• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sesanti yang menggunakan leksikon binatang buruan yang dianalisis dalam penelitian ini ada dua buah, yaitu sesanti nomor (19) dan (28). Adapun binatang buruan dimaksud adalah maju ‘rusa’. Berikut ini akan dipaparkan latar belakang terciptanya sesanti-sesanti tersebut serta interpretasi makna tanda dan proses pembentukan konsep metaforanya.

1. Latar Belakang Budaya Bima yang Mempengaruhi Pembentukan Sesanti yang Menggunakan Leksikon Binatang Buruan

Dalam kajian ini, leksikon binatang buruan yang ditemukan dalam sesanti bahasa Bima hanya satu jenis, yaitu maju ‘rusa’. Maju ‘rusa’ telah ditetapkan sebagai fauna identitas Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), sebagaimana tertuang dalam lambang daerah. Rusa yang berada di NTB berjenis rusa timor, populasinya tersebar di berbagai lokasi, baik di pulau Lombok seperti di hutan gunung Rinjani, dan Taman Wisata Berburu Tuna (kabupaten Lombok Tengah). Sedangkan di pulau Sumbawa, rusa terdapat di hutan gunung Tambora, pulau Moyo (kabupaten Sumbawa), Cagar Alam Lambu dan pulau Sangiang (kabupaten Bima), serta di pulau Satonda (Kabupaten Dompu).

Sebelum maju ‘rusa’ termasuk hewan langka dan dilindungi, masyarakat Bima senang sekali berburu rusa untuk dikonsumsi dagingnya dan dibuat dendeng hingga menjadi makanan khas daerah Bima. Tradisi berburu rusa dalam bahasa Bima dikenal dengan istilah nggilo maju. Tradisi ini biasa dilakukan oleh masyarakat Bima setelah masa tanam padi (mura ra mbonto), sambil menunggu masa panen tiba mereka berburu rusa. Mitos yang diyakini oleh masyarakat Bima

adalah jika hasil buruan rusa banyak, maka hasil panen akan melimpah. Namun tradisi tersebut sekarang sudah tidak ada lagi, bahkan sekarang semakin sulit mendapatkan daging ataupun dendeng rusa di Bima karena populasi rusa yang sudah jauh berkurang atau mungkin bisa dikatakan sebentar lagi akan punah akibat perburuan liar.

2. Interpretasi Makna Tanda dan Proses Pembentukan Konsep Metafora pada Sesanti yang Menggunakan Leksikon Binatang Buruan

(19) Aina bune ngepa maju, cili tuta ka-ntea loki [æn ʌ bun ɛŋep m ju, ciℓi tut k nt ℓ ki]ʌ ʌ ʌ ʌ ɛʌ ͻ

‘jangan seperti sembunyi rusa, sembunyikan kepala kelihatan pantat’ ‘Jangan seperti sembunyinya rusa, sembunyikan kepala kelihatan pantat’

Ditinjau dari segi metafora sebagai tanda bahasa, ditemukan bahwa kemunculan makna metaforis dalam sesanti nomor (19) berfokus pada kata “rusa”, “kepala” dan “pantat”. Berikut ini teknik interpretasi yang diterapkan.

Tabel 5.31. Alur Analisis Makna Metaforis “Jangan seperti sembunyinya rusa, sembunyikan kepala (tapi) kelihatan pantat” Data (19)

Ranah Sumber Ranah Sasaran

Jangan seperti sembunyinya rusa, sembunyikan kepala (tapi) kelihatan

pantat Rusa

KM:

[binatang pemakan tanaman] [tanduknya panjang bercabang]

Menyembunyikan satu kesalahan, tapi malah membuka kesalahan yang

lain

KM: [manusia]

kepala KM:

[bagian tubuh binatang yang ada tanduknya]

Pantat KM:

[bagian tubuh belakang]

KM:

[menyembunyikan kesalahan]

KM:

[membuka kesalahan yang lain]

Perbandingan dan Pengalihan Konsep Perilaku rusa dipetakan pada sifat manusia

Proses interpretasi terhadap tanda “jangan seperti sembunyinya rusa, sembunyikan kepala kelihatan pantat” mengakibatkan munculnya KM: seekor rusa yang menyembunyikan kepala dan tanduknya tapi pantatnya dibiarkan kelihatan, sehingga pada akhirnya akan memiliki makna metaforis ‘seorang yang ingin menyembunyikan suatu kesalahan, tapi malah membuka kesalahan yang lain akibat ulahnya sendiri’.

Munculnya ungkapan aina bune ngepa maju, cili tuta ka-ntea loki ‘jangan seperti sembunyinya rusa, sembunyikan kepala kelihatan pantat’ merupakan akibat pengalaman masyarakat Bima melihat sifat maju ‘rusa’, khususnya anak rusa, kalau sudah kelelahan karena dikejar oleh musuh atau orang, biasanya akan bersembunyi di semak-semak. Hanya kepalanya saja yang dimasukkan dalam semak-semak, sedangkan pantatnya tetap kelihatan. Akibatnya, anak rusa mudah ditangkap oleh musuh atau orang. Pengalaman ini kemudian digunakan untuk menggambarkan suatu konsep baru tentang orang yang ingin

menyembunyikan suatu kesalahan, tapi malah membuka kesalahan yang lain akibat ulahnya sendiri.

Berdasarkan interpretasi nonmetaforis, dapat ditentukan bahwa ranah sumber, yang sifatnya konkret, dalam perumpamaan ini adalah “Jangan seperti sembunyinya rusa, sembunyikan kepala kelihatan pantat”. Sedangkan berdasarkan interpretasi metaforis dengan memperhatikan konteks budaya masyarakat Bima (pengalaman keseharian), dapat ditentukan ranah sasaran, yang sifatnya lebih abstrak dalam sesanti ini adalah karakter “orang yang menyembunyikan satu kesalahan tapi malah membuka kesalahan yang lain”.

Dalam penentuan makna metaforis sesanti ini, dibutuhkan pemerian KM ranah sumber dan juga ranah target. Adapun dalam analisis ini konteks budaya masyarakat Bima sangat berpengaruh dalam penentuan komponen makna dan makna metaforisnya.

(28) Ma-tei maju ma-rai [m -tei maju m -r i] ʌ ʌ ʌ

‘mengajari rusa berlari’ ‘Mengajari rusa berlari’

Ditinjau dari segi metafora sebagai tanda bahasa, ditemukan bahwa kemunculan makna metaforis dalam sesanti nomor (28) berfokus pada kata “rusa”, dan “lari”. Berikut ini teknik interpretasi yang diterapkan.

Tabel 5.33. Alur Analisis Makna Metaforis “Mengajari rusa berlari” Data (28)

Ranah Sumber Ranah Sasaran

Rusa KM:

[binatang pemakan tanaman] [tanduknya panjang bercabang]

Lari KM:

[melangkah dengan kecepatan tinggi]

Manusia KM:

[makhluk berakal budi]

KM: [pakar]

Perbandingan dan Pengalihan Konsep

Mengajari rusa berlari dipetakan pada tindakan yang sis-sia

Ditinjau dari segi metafora sebagai tanda bahasa, ditemukan bahwa dalam sesanti ini referen/tanda bahasa “mengajari rusa berlari” telah mengalami proses interpretasi berdasarkan asosiasi, yang artinya bahwa kandungan sifat (KM) yang dimiliki tanda tersebut, yaitu: mengajari lari pada binatang yang sudah pandai barlari, diasosiasikan dengan “mengajari orang yang sudah pakar di bidangnya atau melakukan sasuatu yang sia-sia”.

Maju ‘rusa’ adalah satwa yang mudah kaget dan stres bila mendengar suara keras atau kejadian-kejadian yang tidak biasa. Ketika terkejut, hewan mamalia itu biasanya akan meloncat tinggi dan lari sekencang-kencangnya. Binatang ini banyak ditemui di hutan-hutan wilayah timur Pulau Sumbawa, yaitu Kabupaten Bima dan Dompu. Masyarakat Bima dulu, suka berburu rusa untuk dikonsumsi sendiri atau dijual. Rusa memiliki aktivitas pergerakan dan penjelajahan yang terpengaruh oleh dua aspek, yaitu rutinitas harian yang berkaitan dengan mencari makanan, air, dan tempat istirahat yang sesuai, dan aspek musiman yang berkaitan dengan iklim setempat. Pada suatu saat rusa dapat

bergerak aktif dan cepat dengan menempuh perjalanan yang sangat jauh, namun pada kondisi iklim yang buruk rusa akan bergerak sangat terbatas.

Berdasarkan pada pengalaman di atas, masyarakat Bima menciptakan sesanti dengan menggunakan leksikon maju ‘rusa’ sebagai acuannya untuk menggambarkan suatu konsep baru tentang seseorang yang mengajari orang yang sudah pandai seperti mengajari rusa berlari. Kondisi ini sebagai jalan untuk mencari gambaran konkret tentang apa yang terjadi pada benda yang dijadikan referansi dalam metafora tersebut.

Berdasarkan interpretasi nonmetaforis, dapat ditentukan bahwa ranah sumber, yang sifatnya konkret, dalam perumpamaan ini adalah “mengajari rusa berlari”. Sedangkan berdasarkan interpretasi metaforis dengan memperhatikan konteks budaya masyarakat Bima (pengalaman keseharian), dapat ditentukan ranah sasaran, yang sifatnya lebih abstrak dalam sesanti ini adalah “mengajari orang yang sudah pandai”.