• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Situasi Persaingan (Competitive Setting Profile)

6.1. Analisis Strategic Marketing Plus 2000

6.1.1. Analisis Situasi Persaingan (Competitive Setting Profile)

Analisis CSP digunakan untuk mengetahui situasi persaingan yang dihadapi perusahaan dalam industri untuk lima tahun ke depan dengan melihat kekuatan pelanggan (Customer/C1), pesaing (Competitor/C3), dan perubahan lingkungan (Change/C4). Berdasarkan hasil kuesioner CSP, PT. Galih Estetika memperoleh nilai CSI sebesar 3,81 (skala 1-5) dengan standar deviasi sebesar 0,35 (≤ 0,5).

Menurut kerangka kerja Strategic Marketing Plus 2000 (Tabel 13), nilai CSI PT. Galih Estetika sebesar 3,81 yang berkisar antara 3,4–4,2 menunjukkan bahwa situasi persaingan yang dihadapi perusahaan lima tahun mendatang berada pada posisi 3,5C yaitu bersifat canggih. Dalam situasi persaingan 3,5C, perubahan lingkungan (Change/C4) semakin sulit ditebak dan pesaing (Competitior/C3)

78 menjadi semakin wild dengan melakukan strategi pemasaran yang sangat berbeda dari strategi konvensional. Pada situasi tersebut, konsumen (Customer/C1) harus diperlakukan sebagai klien yang diperhatikan lebih dari sekedar pelanggan biasa agar perusahaan dapat tetap bertahan dalam industri dan memenangkan persaingan yang terjadi. Nilai standar deviasi sebesar 0,35 menunjukkan bahwa pengetahuan dan jawaban responden mengenai situasi persaingan dalam industri eksportir pasta ubi jalar di Indonesia dapat dipercaya karena sebaran jawaban dari setiap responden tidak lebih dari 0,5 (Kartajaya et al. 2002). Hasil kuesioner CSP PT. Galih Estetika secara ringkas disajikan dalam Tabel 20.

Tabel 20. Hasil Kuesioner CSP PT. Galih Estetika

Komponen CSP Dimensi 1 2 3 4 5 Indeks St.Dev

Competitive Setting Index (CSI) 3,81 0,35

Dalam rangka menghadapi situasi persaingan 3,5C selama lima tahun ke depan, PT. Galih Estetika perlu memperlakukan pelanggan (C1) secara khusus, karena mereka sudah memiliki tingkat pengetahuan yang memadai untuk menentukan pilihan produk yang dibelinya. Perusahaan perlu meningkatkan komunikasi yang interaktif dengan pelanggan untuk mengetahui kebutuhan, keinginan, dan harapan mereka.

Pesaing (C3) yang dihadapi PT. Galih Estetika dalam industri eksportir pasta ubi jalar di Indonesia berjumlah tujuh perusahaan (Tabel 5), di mana lima diantaranya berlokasi di Pulau Jawa yaitu First Batatas Indonesia (Cirebon, Jawa Barat), Sumber Boga dan Kem Farm (Semarang, Jawa Tengah), Miagi (Pasuruan, Jawa Timur), serta Randu Tatah (Surabaya, Jawa Timur). Keberadaan perusahaan

79 pesaing yang sebagian besar terletak di pulau yang sama dengan PT. Galih Estetika menyebabkan persaingan menjadi sangat ketat, tidak hanya dalam pemenuhan permintaan pasar Jepang tetapi juga dalam perolehan bahan baku ubi jalar dan tenaga kerja yang terampil.

Pada situasi persaingan yang canggih (tipe 3,5C), perubahan lingkungan (C4) bersifat diskontinyu sehingga perubahan yang terjadi di masa depan seakan-akan tidak berhubungan dengan masa lalu (Kartajaya 1996). Hal ini mengakibatkan informasi masa lalu yang biasanya digunakan untuk memprediksi masa depan menjadi kurang relevan.

6.1.1.1. Customer (Pelanggan/C1)

Hasil kuesioner CSP untuk komponen C1 (Customer) adalah sebesar 3,71 (skala 1-5). Indeks komponen C1 yang berkisar antara nilai 3-4 menunjukkan bahwa tingkat permintaan pelanggan terhadap pasta ubi jalar lima tahun ke depan tergolong cukup tinggi. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah kecenderungan masyarakat Jepang yang menilai ubi jalar sebagai makanan mewah. Adapun pasta ubi jalar merupakan produk antara (intermediate product) yang dapat diolah lebih lanjut dalam industri es krim, sirup, roti, kue, dan sebagainya.

Konsumen utama PT. Galih Estetika saat ini antara lain Sojitz Food Corp, New Agri Corp, Mitsui Shokuhin Corp, Marubeni Corp, Matsuda Sangyo Corp, Sun In Corp dan Anewmex Corp. Untuk menyikapi peningkatan permintaan pasar Jepang terhadap pasta ubi jalar (Tabel 4), PT. Galih Estetika harus memperlakukan konsumennya saat ini sebagai klien yang diberi perhatian khusus untuk memelihara hubungan jangka panjang agar mereka tetap melakukan pemesanan produk kepada perusahaan bahkan meningkatkan jumlahnya. Nilai standar deviasi sebesar 0,26 (≤ 0,5) menunjukkan bahwa responden cukup representatif terhadap pertanyaan yang diajukan mengenai permintaan pelanggan sehingga tingkat penyebaran jawaban responden sesuai dengan kriteria kerangka kerja Strategic Marketing Plus 2000 (Kartajaya et al. 2002). Hasil kuesioner CSP komponen C1 (Customer) selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 21.

80

Tingkat pengetahuan 3,46 0,26

Rasionalitas 3,84 0,13

Tingkat pengaruh 2,96 0,16

Indeks Dimensi Tercerahkan 3,42 0,44

Tahu Informasi

Membandingkan produk 4,17 0,13

Mencari informasi 4,13 0,09

Membedakan produk 3,42 0,10

Indeks Dimensi Tahu Informasi 3,91 0,42

Berkemampuan

Pengaruh sikap terhadap

keputusan pembelian 3,55 0,18

Realisasi pembelian 4,05 0,15

Indeks Dimensi Berkemampuan 3,80 0,35 Indeks Komponen Customer (C1/Pelanggan) 3,71 0,26

Komponen Customer (C1) memiliki tiga dimensi yang diteliti untuk mengetahui tingkat permintaan pelanggan dalam industri eksportir pasta ubi jalar, yaitu:

1. Tercerahkan (Enlightened)

Pelanggan yang tercerahkan artinya konsumen yang memiliki tingkat pengetahuan yang cukup terhadap produk perusahaan, memiliki pandangan ke depan dan bertindak rasional dalam membuat keputusan, serta mampu mempengaruhi konsumen lain untuk melakukan pembelian. Hasil kuesioner CSP untuk komponen pelanggan dimensi tercerahkan adalah sebesar 3,42 (skala 1-5) dengan standar deviasi sebesar 0,44 (≤ 0,5). Nilai tersebut menggambarkan bahwa konsumen pasta ubi jalar memiliki tingkat pencerahan yang cukup tinggi untuk lima tahun mendatang.

Responden dalam analisis CSP menilai bahwa konsumen mempunyai pandangan dan pengetahuan yang cukup baik dalam hal harga, karakteristik dan kualitas produk pasta ubi jalar yang dihasilkan oleh PT. Galih Estetika, karena merupakan perusahaan pelopor (pioneer) eksportir pasta ubi jalar dari

81 Indonesia. Konsumen juga dinilai memiliki tingkat rasionalitas yang tinggi dalam memutuskan pembelian produk pasta ubi jalar PT. Galih Estetika untuk lima tahun mendatang. Tindakan konsumen yang semakin rasional ini merupakan akibat dari semakin banyaknya produk sejenis yang ditawarkan oleh perusahaan lain di pasar. Selain itu, kesadaran yang tinggi terhadap keamanan produk yang dikonsumsi menyebabkan konsumen menjadi semakin selektif.

Salah satu contoh yang menunjukkan tingginya tingkat rasionalitas konsumen adalah perhatian mereka terhadap penggunaan pewarna pada pasta ubi jalar sebagai upaya untuk memastikan bahwa produk tersebut tidak berbahaya bagi kesehatan. Pada tahun 2007, PT. Galih Estetika pernah mengalami imbas dari kecerobohan perusahaan pesaing yang menggunakan pewarna makanan secara berlebihan sehingga PT. Galih Estetika pun dicurigai melakukan hal yang sama. Akibatnya, perusahaan pembeli melakukan pemeriksaan secara langsung terhadap proses produksi PT. Galih Estetika yang berpengaruh terhadap penundaan jadwal pengiriman produk. Namun pada akhirnya kecurigaan konsumen tidak terbukti, sehingga kejadian tersebut memberikan keuntungan tersendiri bagi PT. Galih Estetika yang mengalami peningkatan jumlah pesanan produk sebesar 21,96 persen dari tahun sebelumnya. PT. Galih Estetika pun mencapai volume penjualan dan pangsa pasar tertinggi selama perjalanan usahanya yaitu sebanyak 1.994.101 kg dan 32,17 persen (Tabel 7).

Konsumen dinilai memiliki tingkat pengaruh yang cukup tinggi terhadap pihak lain untuk memutuskan pembelian produk pasta ubi jalar PT. Galih Estetika. Dengan demikian, Word of Mouth (WOM) promotion relatif lebih cepat mempengaruhi keputusan pembelian dibandingkan dengan penggunaan media promosi baik cetak maupun elektronik untuk lima tahun mendatang.

Pengalaman konsumen mengkonsumsi pasta ubi jalar PT. Galih Estetika menjadi faktor yang mampu mempengaruhi konsumen lain untuk melakukan pembelian. Hal ini berarti bahwa konsumen lain akan tertarik untuk membeli produk pasta ubi jalar PT. Galih Estetika setelah mengetahui konsumen terdahulu mendapatkan kepuasan yang optimal. Sebaliknya, kesan negatif atau

82 pengalaman tidak memuaskan yang didapatkan konsumen terhadap produk pasta ubi jalar PT. Galih Estetika akan menjadi penghalang bagi konsumen lain untuk melakukan pembelian. Maka dari itu, PT. Galih Estetika harus memberikan pelayanan yang terbaik agar konsumen merasa puas sehingga dapat menjadi media yang efektif untuk mempromosikan produknya kepada konsumen lain yang potensial.

2. Tahu Informasi (Informationalized)

Konsumen yang tahu informasi adalah konsumen yang memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mengevaluasi pilihan yang ditawarkan pasar akibat kemudahan dan kecepatannya mendapatkan informasi. Hasil kuesioner CSP untuk komponen pelanggan dimensi tahu informasi adalah sebesar 3,91 (skala 1-5) dengan standar deviasi sebesar 0,42 (≤ 0,5). Nilai tersebut menggambarkan bahwa konsumen memiliki banyak informasi yang digunakan sebagai bahan pertimbangan sebelum memutuskan untuk melakukan pembelian produk pasta ubi jalar selama lima tahun ke depan.

Konsumen dinilai mampu membandingkan produk pasta ubi jalar PT.

Galih Estetika dengan produk sejenis yang ditawarkan perusahaan lainnya di pasar. Perkembangan teknologi yang semakin pesat memudahkan konsumen untuk mengakses informasi dalam menentukan pilihan produk yang akan dikonsumsinya meliputi harga, kualitas, dan karakteristik produk yang tersedia.

Konsumen dinilai memiliki kemampuan yang tinggi dalam mencari informasi produk sebelum memutuskan untuk melakukan pembelian.

Perkembangan teknologi informasi semakin memudahkan setiap perusahaan untuk memperkenalkan produknya dalam rangka menarik perhatian konsumen, salah satunya adalah pemanfaatan media internet yang dapat menjangkau konsumen secara global. Untuk lima tahun ke depan, konsumen menjadi semakin mampu mengakses informasi mengenai produk sehingga mereka menjadi semakin selektif dalam mengevaluasi berbagai pilihan yang tersedia sebagai upaya untuk memperoleh produk yang bernilai tinggi.

Konsumen dinilai cukup mampu untuk membedakan merek produk pasta ubi jalar PT. Galih Estetika dengan produk sejenis yang ada di pasar lima

83 tahun mendatang. PT. Galih Estetika merupakan pioneer pengekspor pasta ubi jalar dari Indonesia ke Jepang dan telah berada pada industri ini selama lebih dari 16 tahun sehingga merek PT. Galih Estetika telah lebih dulu dikenal oleh konsumen dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Motto best food quality for best healthy yang dikemukakan oleh PT. Galih Estetika merupakan upaya perusahaan untuk menyakinkan konsumen mengenai komitmennya dalam menjamin kualitas produk dan kepeduliannya terhadap kesehatan konsumen.

3. Berkemampuan (Empowered)

Konsumen yang berkemampuan merupakan konsumen yang dapat merealisasikan keputusannya melakukan pembelian. Hasil kuesioner CSP untuk komponen pelanggan dimensi berkemampuan adalah sebesar 3,80 (skala 1-5) dengan standar deviasi sebesar 0,35 (≤ 0,5). Nilai tersebut menggambarkan bahwa konsumen memiliki kemampuan yang besar untuk merealisasikan pembelian produk pasta ubi jalar PT. Galih Estetika selama lima tahun ke depan.

Pengaruh sikap pihak lain terhadap keputusan konsumen melakukan pembelian produk pasta ubi jalar PT. Galih Estetika lima tahun mendatang tergolong besar. Pengalaman atau informasi yang diberikan pihak lain dapat mendorong atau menghambat konsumen melakukan pembelian produk pasta ubi jalar PT. Galih Estetika sesuai dengan kepuasan yang diperolehnya.

Terkait dengan hal tersebut di atas, PT. Galih Estetika pernah mengalami penurunan jumlah pesanan karena terdapat satu kontainer (20.320 kg) produk pasta ubi jalar yang dikembalikan oleh salah satu perusahaan pembeli akibat ditemukannya sehelai rambut di dalam sebuah kemasan pasta ubi jalar.

Kejadian ini menyebabkan konsumen lain turut meragukan kehigienisan produk pasta ubi jalar yang dihasilkan PT. Galih Estetika sehingga mereka memutuskan untuk mengurangi pesanan dan mengalihkannya kepada perusahaan pesaing. Tingkat kepercayaan konsumen yang menurun berimbas pada penurunan penjualan PT. Galih Estetika dari 1.915.760 kg pada tahun 2008 menjadi 1.580.590 kg pada tahun 2009 (Gambar 1).

84 Konsumen dinilai memiliki kemampuan yang tinggi untuk merealisasikan keputusan pembelian produk pasta ubi jalar PT. Galih Estetika dalam lima tahun ke depan. PDB per kapita Jepang yang mencapai US $ 34.115 pada tahun 20097 mencerminkan daya beli konsumen produk pasta ubi jalar tergolong tinggi.

6.1.1.2. Competitor (Pesaing/C3)

Hasil kuesioner CSP untuk komponen C3 (Competitor) adalah sebesar 3,51 (skala 1-5). Indeks komponen C3 yang berkisar antara nilai 3-4 menggambarkan bahwa PT. Galih Estetika menghadapi cukup banyak pesaing dalam industri eksportir pasta ubi jalar di Indonesia lima tahun ke depan. Hal tersebut salah satunya dikarenakan peluang pasar yang masih terbuka, ditunjukkan dengan peningkatan permintaan Jepang terhadap pasta ubi jalar rata-rata sebesar 3,56 persen per tahun selama tahun 2006-2009 (Tabel 4). Nilai standar deviasi yang diperoleh sebesar 0,18 (≤ 0,5) menunjukkan bahwa responden cukup representatif terhadap pertanyaan yang diajukan mengenai pesaing PT. Galih Estetika dalam industri eksportir pasta ubi jalar sehingga tingkat penyebaran jawaban responden sesuai dengan kriteria kerangka kerja Strategic Marketing Plus 2000. Hasil kuesioner CSP komponen C3 (Competitor) selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 22.

Komponen Competitor (C3) memiliki tiga dimensi yang diteliti untuk mengetahui tingkat persaingan dalam industri eksportir pasta ubi jalar, yaitu:

1. Umum (General)

Dimensi umum menggambarkan jumlah pesaing yang berada dalam industri, pesaing baru potensial, dan pesaing produk substitusi. Hasil kuesioner CSP untuk komponen pesaing dimensi umum adalah sebesar 3,32 (skala 1-5) dengan standar deviasi sebesar 0,21 (≤ 0,5). Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat persaingan dalam industri eksportir pasta ubi jalar di Indonesia diprediksikan cukup tinggi untuk lima tahun mendatang.

7 Anonim. 2008. Ekonomi Jepang日本国. http://wapedia.mobi.id/ [30 Mei 2010]

85 Berdasarkan hasil kuesioner, jumlah pesaing PT. Galih Estetika dalam industri eksportir pasta ubi jalar lima tahun ke depan diprediksikan cukup banyak. Untuk memenangkan persaingan yang semakin ketat dalam memenuhi permintaan pasar, masing-masing perusahaan tidak hanya memainkan strategi harga dan kualitas, tetapi juga strategi timing dan know-how (Kartajaya 1996). Strategi timing artinya berusaha menjadi pemain pertama yang masuk ke dalam suatu pasar “baru” secara geografis atau pasar

“lama” dengan segmen baru. Adapun strategi know-how artinya mengandalkan keterampilan yang mumpuni dan teknologi yang mutakhir untuk menciptakan produk baru, sehingga dapat menciptakan pasar “baru”

yang masih kosong atau ceruk pasar.

Dari tujuh perusahaan pesaing dalam industri eksportir pasta ubi jalar ke Jepang (Tabel 5), pesaing terdekat PT. Galih Estetika adalah First Batatas Indonesia (FBI) yang sama-sama berlokasi di Jawa Barat. Hasil kuesioner CSP menunjukkan bahwa kualitas produk FBI tergolong baik untuk lima tahun mendatang. Menurut Manajemen PT. Galih Estetika, salah satu faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan kualitas produk FBI adalah kepindahan beberapa tenaga kerja yang berpengalaman dari PT. Galih Estetika ke perusahaan tersebut dalam dua tahun terakhir ini setelah diberi insentif berupa gaji dan jenjang karir yang lebih tinggi. Dengan demikian, kemungkinan besar FBI dapat memperoleh informasi mengenai rahasia perusahaan PT. Galih Estetika dari tenaga kerja tersebut sehingga FBI dapat mengetahui kelemahan PT. Galih Estetika dan berusaha untuk menghasilkan produk yang lebih baik.

Produk substitusi yang ada dan mampu menjadi pesaing produk pasta ubi jalar PT. Galih Estetika di pasar dalam waktu lima tahun mendatang diprediksikan cukup banyak. Menurut manajemen PT. Galih Estetika, bukan hanya ubi jalar yang dinilai konsumen Jepang sebagai makanan mewah, tetapi juga berbagai jenis umbi-umbian lain seperti singkong, kentang, bengkuang, gadung, ganyong, talas, uwi, dan sebagainya. Semua komoditas tersebut dapat diolah menjadi pasta sehingga berpotensi untuk menjadi produk substitusi bagi pasta ubi jalar yang dihasilkan PT. Galih Estetika.

86 Pesaing baru potensial dalam industri eksportir pasta ubi jalar di Indonesia lima tahun mendatang diprediksikan cukup banyak. Proses produksi yang relatif mudah menjadi salah satu faktor pendukung bagi perusahaan baru untuk memasuki industri eksportir pasta ubi jalar. Selain itu, peluang pasar yang masih terbuka karena permintaan Jepang terhadap pasta ubi jalar terus meningkat rata-rata 3,56 persen per tahun (Tabel 4) dapat menarik perusahaan baru untuk ambil bagian dalam memperebutkan pangsa pasar.

2. Keagresifan (Aggresiveness)

Tingkat keagresifan pesaing menggambarkan usaha pesaing dalam menerapkan strateginya secara kreatif dan efektif. Hasil kuesioner CSP untuk komponen pesaing dimensi keagresifan adalah sebesar 3,55 (skala 1-5) dengan standar deviasi sebesar 0,44 (≤ 0,5). Nilai tersebut menggambarkan bahwa tingkat agresifitas pesaing dalam industri eksportir pasta ubi jalar di Indonesia untuk lima tahun mendatang tergolong cukup tinggi.

Nilai strategi segmentasi pesaing dalam memasarkan produknya lima tahun mendatang adalah sebesar 3,00 (skala 1-5) dengan standar deviasi 0,14 (≤ 0,5). Menurut konsep Strategic Marketing Plus 2000, hal ini menggambarkan bahwa strategi segmentasi pesaing dilakukan berdasarkan faktor psikografi (kepribadian) konsumen, yaitu membagi pasar atas faktor alasan konsumen melakukan pembelian (Kartajaya 1996). Selain menarik perhatian konsumen melalui komunikasi pemasaran, pesaing juga berusaha mempengaruhi kepercayaan, nilai, dan sikap konsumen terkait dengan perilaku pembelian mereka.

Nilai strategi penentuan pasar yang dilakukan pesaing untuk lima tahun mendatang adalah sebesar 3,25 (skala 1-5) dengan standar deviasi 0,11 (≤ 0,5).

Hal ini menunjukkan bahwa pesaing menentukan pasar sasarannya dengan cara membidik segmen pasar yang dianggap paling efektif, di mana produk ditujukan untuk konsumen yang terpilih. Dengan demikian, pesaing melakukan pemilihan pasar terlebih dahulu, baru kemudian membuat produk yang cocok dengan karakteristik konsumen pada segmen pasar yang dipilihnya.

Nilai strategi penentuan posisi pasar yang dilakukan pesaing untuk lima

87 tahun mendatang adalah sebesar 3,88 (skala 1-5) dengan standar deviasi 0,18 (≤ 0,5). Hal ini menggambarkan bahwa pesaing berusaha menjadikan produknya memiliki posisi dan identitas yang berbeda-beda pada setiap ceruk pasar yang berlainan. Pesaing menghasilkan produk yang dibuat khusus untuk ceruk pasar tertentu dan membangun image yang berbeda bagi setiap produk yang berada di ceruk pasar tersebut.

Nilai variabel penetapan harga yang dilakukan pesaing terdekat PT.

Galih Estetika adalah sebesar 3,55 (skala 1-5) dengan standar deviasi 0,18 (≤

0,5). Hal ini menggambarkan bahwa FBI diprediksikan cukup dapat menetapkan harga yang kompetitif untuk memenangkan persaingan dalam industri pasta ubi jalar lima tahun ke depan. Kisaran harga pasta ubi jalar di pasar Jepang adalah Rp 9.000-Rp 10.000/kg. Selama empat tahun terakhir ini, PT. Galih Estetika menetapkan harga rata-rata Rp 9.650/kg sedangkan FBI menetapkan harga Rp 9.675/kg.

Nilai variabel inovasi pesaing adalah sebesar 4,09 (skala 1-5) dengan standar deviasi 0,20 (≤ 0,5). Hal ini menunjukkan bahwa inovasi yang dilakukan pesaing untuk meningkatkan kualitas produk yang ditawarkan kepada konsumen tergolong tinggi. FBI sebagai pesaing terdekat PT. Galih Estetika melakukan inovasi antara lain dalam hal penggunaan mesin produksi yang lebih modern dan perekrutan tenaga kerja yang profesional.

3. Kapabilitas (Capability)

Kapabilitas pesaing meliputi kondisi keuangan, Sumber Daya Manusia (SDM), jumlah aset, serta teknologi yang diterapkannya untuk memenangkan persaingan. Hasil kuesioner CSP untuk komponen pesaing dimensi kapabilitas adalah sebesar 3,66 (skala 1-5) dengan standar deviasi 0,35 (≤ 0,5). Nilai tersebut menggambarkan bahwa kapabilitas pesaing PT. Galih Estetika dalam industri eksportir pasta ubi jalar diprediksikan cukup tinggi untuk lima tahun ke depan.

Kondisi keuangan pesaing dinilai mampu mendukung upayanya dalam memenangkan persaingan. Pesaing berani berinvestasi besar dalam inovasi mesin produksi sehingga dapat beroperasi secara lebih efisien serta menawarkan produk dengan harga yang lebih murah dan lebih sesuai dengan

88 karakteristik konsumen yang dituju. Dengan demikian, pesaing dapat menarik perhatian konsumen serta pada akhirnya dapat meningkatkan volume dan nilai penjualan yang diperolehnya.

Kemampuan SDM pesaing untuk lima tahun mendatang tergolong tinggi. Tenaga kerja pesaing dinilai memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang tinggi, terlebih lagi didukung oleh beberapa staf yang berasal dari PT. Galih Estetika. Selain itu, tenaga kerja pesaing dinilai memiliki karakteristik dedikasi, motivasi, dan disiplin kerja yang baik. Hal tersebut salah satunya dikarenakan adanya pemberian insentif gaji yang relatif lebih tinggi daripada yang ditawarkan PT. Galih Estetika, yaitu berada pada kisaran Rp 1.000.000 – Rp 1.750.000/bulan.

Kemampuan pesaing dari segi jumlah aset yang dimilikinya untuk lima tahun mendatang diprediksikan cukup besar. Jumlah aset pesaing ditunjukkan oleh jumlah fasilitas usaha yang dimilikinya serta upaya pengembangan kualitas produk yang dilakukannya secara terus menerus untuk meningkatkan kepuasan konsumen. Dalam memanfaatkan perkembangan teknologi untuk kegiatan pemasarannya, kemampuan pesaing tergolong tinggi. Teknologi yang dimanfaatkan pesaing untuk kegiatan pemasarannya antara lain fasilitas direct call dan e-mail untuk menarik perhatian konsumen agar melakukan pemesanan dan pembelian.

Tingkat kreatifitas pesaing dalam upaya memenangkan persaingan untuk lima tahun mendatang tergolong tinggi. Hal ini berarti bahwa tingkat kejelasan ciri-ciri (desain kemasan, rasa, volume, dan sebagainya) yang membedakan produk pasta ubi jalar PT. Galih Estetika dengan produk pesaingnya di pasar diprediksikan tinggi, sehingga konsumen dapat dengan mudah mengenali perbedaan produk pasta ubi jalar satu dengan yang lainnya.

Kemungkinan perusahaan pesaing dapat mengenali PT. Galih Estetika maupun pesaing lainnya dengan jelas dalam industri eksportir pasta ubi jalar untuk lima tahun mendatang tergolong cukup besar. Cara yang dilakukan untuk mengenali pesaing antara lain berupa pencarian informasi profil perusahaan di internet dan peninjauan kondisi pesaing melalui kegiatan pameran dagang dan industri.

89

Kualitas pesaing terdekat 3,25 0,11

Produk substitusi 3,17 0,17

Pesaing baru potensial 3,21 0,23

Indeks Dimensi Umum 3,32 0,21

Pengembangan kualitas 4,09 0,20

Indeks Dimensi Keagresifan 3,55 0,44

Kapabilitas

Pengenalan pesaing lain 3,09 0,12

Indeks Dimensi Kapabilitas 3,66 0,35

Indeks Komponen Competitor (C3/Pesaing) 3,51 0,18

6.1.1.3. Change (Perubahan/C4)

Hasil kuesioner CSP untuk komponen C4 (Change) adalah 4,20 (skala 1-5) yang menunjukkan bahwa perubahan lingkungan berpengaruh besar terhadap industri eksportir pasta ubi jalar di Indonesia lima tahun ke depan. Hal ini disebabkan oleh perkembangan teknologi yang semakin pesat, terjadinya fluktuasi ekonomi dunia, dan perubahan pasar akibat liberalisasi perdagangan internasional (Kartajaya et al. 2002). Nilai standar deviasi yang diperoleh sebesar 0,08 (≤ 0,5) menunjukkan responden cukup representatif terhadap pertanyaan yang diajukan mengenai perubahan lingkungan sehingga tingkat penyebaran jawabannya sesuai dengan kriteria Strategic Marketing Plus 2000.

Hasil kuesioner CSP komponen C4 (Change) selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 23.

90

Pengaruh terhadap struktur industri 3,96 0,08

Inovasi teknologi 4,00 0,13

Pengaruh terhadap keunggulan bersaing 4,76 0,15 Pengaruh terhadap strategi perusahaan 4,17 0,13

Indeks Dimensi Teknologi 4,22 0,37

Ekonomi

Pengaruh terhadap penjualan 4,25 0,08 Pengaruh terhadap daya beli 3,75 0,11 Pengaruh pemulihan krisis 3,88 0,12 Pengaruh globalisasi dan liberalisasi 4,55 0,10

Indeks Dimensi Ekonomi 4,11 0,36

Pasar

Pengaruh persyaratan standar kesehatan 4,63 0,18 Pengaruh kelas sosial, gaya hidup, dan

perilaku konsumen 4,21 0,07

Kekuatan serikat pekerja 3,96 0,15

Indeks Dimensi Pasar 4,27 0,34

Indeks Komponen Change (C4/Perubahan) 4,20 0,08

Komponen Change (C4) memiliki tiga dimensi yang diteliti untuk mengetahui pengaruh perubahan lingkungan terhadap industri eksportir pasta ubi jalar, yaitu:

1. Teknologi

Hasil kuesioner CSP untuk komponen perubahan dimensi teknologi adalah sebesar 4,22 (skala 1-5) dengan standar deviasi sebesar 0,37 (≤ 0,5).

Nilai tersebut menunjukkan bahwa perubahan teknologi berpengaruh besar terhadap industri pengolahan ubi jalar, khususnya eksportir pasta ubi jalar di Indonesia untuk lima tahun ke depan.

Pengaruh teknologi terhadap struktur industri pasta ubi jalar lima tahun mendatang tergolong besar. Teknologi yang berpengaruh terhadap struktur

Pengaruh teknologi terhadap struktur industri pasta ubi jalar lima tahun mendatang tergolong besar. Teknologi yang berpengaruh terhadap struktur