• Tidak ada hasil yang ditemukan

Objeknya, adalah informasi dan/atau dokumen elektronik yang memuat pemerasan dan/atau pengancaman

PERUBAHAN ATAS UNDANG –UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DAN KUH

F. Unsur-Unsur Tindak Pidana Pengancaman Melalui Media Elektronik Menurut KUH Pidana dan UU ITE

6. Objeknya, adalah informasi dan/atau dokumen elektronik yang memuat pemerasan dan/atau pengancaman

Dengan menggunakan penafsiran gramatikal dan menerapkannya pada objek tindak pidana, maka dapat didefinisikan bahwa dokumen elektronik, adalah surat tertulis atau tercetak yang disimpan secara elektronik yang isinya dapat dipakai sebagai bukti berupa tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, Elektronic Data Interchage (EDI), surat elektronik (elektrik email), telegram, telecopy atau sejenisnya, huruf tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti, atau dapat dipahami oleh orang yang mampu. Sementara dalam rumusan Pasal 29 mengenai objeknya, Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang dimaksud, adalah berisi ancaman kekerasaan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi121.

Seseorang yang melakukan perbuatan yang dilarang UU ITE di atas, dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan Pasal 45 ayat (3), yaitu bahwa setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliyar rupiah).

Unsur-unsur delik pemerasan dan pengancaman terdapat persamaan dan perbedaan yang timbul yakni:

1. Persamaan tindak pidana pemerasan dan pengancaman yaitu:

a. Perbuatan materialnya masing-masing berupa : memaksa;

b. Perbuatan memaksa ditunjukan pada : orang tertentu;

121 Ibid., hlm. 49-51

c. Tujuan yang sekaligus merupakan akibat dari perbuatan memaksa : agar orang menyerahkan benda, memberi hutang dan atau menghapuskan piutang;

d. Unsur kesalahan masing-masing beruapa maksud yang ditunjukan pada menguntungkan diri sendiri atau oarang lain dengan melawan hukum.

2. Perbedaan pemerasan dan pengancaman adalah:

a. Cara-cara yang digunakan dalam melaksanakan perbuatan materiilnya yakni:

 Pada pemerasan, dengan menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan;

 Pada pengancaman dengan mennggunakan ancaman pencemaran dan akan membuka rahasia b. Pemerasan merupakan tindak pidana biasa. Pengancaman

merupakan pidana aduan absolute.

c. Mengenai ancaman pidananya:

 Pada pemerasan diancam pidana penjara maksimum 9 tahun dan ada kemungkinan diperberat;

 Pada pengancaman diancam dengan pidana penjara

maksimum 4 tahun dan tidak memungkinkan untuk diperberat122

Menurut Adami Chazawi Dengan Sengaja adalah bagian unsur dari

122 Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Harta Benda. (Malang : Bayumedia Publishing), 2011, hlm. 66

kesalahan, khususnya dalam tindak pidana dolus. Dalam setiap tindak pidana dolus selalu terdapat unsur kesengajaan meskipun unsur tersebut tidak dicantumkan secara tegas dalam rumusan123. Tanpa hak merupakan sifat larangan yang melanggar hukum didalam tindak pidana yang disertai suatu ancaman.124 Mendistribusikan adalah menyalurkan atau membagikan atau mengirim informasi elektronik125. Mentransmisikan adalah mengirimkan atau meneruskan pesan dari seseorang (benda) kepada orang lain (benda lain)126

Menurut Wirjono Projodikoro, menyatakan bahwa tindak pidana adalah suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana. Dan pelaku ini dapat dikatakan merupakan ‖subjek‖ tindak pidana127.Untuk dapat dikatakan sesorang telah melakukan suatu tindak pidana maka seseorang tersebut diyakini telah melanggar semua unsur pidana. Setiap rumusan tindak pidana yang terdapat di dalam KUH Pidana memiliki dua macam unsur, yakni unsur subjektif dan unsur objektif.

Setiap rumusan tindak pidana yang terdapat di dalam KUH Pidana memiliki dua macam unsur, yakni unsur subjektif dan unsur objektif. Unsur subjektif adalah unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku, dan termasuk kedalamnya, yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya. Unsur objektif adalah unsur yang ada hubungannya

123 Adami Chazawi dan Ardi Ferdian, Penyerangan Terhadap Kepentingan Hukum Pemanfaataan Tehknologi Informasi dan Transaksi Elektronik,(Malang : Media Nusa Creative, 2015), hlm 11.

124 Ibid., hlm 20

125 Ibid., hlm 28

126 Ibid.,hlm 29

127 Wirjono Prodjodikoro. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia. Refika Aditama. Bandung.

2014. hlm. 59.

dengan keadaan, yaitu di dalam keadaan mana tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan. Unsur subjektif dari suatu tindak pidana adalah sebagai berikut:

a. Kesengajaan (dolus) terdapat di dalam pelanggaran kesusilaan (Pasal 281 KUHP), perampasan kemerdekaan (Pasal 333 KUHP), pembunuhan (Pasal 338).;

b. Kealpaan (culpa), terdapat di dalam perampasan kemerdekaan (Pasal 334 KUHP) dan menyebabkan kematian (Pasal 359 KUHP);

c. Niat atau voornemen pada suatu percobaan atau poging terdapat di dalam perampasan kemerdekaan (Pasal 334 KUHP) dan menyebabkan kematian (Pasal 359 KUHP), dan lain-lain;

d. Macam macam maksud atau atau oogmerk terdapat dalam pencurian (Pasal 362 KUHP), pemerasan (Pasal 368 KUHP), penipuan (Pasal 378 KUHP), dan lain-lain;

e. Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte raad terdapat dalam membuang anak sendiri (Pasal 308 KUHP), membunuh anak sendiri (Pasal 341 KUHP), membunuh anak sendiri dengan rencana (Pasal 342 KUHP).128

Pada dasarnya terdapat beberapa tindak pidana yang untuk mendapat sifat tindak pidanya itu memerlukan hal-hal objektif yang menyertainya, seperti penghasutan (Pasal 160 KUHP), melanggar kesusilaan (Pasal 281 KUHP) (pengemisan (Pasal 504 KUHP), mabuk (Pasal 561 KUHP). Tindak pidana tersebut harus dilakukan di muka umum. Unsur-unsur objektif suatu tindak pidana adalah sebagai berikut:

a. Unsur yang memberatkan tindak pidana. Hal ini terdapat dalam delik-delik yang dikualifikasikan oleh akibatnya, yaitu karena timbulnya akibat tertentu, maka ancaman pidana diperberat contohnya merampas kemerdekaan seseorang (Pasal 333 KUHP) diancam dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun, jika perbuatan itu mengakibatkan luka-luka berat ancaman pidana diperberat lagi menjadi pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun;

128 Lamintang, PAF. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), hlm. 192.

b. Unsur tambahan yang menentukan tindak pidana. Misalnya dengan sukarela masuk tentara asing, padahal negara itu akan berperang dengan Indonesia, pelakunya hanya dapat dipidana jika terjadi pecah perang (Pasal 123 KUHP).129

Berdasarkan hal tersebut di atas, menurut pendapat Moeljatno, unsur perbuatan pidana adalah :

1) Kelakuan dan akibat (perbuatan)

2) Hal ikhwal atau keadaan yang menyertai perbuatan 3) Keadaan tambahan yang memberatkan pidana 4) Unsur melawan hukum yang obyektif

5) Unsur melawan hukum yang subyektif.130

Kata pemerasan merupakan perihal atau cara perbuatan memeras. Kata pemerasan dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar ‗peras‘ yang bisa bermakna leksikal meminta uang dan jenis lain dengan ancaman. Afpersing berasal dari kata kerja afpersen yang berarti memeras. Bahasa Belanda, mengartikan pemerasan dengan afpersing (tindak pidana pemerasan)131.