• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 TINJAUAN PUSTAKA DESKRIPSI TENTANG KUDA

SEJARAH OLAH RAGA BERKUDA

Kuda sudah dikenal sejak zaman purba, dimana hubungan antara manusia dengan kuda dapat dilihat dari kesenian dan sastra yang berasal dari negeri Ukraine, China, Mesir, Persia dan Yunani kuno. Untuk menentukan secara pasti mengenai siapa yang pertama kali menjinakkan kuda dan melatihnya untuk ditunggang sangat sulit, namun penemuan ilmiah menunjukkan bahwa manusia telah menunggang kuda sejak kurang lebih 5.000 tahun yang lalu. Suku Yunani dan Romawi kuno merupakan ahli tunggang dan menggunakan kuda untuk pacuan dan olahraga. Tentara Yunani dan Romawi menunggang kuda dalam perang, dan suku Yunani (Xenophon) menulis tentang prinsip-prinsip berkuda sejak 400 SM, dan hingga kini prinsip-prinsip mereka masih digunakan untuk berkuda. Akademi berkuda pertama didirikan oleh Federico Grisone 1532 di Napoli, Itali, kemudian pada akhir abad 16 sebuah akademi equestrian berkembang di Versailles, Perancis, tetapi kemudian menghilang karena revolusi

Spanish Riding School yang didirikan 1572 di Wina, Austria. Sekolah kavaleri Perancis yang didirikan 1768 di Saumur, dengan pakar Pluvinel dan La Guérinière, juga memberikan kontribusi besar kepada seni equestrian modern, terutama Dressage/ Tunggang Serasi. Olahraga berkuda yang kita kenal di zaman sekarang, berkembang pada bagian kedua abad 19. (Bowen, 2007)

Awalnya peranan kuda di Indonesia lebih dekat dengan masyarakat petani, dari pada keluarga Raja. Dahulunya oleh para petani, kuda disamping untuk keperluan angkutan, juga untuk menarik bajak di sawah, disamping kerbau di beberapa daerah. Sedang cikal bakal olahraga ketangkasan berkuda di Indonesia berawal dari menunggang kuda sambil berburu di hutan-hutan. Kesenangan berburu dengan menunggang kuda ini masih banyak ditemukan di daerah Nusa Tenggara Barat dan Timur. Di pulau Jawa, kuda di abad 16 sebelumnya menjadi simbol kemegahan para Raja dan dipergunakan untuk peperangan, yang pada gilirannya dijadikan untuk olahraga sebagai tontonan. Pada zaman Belanda, olahraga berkuda dikenal rakyat melalui pacuan kuda, yang dilakukan pada hari-hari pasar atau ulang tahun Ratu Belanda. Hampir setiap daerah menjadi pusat kegiatan pacuan kuda, dan dari situlah tumbuh peternakan tradisional, yang melahirkan kuda-kuda pacu lokal, yang dikenal dengan kuda Batak, kuda Padang Mangatas, kuda Priangan, kuda Sumba, kuda Minahasa dan kuda Sandel. Daerah-daerah yang dikenal mempunyai ternak-ternak kuda tradisional adalah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara. Lomba ketangkasan berkuda mulai dikenal melalui serdadu-serdadu Belanda dengan lomba lompat rintangan (jumping).

Jenis kompetisi olahraga berkuda yang di pertandingkan di dunia terdiri atas beberapa jenis, di antaranya adalah:

Dressage/Tunggang Serasi, Dressage adalah dasar semua pelatihan kuda dan dibutuhkan untuk semua nomor ketangkasan, tetapi dressage juga dinilai

sebagai „Master“ berkuda karena nilai seni tinggi yang dimilikinya. Tujuan Dressage atau Tunggang Serasi adalah pengembangan fisik kuda dan keserasian penunggang dengan kuda. Keterampilan dan mutu yang baik terlihat dari ayunan langkah yang bebas dan sama rata, seolah kuda bergerak mudah dan tanpa beban. Kudanya memberi kesan bahwa ia melakukan semua gerakan dengan sendiri,

karena pertolongan yang ringan dari penunggang tidak dapat terlihat lagi. Dalam semua kompetisi, kuda harus menunjukkan tiga cara berjalan: Walk, Trott dan

Canter, dan juga transisi dari dan ke berlainan cara berjalan dan dalam cara berjalan sendiri (collection – extension – collection).

Endurance, Endurance merupakan kompetisi melawan waktu untuk menguji kecepatan dan kemampuan ketahanan kuda, yang sekaligus diharapkan dapat menunjukkan pengetahuan si penunggang mengenai kecepatan dan penggunaan kudanya melalui lintas alam. Prestasi kuda yang ditunjukkan melalui berbagai macam permukaan dan halangan alam sangatlah penting untuk menentukan kepandaian berkuda si penunggang dan sikap kudanya sendiri. Sebuah kompetisi terdiri dari berberapa tahap. Setelah setiap tahap (pada prinsipnya setiap 40 km), diadakan sebuah inspeksi kesehatan hewan yang diatur sebagai gerbang veteriner yang menuju kawasan pemberhentian yang diambil waktunya (waktunya terhitung dari saat detak jantung kuda menunjukkan 64 detak/ menit; sampai saat itu waktu dianggap sebagai waktu menunggang). Tahap-tahap endurance dapat berlangsung hingga dua hari atau lebih.

Show Jumping (Lompat Rintangan), Lompat rintangan adalah hal yang biasa dilakukan oleh kuda-kuda di alam bebas ketika mereka menghindar atau lari dari pemangsa. Zebra di kebun binatang juga terlihat melompati pohon tumbang dan rintangan lain untuk kesenangan mereka. Kemampuan lompat rintangan seekor kuda ketangkasan antara lain tergantung bakatnya dan membutuhkan pelatihan yang sesuai dan secara bertahap untuk mengajarkan teknik yang baik. Lompat rintangan melengkapi pendidikan dasar si penunggang maupun seekor kuda tunggang, dan pada umumnya latihan jumping dijadwalkan sebanyak dua atau tiga kali dari enam hari latihan per minggu. Nomor olahraga berkuda show jumping atau lompat rintangan berasal dari kegemaran para penunggang Irlandia pada zaman dahulu, karena tanah pertanian mereka sangat luas dan infrastruktur

di „pulau hijau“ itu, mereka sering melalui jalan pintas dengan melompati pagar, tembok dan rintangan alam yang membatasi dan memisahkan tanah-tanah pertanian mereka. Kebiasaan itu kemudian berkembang dan menjadi sebuah kompetisi tersendiri.

Eventing, Eventing atau trilomba adalah pertandingan kombinasi yang mengandalkan pengalaman penunggang dalam semua nomor berkuda. Kuda maupun penunggang, harus memiliki kecekatan dan serba bisa. Pesertanya mengikuti pertandingan kombinasi yang terdiri dari tiga tes: dressage, cross-country sebagai tes utama dan jumping, dengan kuda yang sama selama pertandingan berlangsung. Hal itu tentunya membutuhkan kerjasama antara kedua atlit yang saling percaya, dan juga pelatihan yang terstruktur dan sistematis dalam semua disiplin. Hanya pelatihan yang baik dan teratur menghasilkan atlit yang mahir dalam semua disiplin dan berstamina cukup untuk menghadapi pertandingan yang dinilai cukup berat ini.

Polo Berkuda, Sejak tahun 525 SM beberapa negara di Timur Tengah telah mengenal permainan polo berkuda. Diduga permainan ini berasal dari negeri Parsi. Di Parsi permainan ini disebut Chaugan, sedang di Assam (India) dikenal dengan nama Manopur. Sejak tahun 1850, polo berkuda sangat digemari oleh para pengusaha perkebunan teh di Assam. Satuan kavaleri Inggris memberikan perhatian pada olahraga ini, sehingga kemudian resimen ke 10 Hussars mendemonstrasikannya kepada penduduk kota Hounslow (Inggris). Olahraga polo berkuda kemudian dikenalkan ke Amerika pada tahun 1883, sekarang Argentina merupakan negara yang selalu tampil dan mengungguli pertandingan olahraga ini. Objek dari permainan ini adalah memasukkan bola ke gawang tim musuh dengan menggunakan tongkat kayu, setiap tim terdiri dari empat orang pemain dimana masing-masing pemain berada diatas kuda.

Kuda pacu (Racehorses), merupakan jenis kuda yang tujuan pemeliharaanya adalah untuk memperoleh kecepatan saat di pacu dengan kriteria penilaiannya adalah yang tercepat masuk finish.

Di Indonesia selama ini yang dipertandingkan adalah kuda pacu dan Pordasi dengan peraturannya menetapkan bahwa kuda pacu yang boleh diperlombakan pada arena pacuan di Indonesia adalah persilangan kuda lokal dengan thoroughbred, sehingga untuk lomba-lomba ketangkasan berkuda lainnya kurang popular sebab ukuran tinggi badan kuda pacu Indonesia relatif lebih rendah dibandingkan dengan kuda impor seperti thoroughbred, arabianbred dan

lain-lain. Kuda pacu Indonesia merupakan ternak yang saat ini dibentuk melalui program grading up dengan tujuan untuk memenuhi permintaan kuda pacu.

Proses pembentukan kuda pacu Indonesia dimulai dari G1 yang merupakan persilangan kuda betina lokal dengan pejantan thoroughbred dengan darah lokal 50% dan darah thoroughbred 50%. Kuda G2 merupakan hasil silang kuda betina G1 pada umur 3 atau 4 tahun dengan pejantan thoroughbred. Kuda betina G2 dikawinkan dengan jantan thoroughbred akan menghasilkan G3 dengan komposisi darah lokal 12,5% dan darah thoroughbred 87,5% yang dirasa sudah cukup baik untuk dijadikan bibit pejantan (parent-stock) pembentukan kuda pacu Indonesia. Kuda betina G4 selanjutnya dibentuk untuk dijadikan betina parent-stock yang akan disilangkan dengan kuda jantan G4 atau G3 dan menghasilkan kuda pacu Indonesia (Soehardjono, 1990).

Gibbs at al (2009) mengemukakan dalam beberapa tahun terakhir, perhatian yang signifikan telah diarahkan pada penelitian atlet kuda, terutama kuda pacu dan kuda muda yang ditujukan untuk dipacu. Bahkan informasi baru tentang konsep yang tersedia sedang dibentuk, menyangkut fisiologi dan gizi kuda pacu. Lebih lanjut dikatakan, salah satu alasan untuk perhatian ini adalah karena selama 50 tahun terakhir, kinerja fisik kuda pacu sangat sedikit peningkatannya. Apabila dibandingkan dengan atlet manusia, maka perbaikan kemampuan relatif lebih rendah untuk kuda pacu. Hal ini tidak lepas dari upaya untuk mengembangkan kuda pacu baik dari segi genetik maupun kebutuhan pakan serta metode latihan yang baik, karena perhatian yang kurang pada manajemen tesebut sering mengakibatkan kuda cedera dan kelelahan yang akut. Fenomena ini dijelaskan secara dramatis dalam perbaikan pemberian pakan dan metode latihan. Sebab kuda juga membutuhkan keseimbangan antara nutrisi dalam pakan dengan latihan, karena seekor kuda yang diberi pakan yang baik akan berlari cepat sesuai dengan bawaan genetiknya. Selain dari pada itu dalam memelihara kuda, kesehatan merupakan faktor yang harus diperhatikan karena kesehatan kuda sangat mempengaruhi keindahan kegagahan dan tenaga.

Agar memperoleh penampilan kuda yang baik maka kita tidak hanya harus mengerti bagaimana membentuk dan membangun perototan dan menunganginya dengan baik, kitapun dituntut untuk mengerti mengenai fungsi dan pengaruh dari

berbagai jenis latihan yang diberikan terhadap tiap-tiap bagian organ dari kuda, (Hodges dan Pillipiner,1991). Lebih lanjut dikatakan bahwa kuda yang ditujukan untuk penampilan khusus akan memerlukan latihan khusus untuk membangun perototan dan keluwesan pada saat pertunjukan, namun yang perlu ditekankan dalam memilih seekor kuda adalah pertimbangan bentuk normal tubuh yang baik, proporsi yang seimbang, perkembangan dan temperamen yang bagus. Tindakan dan pembawaannya halus, anggun dan penuh harmonis, serta kemampuan penampilan yang memuaskan. Kelainan pada bentuk normal tubuh dapat mengurangi kesempatan seekor kuda dalam melakukan banyak aktivitas selama masa pelatihannya, dan perkembangan yang tidak tepat akan menciptakan kondisi stres fisik yang akan berpengaruh pada temperamennya. Temperamen dan sikap karakter yang baik dalam beraktivitas akan membuat kuda tersebut menyenangkan untuk dimiliki dan diatur, karena temperamen dan sikap dari kuda haruslah dipertimbangkan dalam kaitannya dengan olahraga yang akan dipilih dan bagaimana kuda tersebut akan bertahan terhadap tuntutan dari tingkat pelatihan penting.

Metode Latihan

Pacuan kuda adalah olahraga berkuda yang paling alami. Kuda dirancang menggunakan kecepatannya untuk mengalahkan lawan-lawannya. Seekor kuda pacu harus dilatih untuk dapat menahan berat penunggangnya atau joki dan sejumlah kendali tertentu, tetapi faktor yang paling menentukan keberhasilan adalah kondisi kuda. Seekor kuda harus benar-benar fit untuk pacuan–pacuan tertentu yang diseleksi secara ketat. Jarak pacu dalam pacuan kuda terdiri dari bermacam–macam jarak, mulai dari 5 sampai 20 furlongs (sekitar 1000-4000 meter) dan seperti pelari-pelari manusia, setiap kuda memiliki jarak terbaiknya. Kuda cenderung dipertahankan lebih baik sampai kuda tersebut bertambah umurnya. Sebagai contoh, kuda yang berumur dua tahun, lebih baik tidak dipacu pada jarak lebih dari delapan furlongs (1600 m), (Pilliner, 1993).

Pelatihan kuda pacu sesungguhnya rumit karena kuda pacu berumur dua tahun, dimana masih dalam masa pertumbuhan dan pendewasaan. Sistem tubuh kuda yang masih muda sering tidak mampu menghadapi tekanan pada saat latihan. Apabila terjadi pemaksaan latihan pada umur muda, maka akan

mengakibatkan kerugian yang tinggi pada kuda pacu thoroughbred. Oleh karena itu sebaiknya kuda dilatih pada umur >18 bulan, dengan pola latihan ringan (Pilliner, 1993).

Metode latihan adalah suatu metode yang sangat penting diperhatikan dalam manajemen kuda pacu, karena program pelatihan yang kurang baik akan berakibat fatal pada kuda pacu. Kejadian ini sering terjadi saat ternak kuda mulai dilatih, yakni mengalami cedera dibagian tulang kering yang cukup fatal, oleh sebab itu maka program latihan perlu mendapat perhatian penting, karena proses penyembuhannya memerlukan waktu yang cukup panjang. Ramzan and Palmer (2007) mengemukakan bahwa cedera pada fleksor tendon bagian depan tubuh (SDFT) merupakan salah satu penyebab paling umum dari ketimpangan pada kuda pacu saat pacuan. Lebih lanjut, Goodship, (1993) mengemukakan bahwa keparahan dari sebagian kecil mengakibatkan pecah bilateral. Cedera tendon ini sering terjadi pada inti dari daerah pertengahan metakarpal, namun dapat melibatkan bagian-bagian lain yang berada diseputar persimpangan musculotendinous (Gibson et al, 1997; McIlwraith, 2002). Menurur Pinchbeck et al, 2004; Takahashi et al, 2004; Lam et al, 2007), cedera urat daging telah dilaporkan terjadi 6-9/1000 ekor pada kuda pacu keturunan murni, dimulai dengan tingkat kejadian 11 - 30% (selama periode 1-10 tahun), interval lama dari kerja (sampai 18 bulan), dan tingginya tingkat pensiun dari balap (Marr et al, 1993; Goodship et al, 1994; Williams et al, 2001; Oikawa dan Kasashima, 2002; Kasashima et al, 2004). Ada juga risiko tinggi untuk kuda pacu dalam pelatihan (Ely et al, 2004.). Kurang informasi tersedia untuk kelas lain kuda atlet, namun peningkatan risiko cedera SDFT telah didokumentasikan pada kuda yang terlibat dalam eventing dan show jumping (Gibson et al, 2002; Murray et al, 2006). Pada tahun 2002 yang lalu dilakukan studi tentang kejadian cedera pada suatu even kuda di Inggris, 86% dari even kompetisi tersebut diperoleh hasil bahwa 3% mengalami cedera di satu even tersebut dan 17% di Concours Internationale Combine (CIC) kompetisi, semuanya diakibatkan oleh cedera tendon (Singer et al, 2008). Pada suatu kegiatan latihan yang dilakukan untuk menjelang perlombaan CIC, 43% mengalami cedera tendon atau ligamen. Suatu studi 101 Warmblood Belanda (DW) kuda dan 71 standardbred kuda pacu (ST) dengan

luka tendon digital, 29%, yang melibatkan anggota tubuh depan SDFT (Van den Belt et al, 1994.).

Bertitik tolak dari kejadian tersebut diatas maka (Nunamaker et al, 2007), menemukan bahwa kuda muda memiliki resiko lebih tinggi pada tulang tendon mereka ketika berjalan cepat dari pada kuda tua. Dia melaporkan bahwa arah strain utama, adalah thoroughbreds, tampaknya mengalami perubahan yang signifikan dengan meningkatkan kecepatan. Pelatihan kuda pacu muda tanpa mengembangkan perhatian bagaimana melawan resiko cedera pada tulang kering adalah seni mengatur frekuensi dan intensitas latihan sehingga cukup kuat untuk membangun keadaan tulang sambil menghindari pelemahan yang terjadi selama remodeling tulang. Program pelatihan konvensional secara bertahap dengan meningkatkan jarak dan intensitas latihan kuda untuk gallops dua mil per 7, 10 atau 14 hari, bila latihan ini dilakukan secara bertahap dengan meningkatkan kecepatan sampai pada puncak latihan dengan jarak pacu tertentu maka akan mengurangi resiko cedera. Program pelatihan yang direvisi oleh Nunamaker et al

(2007) ini bertujuan menurunkan jarak berlari, biasanya untuk satu mil. Latihan kecepatan tinggi termasuk dua kali seminggu di akhiri dengan gallops, dengan jarak perlahan-lahan meningkat dari dua ratus meter ke setengah mil. Lebih lanjut Numaker et al (2007) merekomendasikan beberapa tahap program latihan sebagai berikut: Tahap 1): Kuda bekerja 6 hari / minggu, berjalan untuk melacak, berjalan ½ mil di trek, berlari 1/2 mil di trek, berlari 1 mil per hari, selanjutnya akhir dari tahap I yaitu 1/8 mil dari mencongklang selama 15 detik yang dilakukan 2 hari dalam seminggu pada pogram 5 minggu. Tahap 2), terakhir 1/4 mil dari mencongklang selesai dalam 30 detik yang dilakukan 2 hari seminggu dalam 5 minggu. Mencongklang diperpanjang untuk 1 ¼ mil per hari, melenggang 1/4 mil di 26 detik. Sekali seminggu selama 4 minggu. Tahap 3), mencongklang kuat ditambahkan kecepatan 1/4 mil untuk total waktu dari 40 detik. Sekali seminggu dalam 3 minggu. Pada latihan ini disarankan untuk memberikan istirahat apabila kuda mengalami sakit, yakni 10 -14 hari istirahat selang satu bulan dalam jadwal pelatihan, karena saat istirahat cukup memungkinkan untuk mengaktifkan tulang remodeling. (Burba, 2007) melakukan penelitian untuk penyembuhan cedera yang sering dialami oleh kuda saat latihan dengan metode radiografi akan tetapi proses

penyembuhannya membutuhkan waktu yang cukup panjang yakni 6 sampai 8 bulan, sehingga dia menyarankan sebaiknya untuk menghindari terjadinya kasus cedera pada kuda, dengan jalan memperhatikan metode latihan serta program latihan yang teratur.

Sistem Pernafasan Kuda

Oksigen merupakan sesuatu yang keberadaannya sangat vital dalam kehidupan. Fungsi utama dari sistem respirasi adalah mensuplai oksigen ke dalam jaringan dan mengeluarkan karbondioksida. Sistem respirasi juga berperan penting dalam mengatur suhu tubuh, dan pengeluaran air (cairan tubuh) serta terdiri dari rangkaian aliran udara yang menghubungkan antara paru-paru dan udara luar dimana organ yang berperan dalam hal ini meliputi nasal cavity,

pharynx, larynx, trachea, bronchi, dan lungs (paru-paru). Jalan masuk ke rongga hidung dilindungi oleh nostril, dimana pada kuda adalah vaskuler lembut, lunak, dan bisa luas berdilatasi. Muzle terdiri dari rambut-rambut tentakel dan merupakan organ yang sensitif untuk meraba dan muzle juga berfungsi memastikan makanan tepat untuk dimasukan ke ruang mulut dalam arti memegangnya. Rongga hidung dilapisi oleh membran mukosa yang mampu menghangatkan udara inspirasi.

Pharynx merupakan ruang bersama antara saluran hidung dan mulut, larynx

menjaga masuknya objek lain ke dalam trakhea pada saat inspirasi dan mengatur aliran udara. Lekuk kartilago disebut juga epiglottis menutup aliran udara pernafasan ketika menelan makanan. Larynx juga sebagai organ suara utama dan memuat tali suara. Trachea adalah pipa panjang yang bersifat noncollapssible

artinya saluran udara tersebut tidak akan melipat, menghubungkan kerongkongan ke paru-paru pada bagian ujung bercabang membentuk bronchi, yang terus kemudian membentuk bronchioli. Paru-paru berpasangan dan berisi banyak kantung udara dimana terjadi pertukaran gas antara udara dan kapiler-kapiler

pulmonary.

Pergerakan keluar masuknya udara kedalam paru-paru (respirasi) dicapai oleh adanya kontraksi dan relaksasi dari diafragma dan otot-otot intercostae. Tingkat respirasi tergantung pada keperluan jaringan akan oksigen. Sistem syaraf yang terlibat memiliki sistem yang rumit untuk mengontrol tingkat respirasi.

Normalnya dalam kondisi istirahat seekor kuda akan bernafas 8-16 kali permenit dan akan meningkat tajam selama beraktifitas (Hamer, 1993).

Sistem Peredaran Darah Kuda

Untuk menghasilkan energi secara aerob, maka oksigen harus dikirim ke otot dengan cepat dan efisien melalui darah yang dipompakan oleh jantung melalui arteri, lalu kapiler darah yang kecil yang mensuplai serat-serat otot. Kondisi homeostasis internal dipertahankan di dalam tubuh kuda oleh adanya

sirkulasi darah. Darah disebut sebagai „pusat kehidupan‟ karena keberadaannya

sebagai cairan penting yang menyebar di dalam jaringan tubuh untuk mendukung kehidupan. Beberapa fungsi dari darah adalah:

1. transportasi nutrisi dari saluran ke jaringan. 2. mengeluarkan produk sisa metabolisme. 3. transport oksigen ke dalam jaringan. 4. transport sekresi endokrin.

5. penyetaraan kandungan air. 6. pengatur suhu tubuh. 7. pengatur kadar asam tubuh.

8. pertahanan untuk melawan mikroorganisme. 9. kekebalan penyakit.

10.reaksi alergi.

Sistem sirkulasi terdiri dari jantung dan sistem pembuluh darah diseluruh tubuh. Arteri-arteri mempunyai dinding yang tebal, merupakan pembuluh-pembluh otot yang membawa darah dari jantung. Pembuluh-pembuluh ini bercabang dan ukurannya semakin kecil dan berkembang menjadi arteriol (arteri-arteri kecil) dan akhirnya menjadi apa yang disebut capillary bed (tempat pertukaran cairan dan nutrisi). Kapiler-kapiler bersatu membentuk vena kecil, dan vena-vena ini bergabung membentuk vena dengan ukuran besar yang kembali membawa darah menuju jantung. Arteri pulmonalis membawa darah miskin oksigen dari jantung ke paru-paru, dan darah kaya akan oksigen dikirim kembali menuju jantung lewat vena pulmonalis. Jantung yang besar dan organ yang berotot pada kuda, baik sekali sebagai pembantu dalam sisitem sirkulasi. Akan

tetapi terdapat kontrol syaraf yang rumit dari jantung yang dapat berubah dengan tajam terhadap kecepatan ritme jantung pada variasi kondisi fisiologis. Menurut Evans (1989), kecepatan denyut jantung pada kuda dewasa antara 36-40 kali permenit, dimana kecepatan ini agak sedikit lebih rendah pada kuda jenis draft

(kuda berdarah dingin) dan agak sedikit lebih tinggi pada kuda-kuda

thoroughbred (kuda berdarah panas) . Kecepatan denyut jantung dipengaruhi oleh faktor-faktor fisiologis seperti rangsangan, latihan gerak otot, temperatur lingkungan, pencernaan, tidur, dan kondisi variasi penyakit.

Kecepatan Pergantian Sel-Sel Darah Merah Kuda

Pengaruh penting lainnya dari adanya latihan pada darah adalah suatu keadaan dimana cepatnya pergantian sel-sel darah merah. Sel-sel mempunyai masa hidup yang terbatas biasanya empat sampai lima bulan. Kondisi tersebut akan berkurang pada saat kuda bekerja keras. Kuda yang berkerja memompakan darah keseluruh tubuh lebih cepat, maka proses pertukaran sel darah merah yang rusak akan cepat juga.

Sistem Urinaria Kuda

Sistem urinaria tediri dari sepasang ginjal, ureter, kantung kemih, dan uretra. Ginjal mengadakan sistem filtrasi darah yang bertanggungjawab terhadap ekskresi berbagai limbah produk dari tubuh. Ginjal mengontrol kesimbangan air, pH, dan tingkat elektrolit serta membersihkan darah dan bertanggungjawab terhadap kestabilan komposisi darah serta semua zat yang masuk ke dalam ginjal. Pada kuda ginjal terletak pada bagian lumbal, adanya kekakuan dan sakit punggung sering dihubungkan dengan penyakit ginjal. Urine kuda normal seharusnya berwarna keruh dan kental (Hamer, 1993). Produksi urin kuda normal