• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis SWOT

Kebijakan pengembangan invensi sudah dirumuskan dalam Rencana Strategis IPB 2008-2013. Visi IPB 2008-2013 adalah “Menjadi perguruan tinggi berbasis riset kelas dunia dengan kompetensi utama pertanian tropika dan biosains serta berkarakter kewirausahaan”. Visi ini merupakan bagian dari Visi IPB 2025 yaitu “ Menjadikan IPB sebagai perguruan tinggi bertaraf internasional dalam pengembangan sumberdaya manusia dan IPTEKS dengan kompetensi utama di bidang pertanian”.

Misi yang terkait dengan pengembangan invensi adalah misi ke dua yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai kebutuhan masyarakat agraris dan bahari pada masa sekarang dan kecenderungan pada masa yang akan datang yang semakin kompetitif. Misi ke tiga yaitu membangun sistem manajemen perguruan tinggi yang berkarakter kewirausahaan, efektif, efisien, transparan dan akuntabel. Sedangkan tujuan yang harus dicapai terkait dengan pengembangan invensi adalah tujuan kedua yaitu memberikan inovasi IPTEKS ramah lingkungan untuk mendukung pembangunan nasional melalui perwujudan negara agraris, bahari dan memperbaiki kesejahteraan umat manusia.

Program strategis IPB 2008-2013 yang terkait dengan pengembangan invensi adalah kelompok program strategis kedua dan keempat. Program kedua yaitu peningkatan kualitas penelitian dan pengabdian kepada masyarakat melalui (1) pembinaan kualitas penelitian khususnya penelitian terobosan bertaraf internasional, (2) pengelolaan dan pemanfaatan hasil penelitian, (3) pengembangan kelembagaan penelitian yang terarah. Program keempat yaitu peningkatan kapasitas sumberdaya yang terdiri dari (1) pengembangan jiwa kewirausahaan sivitas akademika, (2), pengembangan satuan usaha, (3) penguatan peran eksternal, dan (4) penguatan jejaring kerjasama.

Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa komersialisasi invensi merupakan salah satu manifestasi visi, misi dan program IPB 2008-

2013 yang harus terwujud. Hasil identifikasi dan diskusi produk invensi terutama dengan pakar dan pengambil kebijakan adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi Kekuatan

a. Kuantitas invensi yang terdaftar di Dit.RKS 2011 cukup banyak, lebih dari 100 buah (Lampiran 1)

b. Kualitas produk invensi juga cukup kompetitif hal ini ditunjukkan dengan terpilihnya 95 invensi IPB pada buku inovasi Indonesia paling prospektif (KNRT 2008; BIC 2009, 2010). Jumlah yang dipatenkan untuk kategori bidang makanan minuman sudah mencapai 27 buah (Dit.RKS. 2010a).

c. Bahan/materialnya berbasis sumber daya lokal sehingga dapat memberikan nilai tambah dan mendorong pergerakan perekonomian lokal.

d. Penelitian dan pengembangan produk relatif dinamis.

e. Jumlah pakar / dosen yang pakar dibidangnya dalam hal ini pangan cukup banyak demikian juga dengan fasilitas pendukungnya seperti laboratorium.

f. Program promosi juga dilakukan oleh Direktorat RKS dalam bentuk expo, temu bisnis dan publikasi melalui website. Sudah ada beberapa perusahaan yang sedang menjajagi kemungkinan kerjasama (Dit. RKS, 2010a).

2. Identifikasi Kelemahan

a. Produk invensi umumnya berorientasi technologi/product driven sehingga perlu dilakukan upaya khusus untuk menyambungkan dengan pasar.

b. Tahapan invensi sebagain besar masih berskala laboratorium

c. Ketersediaan dana untuk scale up terbatas. Umumnya produk invensi dikembangkan melalui insentif hibah atau penelitian mahasiswa yang dananya terbatas sehingga pengambangan tidak berlanjut sampai skala komersial.

d. Mitra baik investor ataupun entrepreneur yang berminat mengembangkan produk invensi masih kurang.

3. Identifikasi Peluang

a. Tersedia lembaga/unit kerja di IPB yang memfasilitasi komersialisasi. Lembaga ini memfasilitasi mulai dari pengurusan paten, memediasi dengan pengusaha (Dit RKS), inkubasi teknologi ( F-Technopark), pengembangan wirausaha (P3K), saluran pemasaran (Serambi Botani dan Agrimart), dan Satuan Usaha Akademik yang dapat mengembangkan komersialisasi.

b. Kebijakan penelitian terutama ketahanan pangan melalui diversifikasi pangan, pengembangan agroindustri/agrobisnis, memberikan peluang pengembangan invensi di bidang makanan dan minuman.

c. Kecenderungan gaya hidup sehat (Green/Healthy life style) semakin berkembang terutama di masyarakat terdidik dan perkotaan dengan pendapatan menengah ke atas sehingga permintaan produk invensi yang sehat dan ramah lingkungan meningkat

d. Networking lembaga intermediasi dapat meningkatkan akses inovasi pemasaran (promosi), pembinaan atau pengembangan invensi (misalkan dengan BIC,RAMP)

e. Peluang pendanaan start up yang bersifat insentif atau kompetitif misalkan program dari Kementerian Negara Riset dan Teknologi RI.

4. Identifikasi Ancaman

a. Kompetisi global ditandai dengan meningkatnya jumlah produk impor di pasaran. Selain perusahaan waralaba makanan asing, produk-produk impor juga bertambah banyak.

b. Birokrasi pengurusan dan pengembangan invensi terutama yang terkait dengan penelitian perguruan tinggi perlu diperjelas terutama ketika dikomersialisasi.

c. Perusahaan / industri memiliki penelitian dan pengembangan sendiri yang umumnya bersifat tertutup.

d. Perusahaan /industri lebih suka memasarkan produk yang sudah jadi dan tidak tertarik investasi penelitian (cenderung trader daripada entrepreneur).

Hasil identifikasi ini kemudian dibuat matriks agar dapat dikembangkan strategi umum pengembangan komersialisasi invensi. Strategi-strategi yang dikembangkan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Analisis SWOT produk invensi IPB INTERNAL

EKSTERNAL

Strength (Kekuatan) 1. Jumlahnya banyak

2. Kualitasnya kompetitif (BIC) sebagian dipatenkan

3. Umumnya berbasis sumber daya lokal 4. Penelitian dan pengembangan produk

dinamis

5. Didukung/ legitimasi pakar-pakar kompeten di bidangnya

6. Program promosi sistematis

Weakness (Kelemahan)

1. Invensi berorientasi

produk/technology,

2. Produk umumnya masih berskala laboratorium sehingga harus dikembangkan lebih lanjut

3. Dana pengembangan skala (scale up) terbatas

4. Partnership (kemitraan) masih terbatas

Opportunity (Peluang)

1. IPB memiliki lembaga/unit kerja yang dapat memfasilitasi komersialisasi invensi

2. Adanya kebijakan Ketahanan/ diversifikasi Pangan, Agroindustri/Agrobisnis

3. Kecenderungan gaya hidup sehat (Green/ Healthy life style)

4. Networking lembaga intermediasi (BIC, RAMP dsb)

5. Peluang pendanaan start up

Strategi S-O

1. Pemetaan (klasterisasi), kebutuhan, tahapan dan prioritas invensi (S1,2,3,4,5,6, – O1,2,3,4,5)

2. Penelitian pasar dan trend kebutuhan konsumen terutama terkait pengembangan produk berbasis sumber daya lokal, diversifikasi pangan yang sesuai dengan pasar (konsumen) (S2,3,4 – O2,3,4,5)

Strategi W-O

1. Revitalisasi aktivitas inkubasi invensi baik sebagai teaching industry atau pengembangan produk sampai layak skala komersial dan sinkronisasi program pendanaan wirausaha dengan start up capital (W1,2,3,4 - O1,2,3,4,5)

Threat (Ancaman)

1. Kompetisi global (produk-produk impor) 2. Birokrasi

3. Perusahaan memiliki R&D sendiri yang relatif tertutup.

4. Kecenderungan hanya memasarkan produk yang sudah jadi (tidak tertarik investasi) (cenderung trader daripada entrepreneur)

Strategi S-T

1. Aliansi / joint development (produksi, pemasaran) (S1,2,3,4,5,6 – T1,T3,T4)

Strategi W-T

1. Revitalisasi area/ bursa produk invensi (W1,2,3,4 – T2,3,4)

Strategi umum yang dapat dimunculkan antara lain :

1. Pemetaan (klasterisasi), kebutuhan, tahapan dan prioritas invensi (S1,2,3,4,5,6, – O1,2,3,4,5)

Klasifikasi diperlukan terkait dengan strategi yang efektif efisien dan terkait kapasitas produksi, permintaan pasar, kebutuhan SDM dan kebutuhan finansial. Karakteristik industri rumah tangga, industri kecil dan industri besar atau menengah berbeda. Industri besar tidak akan mangakuisisi industri kecil atau berkompetisi dengan industri kecil misal karena ukuran, segmen atau pertumbuhan pasar, keterbatasan bahan baku, dan keterbatasan dimassalkan. Invensi yang dapat dikembangkan dengan modal relatif kecil dapat ditawarkan untuk memulai usaha baru atau kerjasama pengembangan lewat usaha yang sudah ada.

Diharapkan dengan klasterisasi ada jenis-jenis produk yang diprioritaskan untuk komersialisasi jenis usaha baru, lisensi/royalti, jual putus atau joint. Selain kebutuhan investor/entrepreneur, pertimbangan harapan inventor juga penting.

2. Penelitian pasar dan trend kebutuhan konsumen terutama terkait pengembangan produk berbasis sumber daya lokal, diversifikasi pangan yang sesuai dengan pasar (konsumen) (S2,3,4 – O2,3,4,5)

Diversifikasi pangan hendaknya dapat memenuhi selera konsumen sehingga invensi bidang makanan-minuman dapat dipasarkan dengan tepat. Sebagian besar produk invensi makanan-minuman memiliki target masyarakat yang sadar akan pentingnya kesehatan atau gaya hidup sehat. Ukuran segmen tidak terlalu besar tetapi bila strategi pemasarannya tepat, invensi ini dapat dikomersialisasi.

3. Revitalisasi aktivitas inkubasi invensi sampai layak skala komersial dan sinkronisasi program pendanaan wirausaha dengan start up capital (W1,2,3,4 - O1,2,3,4,5)

Banyaknya lembaga/unit komersialisasi di IPB tidak otomatis meningkatkan jumlah yang dapat dikomersialisasi. Diperlukan matriks program kerjasama terkait antar unit/lembaga yang dapat mengkomersialisasi

invensi. Program-program wirausaha mahasiswa hendaknya selain menemukan invensi juga mengembangkan invensi yang sudah ada.

4. Aliansi / joint development (produksi, pemasaran) (S1,2,3,4,5,6 – T1,T3,T4) Dengan adanya klaster industri, produk yang memiliki karakteristik relatif sama dapat dikembangkan dalam klaster teaching industry. Produk yang dikembangkan dengan alat yang sama dapat dipusatkan di klaster tertentu. Misalkan teaching industry pengemasan (botol, kaleng, cup), teaching industry pengolahan daging dan produk turunannya, teaching industry pengolahan hasil laut. Biaya operasional produksi secara keseluruhan invensi dapat dikembangkan lebih murah. Joint produksi diharapkan dapat menjawab investor yang membutuhkan prototype produk.

Joint pemasaran diharapkan dapat mengefisienkan penelitian pasar, pengurusan perizinan, promosi, dan saluran distribusi. Joint promosi invensi sudah dilakukan oleh Dit.RKS. dan saluran distribusi ke konsumen dapat di fasilitasi serambi botani dan agrimart.

5. Revitalisasi area/ bursa produk invensi (W1,2,3,4 – T2,3,4)

Etalase /bursa produk invensi merupakan bagian dari kesinambungan dan ketersediaan produk invensi. Ketersediaan produk dapat meningkatkan variasi produk pada tingkat saluran distribusi seperti di Serambi Botani

Dokumen terkait