• Tidak ada hasil yang ditemukan

Majelis hakim dapat menjatuhkan putusan lebih rendah, sama, atau lebih tinggi dari requisitor penuntut umum. Putusan majelis hakim yang melebihi tuntutan dari jaksa secara normatif, tidak melanggar acara pidana dan sebaliknya202.

Dalam persidangan, Majelis Hakim tidak menemukan hal-hal yang dapat menghapuskan pertanggungjawaban pidana, baik sebagai alasan pembenar dan atau alasan pemaaf, maka Terdakwa harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Terdakwa mampu bertanggung jawab, maka harus dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana.

Berdasarkan hal tersebut, Andi Hamzah menjelaskan bahwa pembuat (dader) harus ada unsur kesalahan dan bersalah yang harus memenuhi unsur, yaitu:203

201 Liga Sabina Luntungan, Op.Cit., hlm. 140-141

202 https://m.hukumonline.com/klinik/detail/lt59127a57206a8/batasan-ultra-petita-dalamputusan-perkara-pidana/ diakses 15 Juni 2020, pkl. 17.42 WIB

203 Andi Hamzah,. Asas-Asas KUH Pidana.. (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 130

d. Kemampuan bertanggung jawab atau dapatnya pertanggungjawabkan dari si pembuat;

e. Adanya kaitan psikis antara pembuat dan perbuatan, yaitu adanya sengaja atau kesalahan dalam arti sempit (culpa). Pelaku mempunyai kesadaran yang mana pelaku seharusnya dapat mengetahui akan adanya akibat yang ditimbulkan dari perbuatannya;

Tidak adanya dasar peniadaan pidana yang menghapus dapatnya dipertanggungjawabkan sesuatu perbuatan kepada pembuat.

Jika seseorang telah melakukan perbuatan yang memenuhi semua unsur delik sebagaimana dirumuskan dalam undang-undang, ia dapat dipidana.

Walaupun demikian ada kalanya perumusan delik tersebut karena sesuatu hal tidak berlaku untuk keadaankeadaan tertentu (ada pengecualiannya).

Pengecualiannya bisa terletak pada orangnya (orang yang dapat dipersalahkan) atau dapat pula pada perbuatannya yang tidak melawan hukum (dalam arti materiil). Hal ini disebut dengan Straf uitsluitingsground (pengecualian kapan seseorang dapat dipidana/alasan penghapus pidana).

Straft uitsluitingsground dapat berupa alasan pembenar (recht vardigingsground) dan alasan pemaaf (straft uitsluitingsground). Alasan pembenar yaitu alasan yang menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan, sehingga apa yang dilakukan terdakwa lalu menjadi perbuatan yang patut dan benar. Sedangkan alasan pemaaf adalah alasan yang menghapuskan kesalahan terdakwa. Dalam hal ini perbuatan yang dilakukan terdakwa tetap melawan hukum/tetap merupakan perbuatan yang dapat dipidana pelakunya, tetapi pelakunya tidak dipidana karena tidak ada kesalahan. Selain itu dikenal pula alasan penghapus penuntutan yang bukan merupakan alasan penghapus yang berkaitan dengan sifat perbuatan ataupun sifat orang yang melakukan perbuatan, tetapi dasar dihapusnya penuntutan oleh pemerintah adalah kemanfaatannya bagi

masyarakat (kepentingan umum yang menjadi bahan pertimbangan). Tiadanya penuntutan berarti tiadanya pemidanaan204

Saat di persidangan majelis hakim menanyakan keadaan dari terdakwa, bahwa terdakwa dalam kondisi sehat jasmani dan rohani dan telah berumur 21 tahun saat melakukan tindak pidana pemerasan dan pengancaman. Sehingga menurut ketentuan usia 21 tahun dinyatakan sudah dewasa dan dapat dipertanggungjawabkan segaa perbuatannya. Sehingga tidak ada alasan untuk menghapus pidana pada diri terdakwa.

Alasan penghapus pidana ada yang berasal dari dalam diri pelaku dan dari luar diri pelaku. Alasan yang berasal dari dalam diri pelaku terdapat dalam Pasal 44 KUHP, yakni: Alasan penghapus pidana karena jiwanya cacat dalam pertumbuhannya (idiot/perkebangan jiwanya tidak sesuai dengan perkembangan fisiknya/sesuai dengan umurnya) atau terganggu karena penyakit (gila, baik permanen ataupun tidak, seprti kleptomani, klaustropobi, eksibionisme dsb.).

Dalam hal ini terdakwa kondisi kesehatannya sehat, tidak cacat dalam pertumbuhannya (gila permanen atau tidak)

204 Andi Hamzah, Op.Cit., hlm. 188-189. Adanya alasan penghapus pidana dengan adanya alasan penghapus penuntutan memiliki perbedaan dalam hal produk yang dihasilkan oleh seorang hakim. ―Putusan hakim‖ (vonis) bila adanya alasan penghapus pidana, sedangkan ―penetapan hakim‖ (beschiking) dilakukan dalam hal adanya alasan penghapus penuntutan. Dua produk hakim ini melahirkan upaya hukum yang berbeda;

dalam hal adanya putusan lepas dari segala tuntutan upaya hukumnya adalah kasasi, sementara itu upaya untuk melawan penetapan hakim adalah dengan jalan mdlakaukan perlawanan (verzet). Disamping itu sulit pula dibedakan apakah sesuatu dalam rumusan merupakan unsur atau (element) atau suatu dasar peniadaan pidana (feit d‘excuse). Vos memberi contoh tentang ―ijin‖ yang dikeluarkan pemerintah apakah merupakan unsur atau feit d‘exuse. Hal ini penting dalam pembuatan surat dakwaan dan pembuktian. Jika ―ijin‖

merupakan unsur (rumusan tindak pidananya misalnya berbunyi, ―...perbutan tersebut dilarang tanpa ijin‖, jika terjadi pelanggaran, maka harus dibuktikan), bila tidak terbukti maka putusan hakim ialah bebas, karena dakwaan tidak terbukti (vrijspraak). Sedangkan bila ―ijin‖ merupakan dasar peniadaan pidana/feit d‘excuse (rumusan berbunyi,‖....peraturan tidak diterapkan jika diberikan ijin, atau pembuat tidak dipidana jika ada ijin), maka putusan hakim adalah lepas dari segala tuntutan hukum (ontslag van alle rechtsvervolging).

Sedangkan yang berasal dari luar diri pelaku terrdapat dalam Pasal 48 – Pasal 51 KUHP. Selain itu ada pula alasan penghapus yang berasal dari luar ketentuan umum (Bab III Buku I), yaitu terdapat dalam Buku II yang mengatur tentang alasan-alasan penghapus pidana yang bersifat khusus (berlaku hanya untuk perbuatan tertentu saja)

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan terhadap ketiga permasalahan dalam penelitian ini, maka disimpulkan sebagai berikut :

1) Perumusan ketentuan Pasal 27 ayat (4) yang menggabungkan tindak pidana pemerasan dan/atau pengancaman dalam satu ketentuan padahal dalam KUH Pidana tindak pidana pemerasan diatur dalam Pasal 368 sedangkan pengancaman diatur dalam Pasal 369 KUH Pidana. Pemerasan merupakan tindak pidana biasa.

Pemerasan cara melakukan dengan menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan. Pengancaman merupakan pidana aduan absolut. Pada pengancaman dengan menggunakan ancaman pencemaran dan akan membuka rahasia. Namun, pemerasan dan pengancaman memiliki persamaan. Persamaan tindak pidana pemerasan dan pengancaman adalah:

Perbuatan materilnya masing-masing berupa memaksa. Perbuatan memaksa ditujukan kepada orang tertentu. Tujuan yang sekaligus merupakan akibat perbuatan memaksa agar orang menyerahkan benda, memberi hutang dan atau menghapuskan piutang.

2) Pertanggungjawaban pidana terhadap pemerasan dan atau pengancaman melaui media elektronik menurut UU ITE dan KUH Pidana karena telah ada tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang. Pertanggungjawaban pidana pada hakikatnya merupakan suatu mekanisme yang dibangun oleh KUH Pidana untuk bereaksi terhadap pelanggaran perbuatan tertentu. Dalam hal ini adalah pemerasan dan pengancaman. Untuk menentukan

pertanggungjawaban pidana terhadap pemerasan dan atau pengancaman menurut UU ITE dan KUH Pidana harus memenuhi unusr. Unsur utama dari tindak pidana pemerasan itu, maka apakah suatu perbuatan masuk kedalam suatu tindak pidana pemerasan sangat ditentukan oleh adanya niat atau kehendak pelaku memaksa orang lain dengan paksaan, kekerasan atau disertai pengancaman, sehingga orang lain itu sejatinya tidak akan melakukan sesuatu apabila tidak ada suatu pemaksaan dari sipelaku pemerasan, misalnya seseorang tidak akan menyerahkan sejumlah uang kepunyaanya apabila tidak ada pemaksaan, ancaman dari sipemeras.

3) Pertimbangan hukum hakim dalam Putusan Pengadilan 7/Pid.Sus/2017/PN.Snb, bahwa berdasarkan fakta-fakta di persidangan, dan keterangan saksi-saksi, terdakwa telah terbukti dengan sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana pemerasan dan pengancaman melanggar Pasal 27 ayat 4 UU ITE UU ITE Jo Pasal 45 ayat (4) Dalam persidangan, Majelis Hakim tidak menemukan hal-hal yang dapat menghapuskan pertanggungjawaban pidana, baik sebagai alasan pembenar dan atau alasan pemaaf, maka Terdakwa harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Terdakwa mampu bertanggung jawab, maka harus dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana

B. Saran

1. Tindak pidana pemerasan dan atau pengancaman yang diatur pada Pasal 27 ayat (4) UU ITE. Agar perumusan ketentuan Pasal 27 ayat (4) tidak menggabungkan tindak pidana pemerasan dan/atau pengancaman dalam satu ketentuan. Karena pemerasan dan pengancaman memiliki unsur yang berbeda.

Pemerintah sebaiknya merevisi pasal tersebut.

2. Pertanggungjawaban pidana terhadap pemerasan dan atau pengancaman melaui media elektronik menurut UU ITE dan KUH Pidana karena telah ada tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang. Agar mengurangi terjadinya tindak pidana pemerasan dan atau pengancaman melaui media elektronik menurut UU ITE dan KUH Pidana, sebaiknya perlu diberikan edukasi kepada seluruh masyarakata sejak dini tentang manfaat dari media elektronik, sekaligus sanksi yang diberikan akibat melanggar ketentuan yang termuat dalam UU ITE. Peran aparat penegak hukum seperti polisi, hakim, jaksa dibutuhkan untuk memberikan informasi tentang penggunaan media elektronik

3. Agar Mejelis Hakim yang menyidangkan perkara pemerasan dan pengancaman/Pid.Sus/2017/PN.Snb apabila terdakwa yang telah terbukti dan sah melakukan tindak pidana tersebut dijatuhi hukuman seberat-beratnya sehingga menjadi efek jera bagi pelaku. Korban telah mengalami kerugian materil dan merasa terancam jiwanya. Foto telanjang dari korban yang telah diunggah di media elektronik oleh pelaku dapat diakses oleh seluruh masyarakat sehingga dapat meresahkan korban dan keluarganya. .

I. Buku

Abdussalam, R. Sistem Peradilan Pidana, Jakarta: Restu Agung, 2007

Abidin. Andi Zainal Asas-Asas KUH Pidana Bagian Pertama. Bandung:Alumni.

1988.

Ahmad M, Ramli, Cyber Law dun Haki dalam Sistem Hukum Indonesia, cetakan. Pertama, Bandung:Refika Aditama, 2004

Ali, Mahrus, Dasar-Dasar KUH Pidana, Jakarta:Sinar Grafika, 2011

Arief M.Mansur dan Alistaris Gultom, CyberLaw;Aspek Hukum Teknologi Informasi

Arief, Barda Nawawi, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001 _________, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,

2013

Adji, Indrianto Seno, Korupsi dan KUH Pidana, Kantor Pengacara & Consultan Hukum Prof. Oemar Seno Adji & Rekan, Jakarta, 2002

Ariman, M. Rasyid dan Raghib, M. Fahmi, Hukum Pidana Fundamental (Tindak Pidana, Pertanggungjawaban Pidana, Pidana & Pemidanaan), Palembang: Unsri Press, 2013

Ariman, Rasyid, Kapita Selekta Perbandingan Hukum Pidana, Palembang:Universitas Sriwijaya, 2006

Asshiddiqie,Jimly Teori & Aliran Penafsiran Hukum Tata Negara. Jakarta: Ind.

Hill.Co. 1997

Atmasasmita, Romli Asas-Asas Perbandingan KUH Pidana , Cetakan I Jakarta:

Yayasan LBH, 1989

___________Asas-asas Perbandingan Hukum Pidana, Cetakan Pertama Jakarta:

Yayasan LBH, 1989

[BPHN] Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementrian Hukum Dan Ham RI, 2010. Laporan Akhir Penelitian Hukum Tentang Efektifitas UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

[BPHN]Badan Pembinaan Hukum Nasional, Laporan Tim Forum Dialog Hukum dan Non Hukum Kelompok Kerja Bidang Hukum dan Teknologi, (Jakarta:

Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan HAM RI, 2004)

Brian K Williams, Stacey Sawijen san Sarah H.Hurt Chraison in Using Information Technology, A Practical Introduktion to Computer and Communication New York: Mc-Graw Hill, 1989

Chazawi, Adami Tindak Pidana Pornografi, Malang: Banyumedia Publishing 2013

___________ ,Kejahatan Terhadap Harta Benda. Malang : Bayumedia Publishing, 2011

Chazawi, Adami, Prija Djatmika, dan Ardi Ferdian, Tindak Pidana Pers:

Penyerangan Terhadap Kepentingan Hukum yang Dilindungi dengan Mempublikasikan Tulisan, Mandar Maju, Bandung, 2015

Chazawi, Admi, Stelsel Pidana, Tindak Pidana, Teori-Teori Pemidanaan &

Batas Berlakunya KUH Pidana Pelajaran KUH Pidana 1, 2005

__________.Pelajaran KUH Pidana I, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2005.

__________..Pelajaan KUH Pidana 1 Stesel Pidana, Tindak Pidana, Teori-teori Pemidanaan & Batas Berlakunya KUH Pidana, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011

__________Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1, Cetakan Pertama, PT.

RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2002.

Chazawi, Admi, dan Ferdian, Ardi Tindak Pidana Informasi dan & Transsaksi Elektronik Malang: Bayumedia Publishing, 2011

__________,Penyerangan Terhadap Kepentingan Hukum Pemanfaataan Tehknologi Informasi dan Transaksi Elektronik Malang : Media Nusa Creative, 2015

__________, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1, Cetakan Pertama, Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2002.

Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gulton, Cyberlaw Aspek Hukum Teknologi Informasi, Bandung: PT Refika Aditama, 2009

Djamali, R. Abdoel, Pengantar Hukum Indonesia edisi revisi, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2013

Dwidja, Priyatno Sistem Pelaksanaan Penjara Di Indonesia, Bandung: PT Refika Aditama, cetakan pertama, 2006

Ediwarman, Monograf Metodologi Penelitian Hukum Medan:Softmedia, 2015 Ekaputra, Mohammad, Dasar-dasar Hukum Pidana Edisi 2, Medan: USU Press,

2015

Eddyono, Supriyadi Widodo, Problem Pasal Pencemaran Nama Baik di Ranah Maya, Seri Internet dan HAM, Jakarta: ELSAM, 2014

Erdianto Efendi, KUH Pidana Indonesia Suatu Pengantar, Bandung:Refika Aditama, 2011

__________, Hukum Pidana Indonesia Suatu Pengantar Bandung:Refia Aditama, 2011

Ferdian, Ardi , Tindak Pidana Informasi & Transaksi Elektronik ,Malang: Bayumedia Publishing, 2011

Hamzah, Andi . Asas-Asas KUH Pidana Jakarta: Rineka Cipta, 1997 __________. Asas-Asa KUH Pidana, Rineka Cipta, Jakarta. 2010.

__________.KUH PIDANA & KUHAP Edisi Revisi, Jakarta: Rineka Cipta, 2014.

__________. Delik-delik Tertentu (Speciale Delicten) di dalam KUHP, Jakarta:

Sinar Grafika, 2009.

__________, Delik-Delik Tertentu (Specialis Delicten) di Dalam KUH PIDANA Edisi Kedua ,Jakarta: Sinar Grafika, 2015

Hulukati, Tien S Delik-Delik Khusus di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,Bandung: Fakultas Hukum Unpas, 2013

Julia, Andi, Penerapan Konsep Hukum, Yogyakarta: Republik, 2006, hlm 71 Gerung, Rocky, Hak Asasi Manusia: Teori, Hukum, Kasus, Depok:Filsafat UI Press, 2006

Hadikusuma, Hilman Bahasa Hukum Indonesia, Bandung:Alumni,1992

Hamzah, Andi, D e li k - d el i k T er t en t u ( S p eci al e D el i ct en ) d i Dalam KUH PIDANA Edisi Kedua, Jakarta: Sinar Grafika,2015

__________

,. Asas-Asas KUH Pidana.,Jakarta: Rineka Cipta, 1997

Hiariej, Eddy O.S. Prisnsip-Prinsip KUH Pidana, Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka, 2014

Huda, Chairul Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan „Menuju Kepada „Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan‖, Jakarta:Kencana

Jakarta, 2011

Ibrahim, Jhony,Teori dan Metodologi Peneitian Hukum Normatif, Surabaya:

Bayumedia, 2006

Ikbal, Muhammad, dkk, Hukum Pidana, Banten:Unpam Press, 2019

Ilyas, Amir dan Haeranah, Hukum Pidana Materil & Formil : Kesalahan dan Pertanggungjawaban Pidana, USAID-The Asia Foundation-Kemitraan Partnership, 2015

Ilyas, Amir Asas-asas Hukum Pidana, Yogyakarta: Rangkang Education Yogyakarta & PuKAP Indonesia, 2012

Insaini, Yusran, Hak Cipta Dan Tantangannya Di Era Cyberspace, Bogor:

Ghalia Indonesia, 2009

Ismu, Gunadi dan Jonaedi Efendi, Cepat dan Mudah Memahami KUH Pidana, Jakarta:Kencana, 2014

___________.Cepat dan Mudah Memahami KUH Pidana, Cet.1, Jakarta:

Prenada Media Group, 2014.

Kanter, E.Y dan Sianturi, S.R. Asas-Asas KUH Pidana di Indonesia dan Penerapannya,Jakarta: Storia Grafika, 2002

Lamintang, Delik-Delik Khusus Kejahatan-Kejahatan Terhadap Harta Kekeyaan Bandung : Sinar Baru,1989

__________, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2014

__________, Hukum Panitensier Indonesia, Bandun:Armico, 1984.

Lubis, Solly M, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung: Mandar Maju, 1994 Mantra, IGN Potensi Ancaman Keamanan Email Perusahaan, Jakarta: Info Komputer, 2015

Mahmud Marzuki. Peter.Penelitian Hukum. Cet 2. Jakarta: Kencana. 2008

Marawis, Frans, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012

Marpaung, Leden , Asas-Teori-Praktik KUH Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2005

Mapaung. Leden Asas-Teori-Praktik KUH Pidana, Jakarta: Sinar Grafrika. 2005

Marzuki, Piter, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Media,2008

Manan, Abdul, Aspek-Aspek Pengubah Hukum, Prenada Media, Jakarta, 2005 Mertha, I.Ketut , dkk, Buku Ajar Hukum Pidana, Fakultas Hukum Universitas

Udayana Denpasar, 2016

Mihradi, R. Muhammad, Kebebasan Informasi Publik Versus Rahasia Negara, Bogor: Ghalia Indonesia, 2011

Muhammad, Abdulkadir ,Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung:PT. Citra Aditya Bakti, 2004

Mukti Fajar N.D., dan Yulianto Ahmad , Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2010

Moeljatno., Pertanggung Jawab Pidana, Jakarta: Aksara Baru, 1987 __________ Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 2002

M, Sholehuddin, Sistim Sanksi Dalam KUH Pidana, Ide dasar Double Track System dan Implementasinya, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2003 Maskun, Kejahatan Siber Cyber Crime Suatu Pengantar, Jakarta: Kencana, 2013 __________, Kejahatan cyber crime, Jakarta : Kharisma Putra Utama, 2013 Makarim, Edmon Pengantar Hukum Telematika (Suatu Kompilasi Kajian),

Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2005

Mansur, Didik M Arief dan Ghultom, Elistaris Cyber Law-Aspek Hukum Teknologi Informasi, Bandung: Refika Aditama, 2005

Magdalena, Merry ―Aspek-Aspek Pengubah Hukum”, Jakarta: Kencana, 2006 Magdalena, Merry dan Maswigrantoro Roes Setyadi, Tindak Pidana

Mayatara,Jakarta: RajaGrafindo Persada,2006

Mulyadi Mahmud dan Surbakti, Feri Antoni, Politik Hukum Pidana Terhadap Kejahatan Korporasi, Jakarta: PT. Sofmedia, 2010,

Naskah Rancangan Kitab Undang-Undang KUH Pidana Baru, Buku I dan II, 1991/1992

Naskah akademik RUU tindak pidana di bidang Teknologi Informasi disusun oleh Mas Wigantoro Roes Setiyadi , CyberPolicy Club dan Indonesia Media Law and Policy Center,2003.

Nasution, Bahder Johan, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter, Jakarta: Rineka Cipta, 2009

Nawawi, Arief Barda, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001 Nawawi, Arief Barda, Tindak Pidana Mayantara: Perkembangan Kajian

Cybercrime di Indonesia, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2006

__________Tindak Pidana Mayantara dan Perkembangan Kajian Cybercrime di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2006

Pendit, Putu Laxman, Makna Informasi: Lanjutan dalam Sebuah Perdebatan Perdebatan, Jakarta: KesaintBlanc, 1992

Puslitbang Hukum dan Peradilan Mahkamah Agung RI, Kejahatan Internet (Cybercrimes),Jakarta: Pusltbang Hukum RI, 2004

Prodjodikoro , Wirjono Asas-asas KUH Pidana di Indonesia, Bandung : PT.

Tresco,1981

___________ Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia. Refika Aditama. Bandung.

2014.

__________.Asas-asas KUH Pidana di Indonesia, Edisi 3, Bandung: PT. Refika Aditama, 2009.

__________.Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Bandung: Refika Aditama, 2010

Poernomo,Bambang, Asas-asas KUH Pidana, Jakarta : Galia Indonesia, 1983 __________.Teori Pertanggungjawaban Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 1996.

Prasetyo, Teguh, Kriminalisasi Dalam KUH Pidana, Bandung : Nusa Media, 2010

Purbo, Onno W. dan Aang Arif Wahyudi, Mengenal E-Commerce ,( Jakarta:

Elex Media Komputindo,2001

Ramli, Ahmad M. Cyber Law dan HAKI dalam Sistem Hukum Indonesia, Jakarta: Rafika Aditama, 2004

.

Ramelink, Jan ,KUH Pidana, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003

Raharjo, Agus Cyber Crime: Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan Berteknologi,Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2002

__________, Networks of network Malang: Bayumedia Publishing, 2010

Raharjo, Satjipto Ilmu Hukum, Bandung : Alumni, 1986

__________.Penegakan Hukum Progresif , Jakarta: Kompas, 2010

Reksodiputro, Marjono, Kejahatan computer (Suatu catatan sementara dalam rangka KUH PIDANA nasional yang akan daang) dalam kemajuan Pembangunan Ekonomi dan Kejahatan,Jakarta: Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum UI, 1997

Rosidah, Nikmah ,Asas-Asas KUH Pidana, Semarang:Pustaka Magister, 2011

Saleh, Roeslan Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana.

Jakarta:Aksara Baru,1999

__________.Perbuatan Pidana Dan Pertanggungan Jawab Pidana (Dua Pengertian Dasar Dalam Hukum Pidana), Jakarta: Aksara Baru, 1981 __________ Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana,Jakarta:

Aksara Baru, 1990

__________ Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana. Jakarta Aksara Baru, 1990

Sastrawidjaja, Sofjan, Hukum Pidana I, Bandung: CV. ARMICO, 1990 .Schaffeiste, D, dkk , Hukum Pidana, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007

Shinta, Cyberlaw Praktik Negara-negara Dalam Mengatur Privasi Dalam ECommerce, Bandung:Widya Padjadjaran, 2009

Sianturi, S.R, Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia dan Penerapannya, Cet. IV, Jakarta: AlumniAhaem-Pateheam, 1996

__________, Asas-Asas Hukum Pidana dan Penerapannya di Indonesia ,Cetakan ke- 2, Jakarta: Alumni Ahaem-Petehaem, 1988.

Sitompul, Asri, Hukum Internet Pengenalan Mengenai Masalah Hukum Cyberspace, (Bandung: PT. Citra Adiyta Bakti, 2001),

Sitompul, Josua, Cyberspace CyberCrime Cyberlaw Tinjauan Aspek Hukum Pidana,Jakarta: PT Tatanusa, 2012

Soesilo, R. Kitab Undang-Undang KUH Pidana (KUH PIDANA) Serta Komentar-komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, (Bogor: Politeia, 1988),

Syahdeni, Sutan Remy, Arbritase Nasional, Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2000

__________.Kejahtan & Tindak Pidana Komputer,Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2009

__________. Arbitrase Nasional, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000 Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Bandung: Alumni,1997

Soedarto, KUH Pidana I, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang, 1991.

Sigit Suseno, Yurisdiksi Tindak Pidana Siber, Bandung: Refika Aditama, 2012 Soekanto, Soejono dan Purnadi Purbacaraka, Perihal Kaedah Hukum Bandung:

Citra Aditya Bakti,1993

Soekanto, Soejono dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif:Suatu Tinjauan Singkat Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2001

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,, Jakarta,: UI Press 2008 Sudarto. Hukum dan Hukum Pidana. Bandung: Alumni, 1997

Sudaryono dan Surbakti ,Natangsa, KUH Pidana Dasardasar KUH Pidana Berdasarkan KUH PIDANA dan RUU KKUH PIDANA, Surakarta : Muhammadiyah University Pers,2017

Suhariyanto, Budi , Tindak Pidana Teknologi Informasi(Cyebercrime), Kota Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2012,

__________Tindak Pidana Informasi (Cybercrime): Urgensi Pengaturan Dan Celah Hukumnya. Jakarta: Rajawali Pers

Sulianta, Feri Cyberporn Bisnis Atau Kriminal, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,2010

Sunggono, Bambang Metodologi Penenlitan Hukum Jurumetri,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998

Suseno, Sigit Yurisdiksi Tindak Pidana Siber,Bandung: Refika Aditama, 2012 Soemitro, Ronny Hanitijo, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta:

Ghalia Indonesia, 1994, cet.ke 5

Sofjan, Sastrawidjaja Hukum Pidana I, CV. ARMICO, Bandung,1990

Sofyan, Andi dan Azisa, Nur, Buku Ajar Hukum Pidana, Makassar:Pustaka Pena Press, 2016

1Syahrum dan Salim, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Bandung : Citapustaka Media , 2012,

Tongkat, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia dalam Perspektif Pembaharuan, Malang : UMM Press, 2004

Utrecht, Hukum Pidana 1, Surabaya: Pustaka Tinta Mas, 1986

Wahid, Abdul. Kejahatan Mayantara (Cyber Crime). PT Refika Aditama.

Bandung, 2005.

Wahid,Abdul dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayantara (Cyber Crime), Bandung : Refika Aditama , 2005

Wahid,Abdul et.al, Kejahatan Mayantara (Cyber Crime), ctk. Pertama, Refika Aditama, Bandung, 2005.

Waluyadi, KUH Pidana Indonesia, Jakarta: Percetakan Karya Unipress, 2003 Wigrantoro, Mas Roes Setiyadi, Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang

Tindak Pidana di Bidang Teknologi Informasi

Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Azas-azas, Penyunting : M.Hisyam, Jakarta: FE-UI, 1996

Zainal, Andi Abidin. Asas-Asas KUH Pidana Bagian Pertama. Bandung:Alumni.

1987

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronika

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik.

Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Kitab Undang-Undang KUH Pidana

III. JURNAL, ARTIKEL, KARYA ILMIAH

Dedi Rianto Rahadi, ―Perilaku Pengguna dan Informasi Hoax di Media Sosial‖, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Edisi No. 1,Vol. 5, Universitas Merdeka Malang, 2017

Sylverio Chris Talinusa, Tindak Pidana Pemerasan Dan/Atau Pengancaman Melalui Sarana Internet Menurut Undang-Undang Nomor 11Tahun 2008, Jurnal Lex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015, hlm 162 Yudi Krismen, Pertanggungjawaban Pidana Korupsi Dalam Kejahatan

Ekonomi, Volume 4, No 1, Jurnal Ilmu Hukum, Hlm. 133-160, 28Hlm,sumberinternet,https://media.neliti.com/media/publications/99090