2 TINJAUAN PUSTAKA DESKRIPSI TENTANG KUDA
KEADAAN UMUM
Lokasi penelitian ini, terletak antara 112o – 115o Lintang Utara dan 124o
46‟- 124o 54‟ Bujur Timur, berada di ketinggian 700 m di atas permukaan laut,
dengan kisaran suhu rata-rata 21o-32oC, curah hujan rata-rata 300 mm per tahun dengan musim basah dari bulan Oktober sampai bulan Maret dan musim kering dari bulan April sampai bulan September.
Penelitian ini dimulai dengan melakukan penelitian pendahuluan yaitu melakukan survey ke lokasi pemeliharaan kuda pacu yang ada di Sulawesi Utara. Dipilihnya lokasi penelitian di dua kecamatan ini, karena lokasi ini merupakan sentra pemeliharaan kuda pacu di Sulawesi Utara. Adapun data yang diperoleh pada tahun 2007 jumlah populasi kuda pacu di daerah ini sekitar 780 ekor yang dipelihara oleh petani peternak. Hasil penelitian pendahuluan memberi informasi awal untuk persiapan bahan materi penelitian. Setelah itu dilakukan penelitian utama yaitu pengambilan data dengan mewawancarai langsung pelatih dan mengamati kuda menggunakan metode purposive sampling, dimana sampel yang diambil sengaja dipilih dengan melihat beberapa kriteria tertentu, yaitu:
1) Memiliki lisensi pelatih kuda pacu, yang diterbitkan oleh steward.
2) Kuda yang diamati adalah berdasarkan rekomendasi dari pelatih, yaitu sebanyak 24 (dua puluh empat) ekor kuda.
Data yang dikumpulkan antara lain meliputi informasi :
1) Identitas pelatih, yaitu asal-usul pelatih, pengalaman dan prestasi dalam melatih, dan tingkat pendidikan pelatih. Informasi ini digunakan untuk mengetahui latar belakang dan tingkat keterampilan pelatih.
2) Identitas kuda, yaitu catatan atau silsilah kuda, konformasi, morfologi dan prestasi kuda. Informasi ini menggambarkan keadaan secara umum mengenai karakteristik dan riwayat kuda yang dilatih.
3) Pakan, yaitu jenis pakan yang diberikan kepada kuda, jumlah yang diberikan, tambahan makanan atau suplemen dan frekuensi pemberiannya. Informasi ini digunakan untuk mengetahui tingkat kecukupan nutrisi kuda yang dilatih.
4) Penanganan kesehatan, yaitu pencatatan kesehatan kuda, kondisi kuda, penyakit yang sering dialami, dan penanganan lain yang dilakukan kepada kuda. Informasi ini digunakan untuk mengetahui tingkat kesehatan kuda.
5) Pemeliharaan kuda, yaitu pencatatan terhadap apa saja yang dilakukan terhadap kuda khususnya dalam memelihara kuda yang dilatih. Informasi ini digunakan untuk menjelaskan teknik pemeliharaan yang dilakukan dan menggambarkan tingkat kesejahteraan kuda.
6) Pola latihan, yaitu pencatatan latihan seperti apa yang diterapkan kepada kuda, lama waktu latihan, dan interval latihan sebelum kuda menghadapi kejuaraan. 7) Keberhasilan pelatihan, diketahui dari hasil kejuaraan yang diikuti oleh kuda yang telah dilatih, baik kejuaraan lokal maupun kejuaraan nasional. Ini menggambarkan keberhasilan pelatihan yang telah diberikan para pelatih kepada kuda.
Sebagian besar kandang yang digunakan adalah semi permanen, dengan luas kandang 12–14 m2 dengan ukuran 3 x 4 m atau 4 x 4 m. Kandang semi permanen ini terbuat dari kayu dan bambu dengan atap daun rumbia (Gambar 3). Ada juga kandang yang berbentuk permanen terbuat dari beton dengan atap seng. Kandang juga diberi alas berupa sekam ataupun serbuk gergaji. Hal ini bertujuan untuk melindungi kuda ketika sedang berguling, memberikan kehangatan, dan untuk kenyamanan kuda. Alas kandang juga berguna untuk melindungi kaki kuda terutama untuk kuda olahraga dan pacuan. Kandang juga memiliki ventilasi yang baik sehingga atap pada kandang kuda dibuat agak tinggi.
Gambar 3. Kandang dan Kuda Pacu (semi permanen)
Setiap kandang dilengkapi dengan tempat makan dan tempat minum. Tiap kandang ditempati oleh 1 ekor kuda pacu (Gambar 4)
Gambar 4. Kandang dan tempat makan
Di lokasi ini pula dilengkapi dengan fasilitas pacuan kuda bertaraf
nasional, yakni Pacuan Kuda “Maesa” Tompaso Sulawesi Utara dengan panjang
track 1600 m yang merupakan salah satu arena pacuan kuda terbaik di Indonesia sebagai tempat penyelenggaraan kejurnas Pordasi, dan saat ini sementara direnovasi untuk dijadikan lokasi pacuan bertaraf internasional. Gambar arena pacuan kuda tersebut ditampilkan pada Gambar 5 berikut ini.
Gambar 5. Arena Pacuan Kuda Maesa Tompaso (pkl.06.00)
Lokasi peternakan kuda pacu di dua kecamatan ini cukup potensial karena didukung pula dengan lahan pertanian yang produktif (luas 15 ha) dan ditanami berbagai macam tanaman musiman, seperti jagung, kedelai, kacang hijau serta hamparan sawah yang ditanami padi-padian, sehingga hasil ikutan produk pertanian dimanfaatkan oleh petani/peternak sebagai bahan baku pakan kuda pacu. Oleh sebab itu, mayoritas bahan pakan yang digunakan oleh petani tersebut diperoleh dari hasil ikutan pertanian tersebut. Rumput yang digunakan untuk pakan adalah Brachiaria mutica, dan Paspalum dilatatum yang biasanya tumbuh subur di lahan maupun di pematang sawah, serta tebon jagung yang merupakan sisa hasil ikutan dari jagung. Tebon jagung ini mengandung nutrisi yang baik karena, terdiri atas daun batang serta buah yang kecil (afkir) sehingga tidak diambil oleh petani sebagai bahan baku jagung.
Pengamatan pada penelitian ini dillakukan mulai dari metode trainer untuk manajemen pemeliharaan kuda pacu, yakni cara pemberian pakan, metode latihan, dari warming up, program latihan kuda dan joki.
Pelatih yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah 14 pelatih yang telah memiliki sertfikat nasional maupun regional yang dikeluarkan oleh Dewan Stewart nasional maupun Pordasi setempat. Ke 14 orang trainer responden memiliki tingkat pendidikan bervariasi dari Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas bahkan ada yang bergelar S-1 Fakultas Peternakan Unsrat Manado, dengan kisaran umur mulai 30 tahun sampai 70 tahun dengan pengalaman melatih kuda 5 sampai 40 tahun.
Walaupun kemampuan para pelatih hanya berdasarkan pengalaman, masing-masing pelatih memiliki prestasi dalam kejuaraan lokal maupun nasional. Hammer (1993) menyatakan, hal yang sangat penting bahwa kuda muda haruslah dilatih oleh penunggang dan pelatih yang berpengalaman, karena sangat mudah merusak (mental) kuda muda dengan kecerobohan dan ketidakpedulian. Penanganan yang salah saat ditunggangi waktu latihan akan berdampak pada tingkah laku kuda untuk mengikuti lomba. Apabila terjadi kecelakaan dan cedera maka kuda akan mengalami trauma, sehingga sulit untuk dikendalikan. Selain tugas dari pelatih untuk melatih kuda, pelatih juga harus melatih joki sebagai penunggang kuda bagaimana cara mengendalikan kuda untuk latihan agar tidak terjadi kecelakaan, terutama cedera saat latihan yang selanjutnya supaya berhasil dalam suatu arena pacuan. Oleh sebab itu, joki tidak lepas dari instruksi pelatih saat pacuan.
Suatu pekerjaan rutin yang diinstruksikan oleh pelatih kepada groom
adalah melakukan warming up pada kuda setiap pagi yakni grum menuntun kuda untuk berjalan, baik di jalanan seputar stable atau di track arena pacuan setiap hari mulai pkl 05.00 sampai pkl 06.00. Sesudah itu baru mengikuti program latihan, seperti walk, trot, canter maupun gallop.
Gambar 6. Waming up di track pacuan (pkl 05.00)
Perawatan kuda pacu dilakukan oleh grum yang khusus memelihara seekor kuda melalui instruksi dari pelatih. Perawatan ini bertujuan untuk mendapatkan bentuk tubuh kuda yang bagus dan sehat, memperlancar peredaran darah, pembentukan otot yang kuat, dan membersihkan kuda. Dalam proses pemeliharaan ini, kuda harus dimandikan dan untuk pemandian kuda di lokasi ini biasanya dilakukan di sebuah sungai yang hulu sungainya dari pegunungan, yakni
gunung Soputan yang mengandung belerang. Selain itu airnya juga hangat karena pada bagian air tersebut tercampur dengan air panas yang berasal dari lokasi bukit kasih yang dilalui oleh aliran sungai tersebut. Pemandian kuda dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 09.00 ataupun pada sore hari pada jam 15.30-14.30 yang dilakukan sekali seminggu dan ada juga yang melakukan pemandian 2 minggu sekali. Intensitas pemandian ini sering dilakukan mungkin karena airnya yang cukup banyak dan dalam keadaan hangat. Bahkan untuk kuda yang masih muda atau belum dipacu pemandian dilakukan 3-4 kali seminggu di lokasi pemandian tersebut. Pemandian kuda dimaksudkan agar kebersihan tubuh kuda itu sendiri terpelihara. Kuda yang sedang dalam program latihan tentunya banyak mengeluarkan keringat, khususnya jika latihan berat seperti canter. Pemandian yang baik dilakukan jika sinar matahari cukup banyak seperti pada pagi hari agar tubuh kuda dapat cepat kering dan tidak lembab. Sesuai dengan pernyataan Pilliner (1993), jika kondisi memungkinkan kuda dapat dimandikan dari waktu ke waktu selama program pelatihan. Hal ini akan membantu untuk membebaskan bulu dari parasit dan juga akan meningkatkan penampilan kuda.
Perawatan kuda juga meliputi pembersihan dengan sikat untuk membersihkan debu yang menempel pada kulit maupun rambut, supaya kelihatan mengkilap. Kemudian dilanjutkan dengan perawatan pada bagian kaki mulai dari bagian segitiga (frog), dinding kuku (wall), dan telapak (sole) atau white line. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagian mana yang rusak, misalnya kena batu tajam atau kerikil saat berjalan, sehingga menyebabkan sakit dan menimbulkan infeksi. Selanjutnya dilakukan pembersihan muka dengan kain lap yang direndam di air hangat lalu diusapkan ke bagian muka sekitar mata, hidung, jenggot, mulut, dan bagian telinga.
Selesai warming up para grum menjemur kuda sebelum mengikuti latihan dalam rangka persiapan pacuan.
Gambar 7. Penjemuran pada sinar matahari pagi (pkl 07.00)
Bogart dan Taylor (1983) mengemukakan definisi beberapa istilah gaya berjalan kuda khususnya yang sering dipakai dalam dunia pacuan kuda adalah: 1) Walk : sebuah gaya berjalan empat irama dimana setiap kaki menyentuh tanah secara terpisah satu sama lain.
2) Trot : sebuah gaya berjalan dua irama diagonal dimana kaki kanan depan dan kaki kiri belakang menginjak permukaan dataran dengan serentak, dan kaki kiri depan dan kaki kanan belakang menginjak permukaan dataran dengan serentak. 3) Canter: sebuah gaya berjalan tiga irama. Kaki belakang menginjak permukaan dengan serentak. Kedua kaki depan menginjak permukaan secara terpisah dan berbeda waktu dengan pijakan kaki belakang.
4) Gallop: Canter yang dilakukan dengan cepat.
Gambar 8 berikut ini terlihat bagaimana seorang groom menuntun kuda yang ditunggangi oleh joki saat mengikuti latihan di track pacuan.
Gambar 8. Kuda akan memasuki track untuk latihan Troottle, Canter dan Gallop
Gambar 9. Latihan troottle, canter dan gallop (pkl 06.00)
Setelah selesai dengan program latihan yang dilakukan oleh pelatih kuda selama + 1,5 bulan sampai 2,5 bulan, maka kuda akan dipersiapkan untuk mengikuti kejuaraan yang diselenggarakan baik secara lokal maupun nasional, bergantung program yang dikeluarkan oleh Pordasi.
Bahan pakan yang diberikan pada kuda pacu adalah rumput dan konsentrat berupa jagung, dedak padi, gabah, kedelai, kacang hijau. Adapun bentuk fisik dari pakan konsentrat yang diberikan pada kuda pacu oleh trainer diperlihatkan pada Gambar 10 berikut ini.