• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4 Analisis Strategi Komersialisasi

Hasil identifikasi dan diskusi dengan pakar menggunakan pendekatan proses hirarki analitik, menghasilkan beberapa kategori dan struktur umum sebagai berikut :

1. Identifikasi elemen Level Faktor

Pemasaran : Potensi pasar, jenis produk, strategi pemasaran menjadi pertimbangan dalam mencapai strategi yang efektif. Produksi : Pengembangan produksi (teknologis, teknis, lokasi),

ketersediaan bahan baku lokal skala komersial, menjadi pertimbangan untuk mencapai strategi yang efektif.

SDM : Leadership, networking, jiwa entrepreneurship,

kemampuan menjadi pertimbangan untuk mencapai strategi yang efektif.

Finansial : Biaya komersialisasi, sumber pendanaan, profitabilitas menjadi pertimbangan untuk mencapai strategi yang efektif.

Level Aktor

Inventor : Sebagai penghasil invensi, inventor mengembangkan produk juga memikirkan pasar yang tepat, pengembangan produk (inovasi), mengembangkan kapasitas networking/menjadi entrepreneur.

PT : Sebagai pengelola dan pendorong invensi. Perguruan tinggi dapat berpartisipasi dalam mencarikan pasar (dalam hal ini dilakukan oieh Dit.rks), mengembangkan kapasitas inventor melalui pelatihan, temu bisnis atau mencarikan insentif scale up.

Pebisnis : Berpartisipasi dalam mencarikan pasar dan pemasok, mengembangkan industri lama atau baru.

Pemerintah : Sebagai pengatur dan pengambil kebijakan invensi, berpartisipasi dalam mencarikan pasar misal sebagai oleh-oleh khas daerah, memberikan insentif, mengembangkan wirausaha baru.

Level Tujuan Peningkatan pendapatan

: Komersialisasi diharapkan dapat meningkatkan pendapatan untuk inventor, perguruan tinggi, pebisnis maupun pemerintah.

Efisiensi biaya

: Komersialisasi membutuhkan biaya, strategi

komersialisasi yang tepat dapat mengefisienkan biaya, produksi dapat lebih murah dari yang sudah ada. Hal ini menjadi pertimbangan para pelaku.

Dampak Jangka panjang

: Komersialisasi produk dapat meningkatkan citra, menambah lapangan kerja/wirausaha dan memberikan nilai tambah.

Level Skenario

Level ini terkait dengan tujuan peningkatan pendapatan, efisiensi biaya, dan dampak jangka panjang

Usaha baru : Usaha baru dapat diusahakan oleh inventor, staf dan mahasiswa atau satuan usaha di level fakultas/ universitas bila memiliki kemampuan untuk mengusahakan.

Lisensi : Produk yang dipatenkan dan inventor tidak mau repot, dapat menggunakan skema ini. Tetapi tidak semua produk efektif.

Jual putus : Produk yang tidak dipatenkan tetapi inventor menguasai teknologi/prosesnya dapat mengembangkan dengan skema jual putus.

Joint : Produk yang membutuhkan pengembangan dan mengharuskan inventor ambil bagian maka dapat dikembangkan dengan joint (finansial, produksi, pemasaran atau SDM).

2. Penyusunan Hierarki

Hasil identifikasi elemen disusun dalam hierarki sebagai berikut Goal Strategi Komersialisasi Invensi Makanan-Minuman yang

Efektif

Faktor Pemasaran Produksi SDM Finansial

Aktor Inventor Perguruan Tinggi Pebisnis Pemerintah Tujuan Peningkatan pendapatan Efisiensi produksi Dampak jangka panjang

Skenario Usaha baru Lisensi Jual putus Joint

Gambar 11 Struktur umum strategi komersialisasi invensi makanan- minuman IPB.

3. Hasil Pengolahan dan Analisis Prioritas Strategi komersialisasi

Penilaian prioritas strategi dilakukan oleh para pakar yang berkompeten di bidangnya. Contoh pengolahan dapat dilihat pada Lampiran 4 dengan hasil akhir dari pendapat pakar dapat dilihat pada Tabel 13 dan Tabel 14. Analisisnya adalah sebagai berikut :

Faktor

Dari aspek faktor yang mempengaruhi strategi komersialisasi, semua klaster menempatkan pemasaran sebagai faktor utama, kemudian faktor SDM, finansial, dan produksi. Pada klaster pemanfaatan sumber daya lokal, faktor produksi yaitu ketersediaan bahan baku menjadi faktor penting kedua setelah faktor pasar.

Pakar mempertimbangkan pasar dan pemasaran sebagai faktor utama, hal ini dapat difahami karena tanpa strategi pemasaran yang tepat, komersialisasi akan gagal. Uji coba pasar perlu dilakukan untuk melihat respon konsumen. Faktor berikutnya adalah tim SDM yang komitmen atau konsentrasi menghubungkan produk dengan pasar, dibutuhkan SDM yang berjiwa entrepreneur. Kebutuhan tim SDM mengikuti kebutuhan pasar dan produksi. Faktor finansial akan mengikuti kebutuhan pasar, skala produksi dan kebutuhan SDM.

Aktor

Dari segi aktor yang mempengaruhi strategi komersialisasi, ketiga klaster menempatkan pebisnis sebagai prioritas utama, kemudian inventor, perguruan tinggi dan pemerintah. Pada klaster diversifikasi pangan, perguruan tinggi lebih penting karena diharapkan ada upaya khusus dari perguruan tinggi untuk mengembangkan lebih lanjut terutama penyediaan konsultasi, program ketahanan pangan dan paket teknologi.

Pebisnis menduduki proporsi lebih dari 50 %, sehingga tanpa kehadiran pebisnis dalam model tradisional, strategi komersialisasi sulit dijalankan. Faktor berikutnya adalah inventor yang memiliki invensi. Inventor yang memiliki jiwa bisnis lebih mudah melakukan strategi komersialisasi dibanding yang tidak memiliki jiwa bisnis. Menciptakan entrepreneur baru yang didorong oleh universitas (model entrepreneurial).

Peran insentif perguruan tinggi dan pemerintah saat ini dianggap masih kecil dalam menyukseskan strategi komersialisai yang efektif. Sehingga perlu didorong pengembangan model institusional sebagai bagian dari rekayasa sosial-ekonomi transfer teknologi.

Tujuan

Dari segi prioritas tujuan ketiga klaster menempatkan secara berurutan adalah peningkatan pendapatan, dampak jangka panjang dan efisiensi biaya. Peningkatan pendapatan menjadi kunci utama dalam memilih produk yang dapat dikomersialkan. Dampak jangka panjang dapat menaikan citra IPB sebagai universitas yang menciptakan usaha baru (entrepreneur), mengurangi pengangguran, dan mentransfer teknologi yang telah dihasilkannya. Hal ini sesuai dengan visi dan misi IPB. Tujuan efisiensi biaya saat ini dianggap belum penting tetapi akan tercipta dengan sendirinya jika pengembangan makanan-minuman menggunakan pendekatan klaster.

Skenario

Dari segi skenario klaster diversifikasi pangan cenderung memberikan bobot yang sama untuk alternatif joint, lisensi, jual putus, dan usaha baru. Teknologi diversifikasi pangan relatif mudah ditiru demikian pula dengan entry barriernya. Sedangkan klaster nilai tambah memprioritaskan joint atau lisensi karena memiliki entry barrier sedang. Pada klaster pemanfaatan sumber daya lokal diprioritaskan lisensi. Klaster ini memiliki keterbatasan ketersediaan bahan baku sehingga di butuhkan industri yang mampu menjamin ketersediaan bahan baku.

Tabel 13 Hasil pengolahan AHP untuk tiap klaster

Goal Kriteria Strategi Komersialisasi Klaster Diversifikasi Pangan Yang Efektif

Strategi Komersialisasi Klaster Nilai Tambah Pangan Yang Efektif

Strategi Komersialisasi Klaster Pemanfaatan sumber daya lokal

Pangan Yang Efektif

R1 R2 R3 R4 GAB R1 R2 R3 R4 GAB R1 R2 R3 R4 GAB

Faktor Pemasaran 0.40 0.25 0.57 0.50 0.45 0.52 0.25 0.39 0.56 0.45 0.60 0.25 0.56 0.34 0.45 Produksi 0.15 0.25 0.04 0.31 0.16 0.11 0.25 0.39 0.26 0.25 0.15 0.25 0.26 0.48 0.28 SDM 0.24 0.25 0.22 0.12 0.21 0.21 0.25 0.15 0.12 0.19 0.15 0.25 0.12 0.12 0.16 Finansial 0.21 0.25 0.17 0.07 0.17 0.16 0.25 0.07 0.06 0.12 0.10 0.25 0.06 0.07 0.11 Aktor Inventor 0.25 0.23 0.11 0.14 0.16 0.18 0.25 0.28 0.13 0.20 0.19 0.25 0.15 0.18 0.19 Perguruan Tinggi 0.25 0.11 0.22 0.22 0.19 0.22 0.09 0.24 0.24 0.19 0.20 0.09 0.19 0.20 0.17 Pebisnis 0.32 0.62 0.58 0.54 0.55 0.48 0.61 0.39 0.52 0.52 0.48 0.61 0.45 0.51 0.53 Pemerintah 0.18 0.04 0.09 0.10 0.09 0.12 0.04 0.09 0.12 0.08 0.12 0.04 0.21 0.11 0.10

Tujuan Peningkatan Pendapatan 0.29 0.49 0.53 0.61 0.51 0.45 0.45 0.47 0.64 0.55 0.44 0.34 0.57 0.63 0.53

Efisiensi Biaya 0.15 0.08 0.26 0.24 0.17 0.17 0.10 0.12 0.25 0.16 0.14 0.14 0.13 0.26 0.16

Dampak Jangka Panjang 0.56 0.44 0.21 0.15 0.31 0.38 0.45 0.42 0.11 0.29 0.42 0.52 0.30 0.11 0.31 Skenario Usaha baru 0.43 0.04 0.39 0.04 0.17 0.14 0.04 0.49 0.05 0.13 0.24 0.04 0.50 0.10 0.18

Lisensi 0.06 0.52 0.25 0.30 0.28 0.28 0.52 0.16 0.13 0.31 0.19 0.52 0.19 0.28 0.34

Jual putus 0.25 0.37 0.11 0.15 0.26 0.14 0.37 0.10 0.17 0.21 0.07 0.37 0.12 0.15 0.18

Joint 0.26 0.07 0.25 0.51 0.29 0.44 0.07 0.24 0.66 0.34 0.50 0.07 0.19 0.47 0.30 Ket.:

R1= Inkubator ( Dr.Ir.Slamet Budijanto,M.Agr R2= Inventor (Dr.Ir.Sugiyono, M.App.Sc.

R3= Perguruan Tinggi (Dr.Ir.Meika Syahbana Rusli,M.Sc.Agr) R4= Pengusaha makanan-minuman (Sutie Rahyono)

  Tabel 14 Prioritas strategi tiap klaster

Kriteria

Strategi Komersialisasi Klaster Diversifikasi Pangan Yang

Efektif

Strategi Komersialisasi Klaster Nilai Tambah Pangan

Yang Efektif

Strategi Komersialisasi Klaster Pemanfaatan Sumber daya Lokal

Pangan Yang Efektif Goal

Nilai Prioritas Nilai Prioritas Nilai Prioritas

Faktor Pemasaran 0.452 1 0.447 1 0.450 1

Produksi 0.163 4 0.246 2 0.282 2

SDM 0.214 2 0.188 3 0.162 3

Finansial 0.171 3 0.119 4 0.106 4

Inventor 0.165 3 0.201 2 0.189 2

Aktor Perguruan Tinggi 0.195 2 0.191 3 0.173 3

Pebisnis 0.549 1 0.523 1 0.534 1

Pemerintah 0.092 4 0.085 4 0.104 4

Tujuan Peningkatan Pendapatan 0.511 1 0.547 1 0.529 1

Efisiensi Biaya 0.174 3 0.164 3 0.164 3

Dampak Jangka Panjang 0.315 2 0.290 2 0.308 2

Skenario Usaha baru 0.169 4 0.135 4 0.176 4

Lisensi 0.281 2 0.305 2 0.342 1

Jual putus 0.258 3 0.215 3 0.184 3

Analisis Prioritas Strategi Komersialisasi

Strategi komersialisasi klaster diversifikasi pangan yang efektif

Faktor yang dianggap penting berurutan adalah faktor pemasaran, SDM, finansial dan produksi. Tingkat kepentingan faktor pemasaran adalah 3 kali faktor produksi, 2.5 kali faktor finansial, dan 2 kali faktor SDM. Aktor yang dianggap penting berurutan adalah pebisnis, perguruan tinggi, inventor, dan pemerintah. Tingkat kepentingan pebisnis 6 kali pemerintah, 3.5 kali inventor, dan 3 kali kepentingan pemerintah. Tujuan utama berurutan adalah peningkatan pendapatan, dampak jangka panjang, dan efisiensi biaya. Tingkat kepentingan peningkatan pendapatan 3 kali efisiensi biaya dan 1.5 kali dampak jangka panjang. Skenario berurutan adalah joint, lisensi, jual putus, dan usaha baru. Prioritas skenario joint 2 kali usaha baru, sedangkan prioritas lisensi dan jual putus relatif sama.

Pada klaster diversifikasi pangan cenderung pada mekanisme pasar karena sifat penghalang masuknya rendah baik dari segi teknologi dan modal, ukuran pasar kecil (<Rp 500 juta/tahun). Peranan pebisnis sangat besar, peranan kebijakan ketahanan pangan dari pemerintah belum signifikan. Prioritas klaster ini adalah peningkatan pendapatan sehingga produk yang berkualitas belum tentu akan dikembangkan kalau tidak menguntungkan. Prioritas klaster ini adalah joint atau lisensi sehingga produk yang sudah pernah dipasarkan (tes pasar) lebih mudah di evaluasi kebutuhan joint-nya. Kalau tidak joint dapat disarankan lisensi. Pengembangan wirausaha dapat dimulai dari klaster ini karena kebutuhan modalnya relatif kecil. Harapan usaha baru didukung oleh pendapat pakar dari perguruan tinggi dan inkubator. Peranan perguruan tinggi sedikit lebih tinggi dibanding inventor.

Strategi komersialisasi klaster peningkatan nilai tambah pangan yang efektif

Faktor yang dianggap penting secara berurutan adalah faktor pemasaran, produksi, SDM, dan finansial. Tingkat kepentingan faktor pasar adalah 4 kali faktor finansial, 2.5 kali faktor SDM dan 2 kali faktor produksi. Aktor yang dianggap penting berurutan adalah pebisnis,

inventor, perguruan tinggi, dan pemerintah. Tingkat kepentingan pebisnis 6 kali kepentingan pemerintah, 2.5 kali perguruan tinggi dan 2.5 kali inventor. Bobot perguruan tinggi sedikit diatas inventor. Tujuan utama berurutan adalah peningkatan pendapatan, dampak jangka panjang, dan efisiensi biaya. Tingkat kepentingan peningkatan pendapatan 3,5 kali efisiensi biaya dan 2 kali tingkat kepentingan dampak jangka panjang. Skenario berurutan adalah joint, lisensi, jual putus, dan usaha baru. Prioritas joint 2 kali usaha baru, 1,5 kali jual putus, dan hampir sama dengan lisensi.

Pada klaster pemberian nilai tambah faktor pemasaran sangat dominan, entry barriernya sedang baik teknologi maupun kebutuhan modalnya dengan ukuran pasar sedang (Rp 500 juta – Rp 10 Milyar/ tahun). Faktor pebisnis relatif dominan dengan prioritas kepentingan peningkatan pendapatan. Prioritas skenario adalah joint dan lisensi. Kebutuhan modal dan potensi pasar sedang dan membutuhkan perhitungan yang lebih cermat.

Strategi komersialisasi klaster pemanfaatan sumber daya lokal

Faktor yang dianggap penting secara berurutan adalah faktor pemasaran, produksi, SDM, dan finansial. Tingkat kepentingan faktor pemasaran adalah 4.5 kali faktor finansial, 3 kali faktor SDM dan 1.5 kali faktor produksi. Aktor yang dianggap penting berurutan adalah pebisnis, inventor, perguruan tinggi, dan pemerintah. Tingkat kepentingan pebisnis 5 kali kepentingan pemerintah, 3 kali perguruan tinggi, dan 3 kali inventor. Tingkat kepentingan perguruan tinggi sedikit lebih tinggi dibanding inventor. Tujuan utama secara berurutan adalah peningkatan pendapatan, dampak jangka panjang, dan efisiensi biaya. Tingkat kepentingan peningkatan pendapatan 3 kali efisiensi biaya dan 1.5 kali tingkat kepentingan dampak jangka panjang. Skenario berurutan adalah lisensi, joint, jual putus, dan usaha baru. Prioritas lisensi 2 kali usaha baru, 2 kali jual putus, dan sedikit di atas joint.

Klaster pemanfaatan sumber daya lokal memprioritaskan faktor pemasaran dan faktor produksi terutama ketersediaan bahan baku. Pebisnis

lebih dominan dibanding aktor lain. Tujuan utama peningkatan pendapatan dengan prioritas strategi lisensi atau joint. Strategi lisensi atau joint dapat dipahami karena selain entry barriernya rendah dari segi kebutuhan modal, dan teknologi, ukuran pasar kecil (Rp < 500 juta/tahun) juga pertimbangan ketersediaan bahan baku.

Secara umum, klaster Diversifikasi Pangan lebih sesuai untuk program-program kebijakan ketahanan pangan dan pengembangan usaha mikro-kecil. Paket-paket teknologi dan konsultansi pengembangan untuk wirausaha lebih diutamakan. Klaster Pemberian Nilai Tambah dititik beratkan pada pengubahan bentuk sehingga menambah umur simpan atau manfaat. Dibutuhkan investor kelas kecil atau menengah dalam pengembangannya. Klaster Pemanfaatan Sumberdaya lokal lebih mengutamakan ketersediaan bahan baku dan kerjasama dengan pengusaha lokal serta pemerintah daerah.

Dokumen terkait