PERUBAHAN ATAS UNDANG –UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DAN KUH
D. Pengaturan Tindak Pidana Informasi Dan Transaksi Elektronik Yang Terdapat Dalam UU ITE dan KUH Pidana
2. Tindak Pidana Informasi menurut KUH Pidana
Tindak pidana informasi yang terdapat di dalam KUHP, antara lain:
a. Pencurian di dalam informasi dan transaksi elektronik
100Sutan Remy Syahdeini,Kejahatan dan Tindak Pidana Komputer, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti , 2009) hlm. 258
Pengaturan secara umum untuk pencurian baik pencurian konvensional maupun melibatkan informasi dan dokumen elektronik dapat dikenakan Pasal 362 KUHP, berbunyi;‖ Barang siapa mengambil suatu barang yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud untuk memilikinya secara melawan hukum, diancam karena pencurian dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banya sembilan ratus rupiah‖
Keluarnya ketentuan yang bersifat khusus tentu mengenyampingkan Pasal 362 KUHP untuk tindak pidana informasi dan transaksi elektronik atau cybercrime. Pasal pencurian terkait dengan informasi dan transaksi elektronik ialah Pasal 32 ayat (2) UU ITE, berbunyi:‖ ‖Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apapun memindahkan atau mentransfer informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik kepada sistem elektronik orang lain yang tidak berhak‖.
b. Pornografi
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi menyebutkan bahwa:‖ Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma‖
Pengertian pornografi tersebut terdapat dalam undang-undang yang bersifat khusus. Pengaturan perihal pornogafi dalam KUH Pidana, diatur dalam beberapa pasal (didalamnya juga bisa disimpulkan pengertian pornografi), yakni:
a. Pasal 281 KUH Pidana, berbunyi:
‖Diancam dengan pidana penjara paling dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah :
1. barang siapa dengan sengaja melanggar kesusilaan di muka umum.
2. barang siapa dengan sengaja melanggar kesusilaan di depan orang lain yang hadir di situ bukan karena kehendaknya sendiri.
b. Pasal 282 KUH Pidana, berbunyi:
1) barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan dimuka umum tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan atau barang siapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, membikin tulisan, gambaran atau benda tersebut, memasukkannya ke dalam negeri, meneruskannya, mengeluarkannya dari negeri atau memiliki persediaan ataupun barang siapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkannya atau menunjukkannya sebagai bisa diperoleh, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun enam bulan atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.
2) barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan dimuka umum tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan atau barang siapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, membikin tulisan, gambaran atau benda tersebut, memasukkannya ke dalam negeri, meneruskannya, mengeluarkannya dari negeri atau memiliki persediaan ataupun barang siapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkannya atau menunjuk sebagai bisa diperoleh, diancam jika ada alasan kuat baginya untuk menduga bahwa tulisan, gambaran atau benda itu melanggar kesusilaan dengan pidana paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
3) kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam ayat pertama sebagai pencarian atau ebiasaan dapat dijatuhkan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak tujuh puluh lima ribu rupiah‖.
c. Pasal 283 KUH Pidana, berbunyi:
1) diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah, barang siapa menawarkan, memberikan untuk terus maupun untuk sementara waktu, meyerahkan atau memperlihatkan tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan maupun alat untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan kepada seseorang yang belum dewasa dan yang diketahui atau sepatutnya harus diduga bahwa umumnya belum tujuh elas tahun jika isi tulisan, gambaran, benda atau alat itu telah diketahuinya;
2) diancam dengan pidana yang sama, barang siapa membacakan isi tulisan yang melanggar kesusilaan dimuka orang yang belum dewasa sebagaimana dimaksud dalam ayat yang lalu, jika isi tadi telah diketahuinya;
3) diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan atau pidana kurungan paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah, barang siapa menawarkan, memberikan untuk terus maupun untuk sementara waktu, menyerahkan atau memperlihatkan, tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan maupun alat untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan kepada seseorang yang belum dewasa sebagaimana dimaksud dalam ayat pertama, jika ada alasan kuat baginya untuk menduga, bahwa tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan atau alat itu adalah alat untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan;
d. Pasal 532 KUH Pidana, berbunyi:
‖Diancam dengan pidana kurungan paling lama tiga hari atau pidana denda paling banyak dua ratus dua puluh lima rupiah‖
1) barang siapa menyanyikan lagu-lagu yang melanggar kesusilaan di depan umum;
2) barang siapa mengadakan pidato yang melanggar kesusilaan di depan umum;
3) barang siapa mengadakan tulisan atau gambar yang melanggar kesusilaan di tempat yang terlihat dari jalan umum‖
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tindak pidana pornografi adalah perbuatan dengan segala bentuk dan caranya mengenai dan yang berhubungan dengan gambar, seketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan dimuka umum, yang memuat kecabulan atau ekspolitas seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat yang dirumuskan dalam undang-undang pornografi dan diancam pidana bagi siapa yang melakukan perbuatan tersebut.101
Peraturan lain yang mengatur tentang pornografi adalah Undangundang No.32/2002 Tentang Penyiaran pada pasal 36 ayat 5 point b yang berbunyi :
101 Adami Chazawi, Tindak Pidana Pornografi, (Malang: Banyumedia Publishing 2013), hlm.
133
menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalahgunaan narkotika dan obat terlaran; atau mempertentangkan suku, agama, ras dan antar golongan. Kata cabul menggambarkan siaran yang mengarah pada arti pornografi mengandung unsure membangkitkan gairah seksual.
Peraturan tentang Pers yaitu Undang-undang No.40/1999 tentang Pers pada pasal 5 ayat 1 berbunyi: Pers nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak bersalah. Dalam undangundang ini memberikan kewajiban kepada pers agar rasa kesusilaan harus dihormati sebagai kaidah yang tidak boleh dilanggar.
Merujuk pendapat R. Soesilo, yang menguraikan pengertian dari unsur unsur pengertian pornografi yang terdapat di KUHP, yaitu:
1. Kesusilaan adalah perasaan malu yang berhubungan dengan nafsu kelamin, misalnya bersetubuh, meraba buah dada perempuan, meraba kemaluan wanita, memperlihatkan kemaluan wanita atau pria dan sebagainya.102
2. Tulisan, gambaran benda, pidato dan lagu adalah setiap tulisan, gambar, benda atau barang yang melanggar perasaan kesusilaan atau kesopanan, misalnya buku yang isinya cabul, gambar atau patung yang bersifat cabul (pornografische afbeeldingen en geschriften), filim yang isinya cabul dan lain sebaganya.103
3. Disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum adalah setiap orang yang menyiarkan memakai surat kabar, buku, majalah atau surat
102 R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-KomentarnyaLengkap Pasal Demi Pasal, (Bogor: Politeia, 1993), hlm. 206
103 Ibid, hlm 206.
selebaran dan lain sebagainya dan diperlihatka kepada banyak orang serta ditempelkan dimuka umum.104
Uraian di atas jelas menerangkan tentang unsur-unsur pengertian pornografi yang disimpulkan berdasarkan Pasal 281, 282, 283 dan 532 KUHP.
E. Pembuktian Tindak Pidana Pemerasan dan Atau Pengancaman