• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Prioritas Pengembangan Invensi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.5 Analisis Prioritas Pengembangan Invensi

Usaha mengkomersialisasikan produk inovasi membutuhkan strategi yang tepat. Menurut pendapat praktisi ada beberapa pertimbangan dalam mengembangkan produk baru antara lain faktor pasar (tingkatan segmentasi, produk dikenal umum, promosi), biaya invenstasi, dan kontinuitas (ketersediaan bahan baku dan tidak musiman). Saluran distribusi ekslusif mensyaratkan kesesuaian dengan positioningnya. Misalnya Serambi Botani mengutamakan kesesuaian dengan konsep healthy life style, keunikan produk, dan desain kemasan dari distributor.

Hasil penilaian praktisi bisnis dengan skala 1-5 ( 5= sangat potensial, 4=potensial, 3=potensial, 2= kurang potensial, 1= tidak potensial) terhadap 32 produk yang diteliti cukup beragam (Tabel 15). Pendapat praktisi dari saluran distribusi ekslusif (praktisi 2) cenderung berbeda dengan praktisi dari pasar modern (praktisi 2) dan pasar tradisional (praktisi 3).

Kompetisi BIC tahun 2008, 2009, 2010 dinilai oleh para juri dari kalangan pebisnis nasional dari berbabagai bidang. Kriteria seleksi meliputi inovasi (keaslian idenya), kompetitor (kesulitan ditiru), konsumen (daya tarik

inovasi dan nilai tambah), profesional (potensi pengembangan dan potensi ekspansi pasar), dan investor (persepsi resiko bisnis dan resiko operasional). Kemudian dilakukan penilaian prospek inovasi yang meliputi tiga kategori yaitu kesiapan inovasi (telah dikomersialkan (3), siap dikomersialkan (2), prototype sudah ada(1)), kerjasama bisnis (terbuka (3), luas (2), dan terbatas(1)), peringkat inovasi (paling prospektif (3), sangat prospektif (2), dan prospektif(1)). Diantara 32 invensi makanan-minuman yang diteliti terdapat 10 produk yang terseleksi (Tabel 15).

Usaha-usaha penilaian potensi sudah dilakukan antara lain oleh tim dari IPB. Laporan Dit.RKS tahun 2009 (Dit. RKS 2010a) menunjukkan ada 32 invensi yang dikaji ekonomi patennya, 18 invensi dinilai mempunyai potensi ekonomi tinggi dan 4 diusulkan untuk studi kelayakan bisnisnya. Diantara 32 invensi makanan-minuman yang diteliti terdapat beberapa invensi yang sedang atau sudah dipatenkan.

Perbedaan sudut pandang memberikan penilaian yang berbeda. Para praktisi umumnya menilai berdasarkan intuisi seperti pengalaman dalam mengembangkan produk baru, kondisi pasar, dan produk yang sejenis. Penilaian BIC oleh para pengusaha nasional dari berbagai bidang lebih menitikbertkan keunikan dan prospek jangka panjang. Penilaian Dit.RKS yang dilakukan oleh akademisi yang memiliki jiwa bisnis lebih dititikberatkan pada potensi ekonomi paten.

Prioritas komersialisasi invensi dalam jangka pendek sebaiknya lebih menitikberatkan pada potensi daya tarik pasar. Oleh karena itu pendapat praktisi bobotnya dianggap lebih tinggi.

Asumsi bobot praktisi sama dengan penilaian rata-rata minimum 4 maka prioritas klaster diversifikasi pangan adalah tropical fruit dan puding rumput laut. Sedangkan klaster penilaian tambah adalah Mikrokapsul dan ekstraksi propolis, stater yogurt, dan wortel lembaran. Prioritas klaster pemanfaatan sumber daya lokal adalah saus tiram kaya omega 3 dan mikroenkapsulat sawit merah.

Tabel 15 Perbandingan Penilaian praktisi dengan Penilaian BIC dan Dit.RKS IPB 

No Klaster Diversifikasi pangan

Penilaian Praktisi Penilaian BIC Penilaian Dit.RKS

P1 P2 P3 Total rata- rata Kesiapan inovasi Kerjasama bisnis Peringkat inovasi Total Kajian Ekonomi Paten Potensi ekonomi tinggi Diusulkan Studi kelayakan 1 Tropical fruit 3 5 4 12 4.0

2 Puding rumput laut 5 4 3 12 4.0

3 Soy fit 3 5 3 11 3.7

4 Sirup honey vinegar 4 3 4 11 3.7

5 Aneka olahan susu sapi 4 5 2 11 3.7

6 Suplemen beras 5 3 2 10 3.3 3 3 3 9

7 Mie jagung 3 3 4 10 3.3 x x

8 Coco fit 4 4 2 10 3.3

9 Minuman sari kacang

hijau 3 4 3 10 3.3

10 Es krim susu kedelai 3 5 2 10 3.3

11 Pengawet kitosan 3 4 3 10 3.3 3 3 3 x x

12 Ekstraksi vanili 3 4 3 10 3.3 1 3 1 x

13 Olahan jeruk medan 3 5 2 10 3.3

14 Black forest rumput laut 3 3 3 9 3.0

15 Sweet potato 3 4 2 9 3.0

16 Manado latte 3 4 2 9 3.0

17 Yogo fit 3 3 2 8 2.7

  Ket: 

P1 (Praktisi 1) dari Serambi botani 

P2 (Praktisi2) dari Giant (PT Hero) Taman Yasmin 

  Tabel 15 Perbandingan Penilaian praktisi dengan Penilaian BIC dan Dit.RKS IPB (lanjutan)

No Klaster Pemberian Nilai Tambah

Penilaian Praktisi Penilaian BIC Penilaian Dit.RKS

P1 P2 P3 Total rata- rata Kesiapan inovasi Kerjasama bisnis Peringkat inovasi Total Kajian Ekonomi Paten Potensi ekonomi tinggi Diusulkan Studi kelayakan 1 Mikrokapsul propolis 5 4 4 13 4.3 2 Ekstraksi propolis 4 4 4 12 4.0 1 3 1 5 x x 3 Starter yoghurt 3 5 4 12 4.0 1 3 1 5 4 Wortel lembaran 5 4 3 12 4.0 2 3 2 7 5 Bubuk cincau 5 4 2 11 3.7 1 1 1 3 No Klaster Pemanfaatan Sumberdaya Lokal

Penilaian Praktisi Penilaian BIC Penilaian Dit.RKS

P1 P2 P3 Total rata- rata Kesiapan inovasi Kerjasama bisnis Peringkat inovasi Total Kajian Ekonomi Paten Potensi ekonomi tinggi Diusulkan Studi kelayakan

1 Saus Tiram kaya Omega 3 5 4 4 13 4.3

2 Mikroenkapsulat sawit

merah 5 4 3 12 4.0 1 3 2 6 x x

3 Fish snack 3 4 4 11 3.7

4 Makanan cepat saji dari

talas 5 4 2 11 3.7

5 Ikan asap duri lunak 3 4 3 10 3.3

6 Sari buah pala instan 3 4 3 10 3.3

7 Minuman antanan 4 3 3 10 3.3 1 3 3 7

8 Nugget kijing 4 3 2 9 3.0

9 Sari buah murbei 3 4 2 9 3.0 1 1 1 3

10 Minuman saga telik 3 3 2 8 2.7

Bila penilaian praktisi diutamakan (minimal nilai rata-rata 4) didukung oleh penilaian BIC atau RKS, maka prioritas 7 produk untuk komersialisasi dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Mikrokapsul dan Ekstraksi Propolis (praktisi 2, praktisi 3, Dit.RKS, BIC)

Propolis adalah cairan yang keluar dari lebah pada sarang lebah. Selama ini peternak lebah jarang memberdayakan sarang lebah untuk diolah. Padahal propolis pada sarang lebah bisa diekstraksi menjadi produk farmasi, personal care dan pangan fungsional. Propolis yang beredar di Indonesia umumnya diimpor padahal proses ekstraksi sudah dapat dilakukan didalam negeri. Komersialisasi ini lebih pada kerjasama pemanfaatan produk turunan propolis. Praktisi melihat peluang pasar pada jalur distribusi ekslusif dan jalur distribusi pasar tradisional.

2. Mikroenkapsulat Sawit Merah (praktisi 2, Dit.RKS, BIC)

Sawit merah memiliki kandungan provitamin A dan vitamin E yang cukup tinggi. Bentuk mikroenkapsulat merupakan produksi emulsi berupa tepung/ bubuk sehingga tahan lama. Dalam bentuk bubuk dapat diaplikasikan sebagai bahan suplemen. Pengembangan mikroenkapsulat sawit merah juga dapat disinergikan dengan program pemerintah dalam mengurangi defisiensi vitamin A. Program ini dapat dikerjasamakan dengan PTP Nusantara yang memiliki sawit seperti PTP Nusantara IV dan PTP Nusantara XIII. Praktisi melihat peluang melalui saluran distribusi ekslusif. 3. Bubuk Stater Yogurt (praktisi 1, praktisi 3, BIC)

Pembuatan kultur stater yogurt dalam bentuk bubuk dapat menumbuhkan industri yogurt skala mikro-kecil di daerah pedesaan. Pembubukan kultur stater yogurt dapat mempermudah penanganan, transportasi dan bertahan lebih lama. Produk yogurt berbahan susu kambing ini di perkaya dengan probiotik dan prebiotik (sinbiotik) memiliki khasiat terapeutik untuk penyakit TBC, Asma, anemia, hepatitis, kram otot dan tukak lambung. Pengembangan produk ini lebih diutamakan pada pembelajaran pembuatan yogurt pada skala mikro-kecil. Praktisi melihat peluang pada saluran distribusi pada pasar modern dan pasar tradisional.

4. Lembaran Wortel (praktisi 2, BIC)

Wortel yang telah diolah berbentuk lembaran dapat disimpan lebih lama, praktis dan dapat digunakan sewaktu-waktu. Invensi ini dapat digunakan sebagai pembungkus nasi, siomay dan lain-lain. Pengembangan kerjasama pasar lebih sesuai dengan hotel, restoran, dan katering. Praktisi melihat peluang pada saluran distribusi ekslusif

5. Tropical Fruit

Ketersediaan buah-buah tropis pada saat panen berlimpah. Akibatnya harga jatuh dan terkadang tidak termanfaatkan. Lebih baik dimanfaatkan untuk cemilan dengan cara dikeringkan.

6. Puding Rumput Laut

Puding rumput laut instan ini memiliki keungulan tidak perlu direbus tetapi cukup dicampurkan dengan air panas sehingga lebih praktis. Pengemasan dalam bentuk sachet memudahkan pendistribusian dan lebih tahan lama.

7. Saus Tiram Kaya Omega 3

Saus tiram yang terbuat dari kecap ikan dan kecap kerang memberikan gizi yang lebih baik karena kaya akan protein dan omega 3. Pengemasan dapat disajikan dalam berbagai bentuk seperti botol dan sachet.

Dokumen terkait