• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebutuhan energi dan nutrien kuda pacu indonesia dan aplikasi pada formulasi ransum berbasis pakan lokal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kebutuhan energi dan nutrien kuda pacu indonesia dan aplikasi pada formulasi ransum berbasis pakan lokal"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

KEBUTUHAN ENERGI DAN NUTRIEN KUDA PACU

INDONESIA DAN APLIKASI PADA FORMULASI RANSUM

BERBASIS PAKAN LOKAL

YOHANNIS LODEWYK REVLY TULUNG

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Kebutuhan Energi dan Nutrien Kuda Pacu Indonesia dan Aplikasi Pada Formulasi Ransum Berbasis Pakan Lokal adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Januari 2012

(3)

ABSTRACT

YOHANNIS LODEWYK REVLY TULUNG. Energy and Nutrient Requirements of Indonesia Race-Horses and It Application in Feed Rations Formulation based on Local Feed. Under direction of SURYAHADI, WASMEN MANALU and BERNAT TULUNG.

This study was conducted to obtain standardization of energy and nutrient needs racehorses in Indonesia. The objective of this study was to assess the needs of feed, energy and nutrient feed through the relationship between feed intake based on metabolic weight trainer methods, methods of estimating need through the cafeteria and the digestibility of feed by weight metabolic workload and to base the rations formulation of racehorses of Indonesia racehorses. The main activity of the study include: 1). Analysis of feed requirements according to the method of trainers, conducted observation location during training with the model equation: Y = a+ bx. 2). Method of determination of the need based on the cafeteria. 3). Determination of energy (DE) and nutrient requirements of racehorse Indonesia based on consumption, weight and metabolic workload, model equation: Consumption (K) = a + bP W0.75. 4). The trial of local feed formulation compared with imported feed, the experiment was conducted on 14 horses racing with the distance of 800 to 1600 m. Consumption of dry matter, energy and nutrient feed were influenced by metabolic weight during exercise programs for racing preparation, by the equation Y = 2,927 + 0,105x for the consumption of dry matter, Y = 11,34 + 0,41x for energy consumption, Y = 0,618 + 0,022x for crude protein, Y = 0,272 + 0,009x for crude fiber, Y = 0,111 + 0,004x for fat; Y = 0,030 + 0,001x for calcium; Y = 0,002 + 0,0006x for phosphorus and Y = 1,876 + 0,067x for BETN. The results obtained by the method cafeteria average consumption is 12,23 kg dry matter, energy consumption of 3,747 Mcal/kg; 1,317 kg of (CP); fat 0,501 kg; 2,241 kg of crude fiber; Ca 0,03 kg; P 0,06 kg. The test results level by level preferences (palatability) of the seven types of feed were corn, grass, grain, bran, soybean and cafeterias was given of green beans. The results based on the needs of digested energy the average of consumption of dry matter (kg.day -1) obtained was Y = 7,989 + 4,95x; needs of DE (MCal day -1) fed and feed local. From these results it can be concluded that: 1). The results of this trainer method of analysis can be concluded that the consumtion of dry matter, energy and nutrien feed is infuenced by metabolic weight during an ecercise program for the preparation raced racehorse. 2). These observations cafeteria method, it can be concluded that the highest feed consumption is corn 38,01% of the total consumption of dry feed (12,23 kg), with 30,64 mkal ME consumption / kg, 10,77% crude protein; crude fiber 18,33%; fat 4,10%; 0,3% Ca, and P 0,48%. 3). From the results of this study can be concluded that, the need for dry ingredients, ingested energy (DE), as well as the nutrient feed racehorses can be expected from the intake, digestibility, workload and metabolic weight . 5). The test results duel between racehorse fed local and feed import, the horse was fed with locally have achievements that are not inferior to that consume feed imports , so the formula can be used as a standard ration of feed requirements for racehorses Indonesia.

(4)

RINGKASAN

YOHANNIS LODEWYK REVLY TULUNG. Kebutuhan Energi dan Nutrien Kuda Pacu Indonesia dan Aplikasi Pada Formulasi Ransum Berbasis Pakan Lokal. Dibimbing oleh SURYAHADI, WASMEN MANALU dan BERNAT TULUNG.

Kuda pacu sebagai ternak untuk perlombaan mempunyai keunikan dalam hal mengkonsumsi pakan, sebab tujuan pemberian pakan adalah untuk mencapai prestasi yang baik pada saat pacuan, oleh sebab itu perlu diperhatikan kebutuhan pakan maupun zat-zat makanan yang terkandung dalam pakan terlebih kandungan energi yang mempunyai peran utama saat dipacu.

Pemeliharaan kuda pacu di Indonesia sebagian besar masih mengacu pada pemberian pakan yang dilakukan oleh negara maju di luar negeri. Hal ini disebabkan karena standarisasi kebutuhan pakan kuda di Indonesia belum ada, sehingga masyarakat peternak kuda pacu memelihara kuda tersebut masih bersifat tradisional yakni secara turun temurun dengan mengandalkan bahan baku pakan impor yang digunakan menjelang perlombaan sehingga membutuhkan biaya yang cukup besar untuk pakan. Padahal Indonesia merupakan negara agraris sehingga bahan baku pakan yang ada kemungkinan bisa diramu sebagai sumber pakan kuda, akan tetapi karena belum ada pengujian tentang kandungan nutrisi dan formulasi yang lebih tepat, maka belum dimanfaatkan.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengkaji kebutuhan pakan, energi dan nutrien pakan melalui hubungan antara konsumsi pakan dengan bobot metabolik berdasarkan metode trainer, metode kafetaria serta pendugaan kebutuhan melalui kecernaan pakan dengan beban kerja dan bobot metabolik untuk dijadikan dasar pada formulasi ransum kuda pacu Indonesia.

Kegiatan utama penelitian ini meliputi : 1). Inventarisasi metode trainer kuda pacu, dilakukan melalui wawancara dengan 14 trainer kuda pacu, serta pengamatan langsung tentang pakan yang diberikan serta jumlah konsumsi dan program latihan. 2). Analisis kebutuhan berdasarkan metode kafetaria, melalui uji coba 7 jenis pakan lokal pada 10 ekor kuda pacu. 3).Penentuan kebutuhan energi (DE) dan nutrien kuda pacu Indonesia berdasarkan konsumsi, bobot metabolik dan beban kerja, melalui 24 ekor kuda pacu dengan model persamaan: Konsumsi (K)= a W 0.75 + bP. 4). Uji coba pakan formulasi pakan lokal, dibandingkan dengan pakan impor, percobaan ini dilakukan pada 14 ekor kuda pacu dengan jarak tempuh 800 sampai 1600 m.

Hasil penelitian yang diperoleh ternyata konsumsi bahan kering, energi dan nutrien pakan dipengaruhi oleh bobot metabolik saat program latihan kuda pacu untuk persiapan dipacu, dengan persamaan YBK= 2,927 + 0,105x untuk

konsumsi bahan kering, YE= 11,34 + 0,41x untuk konsumsi energi; YPk= 0,618 +

0,022x untuk protein kasar; YSk= 0,272 + 0,009x untuk serat kasar; YL= 0,111 +

0,004x untuk lemak; YCa= 0,030 + 0,001x untuk kalsium; YP= 0,002 + 0,0006x

untuk fosfor dan YBETN= 1,876 + 0,067x untuk BETN.

(5)

0,89 kg. Hasil uji berdasarkan tingkat kesukaan (palatabilitas) secara berturut-turut adalah jagung, hujauan, gabah, dedak, kedelai dan kacang hijau.

Hasil penelitian berdasarkan kebutuhan energi tercerna diperoleh rataan konsumsi bahan kering BK (kg.hari -1) adalah Y= 7,989 + 4,95x; kebutuhan DE (Mkal hari-1) = 10,88x + 17,91; kebutuhan protein tercerna (kg.hari-1) = 0,971x + 1,581; serat kasar (kg.hari-1)= 0,607x + 0,951; kebutuhan Lemak (kg.hari-1) = 0,176x + 0,287; kebutuhan kalsium (kg.hari-1) = 0,049x + 0,080; kebutuhan fosfor (kg.hari-1) = 0,027x + 0,043; kebutuhan BETN (kg.hari-1) = 3,118x + 5,040.

Hasil penelitian untuk melihat prestasi yang dicapai oleh kuda yang mengkonumsi pakan impor dan pakan lokal berturut-turut : jarak 800 m waktu tempuh 0'.53" (53 detik)untuk pakan impor dan 0'.54" untuk pakan lokal; jarak 1000 m 1'.08"(1 menit 8 detik dan 1'.05"; jarak 1200 m 1'.18" dan 1'.20"; 1400 m 1'.35" dan 1'.34"; jarak 1600 m 1'.47" dan 1'.54".

Dari hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa : 1). Pemberian pakan oleh trainer saat latihan, telah disesuaikan dengan bobot badan (bobot badan metabolik) kuda. Selama program latihan tersebut konsumsi bahan kering, energi, protein, kalsium, fosfor dan BETN berkorelasi kuat dengan bobot metabolik. 2). Komposisi nutrisi ransum kuda menurut trainer adalah: memiliki kandungan energi(DE) 3,87 Mkal/kg, kadar protein, serat kasar, lemak, kalsium dan fosfor masing-masing berturut-turut: 21,12; 9,3; 3,8; 1,0 dan 0,6%. Menurut pemberian pakan metode trainer konsumsi bahan kering, energi(DE), protein, serat kasar, lemak, kalsium dan fosfor adalah berturut-turut: 9,9 kg; 0,58 Mkal, 0,031 kg; 0,005 kg; 0,0001 kg dan 0,0009kg. 3). Dari hasil pengamatan metode kafetaria ini, maka dapat disimpulkan bahwa kuda pacu dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya dengan cara memilih dan mengatur tingkat konsumsi setiap bahan yang tersedia. Rasio hijauan dan konsentrat berkisar 30:70%. Dari komponen konsentrat bahan yang paling banyak dikonsumsi adalah, jagung, gabah, dedak, bungkil kelapa, kedelai, kacang hijau. Dari penelitian ini diketahui, bahwa kadar serat kasar ransum keseluruhan berkisar 17,91%. Sedangkan kandungan energi(DE) dan kadar protein ransum kuda adalah masing-masing 26,70 Mkal/kg dan 8,89%. Rataan konsumsi bahan kering (bobot kuda 278-384kg) adalah 12,22 kg, dengan konsumsi energi(DE) 32,69 Mkal/kg, protein 1,08 kg, lemak 1,73 kg, serat kasar 2,18 kg, kalsium 0,66 kg serta fosfor 0,89 kg. 4). Pendugaan kebutuhan kuda akan energi KE=17,91W0.75 + 10.88P/ W0.75 dimana

KE = kebutuhan energi(DE Mkal/hr) dan W adalah bobot badan kuda dan P adalah

beban kerja yang merupakan perkalian dari bobot joki (kg) x jarak tempuh (km) x kecepatan(km/menit). Demikian juga dengan pendugaan kebutuhan bahan kering (KBK) = 7,989 W0.75 + 4,95P/ W0.75, protein (KP)= 1,581W0.75 + 0,971P/ W0.75,

kalsium (KCa)= 0,080 W0.75 + 0,049 P/W0.75 dan fosfor (KF )= 0,043 W0.75 + 0,027

(6)

dengan mempertimbangkan terlebih dahulu palatabilitas dan kandungan nutrisinya. Mengingat harga bahan baku pakan lokal relatif lebih murah dan ketersediaan yang berkelanjutan maka terdapat peluang besar dan prospek yang baik dalam formulasi dan produksi ransum kuda pacu di Indonesia.

(7)

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, peneliian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

(8)

KEBUTUHAN ENERGI DAN NUTRIEN KUDA PACU

INDONESIA DAN APLIKASI PADA FORMULASI RANSUM

BERBASIS PAKAN LOKAL

YOHANNIS LODEWYK REVLY TULUNG

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Ilmu Ternak

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

Penguji pada Ujian Tertutup : Prof. Dr. Ir. Komang G. Wiryawan, M.Sc.Agr Prof. Dr. Ir. Polung H. Siagian, MS.

(10)

Judul Disertasi : Kebutuhan Energi dan Nutrien Kuda Pacu Indonesia dan Aplikasi pada Formulasi Ransum Berbasis Pakan Lokal

Nama : Yohannis Lodewyk Revly Tulung

NIM : D061030121

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Suryahadi, DEA Ketua

Prof. Dr. Ir. Wasmen Manalu, MSc. Prof. Dr. Ir. Bernat Tulung, DEA. Anggota Anggota

Mengetahui

Ketua Departemen Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

(11)

Kupersembahkan kepada

Bapa di Sorga Melalui AnakNya Yesus Kristus

Kedua orang tuaku

Istriku Veyne Eldy Rorimpandei

Anak-anakku Michael, Gerald dan Reyven

(12)

PRAKATA

Puji syukur dipanjatkan kepada Allah Bapa di Sorga karena bimbingan dan penghentaranNya maka karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ini merupakan hasil penelitian yang penulis kerjakan berdasarkan penelaan lapangan dan laboratorium di daerah Sulawesi Utara sejak April 2006 sampai Oktober 2009, dengan judul Kebutuhan Energi dan Nutrien Kuda Pacu Indonesia dan Aplikasi pada Formulasi Ransum berbasis Pakan Lokal.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Suryahadi, DEA, Bapak Prof. Dr. Ir. Wasmen Manalu, MSc dan Bapak Prof. Dr. Ir. Bernat Tulung, DEA, Bapak Prof. Dr. Toha Sutardi, MSc (Alm, Pembimbing), Bapak Dr. Ir. Rachjan G. Pratas, M.Sc (Alm, Pembimbing) selaku komisi pembimbing yang selama ini telah membimbing, mengarahkan, dan membantu menyelesaikan karya ilmiah ini. Pimpinan dan Staf Sekolah Pascasarjana, Pimpinan dan Staf Program Studi Ilmu Ternak Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Rektor Universitas Sam Ratulangi Manado, Dekan Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado.

Pimpinan dan Staf Proyek BPPS DIKTI 2003, Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan. Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara atas bantuan sebagian dana dan kesempatan tinggal di Asrama Mahasiswa Sam Ratulangi Bogor.

Selama penelitian lapangan penulis dimudahkan atas kesediaan waktu dan tempat dari para pemilik, trainer, joki serta groom kuda pacu Sulawesi Utara, secara khusus kepada Bapak Ir. Niko Mewengkang, Bapak Oddy Luntungan, SH, dan Bapak Sany Pandey selaku pemilik dan pelatih kuda pacu yang telah meminjamkan ternak kuda pacu sebagai materi penelitian. Selanjutnya kepada Ir. Abraham Pendong, MSc yang banyak membantu dalam analisis statistik, Ir. Dave Pijoh dan teman-teman se Asrama Mahasiswa Sam Ratulangi Bogor Baru II, Bogor Baru I dan Sempur yang telah membantu mendoakan, memberi dukungan dan dorongan. Ibu Dra. Adel Suparman Kansil atas doa dan perhatian yang diberikan.

(13)

mengikuti pendidikan S3. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada kakak: Wim, Frieda, Welly, Albert, Katherina, Bernat dan Hanny serta kakak-kakak ipar atas dukungan doa dan bantuan baik material terlebih moril.

Selama mengikuti program S3, penulis banyak mendapat pengertian, inspirasi, kesabaran dan doa dari istriku yang tercinta Veyne Rorimpandei, Spt dan anak-anakku yang tersayang: Michael, Gerald dan Reyven.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, dengan harapan semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati Bapak dan Ibu. Sebagai suatu hasil dari proses belajar, penulis menyadari karya ilmiah ini tidak lepas dari kekurangan dan keterbatasannya. Walaupun demikian penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu peternakan khususnya di bidang nutrisi kuda pacu Indonesia yang selama ini belum ada standar kebutuhannya.

Bogor, Januari 2012

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tomohon pada tanggal 8 Juli 1959, sebagai anak bungsu dari delapan bersaudara dari ibu Dientje Estelina Ogi dan ayah Noch Petrus Tulung. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah pada tahun 1977 di Tomohon, penulis menempuh pendidikan sarjana di Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado dan lulus tahun 1986. Pada tahun 1994 penulis mengikuti program pendidikan S2 pada Program Studi Ilmu Ternak pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan selesai tahun 1998. Pada tahun 2003 penulis mendapat kesempatan untuk mengikuti program S3 pada Program Studi Ilmu Ternak Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Penulis bekerja sebagai dosen Jurusan Ilmu Nutrisi Dan Makanan Ternak pada Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado sejak tahun 1988 sampai sekarang.

(15)
(16)

Pendahuluan ……….

NUTRIEN KUDA PACU INDONESIA BERDASARKAN KONSUMSI, BOBOT METABOLIK DAN BEBAN

KERJA……….. 6 FORMULASI RANSUM BERBASIS PAKAN LOKAL……….

(17)

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Hasil analisa komposisi bahan kering zat-zat makanan, pakan

percobaan………. 41

2 Konsumsi Bahan Kering(kg), Energi(Mcal) dan Zat-zat

Makanan(kg) Bobot Metabolik(kg)………. 41

3 Rataan konsumsi bahan kering, energi dan zat-zat makanan

secara kafetaria……… 54

4 Pola konsumsi pakan berdasarkan metode kafetaria………. 55

5 Kadar Energi Termetabolisasi (ME) dan Nutrien Pakan

Terkonsumsi……… 56

6 Rataan konsumsi bahan kering pakan, energi dan zat-zat

makanan berdasarkan tingkat palatabilitas………... 56

7 Rataan Konsumsi Hijauan, Konsentrat, Energi, Bahan Kering

dan Nutrien (kg ekor -1. hari -1) selama penelitian... 69 8 Hasil Estimasi Kebutuhan Energi Tercerna (DE) serta Nutrien

Pakan Penelitian dan NRC (1989)………. 79

9 Komposisi pakan lokal dan pakan sustaina percobaan……. 86

10 Konsumsi Bahan Kering, Energi, Protein kasar, Serat kasar,

Lemak, Ca dan P Pakan Sustaina……….. 87

11 Konsumsi Bahan Kering, Energi, Protein kasar, Serat kasar,

Lemak, Ca dan P Pakan Lokal……… 87

12 Hasil pengamatan prestasi kuda pacu dengan menggunakan

(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Diagram Alir Penelitian……… 5

2 Sistem pencernaan kuda………... 19

3 Kandang dan Kuda Pacu (semi permanen)……….. 33

4 Kandang dan tempat makan………. 34

5 Arena Pacuan Kuda Maesa Tompaso (pkl.06.00)………….. 34

6 Waming Up di track pacuan (pkl 05.00)………. 36

7 Penjemuran pada Sinar Matahari Pagi (pkl 07.00)…………. 37

8 Kuda akan memasuki track untuk latihan Troott, Canter dan gallop………. 38

9 Latihan Troott, Canter dan Gallop (pkl 06.00)………... 38

10 Bentuk Konsentrat yang diberikan pada kuda pacu……….. 38

11 Hubungan antara Konsumsi Bahan Kering dan Bobot Metabolik………….………. 42

12 Hubungan antara Konsumsi Energi dan Bobot Metabolik………. 43

13 Hubungan antara Konsumsi Protein Kasar dan Bobot Metabolik………. 43

14 Hubungan antara Konsumsi Serat Kasar dan Bobot Metabolik………. 44

15 Hubungan antara Konsumsi Lemak dan Bobot Metabolik………. 44

16 Hubungan antara Konsumsi Kalsium dan Bobot Metabolik………. 45

17 Hubungan antara Konsumsi Fosfor dan Bobot Metabolik………. 45

18 Hubungan antara Konsumsi BETN dan Bobot Metabolik………. 46

19 Hubungan antara Konsumsi Pakan (%) dan Kandungan GE(kcal)………. 55

(19)

21 Konsumsi Bahan DE dan

Beban Kerja/BM……… 71

22 Hubungan antara konsumsi Protein dan

Beban Kerja/BM……… 71

23 Hubungan antara konsumsi Serat Kasar dan

Beban Kerja/BM... 72

24 Hubungan antara konsumsi Lemak dan

Beban Kerja/BM……... 72

25 Hubungan antara konsumsi Kalsium dan

Beban Kerja/BM……… 73

26 Hubungan antara konsumsi Fosfor dan

Beban Kerja/BM……… 73

27 Hubungan antara konsumsi BETN dan

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Analisis regresi anatara konsumsi bahan kering dan

bobot metabolik………... 107

2 Analisis regresi anatara konsumsi energi dan bobot metabolik………... 108

3 Analisis regresi anatara konsumsi Protein kasar dan bobot metabolik………... 109

4 Analisis regresi anatara konsumsi Serat kasar dan bobot metabolik……….. 110

5 Analisis regresi anatara konsumsi Lemak kasar dan bobot metabolik……….. 111

6 Analisis regresi anatara konsumsi Kalsium dan bobot metabolik………... 112

7 Analisis regresi anatara konsumsi Fosfor dan bobot metabolik………... 113

8 Analisis regresi anatara konsumsi BETN dan bobot metabolik………... 114

9 Program Latihan dari para trainer………... 115

10 Analisis regresi pola konsumsi antara persentase konsumsi pakan dan kandungan ME (kkal)………... 116

11 Konsumsi Bahan Kering (Cafetaria)………... 116

12 Konsumsi Energi kkal (Cafetaria)………... 118

13 Konsumsi Protein (Cafetaria)………. 119

14 Konsumsi Lemak Kasar (Cafetaria)………... 120

15 Konsumsi Serat Kasar (Cafetaria)………... 122

16 Konsumsi Kalcium (Cafetaria)………... 123

(21)

18 Analisis regresi antara konsumsi bahan kering dan

beban kerja per bobot metabolik……… 126

19 Analisis regresi antara konsumsi energi tercerna dan

beban kerja per bobot metabolik……… 127

20 Analisis regresi antara konsumsi protein kasar dan

beban kerja per bobot metabolik……… 129

21 Analisis regresi antara konsumsi serat kasar dan

beban kerja per bobot metabolik……… 130

22 Analisis regresi antara konsumsi lemak kasar dan

beban kerja per bobot metabolik……… 132

23 Analisis regresi antara konsumsi kalsium dan

beban kerja per bobot metabolik……… 133

24 Analisis regresi antara konsumsi fosfor dan

beban kerja dan bobot metabolik……… 135

25 Analisis regresi antara konsumsi BETN dan

(22)

1 PENDAHULUAN

Pemanfaatan ternak sebagai tenaga kerja dan transportasi sudah dilakukan oleh masyarakat sejak dahulu. Akan tetapi, saat ini penggunaan ternak sebagai tenaga kerja telah tersaingi oleh peralatan yang modern baik untuk transportasi maupun untuk pengolahan lahan pertanian. Dewasa ini penggunaan ternak sebagai sumber tenaga untuk pengolahan pertanian hanya terdapat pada masyarakat di pedesaan. Demikian pula dengan ternak sebagai penarik beban.

Ternak sapi, kerbau, maupun kuda adalah jenis ternak dengan tujuan produksi berbeda. Ternak sapi dan kerbau selain sebagai ternak kerja juga dimanfaatkan sebagai sumber daging, sedangkan ternak kuda tujuan produksi yang dikenal selama ini adalah untuk menarik beban maupun untuk hiburan, yakni diperlombakan.

Sulawesi Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi yang cukup besar untuk pengembangan ternak kuda, sebab alat transportasi yang kelihatan masih digunakan sampai saat ini, yakni bendi (andong), cukup banyak terdapat di daerah ini. Demikian juga untuk ternak kuda pacu, khususnya Minahasa yang merupakan lokasi pemeliharan kuda pacu di SULUT, populasinya masih cukup besar. Pada tahun 1993 sampai tahun 1998, Sulawesi Utara merupakan produsen kuda pacu terbesar di Indonesia. Hal ini disebabkan karena prestasi kuda pacu Sulut menonjol saat itu yang beberapa kali menggondol lambang supremasi tertinggi pacuan kuda tingkat nasional, bahkan sampai saat ini rekor kuda pacu tercepat di Indonesia pada kelas 1100 m (Prince Star) belum terpecahkan.

Beberapa tahun terakhir ini terjadi penurunan populasi kuda pacu di Sulut. Hal ini disebabkan karena harga pakan yang terlalu mahal, sehingga minat masyarakat petani peternak kuda pacu menurun, dan yang bertahan untuk memelihara kuda pacu tinggal orang-orang yang mempunyai banyak modal, bahkan di daerah ini petani peternak yang dahulunya memiliki kuda pacu hanya menjadi pemelihara kuda milik pejabat-pejabat setempat.

(23)

beban maupun angkutan, seperti yang dilakukan oleh masyarakat dahulu. Bahkan di kota-kota tertentu sampai saat ini masih mengandalkan ternak kuda sebagai sarana transportasi sehingga dapat mengatasi penggunaan bahan bakar minyak.

Kuda pacu sebagai ternak untuk perlombaan mempunyai keunikan dalam hal mengkonsumsi pakan, sebab tujuan pemberian pakan adalah untuk mencapai prestasi yang baik pada saat pacuan. Oleh sebab itu, perlu diperhatikan kebutuhan pakan maupun zat-zat makanan yang terkandung dalam pakan, terlebih kandungan energi yang mempunyai peran utama saat dipacu. Apabila dilihat dari kebutuhan dan konsumsi pakan utama kuda adalah hijauan, karena kuda tergolong herbivora, maka jumlah konsumsi hijauan lebih besar, akan tetapi pada kenyataanya kebutuhannya sangat berbeda karena kuda pacu membutuhkan energi yang baik untuk latihan maupun dipacu saat perlombaan, sehingga kebutuhan utamanya berasal dari biji-bijian sebagai penyusun konsentrat yang mengandung energi yang baik untuk proses kerja pada kuda pacu.

Pemeliharaan kuda pacu di Indonesia sebagian besar masih mengacu pada pemberian pakan yang dilakukan oleh negara maju di luar negeri. Hal ini disebabkan karena standarisasi kebutuhan pakan kuda di Indonesia belum ada, sehingga masyarakat peternak kuda pacu memelihara kuda tersebut masih secara turun-temurun dengan mengandalkan bahan baku pakan impor yang digunakan menjelang perlombaan sehingga prestasi saat dipacu tidak maksimal. Padahal, Indonesia merupakan negara agraris sehingga bahan baku pakan yang ada kemungkinan bisa digunakan sebagai sumber pakan kuda. Akan tetapi, belum ada pengujian karakteristik nutrisi dan formulasi yang lebih tepat. Bahan baku pakan lokal menurut hasil-hasil analisis kandungan zat-zat makanan tidak kalah dibandingkan dengan komposisi zat-zat makanan dari negara luar, hanya saja formulasinya belum ada sehingga perlu dilakukan penelitian. Salah satu metode pendekatan untuk memformulasikan pakan adalah melalui metode trainer, uji palatabilitas pakan melalui metode kafetaria pada ternak kuda pacu.

(24)

Melihat tujuan pemeliharaan kuda untuk kemampuan kerja baik untuk dipacu maupun menarik beban serta bentuk/postur tubuh yang indah waktu diperlombakan maka tentunya faktor yang sangat mendukung adalah pakan, khusus kandungan zat makanan, yakni energi dan protein serta mineral dan vitamin.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengkaji kebutuhan pakan, energi dan nutrien pakan melalui hubungan antara konsumsi pakan dengan bobot metabolik berdasarkan metode trainer, metode kafetaria serta pendugaan kebutuhan melalui kecernaan pakan dengan beban kerja dan bobot metabolik untuk dijadikan dasar pada formulasi ransum kuda pacu persilangan thoroughbred dengan kuda poni Indonesia.

Tujuan khusus penelitian ini yaitu untuk:

1. Mengkaji informasi tentang program latihan dan pola latihan yang disesuaikan dengan metode pemberian pakan dan nutrien saat latihan untuk persiapan perlombaan yang dilakukan oleh trainer kuda pacu agar mencapai prestasi maksimal.

2. Memperoleh informasi tentang pola konsumsi serta kebutuhan pakan dan nutrien kuda pacu melalui metode kafetaria.

3. Mendapatkan hasil terhadap tingkat kesukaan pada beberapa jenis pakan melalui palatabilitas pakan.

4. Mengetahui kebutuhan energi tercerna, serta nutrien yang optimal berdasarkan beban kerja dan bobot metabolik, melalui analisis input-output dengan menggunakan analisis regresi.

5. Mendapatkan standar kebutuhan pakan dan nutrisi kuda pacu Indonseia sesuai dengan bobot metabolik per beban kerja.

6. Aplikasi formulasi ransum pakan lokal dibandigkan dengan pakan impor terhadap prestasi kuda pacu Indonesia.

MANFAAT PENELITIAN

(25)

tercerna(DE) dan nutrien pakan untuk perbaikan pakan dengan menggunakan pakan lokal yang bermanfaat baik pada petani/peternak kuda pacu maupun masyarakat pecinta olah raga berkuda serta instansi pemerintah terkait.

HIPOTESIS

1. Kebutuhan energi tercerna(DE) dan nutrien kuda pacu dapat diduga dari beban kerja dan bobot metabolik.

(26)
(27)

TAHAP II

Peubah yang diukur ::

- Bobot kuda

-Bobot joki, jarak tempuh dan waktu

- Konsumsi bahan kering pakan, Pk, SK, L, Ca, P dan BETN

ANALISIS KEBUTUHAN MENURUT METODE TRAINNER KUDA PACU

PROGRAM PEMBERIAN

PAKAN PROGRAM LATIHAN

ANALISIS KEBUTUHAN MENURUT METODE KAFETARIA

TAHAP I

TAHAP III

ESTIMASI KEBUTUHAN PAKAN

Peubah yang diukur

:

Jumlah konsumsi pakan, energi dan zat

-Bobot Kuda

-Konsumsi DE dan Nutrien pakan

FORMULASI RANSUM BERBASIS BAHAN PAKAN LOKAL

TAHAP IV

Peubah yang diukur :

-

Prestasi (Kecepatan)

(28)

2 TINJAUAN PUSTAKA

DESKRIPSI TENTANG KUDA

Kuda merupakan salah satu jenis ternak yang termasuk pada golongan hewan sebagai berikut. Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus) memiliki klasifikasi zoologis sebagai berikut (Ensminger,1962):

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Perissodactyla

Famili : Equidae

Genus : Equus

Spesies : Equus caballus

Pada dasarnya kuda memiliki berbagai jenis kerja yakni kerja tarik, yang terdiri atas kerja ringan, kerja sedang dan kerja berat. Ada pula jenis kuda tunggang atau kuda ringan, ini terdiri atas beberapa kategori yaitu three-gaited horses yang pengembangannya ditujukan pada keterampilan berjalan yakni walk, trot dan canter dan ada juga kuda yang termasuk pada kategori five-gated horses

yang di samping keterampilan walt, trot dan canter juga slow gaited dan rack. (Blackely dan Bade, 1991).

SEJARAH OLAH RAGA BERKUDA

Kuda sudah dikenal sejak zaman purba, dimana hubungan antara manusia dengan kuda dapat dilihat dari kesenian dan sastra yang berasal dari negeri Ukraine, China, Mesir, Persia dan Yunani kuno. Untuk menentukan secara pasti mengenai siapa yang pertama kali menjinakkan kuda dan melatihnya untuk ditunggang sangat sulit, namun penemuan ilmiah menunjukkan bahwa manusia telah menunggang kuda sejak kurang lebih 5.000 tahun yang lalu. Suku Yunani dan Romawi kuno merupakan ahli tunggang dan menggunakan kuda untuk pacuan dan olahraga. Tentara Yunani dan Romawi menunggang kuda dalam perang, dan suku Yunani (Xenophon) menulis tentang prinsip-prinsip berkuda sejak 400 SM, dan hingga kini prinsip-prinsip mereka masih digunakan untuk berkuda. Akademi berkuda pertama didirikan oleh Federico Grisone 1532 di Napoli, Itali, kemudian pada akhir abad 16 sebuah akademi equestrian berkembang di Versailles, Perancis, tetapi kemudian menghilang karena revolusi

(29)

Spanish Riding School yang didirikan 1572 di Wina, Austria. Sekolah kavaleri Perancis yang didirikan 1768 di Saumur, dengan pakar Pluvinel dan La Guérinière, juga memberikan kontribusi besar kepada seni equestrian modern, terutama Dressage/ Tunggang Serasi. Olahraga berkuda yang kita kenal di zaman sekarang, berkembang pada bagian kedua abad 19. (Bowen, 2007)

Awalnya peranan kuda di Indonesia lebih dekat dengan masyarakat petani, dari pada keluarga Raja. Dahulunya oleh para petani, kuda disamping untuk keperluan angkutan, juga untuk menarik bajak di sawah, disamping kerbau di beberapa daerah. Sedang cikal bakal olahraga ketangkasan berkuda di Indonesia berawal dari menunggang kuda sambil berburu di hutan-hutan. Kesenangan berburu dengan menunggang kuda ini masih banyak ditemukan di daerah Nusa Tenggara Barat dan Timur. Di pulau Jawa, kuda di abad 16 sebelumnya menjadi simbol kemegahan para Raja dan dipergunakan untuk peperangan, yang pada gilirannya dijadikan untuk olahraga sebagai tontonan. Pada zaman Belanda, olahraga berkuda dikenal rakyat melalui pacuan kuda, yang dilakukan pada hari-hari pasar atau ulang tahun Ratu Belanda. Hampir setiap daerah menjadi pusat kegiatan pacuan kuda, dan dari situlah tumbuh peternakan tradisional, yang melahirkan kuda-kuda pacu lokal, yang dikenal dengan kuda Batak, kuda Padang Mangatas, kuda Priangan, kuda Sumba, kuda Minahasa dan kuda Sandel. Daerah-daerah yang dikenal mempunyai ternak-ternak kuda tradisional adalah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara. Lomba ketangkasan berkuda mulai dikenal melalui serdadu-serdadu Belanda dengan lomba lompat rintangan (jumping).

Jenis kompetisi olahraga berkuda yang di pertandingkan di dunia terdiri atas beberapa jenis, di antaranya adalah:

Dressage/Tunggang Serasi, Dressage adalah dasar semua pelatihan kuda dan dibutuhkan untuk semua nomor ketangkasan, tetapi dressage juga dinilai

(30)

karena pertolongan yang ringan dari penunggang tidak dapat terlihat lagi. Dalam semua kompetisi, kuda harus menunjukkan tiga cara berjalan: Walk, Trott dan

Canter, dan juga transisi dari dan ke berlainan cara berjalan dan dalam cara berjalan sendiri (collection – extension – collection).

Endurance, Endurance merupakan kompetisi melawan waktu untuk menguji kecepatan dan kemampuan ketahanan kuda, yang sekaligus diharapkan dapat menunjukkan pengetahuan si penunggang mengenai kecepatan dan penggunaan kudanya melalui lintas alam. Prestasi kuda yang ditunjukkan melalui berbagai macam permukaan dan halangan alam sangatlah penting untuk menentukan kepandaian berkuda si penunggang dan sikap kudanya sendiri. Sebuah kompetisi terdiri dari berberapa tahap. Setelah setiap tahap (pada prinsipnya setiap 40 km), diadakan sebuah inspeksi kesehatan hewan yang diatur sebagai gerbang veteriner yang menuju kawasan pemberhentian yang diambil waktunya (waktunya terhitung dari saat detak jantung kuda menunjukkan 64 detak/ menit; sampai saat itu waktu dianggap sebagai waktu menunggang). Tahap-tahap endurance dapat berlangsung hingga dua hari atau lebih.

Show Jumping (Lompat Rintangan), Lompat rintangan adalah hal yang biasa dilakukan oleh kuda-kuda di alam bebas ketika mereka menghindar atau lari dari pemangsa. Zebra di kebun binatang juga terlihat melompati pohon tumbang dan rintangan lain untuk kesenangan mereka. Kemampuan lompat rintangan seekor kuda ketangkasan antara lain tergantung bakatnya dan membutuhkan pelatihan yang sesuai dan secara bertahap untuk mengajarkan teknik yang baik. Lompat rintangan melengkapi pendidikan dasar si penunggang maupun seekor kuda tunggang, dan pada umumnya latihan jumping dijadwalkan sebanyak dua atau tiga kali dari enam hari latihan per minggu. Nomor olahraga berkuda show jumping atau lompat rintangan berasal dari kegemaran para penunggang Irlandia pada zaman dahulu, karena tanah pertanian mereka sangat luas dan infrastruktur

(31)

Eventing, Eventing atau trilomba adalah pertandingan kombinasi yang mengandalkan pengalaman penunggang dalam semua nomor berkuda. Kuda maupun penunggang, harus memiliki kecekatan dan serba bisa. Pesertanya mengikuti pertandingan kombinasi yang terdiri dari tiga tes: dressage, cross-country sebagai tes utama dan jumping, dengan kuda yang sama selama pertandingan berlangsung. Hal itu tentunya membutuhkan kerjasama antara kedua atlit yang saling percaya, dan juga pelatihan yang terstruktur dan sistematis dalam semua disiplin. Hanya pelatihan yang baik dan teratur menghasilkan atlit yang mahir dalam semua disiplin dan berstamina cukup untuk menghadapi pertandingan yang dinilai cukup berat ini.

Polo Berkuda, Sejak tahun 525 SM beberapa negara di Timur Tengah telah mengenal permainan polo berkuda. Diduga permainan ini berasal dari negeri Parsi. Di Parsi permainan ini disebut Chaugan, sedang di Assam (India) dikenal dengan nama Manopur. Sejak tahun 1850, polo berkuda sangat digemari oleh para pengusaha perkebunan teh di Assam. Satuan kavaleri Inggris memberikan perhatian pada olahraga ini, sehingga kemudian resimen ke 10 Hussars mendemonstrasikannya kepada penduduk kota Hounslow (Inggris). Olahraga polo berkuda kemudian dikenalkan ke Amerika pada tahun 1883, sekarang Argentina merupakan negara yang selalu tampil dan mengungguli pertandingan olahraga ini. Objek dari permainan ini adalah memasukkan bola ke gawang tim musuh dengan menggunakan tongkat kayu, setiap tim terdiri dari empat orang pemain dimana masing-masing pemain berada diatas kuda.

Kuda pacu (Racehorses), merupakan jenis kuda yang tujuan pemeliharaanya adalah untuk memperoleh kecepatan saat di pacu dengan kriteria penilaiannya adalah yang tercepat masuk finish.

(32)

lain-lain. Kuda pacu Indonesia merupakan ternak yang saat ini dibentuk melalui program grading up dengan tujuan untuk memenuhi permintaan kuda pacu.

Proses pembentukan kuda pacu Indonesia dimulai dari G1 yang merupakan persilangan kuda betina lokal dengan pejantan thoroughbred dengan darah lokal 50% dan darah thoroughbred 50%. Kuda G2 merupakan hasil silang kuda betina G1 pada umur 3 atau 4 tahun dengan pejantan thoroughbred. Kuda betina G2 dikawinkan dengan jantan thoroughbred akan menghasilkan G3 dengan komposisi darah lokal 12,5% dan darah thoroughbred 87,5% yang dirasa sudah cukup baik untuk dijadikan bibit pejantan (parent-stock) pembentukan kuda pacu Indonesia. Kuda betina G4 selanjutnya dibentuk untuk dijadikan betina parent-stock yang akan disilangkan dengan kuda jantan G4 atau G3 dan menghasilkan kuda pacu Indonesia (Soehardjono, 1990).

Gibbs at al (2009) mengemukakan dalam beberapa tahun terakhir, perhatian yang signifikan telah diarahkan pada penelitian atlet kuda, terutama kuda pacu dan kuda muda yang ditujukan untuk dipacu. Bahkan informasi baru tentang konsep yang tersedia sedang dibentuk, menyangkut fisiologi dan gizi kuda pacu. Lebih lanjut dikatakan, salah satu alasan untuk perhatian ini adalah karena selama 50 tahun terakhir, kinerja fisik kuda pacu sangat sedikit peningkatannya. Apabila dibandingkan dengan atlet manusia, maka perbaikan kemampuan relatif lebih rendah untuk kuda pacu. Hal ini tidak lepas dari upaya untuk mengembangkan kuda pacu baik dari segi genetik maupun kebutuhan pakan serta metode latihan yang baik, karena perhatian yang kurang pada manajemen tesebut sering mengakibatkan kuda cedera dan kelelahan yang akut. Fenomena ini dijelaskan secara dramatis dalam perbaikan pemberian pakan dan metode latihan. Sebab kuda juga membutuhkan keseimbangan antara nutrisi dalam pakan dengan latihan, karena seekor kuda yang diberi pakan yang baik akan berlari cepat sesuai dengan bawaan genetiknya. Selain dari pada itu dalam memelihara kuda, kesehatan merupakan faktor yang harus diperhatikan karena kesehatan kuda sangat mempengaruhi keindahan kegagahan dan tenaga.

(33)

berbagai jenis latihan yang diberikan terhadap tiap-tiap bagian organ dari kuda, (Hodges dan Pillipiner,1991). Lebih lanjut dikatakan bahwa kuda yang ditujukan untuk penampilan khusus akan memerlukan latihan khusus untuk membangun perototan dan keluwesan pada saat pertunjukan, namun yang perlu ditekankan dalam memilih seekor kuda adalah pertimbangan bentuk normal tubuh yang baik, proporsi yang seimbang, perkembangan dan temperamen yang bagus. Tindakan dan pembawaannya halus, anggun dan penuh harmonis, serta kemampuan penampilan yang memuaskan. Kelainan pada bentuk normal tubuh dapat mengurangi kesempatan seekor kuda dalam melakukan banyak aktivitas selama masa pelatihannya, dan perkembangan yang tidak tepat akan menciptakan kondisi stres fisik yang akan berpengaruh pada temperamennya. Temperamen dan sikap karakter yang baik dalam beraktivitas akan membuat kuda tersebut menyenangkan untuk dimiliki dan diatur, karena temperamen dan sikap dari kuda haruslah dipertimbangkan dalam kaitannya dengan olahraga yang akan dipilih dan bagaimana kuda tersebut akan bertahan terhadap tuntutan dari tingkat pelatihan penting.

Metode Latihan

Pacuan kuda adalah olahraga berkuda yang paling alami. Kuda dirancang menggunakan kecepatannya untuk mengalahkan lawan-lawannya. Seekor kuda pacu harus dilatih untuk dapat menahan berat penunggangnya atau joki dan sejumlah kendali tertentu, tetapi faktor yang paling menentukan keberhasilan adalah kondisi kuda. Seekor kuda harus benar-benar fit untuk pacuan–pacuan tertentu yang diseleksi secara ketat. Jarak pacu dalam pacuan kuda terdiri dari bermacam–macam jarak, mulai dari 5 sampai 20 furlongs (sekitar 1000-4000 meter) dan seperti pelari-pelari manusia, setiap kuda memiliki jarak terbaiknya. Kuda cenderung dipertahankan lebih baik sampai kuda tersebut bertambah umurnya. Sebagai contoh, kuda yang berumur dua tahun, lebih baik tidak dipacu pada jarak lebih dari delapan furlongs (1600 m), (Pilliner, 1993).

(34)

mengakibatkan kerugian yang tinggi pada kuda pacu thoroughbred. Oleh karena itu sebaiknya kuda dilatih pada umur >18 bulan, dengan pola latihan ringan (Pilliner, 1993).

(35)

luka tendon digital, 29%, yang melibatkan anggota tubuh depan SDFT (Van den Belt et al, 1994.).

Bertitik tolak dari kejadian tersebut diatas maka (Nunamaker et al, 2007), menemukan bahwa kuda muda memiliki resiko lebih tinggi pada tulang tendon mereka ketika berjalan cepat dari pada kuda tua. Dia melaporkan bahwa arah strain utama, adalah thoroughbreds, tampaknya mengalami perubahan yang signifikan dengan meningkatkan kecepatan. Pelatihan kuda pacu muda tanpa mengembangkan perhatian bagaimana melawan resiko cedera pada tulang kering adalah seni mengatur frekuensi dan intensitas latihan sehingga cukup kuat untuk membangun keadaan tulang sambil menghindari pelemahan yang terjadi selama remodeling tulang. Program pelatihan konvensional secara bertahap dengan meningkatkan jarak dan intensitas latihan kuda untuk gallops dua mil per 7, 10 atau 14 hari, bila latihan ini dilakukan secara bertahap dengan meningkatkan kecepatan sampai pada puncak latihan dengan jarak pacu tertentu maka akan mengurangi resiko cedera. Program pelatihan yang direvisi oleh Nunamaker et al

(36)

penyembuhannya membutuhkan waktu yang cukup panjang yakni 6 sampai 8 bulan, sehingga dia menyarankan sebaiknya untuk menghindari terjadinya kasus cedera pada kuda, dengan jalan memperhatikan metode latihan serta program latihan yang teratur.

Sistem Pernafasan Kuda

Oksigen merupakan sesuatu yang keberadaannya sangat vital dalam kehidupan. Fungsi utama dari sistem respirasi adalah mensuplai oksigen ke dalam jaringan dan mengeluarkan karbondioksida. Sistem respirasi juga berperan penting dalam mengatur suhu tubuh, dan pengeluaran air (cairan tubuh) serta terdiri dari rangkaian aliran udara yang menghubungkan antara paru-paru dan udara luar dimana organ yang berperan dalam hal ini meliputi nasal cavity,

pharynx, larynx, trachea, bronchi, dan lungs (paru-paru). Jalan masuk ke rongga hidung dilindungi oleh nostril, dimana pada kuda adalah vaskuler lembut, lunak, dan bisa luas berdilatasi. Muzle terdiri dari rambut-rambut tentakel dan merupakan organ yang sensitif untuk meraba dan muzle juga berfungsi memastikan makanan tepat untuk dimasukan ke ruang mulut dalam arti memegangnya. Rongga hidung dilapisi oleh membran mukosa yang mampu menghangatkan udara inspirasi.

Pharynx merupakan ruang bersama antara saluran hidung dan mulut, larynx

menjaga masuknya objek lain ke dalam trakhea pada saat inspirasi dan mengatur aliran udara. Lekuk kartilago disebut juga epiglottis menutup aliran udara pernafasan ketika menelan makanan. Larynx juga sebagai organ suara utama dan memuat tali suara. Trachea adalah pipa panjang yang bersifat noncollapssible

artinya saluran udara tersebut tidak akan melipat, menghubungkan kerongkongan ke paru-paru pada bagian ujung bercabang membentuk bronchi, yang terus kemudian membentuk bronchioli. Paru-paru berpasangan dan berisi banyak kantung udara dimana terjadi pertukaran gas antara udara dan kapiler-kapiler

pulmonary.

(37)

Normalnya dalam kondisi istirahat seekor kuda akan bernafas 8-16 kali permenit dan akan meningkat tajam selama beraktifitas (Hamer, 1993).

Sistem Peredaran Darah Kuda

Untuk menghasilkan energi secara aerob, maka oksigen harus dikirim ke otot dengan cepat dan efisien melalui darah yang dipompakan oleh jantung melalui arteri, lalu kapiler darah yang kecil yang mensuplai serat-serat otot. Kondisi homeostasis internal dipertahankan di dalam tubuh kuda oleh adanya

sirkulasi darah. Darah disebut sebagai „pusat kehidupan‟ karena keberadaannya

sebagai cairan penting yang menyebar di dalam jaringan tubuh untuk mendukung kehidupan. Beberapa fungsi dari darah adalah:

1. transportasi nutrisi dari saluran ke jaringan. 2. mengeluarkan produk sisa metabolisme. 3. transport oksigen ke dalam jaringan. 4. transport sekresi endokrin.

5. penyetaraan kandungan air. 6. pengatur suhu tubuh. 7. pengatur kadar asam tubuh.

8. pertahanan untuk melawan mikroorganisme. 9. kekebalan penyakit.

10.reaksi alergi.

(38)

tetapi terdapat kontrol syaraf yang rumit dari jantung yang dapat berubah dengan tajam terhadap kecepatan ritme jantung pada variasi kondisi fisiologis. Menurut Evans (1989), kecepatan denyut jantung pada kuda dewasa antara 36-40 kali permenit, dimana kecepatan ini agak sedikit lebih rendah pada kuda jenis draft

(kuda berdarah dingin) dan agak sedikit lebih tinggi pada kuda-kuda

thoroughbred (kuda berdarah panas) . Kecepatan denyut jantung dipengaruhi oleh faktor-faktor fisiologis seperti rangsangan, latihan gerak otot, temperatur lingkungan, pencernaan, tidur, dan kondisi variasi penyakit.

Kecepatan Pergantian Sel-Sel Darah Merah Kuda

Pengaruh penting lainnya dari adanya latihan pada darah adalah suatu keadaan dimana cepatnya pergantian sel-sel darah merah. Sel-sel mempunyai masa hidup yang terbatas biasanya empat sampai lima bulan. Kondisi tersebut akan berkurang pada saat kuda bekerja keras. Kuda yang berkerja memompakan darah keseluruh tubuh lebih cepat, maka proses pertukaran sel darah merah yang rusak akan cepat juga.

Sistem Urinaria Kuda

Sistem urinaria tediri dari sepasang ginjal, ureter, kantung kemih, dan uretra. Ginjal mengadakan sistem filtrasi darah yang bertanggungjawab terhadap ekskresi berbagai limbah produk dari tubuh. Ginjal mengontrol kesimbangan air, pH, dan tingkat elektrolit serta membersihkan darah dan bertanggungjawab terhadap kestabilan komposisi darah serta semua zat yang masuk ke dalam ginjal. Pada kuda ginjal terletak pada bagian lumbal, adanya kekakuan dan sakit punggung sering dihubungkan dengan penyakit ginjal. Urine kuda normal seharusnya berwarna keruh dan kental (Hamer, 1993). Produksi urin kuda normal sekitar 2-11 liter dalam sehari.

Pertulangan Kuda

(39)

dan melindungi organ-organ vital. Tulang bertindak sebagai pengungkit, menyimpan mineral, dan tempat pembentukan sel darah merah. Tulang kuda keseluruhan terbentuk dari 205 buah tulang (Evans, 1989).

Tulang diklasifikasikan menjadi berbagai macam antara lain panjang, pendek, rata, dan tidak teratur. Fungsi utama dari tulang panjang sebagai pengungkit dan membantu dalam pergerakan dan menopang berat tubuh. Tulang pendek berfungsi dalam meredam hentakan yang dapat ditemukan pada persendian yang rumit seperti pada carpus (lutut), tarsus (hock), dan fetlock

(angkle). Tulang pipih menutup ruang yang berisi organ-organ vital: tengkorak (otak) dan tulang rusuk (jantung dan paru-paru). Tulang pipih juga membentuk bidang yang luas sebagai tempat melekatnya otot. Tulang tak beraturan seperti pada tulang belakang, dimana keberadaannya tulang-tulang tersebut sebagai pelindung sistem syaraf pusat.

Periosteum adalah membran yang lebih dulu meliputi tulang diseluruh tubuh. Periosteum melindungi tulang dan merupakan tempat dari penyembuhan dimana terdapat fraktur. Pertumbuhan abnormal pada periosteum dikenal dengan istilah exostosis. Pada kuda, akibat dari periosteum dapat mengakibatkan pertumbuhan tulang yang tidak diinginkan, seperti splint, spavins, dan ringbone.

Training yang benar akan memberikan kekuatan pertulangan yang maksimum pada kuda. Kekuatan tulang seekor kuda akan maksimal bila diberikan perlakuan dengan sejumlah kecil aktivitas yang disertakan dengan variasi gerakan yang berbeda tingkat ketegangannya pada tulang, sebagai contoh ialah lompat gymnastik dan gerakan menyamping. Tulang memerlukan latihan untuk stimulasi pertumbuhannya karena dengan latihan akan menstimulasi peredaran darah dengan baik yang penting untuk membawa nutrisi bagi pertumbuhan, memperbaiki dan meningkatkan pertumbuhan dan membawa hasil sisa metabolisme.

Sistem Otot Kuda

(40)

pemecahan glukosa. Energi juga dapat diperoleh dari pemecahan asam lemak bebas, yang tersedia di dalam darah atau disimpan di dalam jaringan otot.

SISTEM PENCERNAAN KUDA

Secara umum alat pencernaan pada kuda meliputi organ-organ yang langsung berhubungan dengan penerimaan, pencernaan bahan makanan dan pengeluaran sisa pencernaan.

Gambar 2 berikut ini adalah bentuk sistem pencernaan kuda (Lewis & Febiger, 1982).

Gambar 2. Sistem pencernaan kuda

Alat pencernaan adalah organ-organ yang langsung berhubungan dengan penerimaan, pencernaan bahan pakan, dan pengeluaran sisa pencernaan atau metabolisme.

(41)

dorsum lidah dibandingkan bagian lain dengan cara merasakan pakan yang dimakan.

Gigi adalah organ pelengkap yang secara mekanik relatif kuat untuk memulai proses pencernaan. Gigi juga digunakan untuk menentukan umur dengan melihat: penyembulan (erupsi), pergantian sementara, bentuk dan derajat keausan gigi. Saliva kuda mengandung elektrolit utama yaitu Na+, K+, Ca++, Cl-, HCO2-, HPO4- serta tidak atau sedikit sekali mengandung amilase. Saliva dihasilkan oleh 3 pasang kelenjar yaitu kelenjar parotis, kelenjar mandibularis, dan kelenjar

sublingualis. Saliva berfungsi sebagai pelicin dalam mengunyah dan menelan pakan dengan adanya mucin, mengatur temperatur rongga mulut, pelindung mukosa mulut, dan detoksikasi. Farings dan esofagus farings adalah penyambung rongga mulut dan esofagus. Esofagus mempunyai panjang kira-kira 50-60 inchi. Pada farings dan esofagus tidak terjadi pencernaan yang berarti.

Lambung kuda relatif lebih kecil dibandingkan ternak ruminansia. Kapasitas lambung kuda antara 8-15 liter atau hanya 9% dari total kapasitas saluran pencernaan. Proses pencernaan yang terjadi di daerah lambung tidak sempurna dikarenakan aktivitas mikroorganisme sangat terbatas, dimana populasi bakteri relatif rendah, waktu tinggal pakan di lambung hanya sebentar sekitar 30 menit, dan hasil proses fermentasi adalah asam laktat, bukan VFA. Pankreas Kuda memiliki perbedaan yang spesifik dari segi cairan pankreas dengan ternak lain, yaitu konsentrasi enzim dan kadar HCO3 rendah.

Bagian pankreas kuda terdiri atas endokrin dan eksokrin. Usus kecil merupakan tempat utama untuk mencerna karbohidrat, protein, dan lemak serta tempat absorbsi vitamin dan mineral. Kapasitas usus kecil adalah 30%.dari seluruh kapasitas saluran pencernaan kuda. Usus kecil terdiri atas tiga bagian, yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Proses pencernaan di usus kecil adalah proses pencernaan enzimatik. Beberapa enzim tersebut adalah peptidase, dipeptidase, amilase, dan lipase. Usus besar terdiri dari caecum, colon, rektum.

(42)

diubah menjadi VFA. Produksi dan proses pencernaan fermentatif di usus besar tidak semuanya dapat dimanfaatkan karena posisi di belakang setelah usus halus, sehigga hanya sekitar 25% hasil fermentasi di usus besar yang dapat diserap kembali ke usus kecil atau dimanfaatkan oleh tubuh. Rektum merupakan tempat utama penyerapan air kembali. Proses pencernaan dari mulut sampai terbuang sebagai feses dari 95% pakan yang dikonsumsi membutuhkan waktu 65-75 jam.

Saluran gastrointestinal adalah saluran yang bersifat

musculo-membranosus yang memanjang mulai dari mulut hingga anus. Pada kuda panjang

saluran membran mukosa ini diperkirakan 100 kaki dan berfungsi dalam penelanan, menggiling, mencampur, pencernaan, dan penyerapan makanan dan pengeluaran limbah padat. Organ-organ pencernaan kuda dimulai dari mulut, farings, esofagus, lambung, usus halus, usus buntu, usus besar, dan anus. Kuda pada dasarnya adalah hewan yang suka merumput, usus kuda telah dirancang untuk menerima sejumlah kecil serat makanan dengan intake yang teratur dan memerlukan suplai makanan yang konstan tanpa pernah melebihi kemampuan sistem yang ada. Dalam menjaga agar sistem kerja pencernaan kuda efisien maka pemberian pakan sedapat mungkin harus menyesuaikan fisiologis alaminya. Oleh karena itu aturan pemberian pakan yang baik adalah memberi sedikit pakan tetapi sering. Kunci alasan dari aturan ini ialah bahwa ukuran lambung kuda relatif kecil kira-kira seperti ukuran bola rugby (Pilliner, 1985). Volume lambung pada kuda dengan bobot 500 kg rata-rata 7.5-15 liter atau 8-10% dari total kapasitas saluran pencernaan, panjang lambung 0,25 meter dimana fungsi dari lambung sendiri adalah mencampur massa pakan, mencerna beberapa protein, menampung massa pakan, dengan lama waktu penyimpanan untuk air 30-60 menit, sementara untuk pakan kering 30 menit-12 jam (Kohnke, Kelleher, dan Jones, 1999).

KONSUMSI DAN KECERNAAN ZAT-ZAT MAKANAN

(43)
(44)

pemeliharaan, seperti butiran banyak diperlukan dalam ransum sebagai sumber energi untuk bekerja. Sebab hanya dengan memberikan pakan hijauan maka kecukupan energi untuk kinerja kuda tidak akan terpenuhi karena konsumsi pakan hijauan pada kuda terbatas sesuai dengan anatomi sistem pencernaannya.

Frape (2004) menyatakan, pemberian pakan pada kuda untuk pacuan memerlukan waktu 8-12 minggu untuk pemberian pakan khusus, dimulai dengan pemberian pakan konsentrat 5 kg setiap hari dan selesai pemberian pada 2 bulan berikutnya 8-8,5 kg, dimana sepertiga diberikan pada pagi hari dan dua per tiga diberikan pada malam hari dan untuk pakan hay 5 sampai 5,5 kg per hari.

KEBUTUHAN ENERGI DAN NUTRIEN KUDA

Kebutuhan energi dan nutrien pada ternak sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan, aktivitas, intensitas kerja, kondisi lingkungan, jenis pekerjaan, dan massa tubuh ternak tersebut. Megan (2008) mengemukakan bahwa dasar utama untuk memutuskan kebutuhan kuda adalah gizi, sehingga ia membuat persyaratan dengan lima kategori dasar untuk pemenuhan gizi kuda tersebut, yakni energi, serat, protein, vitamin, dan mineral. Persyaratan mineral hampir semua kebutuhan mineral kuda dipenuhi melalui diet, namun jejak blok mineral harus selalu tersedia untuk kuda. Jika kuda itu tidak menggunakan blok maka penambahan garam mineral dapat diberikan dalam pakan. Beberapa daerah di Amerika Serikat kekurangan selenium dan kuda di daerah-daerah mungkin perlu diberi suplemen yang mengandung mineral selenium. Lebih lanjut Duberstein dan Johnson (2009) mengemukakan, nutrisi dasar penting untuk gizi kuda terdapat enam kategori yang harus dipenuhi yakni, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Sering kali peternak kuda tidak memperhitungkan tentang pemberian air pada kuda, padahal kuda bisa mengkonsumsi air 5-15 galon per hari, dan risiko kekurangan air pada kuda, adalah dehidrasi, impaction usus serta kolik.

Kebutuhan Energi untuk kerja

(45)

dipengaruhi oleh beban kerja. Untuk ternak kuda, beban kerja diklasifikasikan dalam tiga kategori yakni kerja ringan, kerja sedang dan kerja berat (NRC, 1989). Dengan demikian maka perhitungan energi sebaiknya didasarkan pada intensitas kerja (persentase beban kerja terhadap masa tubuh ternak) dan produksi tenaga yang dihasilkan (Goe dan Mc Dowell, 1980), Lebih lanjut Duberstein dan Johnson (2009) mengemukakan, kebutuhan energi dan nutrien kuda berbeda dari individu ke individu dan dipengaruhi oleh massa tubuh kuda, usia, beban kerja, dan efisiensi metabolisme.

Glade (1983) menyatakan, kuda dengan bobot 500 kg membutuhkan 163 MJ DE/ hari dan 1686 g protein kasar. Frape (2004) menyatakan, kebutuhan energi kuda yang dipacu dan berburu adalah 60 MJ DE/hari, dan untuk bobot 400 kg membutuhkan 100 MJ DE/hari. Cymbaluk (1989) mengemukakan, ternak kuda yang sedang menyusui sampai umur satu tahun membutuhkan energi yang tinggi, sedangkan untuk pertumbuhan akan menurun mengikuti umur.

Jumlah kalori yang dikonsumsi kuda diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Apabila terlalu sedikit kalori maka badan kuda akan terlalu tipis, dan apabila terlalu banyak kalori, kuda itu akan menjadi kelebihan bobot badan. Kuda membutuhkan serat cukup tinggi untuk dicerna pada bagian perut belakang. Kekurangan makan serat dapat mengakibatkan masalah kesehatan seperti kolik dan bisul. Kuda mendapatkan serat dari jerami yang baik dan padang penggembalaan. Butiran gandum juga dapat menyediakan sejumlah besar serat. Namun, makan biji-bijian yang terlalu banyak tanpa diimbangi dengan kerja pada kuda akan berdampak pada kesehatannya, karena kelebihan karbohidrat akan mempengaruhi kinerja kuda. Frape (2004) menyatakan bahwa kuda memerlukan daya tahan dominasi serat otot yang mampu berkontraksi lambat (lambat berkedut, serat oksidatif tinggi), tetapi resisten terhadap kelelahan. Oleh sebab itu pemenuhan gizi yang optimum diperlukan untuk mendukung ketahanan kuda dalam pelatihan dan kompetisi.

(46)

(Clayton, 1991). Respirasi aerobik bergantung pada kemampuan tubuh untuk mendapatkan oksigen dari atmosfer ke sel-sel otot dalam tubuh secara efisien sehingga dapat digunakan untuk memanfaatkan energi dari makanan dengan menggunakan jalur metabolisme yang disukai.

Duberstein dan Johnson (2009) menyatakan, karbohidrat kemungkinan besar akan menjadi bagian terbesar dari diet kuda. Karbohidrat dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni struktural (serat) dan non-struktural (gula dan pati). Karbohidrat struktural ditemukan dalam jumlah terbesar pada bagian serat yang kuda makan (misalnya, jerami, rumput) dan dapat dicerna berkat desain saluran usus kuda. Setelah pencernaan pada lambung dan usus kecil, bahan pencernaan kuda itu memasuki usus besar (hindgut), yang pada kuda terdiri atas sekum dan usus besar. Sekum dan usus besar mengandung mikroorganisme yang mampu memecah karbohidrat struktural ke dalam sumber energi yang dapat diserap kuda. Inilah sebabnya mengapa kuda mendapatkan nilai gizi yang begitu banyak dari rumput dan jerami.

Kebutuhan Nutrisi Untuk Kuda Protein

Protein adalah molekul kompleks yang mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Selain itu, protein tersusun atas sulfur dan beberapa di antaranya mengandung fosfor dan besi. Protein merupakan gabungan dari asam amino yang terbukti sangat penting dalam nutrisi kuda karena digunakan untuk sintesis protein dalam jaringan tubuh kuda. Oleh karena itu protein merupakan molekul esensial bagi kehidupan hewan maupun manusia, karena protein merupakan molekul dasar bagi dinding sel, sehingga harus terdapat dalam nutrisi kuda. Secara umum fungsi protein dalam tubuh adalah untuk pertumbuhan dan reproduksi, akan tetapi pada ternak kuda dengan tujuan pemeliharaan untuk dipacu maka kebutuhan protein untuk kuda pacu adalah untuk menjaga keseimbangan otot, kerangka dan sistem saraf serta untuk pembentukan kulit dan rambut.

(47)

bahwa protein terdiri atas asam amino, dan protein yang menyusun tubuh mempunyai sekuens asam amino yang sangat spesifik. Jumlah protein yang dapat disintesis tubuh dibatasi oleh asam amino yang pada dasarnya kehabisan pasokan pertama.

(48)

dikonversi menjadi amonia. Hal ini tidak diinginkan karena amoniak berlebihan bisa menyebabkan masalah pernapasan pada kuda yang dikandangkan.

Serat kasar.

Seekor kuda hanya mampu mencerna sekitar 30% dari selulosa dalam pakan. Hindgut adalah tempat utama aktivitas mikroba dalam alat pencernaan kuda dibandingkan dengan rumen pada sapi. Jumlah sintesis bakteri dan efisiensi penyerapan nutrisi disintesis oleh mikroorganisme lebih rendah pada kuda dibandingkan pada sapi.

Hijauan adalah bagian serat dalam pakan kuda dan itu diberi makan baik baru dipanen maupun sebagai jerami kering atau dipanen pada padang rumput. Salah satu alasan diperlukan serat dalam makanan kuda adalah untuk digunakan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme pada sekum dan usus besar. Produk fermentasi pakan serat oleh mikrobial menyediakan sumber energi untuk kuda. Bagian dicerna dari serat diperlukan oleh kuda untuk mempertahankan ekosistem pada saluran pencernaan dan juga untuk menjaga fungsi saluran sebagaimana mestinya. Serat dicerna juga untuk membantu mengisi usus sehingga asupan karbohidrat tidak terlalu cepat. Cepatnya asupan butiran, serealia yang tinggi karbohidrat, bisa menyebabkan kolik, diare, dan laminitis akut. jumlah makanan yang tidak memadai untuk kuda yang tidak di padang rumput tidak hanya akan meningkatkan risiko diare, kolik, tetapi juga akan mengakibatkan masalah perilaku.

Lemak.

(49)

mengemukakan makanan diet lemak tinggi merupakan tren yang relatif baru di industri kuda. Hal ini telah menunjukkan bahwa kuda dapat mentolerir level yang cukup tinggi lemak dalam diet mereka. Lemak merupakan sumber energi yang sangat baik dan mudah dicerna.

Pakan komersial sering tidak dilengkapi dengan lemak tambahan dan hanya mengandung sekitar 2-4 persen lemak. Akan tetapi banyak pakan komersial saat ini dilengkapi dengan lemak dalam bentuk beberapa jenis minyak stabil. Pakan ini dapat mengandung 6-12 persen lemak. Karena penambahan pada pakan akan meningkatkan kepadatan energi dan kuda akan membutuhkan pakan kurang. Penting untuk memastikan bahwa semua nutrisi lainnya (yaitu, protein, vitamin, mineral) juga cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan kuda. Jadi dengan penambahan beberapa jenis minyak atau suplemen lemak pada pakan maka akan meningkatkan kualitas pakan untuk memenuhi kebutuhan energi.

Eaton et al (2010) melakukan percobaan dengan penambahan sumber lemak yang berasal dari minyak jagung sebesar 390 ml dalam pakan kuda yang mengalami latihan intensif tinggi memberikan pengaruh pada peningkatan akumulasi maksimal defisit oksigen selama latihan intensif pada treadmill.

Depot lemak yang banyak dapat dimobilisasi dan dimetabolisme cukup cepat untuk memenuhi permintaan, seperti kecepatan meningkat dari berjalan ke berlari untuk canter. Ini juga aerobik tapi membutuhkan suatu kombinasi dari glikogen dan lemak untuk melepaskan energi. Glikogen dapat dimetabolisme aerobik 2 kali secepat lemak bisa untuk generasi ATP, sehingga meningkatkan kecepatan lemak terlalu lambat sebagai kalori untuk mensuplai energi, tetapi daya tahan kuda cenderung mempertahankan kecepatan konstan pada berlari atau

canter lambat di tempat-tempat lemak akan menjadi sumber kalori yang dominan. Depot terbesar kalori di dalam tubuh kuda berada dalam jaringan adiposa, 40.000 gram pada kuda dengan bobot 450kg dibandingkan dengan di dalam otot 3,150-4,095 glikogen, menunjukkan bahwa lemak adalah sumber energi yang paling tersedia, jika bekerja dengan baik sehingga dapat dimanfaatkan, (Pagan, 1998; Frape 2004).

(50)

Mineral adalah bahan anorganik penting yang harus hadir dalam jumlah yang cukup untuk fungsi tubuh dengan benar. Mineral lain adalah item yang dapat ditemukan dalam suplemen pada pakan yang dipajang/jual rak toko. Adalah penting untuk memahami bahwa kebutuhan mineral akan berubah bergantung pada usia kuda dan status (misalnya, jika kuda bekerja, gestating atau menyusui). Sebagian besar produsen pakan komersial untuk membuat keseimbangan pakan, mereka membuat klasifikasi yang berbeda sesuai kebutuhan kuda. Dalam beberapa kasus, suplemen tambahan dari beberapa mineral dapat memberikan hasil yang diinginkan. Sebagai contoh, biotin, seng, dan tembaga dilengkapi di atas ketentuan yang telah terbukti untuk meningkatkan kekuatan kuku. Namun, perawatan harus dilakukan karena jumlah berlebihan mineral juga dapat menyebabkan toksisitas, kondisi kesehatan yang serius atau mengganggu penyerapan mineral lainnya (Frape, 2004).

Jika menyediakan campuran biasa, aturan umum praktis adalah mengharapkan kuda untuk mengkonsumsi 1,5-3 g per hari. Standar umum yang dilakukan untuk melihat rasio mineral dalam pakan adalah rasio kalsium: fosfor. Adalah penting untuk memeriksa keduanya pada pakan komersial serta vitamin. Adapun rasio mineral kalsium : fosfor 1: 0,1-0,2:0,1 untuk daya tahan tubuh. Jika tingkat fosfor yang tinggi dalam hubungannya dengan kalsium, kalsium akan ditarik dari tulang ke dalam aliran darah untuk menyeimbangkan rasio kalsium: fosfor. Hal ini biasanya tidak menjadi masalah bagi binatang pemakan rumput karena rumput cukup rendah fosfor, tapi biji-bijian sangat tinggi fosfor dan pakan komersial umumnya dilengkapi dengan beberapa bentuk kalsium. Makanan tunggal, seperti gandum, dapat menyebabkan rasio kalsium:fosfor terbalik jika tidak dilengkapi dalam beberapa jenis pakan.

(51)

besar fosfor yang tinggi serat disekresikan ke dalam saluran pencernaan dengan cairan pencernaan. Akibatnya fosfor lebih banyak dikeluarkan oleh tinja. Rasio kalsium dan fosfor serta fitat tidak muncul untuk memainkan peran utama dalam penyerapan fosfor (Meyer dan Coenen 2002, van Doorn et al. 2004). Kemudian Zeyner (2002) mengamati bahwa diet lemak tinggi tidak mempengaruhi daya cerna kalsium, akan tetapi jelas terlihat penurunan daya cerna fosfor pada kuda mengkonsumsi pakan mengandung lemak tinggi.

Pertimbangan penting untuk mineral adalah hilangnya bersama keringat kuda. Kuda yang bekerja intensif dan berkeringat akan kehilangan banyak elektrolit dalam keringat mereka. Untuk kuda, mungkin perlu untuk melengkapi kedua garam dan elektrolit tambahan (seperti kalium). Sebuah campuran elektrolit seimbang dapat ditambahkan kedalam campuran ransum kuda. Lebih lanjut Clayton, (1991), mengemukakan, karena kuda yang bekerja banyak mengeluarkan keringat maka banyak kerugian akibat keringat tersebut, untuk itu suplemen elektrolit diperlukan, tiga bagian klorida, natrium klorida, kalium satu bagian ditambahkan saat memberi makan pada kuda (1-4 sendok makan sehari), bergantung pada kuda dan iklim. Penambahan dalam air minum, merupakan suatu metode yang baik yang harus diberikan dan juga tambahan dalam bentuk blok garam.

Vitamin

(52)

kandungan vitamin rendah sehingga akan berdampak pada defisiensi vitamin. Untuk itu perlu penambahan vitamin sebagai suplemen dalam pakan kuda.

Air

Seringkali, perusahaan pakan akan menyeimbangkan lima nutrisi utama bagi ternak, namun, sangat penting untuk tidak melupakan tentang air. Seekor kuda, normal dan sehat akan mengkonsumsi 5-15 (atau lebih) galon air per hari tergantung pada suhu, kelembaban dan tingkat aktivitas (Duberstein and Johnson 2009). Air bersih harus disediakan setiap hari, dan idealnya, harus tersedia setiap saat untuk di minum kuda ketika haus. Jika ini tidak dapat dilakukan, maka kuda harus disiram minimal beberapa menit dua kali sehari dan diperbolehkan untuk minum setiap kali. Kuda yang tidak minum cukup air lebih rentan terhadap kondisi seperti dehidrasi, impactions usus, dan bentuk lain dari kolik.

Gambar

Gambar 1  Diagram alir kegiatan penelitian
Gambar 2 berikut ini adalah bentuk sistem pencernaan kuda (Lewis &
Gambar 3. Kandang dan Kuda Pacu (semi permanen)
Gambar 5. Arena Pacuan Kuda Maesa Tompaso (pkl.06.00)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui kebutuhan nutrien benih ikan bawal air tawar, khususnya kebutuhan protein optimum dan rasio energi protein yang tepat di dalam pakan yang dapat

Formulasi dengan metode trial and error ini menggunakan 5 jenis bahan pakan seperti yang terlihat pada Tabel 4 dan dengan jenis ternak sapi potong bobot 200 kg dan PBBH

Berdasarkan hasil uji t menunjukkan bahwa penggunaan pakan impor yang dikonsumsi kuda pacu Minahasa mengandung nilai kecernaan mineral kalsium (Ca) dan fosfor (P)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsumsi, kecernaan nutrien, perubahan bobot badan, dan status fisiologi kambing Bligon jantan yang diberi perlakuan pembatasan pakan

Mempertimbangkan hal tersebut, penelitian bertujuan untuk mengkaji pemanfaatan energi pakan pada domba lokal jantan yang diberi pakan pada waktu siang dan malam hari.. Manfaat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsumsi, kecernaan nutrien, perubahan bobot badan, dan status fisiologi kambing Bligon jantan yang diberi perlakuan pembatasan pakan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa pemberian pakan complete feed yang difermentasi tidak meningkatkan konsumsi nutrien tetapi

Sampel pakan, dan feses yang sudah dikeringkan digiling dan dikomposit untuk dianalisis kandungan energi dengan metode Bomb calorimeter HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil penelitian