• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUBAHAN ATAS UNDANG –UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DAN KUH

G. Jenis-Jenis Tindak Pidana Pemerasan

2. Pengertian Tindak Pidana Pemerasan

Sesuai penjelasan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia jelas menyebutkan bahwa ―Indonesia adalah Negara Hukum.

Secara gramatikal maka konsekuensi dari sebuah Negara hukum adalah semua bentuk keputusan, tindakan alat-alat perlengkapan Negara, segala sikap, tingkah laku dan perbuatan termasuk yang dilakukan oleh warga negara, harus memiliki

135 Sutan Remi Syahdeni, Arbitrase Nasional, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 234

136 Sigit Suseno, Yurisdiksi Tindak Pidana Siber, (Bandung: Refika Aditama, 2012), hlm. 166

landasan hukum atau dengan kata lain semua harus punya legitimasi secara hukum.

Pemerasan sebagaimana diatur dalam Bab XXIII KUHP sebenarnya terdiri dari dua macam tindak pidana, yaitu pemerasan (affersing) dan tindak pidana pengancaman (afdreiging). Kedua macam tindak pidana tersebut mempunyai sifat yang sama, yaitu suatu perbuatan yang bertujuan memeras orang lain. Justru karena sifatnya yang sama itulah kedua tindak pidana ini biasa diatur dalam bab yang sama

KUH Pidana hadir ditengah masyarakat sebagai sarana masyarakat dalam membasmi kejahatan. Oleh karena itu, pengaturan KUH Pidana berkisar pada perbuatan apa saja yang dilarang atau diwajibkan kepada warga negara terkait dengan perbuatan kejahatan yang ditengah masyarakat dipandang sebagai

perbuatan tercela. Perbuatan tersebut dianggap sangat berbahaya sehingga diperlukan sanksi yang keras yaitu sanksi berupa pidana.

Tujuan KUH Pidana itu adalah untuk melindungi kepentingan orang perseorangan atau hak asasi manusia dan melindungi kepentingan masyarakat dan Negara dengan perimbangan yang serasi dari kejahatan/tindakan tercela disatu pihak dan dari tindakan penguasa yang sewenang-wenang dipihak lain.

Dengan demikian, yang dilindungi oleh KUH Pidana bukan saja individu, tetapi juga negara, masyarakat harta benda milik individu.137

Salah satu tindak pidana yang terjadi dalam masyarakat adalah tindak pidana pengancaman, dimana dalam KUH Pidana diatur pada Pasal 368.

137 Erdianto Effendi, KUH Pidana Indonesia -Suatu Pengantar, (Bandung:P.T.Refika Aditama, 2011), hlm.3

Pasal 368 ayat (1) KUH Pidana berbunyi: ―Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena pemerasan dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

Ketentuan ayat (2) berbunyi: ―Ketentuan pasal 365 ayat kedua, ketiga, dan keempat berlaku bagi kejahatan ini”

Tien S. Hulukati menerangkan mengenai unsur unsur dalam Pasal 368 ayat (1) KUHP, yang mana terdapat dua unsur di dalam Pasal tersebut, yaitu:

1. Unsur objektif a. Memaksa orang;

b. Dengan kekerasan atau ancaman kekerasan c. Agar orang itu:

1) Memberikan sesuatu barang yang seluruhnya atau sebagian milik orang itu atau orang lain (pihak ketiga)

2) Membuat hutang;

3) Meniadakan/menghapuskan piutang.

2. Unsur subjektif a. Dengan maksud;

b. Menguntungkan diri sendiri atau orang lain;

c. Secara melawan hukum.138

138 Tien S. Hulukati, Delik-Delik Khusus di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Bandung: Fakultas Hukum Unpas, 2013), hlm.32

Unsur subjektif dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum di sini merupakan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain. Jadi, pembuat harus mengetahui bahwa menguntungkan diri sendiri atau orang lain dilakukan secara melawan hukum., berarti menguntungkan diri sendiri atau orang lain sebagai tujuan terdekat, dengan memakai kekerasan atau ancaman kekerasan itu. Jadi jika keuntungan itu akan diperoleh secara tidak langsung, artinya masih diperlukan tahap-tahap tertentu untuk mencapainya, maka bukanlah pemerasan. Dengan adanya bagian inti untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, maka delik ini ada persamaannya dengan penipuan (Pasal 378 KUH Pidana). Jadi, ada penyerahan sesuatu dari korban kepada pembuat. Akan tetapi ada perbedaan mendasar, yaitu pada pemerasan, untuk mendapatkan barang itu atau membuat utang atau menghapuskan piutang, pembuat menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan, sedangkan pada penipuan, korban tergerak untuk menyerahkan suatu barang karena rayuan memakai nama palsu, martabat palsu, tipu muslihat, rangkaian kata-kata bohong, dan seterusnya. Dengan demikian, pada delik pemerasan ini ancaman pidananya lebih dua kali lipat.139

Unsur objektif yang pertama dari tindak pidana pemerasan yang diatur dalam Pasal 368 KUH Pidana ialah barangsiapa. Kata barangsiapa itu menunjukkan orang, yang apabila ia memenuhi semua unsur tindak pidana pemerasan seperti yang diatur dalam pasal 368 KUH Pidana, maka ia akan disebut sebagai dader atau pelaku dari tindak pidana pemerasan tersebut, sehingga bagi orang tersebut dapat dijatuhkan pidana penjara selama-lamanya

139 Andi Hamzah, D e li k - d el i k T er t en t u ( S p eci al e D el i ct en ) d i D al am KUH PIDANA Ed isi K ed u a , (Jakarta: Sinar Grafika,2015) , hlm 76-77

sembilan tahun. Akan tetapi perlu diingat bahwa yang harus memenuhi semua unsur tindak pidana itu bukan hanya dader saja, melainkan juga para mededader atau mereka yang turut melakukan suatu tindak pidana tanpa mereka itu harus menjadi seorang dader140

Unsur objektif kedua dari tindak pidana pemerasan yang diatur dalam pasal 368 ayat (1) KUH Pidana ialah memaksa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan agar menyerahkan sesuatu barang. Penyerahan barang itu karenaadanya kekerasan yang dilakukan oleh pelaku, sehingga pemilik barang itu tidak berdaya kecuali harus menuruti kehendak pelaku dan menyerahkannya,apabila seseorang itu tidak mau menyerahkan barang yang diminta, maka ia akan mengalami perlakuan yang membahayakan keselamatan dirinya maupun nyawanya.141

Unsur objektif yang ketiga dari tindak pidana pemerasan yang diatur dalam Pasal 368 KUH Pidana itu adalah seseorang. Itu berarti bahwa kekerasan atauancaman dengan kekerasan itu harus ditujukan pada orang yang dipaksa untuk menyerahkan sesuatu benda atau yang dipaksa untuk mengadakan perjanjian utang atau untuk meniadakan piutang.142

Unsur objektif keempat dari tindak pidana pemerasan yang diatur dalam Pasal 368 KUH Pidana itu masing-masing ialah untuk menyerahkan sesuatu benda yang sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang tersebut atau kepunyaan

140 Lamintang, D e li k - de li k K hus us K e j a ha t a n - k ej ah at an T er h adap Har ta Kekayaan , (Bandung : Sinar Baru,1989) , hlm 67

141 Ismu Gunadi, Jonaedi Efendi, Ce pa t da n M uda h M e m a ha mi H ukum Pidana , (Jakarta:Kencana, 2014) , hlm 137

142 Lamintang, Op.Cit hlm 70

pihak ketiga, dan untuk membuat orang tersebut berutang atau meniadakan piutang143

Berdasarkan ketentuan Pasal 368 ayat (2) KUHPidana Tindak Pidana Pemerasan diperberat ancaman pidananya:

a. Tindak Pidana Pemerasan itu dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya apabila pemerasan dilakukan di jalan umum atau diatas kereta api atau trem yang sedang berjalan. Ketentuan ini berdasarkan Pasal 368 ayat (2) Jo pasal 365 ayat (2) ke-1 KUHPidana dengan ancaman pidana selama dua belas tahun penjara

b. Tindak Pidana Pemerasan itu dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama. Sesuai dengan ketentuan Pasal 368 ayat (2) Jo Pasal 365 ayat (2) ke-2 KUHPidana dengan ancaman pidana dua belas tahun penjara.

c. Tindak Pidana Pemerasan, dimana untuk masuk ke tempat kejahatan dilakukan dengan cara membongkar, merusak atau memanjat, memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau jabatan (seragam) palsu. Sesuai dengan ketentuan Pasal 368 ayat (2) Jo Pasal 365 ayat (2) ke-3 KUHPidana dengan pidana penjara dua belas tahun.

d. Tindak Pidana Pemerasan itu mengakibatkan terjadi luka berat, sebagaimana diatur dalam Pasal 368 ayat (2) Jo Pasal 365 ayat (2) ke-4 KUHPidana ancaman pidananya sama dengan yang diatas, yaitu dua belas tahun penjara.

143 Ibid. hlm 70

e. Tindak Pidana Pemerasan itu mengakibatkan matinya orang. Diatur dalam ketentuan Pasal 368 ayat (2) Jo Pasal 365 ayat (3) KUHPidana dengan ancaman pidana yang lebih berat yaitu lima belas tahun penjara.

f. Tindak Pidana Pemerasan tersebut telah menimbulkan luka berat atau kematian serta dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama dengan disertai hal-hal yang memberatkan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 365 ayat (1) dan ayat (2) KUHPidana. Berdasarkan Pasal 368 ayat (4) KUHPidana Tindak Pidana Pemerasan ini diancam dengan Pidana yang lebih berat lagi, yaitu dengan pidana mati, pidana seumur hidup atau pidana selama waktu tertentu paling lama 20 tahun penjara.