• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis regresi antara konsumsi protein kasar dan bobot metabolik. Gambar 13 menunjukkan bahwa konsumsi protein pakan dipengaruhi oleh

3 ANALISIS KEBUTUHAN PAKAN DAN NUTRIEN KUDA PACU MENURUT METODE TRAINER

BAHAN DAN METODE

1. Analisis Regresi Hubungan antara konsumsi bahan kering pakan, energi dan nutrien dengan bobot metabolik

1.3. Analisis regresi antara konsumsi protein kasar dan bobot metabolik. Gambar 13 menunjukkan bahwa konsumsi protein pakan dipengaruhi oleh

bobot metabolik, dimana terlihat adanya korelasi positif antara konsumsi pakan dan bobot metabolik, ini dapat dilihat pada persamaan regresi y = 0,022x + 0,618

Gambar 13 Hubungan antara Konsumsi Protein Kasar dan Bobot Metabolik 1.4. Analisis regresi antara konsumsi Serat Kasar dan bobot metabolik.

Analisis regresi antara konsumsi serat kasar bobot dan metabolik ditampilkan pada Gambar 14, dengan persamaan regresi y = 0,009x + 0,272. yang berarti bahwa konsumsi serat kasar pakan dipengaruhi oleh bobot metabolik.

y = 0.409x + 11.34 30 35 40 45 50.00 60.00 70.00 80.00 Kon su m si E n e rgi Mca l Bobot Metabolik (kg)

Predicted Y Y Linear (Predicted Y)

y = 0.022x + 0.618 1.50 1.75 2.00 2.25 2.50 50.00 60.00 70.00 80.00 Kon su m si PK k g Bobot Metabolik (kg)

Gambar 14 Hubungan antara Konsumsi Serat Kasar dan Bobot Metabolik 1.5. Analisis regresi antara konsumsi lemak dan bobot metabolik.

Pada Gambar 15, korelasi antara konsumsi lemak dengan bobot metabolik, ini dinyatakan dengan persamaan regresi y = 0,004x + 0,111

Gambar 15 Hubungan antara Konsumsi Lemak vs Bobot Metabolik 1.6. Analisis regresi antara konsumsi kalsium dan bobot metabolik.

Pada Gambar 16 terlihat bahwa adanya korelasi positif antara konsumsi kalsium dengan bobot metabolik, yang dinyatakan dalam persamaan regresi y = 0,001x + 0,030. y = 0.009x + 0.272 0.70 0.80 0.90 1.00 1.10 1.20 50.00 60.00 70.00 80.00 Kon su m si SK k g Bobot Metabolik (kg)

Y Predicted Y Linear (Predicted Y)

y = 0.004x + 0.111 0.3 0.325 0.35 0.375 0.4 0.425 0.45 55.00 65.00 75.00 Kon su m si Lem ak k g Bobot Metabolik (kg)

Gambar 16 Hubungan antara Konsumsi Kalsium dan Bobot Metabolik 1.7. Analisis regresi antara konsumsi fosfor dan bobot metabolik.

Pada Gambar 17 memperlihatkan analisis regresi antara konsumsi fosfor dan bobot metabolik, yang menunjukkan bahwa konsumsi fosfor berkorelasi positif dengan bobot metabolik. Hal ini dapat dilihat dari persamaan regresi y = 0,0006x + 0,016.

Gambar 17 Hubungan antara Konsumsi Fosfor dan Bobot Metabolik 1.8. Analisis antara konsumsi BETN dengan bobot metabolik

Gambar 18 memperlihatkan hasil analisi regresi antara konsumsi BETN dan bobot metabolik, dan terlihat adanya korelasi positif dengan persamaannya y = 0,067x + 1,876 y = 0.001x + 0.030 0.09 0.1 0.11 0.12 55.00 60.00 65.00 70.00 75.00 80.00 Kon su m si Kal si u m kg (kg) Bobot Metabolik (kg)

Predicted Y Y Linear (Predicted Y)

y = 0,0006x + 0,016 0.05 0.05 0.06 0.06 0.07 0.07 50.00 60.00 70.00 80.00 Kon su m si Fos fo r (kg) Bobot Metabolik (kg)

Gambar 18 Hubungan antara Konsumsi BETN dan Bobot Metabolik PEMBAHASAN

Keseimbangan program latihan dengan pemberian pakan merupakan suatu hal yang sangat penting dilakukan untuk mengelola seekor kuda pacu, karena pemberian pakan yang berlebihan tanpa diimbangi dengan program latihan maka akan mengganggu kinerja kuda pacu, sebab kuda dapat terlalu gemuk, sehingga sulit untuk beraktivitas. Demikian pula sebaliknya, jika program latihan yang terlalu tinggi tanpa diimbangi dengan pemberian pakan terutama kebutuhan energi dan nutriennya, maka akan berdampak pada prestasi yang tidak baik.

Rataan konsumsi bahan kering adalah 9,99 kg ekor-1 hari-1 atau 2,5% dari bobot badan dengan perbandingan konsumsi hijauan dan konsentrat sebesar 30:70%, dengan pola pemberian 3 kali sehari yakni pagi, siang dan sore. Pilliner (1992), mengemukakan bahwa jumlah pemberian pakan kuda pacu thoroughbred adalah 2 sampai 3% dari bobot badan kuda. Dengan demikian maka program pemberian pakan dari para trainer kuda pacu di Sulut mempunyai kemiripan dengan program pemberian pakan dari Pilliner (1992). Metode pemberian pakan ini harus disesuaikan dengan program latihan sehingga memperoleh hasil yang baik. Numaker at al (2007) merekomendasikan beberapa tahap program latihan sebagai berikut: Tahap I: Kuda bekerja 6 hari/minggu, berjalan untuk melacak, berjalan ½ mil di trek, berlari ½ mil di trek, berlari 1 mil per hari, selanjutnya akhir dari tahap I, yaitu 1/8 mil dari mencongklang selama 15 detik yang dilakukan 2 hari dalam seminggu pada pogram 5 minggu. Tahap 2, terakhir ¼ mil dari mencongklang selesai dalam 30 detik yang dilakukan 2 hari seminggu dalam

y = 0.067x + 1.876 5.00 6.00 7.00 50.00 55.00 60.00 65.00 70.00 75.00 80.00 K on su m si B E T N (kg) Bobot Metabolik (kg)

5 minggu. Mencongklang diperpanjang untuk 1¼ mil per hari, melenggang ¼ mil selama 26 detik yang dilakukan sekali seminggu, selama 4 minggu. Tahap 3: mencongklang kuat ditambahkan kecepatan ¼ mil untuk total waktu dari detik 40. Sekali seminggu dalam 3 minggu. Apabila dilihat dari program latihan yang diutarakan oleh Numaker et al (2007) ini maka program pelatihan yang dilakukan oleh para trainer kuda pacu di Sulut memiliki kemiripannya, walaupun ada perbedaan dalam penanganan latihan karena metode dari trainer kuda pacu di Sulut sebagian besar hanya melalui pengalaman serta warisan yang diperoleh secara turun-temurun.

Pada Gambar 11 tampak jelas terlihat bahwa dengan meningkatnya bobot metabolik maka, konsumsi bahan kering meningkat pula dengan persamaan Y= 2,927 + 0,105x, yang berarti bahwa setiap kenaikan 1(satu) unit (kg) bobot metabolik akan menaikkan konsumsi bahan kering sebesar 2,927 kg. Apabila dihubungkan dengan program latihan yang dilakukan oleh para trainer kuda pacu di Sulut yakni dengan Warming up selama lebih kurang 1 jam per hari sesudah itu melakukan walt 3 kali seminggu, trouttle dan canter serta gallop selang 2 kali dalam seminggu serta pacu seminggu sekali yakni di akhir pekan (Lampiran 1b), akan membutuhkan bahan kering rata-rata 9,21 kg per ekor per hari, dengan pemberian pakan tiga kali sehari yakni pagi, siang dan sore menjelang malam. Gallagher et al, (1992) mengemukakan bahwa rata-rata konsumsi pakan yang diberikan secara as fed basis adalah 16,1 kg. Pendugaan konsumsinya adalah 14,4 kg dengan persentase hijauan 35% dan konsentrat 65%. Perbedaan konsumsi pakan pada ternak penelitian dengan informasi ini terletak pada perbedaan ras kuda dimana kuda penelitian adalah kuda persilangan thoroughbred dengan kuda lokal, sedangkan Gallagher et al, (1992) menggunakan kuda thoroughbred. Walaupun demikian, program pemberian pakan harus berjalan sesuai dengan pola latihan sebab tingginya intensitas latihan tanpa diimbangi dengan asupan makanan yang sesuai akan mempengaruhi prestasi kuda saat dipacu. Demikian pula pemberian pakan yang berlebihan akan mempengaruhi bobot apabila tidak diimbangi dengan program latihan, sehingga berdampak pada bobot yang tidak ideal (terlalu gemuk) sehingga sulit untuk mecapai prestasi yang maksimal. Bowen (2007) mengemukakan bahwa setiap pelatih akan memutuskan program

persiapan lengkap yang menggabungkan tingkat yang tepat dari latihan fisik, gizi yang baik dan perawatan medis yang proaktif. Penyusunan program latihan untuk memperoleh kemenangan pada saat dipacu merupakan suatu kesuksesan dari pelatih kuda tersebut dan ini membutuhkan keseimbangan yang cermat, kesiapan pelatihan, gizi, dan istirahat yang tidak hanya untuk kestabilan tetapi juga untuk menjamin kehidupan yang sehat kuda pacu.

Energi merupakan salah satu kebutuhan utama untuk mahluk hidup, karena dalam setiap aktivitas kehidupan harus membutuhkan energi. Untuk kuda pacu yang dapat dikatakan membutuhkan energi ekstra, baik saat latihan maupun dipacu, maka kebutuhan energi ini cukup tinggi. Akan tetapi dengan pemberian pakan yang tinggi energi tanpa diimbangi dengan kerja pada kuda pacu maka akan mengakibatkan terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan sehingga mengganggu aktivitas/pergerakan kuda pacu tersebut yang berdampak pada penurunan prestasi saat dipacu. Gibbs at.al (2009) mengemukakan bahwa keseimbangan energi dan nutrisi lainnya sangat penting untuk proses pembentukan otot, serta ketersediaan energi pada saat kuda dilatih. Selanjutnya untuk memastikan bahwa kuda pacu dapat tampil optimal saat pacuan, maka pelatih perlu memperhatikan pemberian gizi dalam jumlah yang tepat dan bentuk-bentuk energi, protein, vitamin, dan mineral untuk prospek bagi kuda pacu muda dalam pelatihan maupun kuda pacu siap dipacu. Jika persyaratan gizi terpenuhi akurat dan pemberian pakan serta manajemen yang dilakukan benar, maka penampilan kuda pacu tersebut akan maksimal.

Apabila dilihat dari hasil yang ada rataan konsumsi protein selama program latihan 1,5 bulan adalah 2,11 kg ekor-1hari-1. Slade at al. (1970) mengemukakan bahwa kebutuhan protein untuk hidup pokok kuda adalah bervariasi dari 0,49-0,68 g/kg bobot/hari. Lebih lanjut Glade (1983) mengemukakan kuda yang berumur 3-4 tahun yang dipacu pada jarak 0,75-1,0625 mil (1207-1710 m) memerlukan 1000 g protein. Apabila dibandingkan dengan hasil pengamatan maka ada perbedaan terhadap konsumsi protein tersebut dimana konsumsi protein kuda pacu penelitian yakni persilangan thoroughbred dengan kuda lokal jauh lebih tinggi. Hal ini mungkin disebabkan karena nilai biologis pakan lokal yang lebih rendah dari pada pakan yang diberikan pada kuda pacu

thoroughbred, sehingga walaupun tinggi konsumsi protein, tetapi sedikit yang siap digunakan karena nilai biologisnya rendah.

Rataan pengamatan konsumsi serat kasar adalah 0,93 kg/ekor/hari. Pada ternak kuda, serat kasar dalam ransum bukan merupakan masalah karena sistem pencernaan kuda yang sebagian melalui proses fermentasi, maka tingginya kandungan serat kasar dalam pakan kuda dapat ditolelir yang tentunya bergantung pada kapasitas pencernaan tersebut. NRC(1989) belum memberikan informasi tentang kebutuhan serat kasar pada kuda ini mungkin disebabkan karena kuda adalah ternak herbivora sehingga persentase serat kasar dalam pakan bukan suatu masalah, hanya saja dibatasi oleh kapasitas sekum dan kolon yang lebih kecil dibandingkan dengan rumen sapi, selain dari pada itu proporsi pakan serat dalam ransum cukup rendah karena pemberian pakan pada kuda pacu lebih tinggi konsentrat dari pada hijauan.

Rataan konsumsi lemak adalah 0,38 kg/ekor/hari selama program latihan 1,4 bulan. NRC (1989) belum mempunyai informasi tentang kebutuhan lemak untuk kuda pacu, akan tetapi beberapa informasi terakhir ini bahwa kuda pacu efektif menggunakan lemak untuk kebutuhan energi pada saat dipacu. Duberstein dan Johnson (2009), mengemukakan makanan diet lemak tinggi merupakan tren yang relatif baru di industri kuda. Hal ini telah menunjukkan bahwa kuda dapat mentolerir level lemak yang cukup tinggi dalam diet mereka. Lemak merupakan sumber energi yang sangat baik dan mudah dicerna.

Rataan konsumsi kalsium dalam pengamatan ini adalah 0,01 kg/ekor/hari. NRC (1989) merekomendasikan bahwa kuda dengan bobot 200 kg dengan beban kerja moderat mengkonsumsi 0,10 kg kalsium/ekor/hari, yang berarti pada pengamatan ini mempunyai kemiripan dengan yang direkomendasikan oleh NRC tersebut.

Adapun rataan konsumsi fosfor dalam pengamatan ini adalah 0,06 kg/ekor/hari. Apabila dilihat dari konsumsi kedua mineral ini, tampak adanya perbedaan rasio dengan NRC(1989) yakni 1,4:1, dimana pada hasil pengamatan ini konsumsi fosfor malah lebih tinggi dari kalsium. Hal ini mungkin disebabkan karena ternak kuda pacu membutuhkan energi ekstra pada saat latihan maka konsumsi fosfor lebih tinggi, karena fosfor berperan penting dalam metabolisme

energi. Hal lain juga yang lebih tingginya konsumsi fosfor dibandingkan dengan kalsium, mungkin disebabkan karena adanya asam fitat dalam pakan seperti dedak maupun gabah sehingga unsur fosfor diikat oleh fitat tersebut sehingga sulit diserap pada sistem pencernaan kuda.

Rataan konsumsi BETN selama pengamatan adalah 6,40 kg/ekor/hari. Adanya korelasi positif antara konsumsi BETN dengan bobot metabolik ini ada hubungan dengan analisis korelasi pada konsumsi energi, dimana meningkatnya konsumsi energi pada kuda pacu melalui latihan intensif akan mempengaruhi juga konsumsi BETN pakan. Pemberian pakan sumber karbohidrat pada penelitian ini sebagian besar berasal dari jagung sehingga konsumsi BETN ini cukup tinggi, Frape (2004) mengemukakan bahwa jagung tidak terlalu baik sebagai sumber energi untuk kuda pacu, karena kandungan serat kasar rendah sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada sistem pencernaannya.

Dari hasil pengamatan ternyata, bobot metabolik sangat mempengaruhi kebutuhan pakan dan nutrien kuda pacu saat latihan sampai dipacu, ini dapat dilihat dari nilai korelasi antara konsumsi dan bobot metabolik.

SIMPULAN

Untuk mempersiapkan seekor kuda pacu mengikuti pacuan harus memperhatikan metode pemberian pakan yang sesuai dengan program latihan, sehingga pada saat pelaksanaan pacuan kuda benar-benar dalam kondisi yang maksimal.

Pemberian pakan oleh trainer saat latihan, telah disesuaikan dengan bobot badan (bobot badan metabolik) kuda. Selama program latihan tersebut konsumsi bahan kering, energi, protein, kalsium, fosfor dan BETN berkorelasi kuat dengan bobot metabolik. Dengan demikian pemberian pakan kuda pacu selama program latihan selain memperhatikan aspek program latihan juga sangat penting mengukur pemberian pakan/ zat makanan yang mengacu pada bobot badan metabolik kuda. Komposisi nutrisi ransum kuda menurut trainer adalah: mememiliki kandungan energi(DE) 3,87 Mkal/kg, kadar protein, serat kasar, lemak, kalsium dan fosfor masing-masing berturut-turut: 21,12; 9,3; 3,8; 1,0 dan 0,6%. Menurut pemberian pakan metode trainer konsumsi bahan kering,

energi(DE), protein, serat kasar, lemak, kalsium dan fosfor adalah berturut-turut: 9,99 kg; 0,58 Mkal; 0,031 kg; 0,005 kg; 0,0001 kg dan 0,0009kg.