam hal ini pertumbuhan ekonomi (Solow). Angka tersebut memiliki arti bahwa jika tenaga kerja yang ada di KTI bertambah sebesar 10 persen maka pertumbuhan ekonomi wilayah KTI juga akan meningkat sebesar 3,055 persen. Dengan kata lain dapat disimpulkan berarti bahwa kegiatan produksi di KTI masih bersifat padat karya dibandingkan dengan padat modal.

Berbeda dengan hasil estimasi persamaan 3.6, metode data panel dinamis pada persamaan 3.7 (Tabel 19) menghasilkan bahwa kedua investasi baik pemerintah maupun swasta memiliki hubungan nyata positif terhadap pertumbuhan ekonomi di KTI. Investasi pemerintah infrastruktur khususnya jenis

irigasi, jalan dan telekomunikasi/jaringan memiliki hubungan positif pada taraf 5 persen dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,1503. Nilai koefisien ini cukup besar karena apabila investasi pemerintah untuk keperluan ini ditingkatkan sebesar 10 persen maka pertumbuhan ekonomi di KTI akan meningkat dengan cukup pesat yaitu sebesar 1,503 persen. Penelitian Prasetyo (2009) juga menyimpulkan bahwa pembangunan infrastruktur dasar seperti irigasi, jalan dan telekomunikasi/jaringan berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan regional dengan variabel infrastruktur listrik/jaringan lebih besar dibandingkan jalan.

Sedangkan untuk variabel investasi swasta memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,0625 pada taraf 5 persen, yang mempunyai arti bahwa apabila investasi yang dilakukan oleh pihak swasta meningkat 10 persen maka pertumbuhan ekonomi di KTI juga akan meningkat sebesar 0,625 persen. Apabila dilihat kedua investasi tersebut pada persamaan 3.7, memiliki hubungan yang sama yaitu positif dengan pertumbuhan ekonomi maka dapat disimpulkan bahwa diantara keduanya memiliki hubungan crowding-in. Seperti Lachler dan Aschauer (1998) yang menyatakan bahwa dampak investasi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi tergantung dengan bagaimana hubungannya dengan investasi swasta. Dengan hasil estimasi yang didapatkan pada penelitian ini maka hubungan antara investasi pemerintah dan swasta bersifat komplementer. Kenaikan pada investasi pemerintah memiliki dampak yang sama pada pertumbuhan ekonomi dengan investasi swasta, yaitu keduanya memiliki kontribusi terhadap akumulasi investasi yang dapat meningkatkan kapasitas menuju ke tingkat output yang lebih tinggi dan berkelanjutan serta menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat.

Variabel keterbukaan dalam perdagangan (trade openness) memiliki hubungan yang nyata negative pada taraf 1 persen, serupa dengan hasil estimasi persamaan 3.6. Namun memiliki nilai koefisien regresi yang lebih kecil yaitu minus 0,3889 (-0,3889), yang memiliki arti apabila trade openness turun 10 persen maka pertumbuhan ekonomi baru akan meningkat sebesar 3,889 persen. Trade openness dan pertumbuhan ekonomi yang memiliki hubungan negative memiliki makna bahwa di KTI nilai impor daerah masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan nilai ekspor. Berbeda dengan yang ditemukan oleh

Brückner and Tuladhar (2010), bahwa ekspor merupakan salah satu yang terbukti signifikan positif terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Dengan meningkatnya ekspor dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi namun mengkontrol nilai ekspor belum tentu mengubah secara signifikan dari elastisitas pengeluaran investasi pemerintah, dalam kasus di Jepang. Lain halnya jika kasusnya di Indonesia Kawasan Timur, hal ini sangat dimungkinkan karena daerah di KTI masih memerlukan beberapa barang yang tidak dapat disediakan dari daerahnya, baik untuk kebutuhan konsumsi maupun untuk bahan baku industri yang ada di KTI.

Tabel 19 Hasil Estimasi Peranan Investasi Pemerintah untuk Keperluan Infrastruktur Menggunakan Metode Data Panel Statis dan Dinamis

Variabel OLS FEM REM GMM

Ly 0.9989 *** 0.4449 *** 0.9989 *** 0.7392 *** (0.0212) (0.1018) (0.0212) (0.0797) pad 0.0184 0.0452 0.0184 0.0316 *** (0.0186) (0.0302) (0.0186) (0.0109) IpI 0.0267 0.0472 ** 0.0267 0.1503 ** (0.1109) (0.1231) (0.1109) (0.0733) is -0.0018 -0.0245 -0.0186 0.0625 ** (0.0724) (0.0633) (0.0724) (0.0314) tk -0.0210 0.5622 *** -0.0210 0.3055 ** (0.0265) (0.1234) (0.0265) (0.1178) to -0.0474 -0.0122 -0.0474 * -0.0637 *** (0.0284) (0.0501) (0.0284) (0.0197) _cons 0.1489 0.6472 0.1489 (0.3889) (0.1456) (1.8219) (0.1456) (1.3513) F-Test 2967.45 [0.0000] 39.15 [0.0000]

Wald-Test 427.94 [0.0000] 17804.70 [0.0000] 2041.09 [0.0000] Ket : *** : signifikan pada 01%

Chow F-Test 4.91 [0.0002] *** : signifikan pada 05%

Breusch-Pagan LM Test 3.04 [0.0.0811] *** : signifikan pada 10%

Hausman Test 43.38 [0.0000] ( ) : standar error

Arelano-Bond m1 -1.0558 [0.2911] [ ] : P-value

m2 1.0510 [0.2933]

Sargan Test 5.4655 [0.3617]