• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.10 Analisis Statistik Perbandingan Kategori Kapasitas Buffer

Berdasarkan hasil pada tabel perbandingan kapasitas buffer saliva menunjukkan bahwa pada awal pemeriksaan kapasitas buffer sangat rendah didapati pada anak SECC (24 orang) dengan persentase yang tinggi yaitu sebesar 54,2%, sedangkan pada kapasitas buffer kategori rendah sebesar 41,7% dan kapasitas buffer kategori normal sebesar 4,2%. Anak bebas karies (24 orang) memperoleh nilai kapasitas buffer kategori rendah sebesar 45,8%, dan kapasitas buffer kategori normal sebesar 54,2 %, dan tidak ditemukan adanya kategori sangat rendah. Secara statistik ada perbedaan signifikan kapasitas buffer saliva pada awal pemeriksaan anak usia ≤ 24 bulan dengan SECC dan bebas karies di Kecamatan Medan Selayang (p < 0,05).

Setelah 6 bulan persentase kapasitas buffer saliva pada anak SECC persentase tertinggi termasuk kedalam kategori kapasitas buffer rendah yaitu 83,2%

dibandingkan kategori sangat rendah 8,3%, dan normal 8,3%. Pada anak yang semula bebas karies diperoleh kapasitas buffer kategori rendah sebesar 87,5%, normal sebesar 12,5%, dan tidak ditemukan adanya kapasitas buffer kategori sangat rendah.

Berdasarkan analisis statistik ada perbedaan signifikan kategori kapasitas buffer saliva pada awal pemeriksaan dan setelah 6 bulan pada kelompok awal anak SECC dan bebas karies di Kecamatan Medan Selayang (tabel 13).

Tabel 13. Hasil analisis statistik perbandingan kategori kapasitas buffer pada awal pemeriksaan dan setelah 6 bulan pada kelompok awal anak SECC dan

4.11 Analisis Statistik Kategori Laju Alir dan Volume Saliva pada Awal Pemeriksaan dan Setelah 6 Bulan Pada Anak SECC dan Bebas Karies

Berdasarkan hasil pada tabel perbandingan kategori laju alir dan volume saliva pada awal pemeriksaan dan setelah 6 bulan pada kelompok awal SECC (24 orang) dan bebas karies (24 orang) menunjukkan bahwa pada awal pemeriksaan laju alir saliva pada anak SECC yang termasuk kategori tidak normal sebesar 100% dan tidak ditemukan adanya kategori laju alir normal. Anak bebas karies (24 orang) pada awal pemeriksaan diperoleh persentase laju alir saliva kategori normal sebesar 79,2%, dan tidak normal sebesar 20,8%. Secara statistik ada perbedaan signifikan laju alir dan volume saliva pada awal pemeriksaan anak usia ≤ 24 bulan dengan SECC dan bebas karies di Kecamatan Medan Selayang (p < 0,05). Setelah 6 bulan persentase kategori laju alir dan volume saliva pada anak SECC (24 orang) berubah menjadi tidak normal sebesar 91,7%, dan normal sebesar 8,3%, sementara pada anak yang semula bebas karies diperoleh persentase laju alir dan volume saliva kategori tidak normal sebesar 91,7%, dan normal sebesar 8,3%. Berdasarkan analisis statistik menunjukkan ada perbedaan signifikan laju alir dan volume saliva pada awal pmeriksaan dan setelah 6 bulan pada kelompok awal anak SECC dan bebas karies di Kecamatan Medan Selayang (p < 0,05) (tabel 14).

Tabel 14. Hasil analisis statistik perbandingan kategori laju alir dan volume saliva pada awal pemeriksaan dan setelah 6 bulan pada kelompok awal anak

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada 48 orang anak yang pada awalnya terbagi atas 24 anak SECC dan 24 anak bebas karies, namun setelah 6 bulan terjadi perubahan status karies, dimana dari 24 anak bebas karies, terdapat 23 anak yang menjadi SECC dan 1 anak yang tetap bebas karies di wilayah Kecamatan Medan Selayang.

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan hasil anak yang mengalami SECC pada awal pemeriksaan sebanyak 24 (100%) orang, yang terdiri dari laki-laki 15 (62,5%) orang dan perempuan 9 (37,5%) orang, sedangkan anak bebas karies juga berjumlah 24 (100%) orang, yang terdiri dari laki-laki 12 (50%) orang dan perempuan 12 (50%) orang. Setelah 6 bulan diperoleh hasil, anak yang mengalami SECC meningkat menjadi 47 (100%) orang, yang terdiri dari laki-laki 27 (57,4%) orang dan perempuan 20 (42,6%) orang. Adapun 47 anak SECC tersebut berasal dari 24 anak SECC dan 23 anak bebas karies yang berubah menjadi SECC. Sedangkan anak yang tetap bebas karies hanya tersisa 1 (100%) orang, yang berjenis kelamin perempuan (tabel 4).

Hasil ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah anak yang menderita SECC setelah 6 bulan dari pemeriksaan awal, dimana anak yang semula bebas karies setelah 6 bulan berubah menjadi anak yang mengalami SECC.

Tingginya jumlah anak yang menderita SECC setelah 6 bulan pada penelitian ini, karena pemeriksaan menggunakan aturan AAPD, dimana jumlah white spot ikut dimasukkan dalam nilai decay. Tetapi apabila dihitung menurut Klein, jumlah anak karies menjadi lebih rendah, disebabkan pada indeks tersebut nilai white spot tidak ikut dimasukkan.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Grindefford, et al terhadap 692 anak yang terbagi menjadi anak karies dan bebas karies, setelah follow up selama 1 tahun jumlah anak yang mengalami penambahan lesi karies baru pada anak yang menderita karies sebesar 92% dan pada anak bebas karies sebesar 29%.43 Hal ini kemungkinan dikarenakan anak usia tersebut belum memperbaiki pola diet

yang salah serta semakin seringnya anak mengkonsumsi makanan kariogenik, yang menyebabkan tingginya angka kejadian SECC apalagi jika kebiasaan tersebut tetap dilakukan.31 Selain itu, peningkatan kejadian karies sejalan dengan bertambahnya usia, hal ini dikarenakan gigi semakin lama terpapar oleh faktor risiko karies.14

Berdasarkan hasil penelitian rerata pH saliva anak SECC pada awal pemeriksaan 6,43±0,56 dan setelah 6 bulan sebesar 6,15±0,31. Rerata pH anak bebas karies pada awal pemeriksaan 6,98±0,37 dan setelah 6 bulan 6,50±0,25. Secara statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan rerata pH pada awal pemeriksaan dan setelah 6 bulan pada kelompok awal SECC dan anak bebas karies (p=0,040) (p=0,000) (tabel 5) (tabel 6). Hasil penelitian tersebut menunjukkan anak SECC dan anak bebas karies memiliki nilai rerata pH awal dan setelah pengamatan 6 bulan yang semakin rendah. Hal ini didukung oleh penelitian Grindefford, et al setelah 1 tahun follow up anak yang menderita karies dan anak bebas karies mengalami penurunan pH dengan persentase anak bebas karies dengan pH rendah sebesar 33%, sedangkan anak SECC sebesar 37%.43

Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok 6 bulan pada anak SECC (47 orang) menunjukkan pH saliva asam dengan persentase paling tinggi sebesar 89,4%.

sedangkan pada anak bebas karies (1 orang) menunjukkan kategori pH normal dengan persentase paling tinggi sebesar 100% (Tabel 11). Pada awal pemeriksaan anak SECC (24 orang) paling banyak memiliki pH saliva kategori asam dengan persentase sebesar 62,5%, dibandingkan kategori sangat asam 33,3% dan normal 4,2%, sedangkan pada anak bebas karies (24 orang) paling banyak memiliki pH kategori normal dengan persentase sebesar 83,3% dibandingkan asam sebesar 16,7%, dan tidak ditemukan adanya kategori pH saliva sangat asam. Pada pemeriksaan setelah 6 bulan, persentase kategori pH saliva pada anak SECC berubah menjadi sangat asam 8,3%, asam 87,5% dan normal 4,2%. Pada anak bebas karies paling banyak memiliki pH saliva kategori asam sebesar 87,5% dibandingkan kategori normal sebesar 12,5%, dan tidak ditemukan adanya kategori pH saliva sangat asam.

Secara statistik ada perbedaan signifikan kategori pH saliva pada awal pemeriksaan dan setelah 6 bulan pada kelompok awal anak SECC dan bebas karies usia 2 tahun

(tabel 12) (p < 0,05). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Animireddy, et al yang menyatakan bahwa ada perbedaan signifikan pH saliva pada anak SECC dan bebas karies (p<0,001).17 Penelitian lainnya oleh Kwatehy dan Youssef menunjukkan ada perbedaan signifikan pH saliva anak yang menderita karies dengan bebas karies (p=0,000).45 Hasil penelitian menunjukkan terjadi perubahan kategori pH saliva pada awal pemeriksaan dan setelah 6 bulan pada anak SECC dan bebas. Hal ini ditandai dengan banyaknya subjek dengan pH saliva kategori normal pada awal pemeriksaan menjadi kategori asam setelah 6 bulan. Hal ini disebabkan karena terjadinya karies dipengaruhi oleh keasaman pH. pH saliva yang asam menunjukkan bahwa kondisi asam basa saliva responden tidak seimbang yang memicu terjadinya karies. Ketika pH turun menjadi asam, proses demineralisasi menjadi lebih cepat dari remineralisasi, yang akan menyebabkan lebih banyak mineral gigi yang larut dan menyebabkan karies pada gigi.44 Pada penelitian ini kemungkinan anak memiliki diet karbohirat tinggi, dimana anak dengan diet tinggi karbohidrat khususnya sukrosa cenderung risiko terkena karies lebih tinggi daripada anak yang dietnya mengandung banyak lemak dan protein karena menyebabkan penurunan pH saliva. Hal ini disebabkan karena sukrosa adalah karbohidrat yang banyak difermentasikan oleh Streptococcus mutans.26,27

Berdasarkan hasil penelitian rerata kapasitas buffer saliva anak SECC pada awal pemeriksaan 5,91±1,99 dan setelah pengamatan 6 bulan 4,80±1,74, sedangkan rerata kapasitas buffer saliva anak bebas karies pada awal pemeriksaan 9,37±1,27 dan setelah 6 bulan sebesar 8,5±1,69. Hasil analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan rerata kapasitas buffer pada awal pemeriksaan dan setelah 6 bulan pada kelompok awal anak SECC dan bebas karies (tabel 5) (tabel 6) (p=0,008) (p=0,046).

Berdasarkan hasil penelitian pada kelompok 6 bulan pada anak SECC (47 orang) menunjukkan kapasitas buffer saliva rendah dengan persentase paling tinggi sebesar 87,2%, sedangkan pada anak bebas karies (1 orang) menunjukkan kategori kapasitas buffer normal dengan persentase paling tinggi sebesar 100% (tabel 11).

Pada awal pemeriksaan memiliki paling banyak kapasitas buffer kategori sangat

rendah dengan persentase sebesar 54,2% dibandingkan kategori rendah 41,6% dan normal 4,2%, sedangkan pada anak bebas karies paling banyak memiliki kapasitas buffer kategori normal sebesar 54,2% dibandingkan kategori rendah 45,8%, dan tidak ditemukan adanya kategori sangat rendah. Setelah 6 bulan persentase kapasitas buffer saliva pada anak SECC berubah menjadi kapasitas buffer rendah 83,2%, sangat rendah 8,3%, dan normal 8,5%. Pada anak bebas karies diperoleh persentase paling tinggi pada kapasitas buffer kategori rendah sebesar 87,5% dibandingkan kategori normal sebesar 12,5 %, dan tidak ditemukan adanya kapasitas buffer kategori sangat rendah. Secara statistik ada perbedaan signifikan kapasitas buffer antara kelompok SECC dan bebas karies pada awal pemeriksaan dan setelah 6 bulan (tabel 13).

Hasil penelitian tersebut menunjukkan anak SECC dan anak bebas karies memiliki nilai rerata kapasitas buffer saliva awal pemeriksaan dan setelah 6 bulan yang semakin rendah (tabel 5) , begitu juga dengan kategori kapasitas buffer terjadi perubahan pada awal pemeriksaan dan setelah 6 bulan. Hal ini ditandai dengan banyaknya subjek dengan kapasitas buffer normal pada awal pemeriksaan menjadi rendah setelah 6 bulan. Hal ini disebabkan karena terjadinya karies dipengaruhi oleh kapasitas buffer. Berdasarkan literatur semakin rendah kapasitas buffer semakin tinggi angka kejadian karies.41 Hal ini didukung oleh penelitian Makawi, et al yang menyimpulkan kapasitas buffer yang rendah menyebabkan tingginya risiko terjadinya karies gigi.46 Kapasitas buffer berfungsi menjaga nilai pH, apabila kapasitas buffer rendah maka pH juga akan rendah. Ketika pH turun oleh karena asam yang dihasilkan oleh bakteri, konsentrasi kalsium dan fosfat yang mempengaruhi kapasitas buffer juga akan turun sehingga risiko terjadinya demineralisasi gigi meningkat.47 Kapasitas buffer saliva dalam keadaan tidak terstimulasi maupun terstimulasi melibatkan tiga komponen besar sistem buffer yaitu sistem bikarbonat, fosfat, dan protein. Bikarbonat (HCO3-) merupakan komponen organik utama dalam saliva yang berpengaruh terhadap peningkatan pH.18

Berdasarkan hasil penelitian rerata laju alir pada awal pemeriksaan yang dilakukan pada anak SECC 0,27±0,04 dan setelah pengamatan 6 bulan 0,13±0,06.

Laju alir saliva anak bebas karies pada awal pemeriksaan sebesar 0,31±0,07 dan

setelah pengamatan 6 bulan sebesar 0,23±0,04. Hasil analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan rerata laju alir pada awal pemeriksaan dan setelah 6 bulan pada SECC dan anak bebas karies (tabel 5) (tabel 6) (p=0,013) (p=0,000).

Berdasarkan hasil penelitian pada kelompok 6 bulan pada anak SECC (47 orang) menunjukkan laju alir dan volume saliva tidak normal dengan persentase paling tinggi sebesar 93,6%, sedangkan pada anak bebas karies (1 orang) menunjukkan laju alir dan volume saliva tidak normal dengan persentase paling tinggi sebesar 100% (tabel 11). Perbandingan kategori laju alir dan volume saliva pada awal pemeriksaan dan setelah 6 bulan pada kelompok awal SECC (24 orang) dan bebas karies (24 orang) menunjukkan bahwa pada awal pemeriksaan laju alir saliva pada anak SECC yang termasuk kategori tidak normal sebesar 100% dan tidak ditemukan adanya kategori laju alir normal. Anak bebas karies (24 orang) pada awal pemeriksaan diperoleh persentase laju alir saliva kategori normal sebesar 79,2%, dan tidak normal sebesar 20,8%. Secara statistik ada perbedaan signifikan laju alir dan volume saliva pada awal pemeriksaan anak usia ≤ 24 bulan dengan SECC dan bebas karies di Kecamatan Medan Selayang (p < 0,05). Setelah 6 bulan persentase kategori laju alir dan volume saliva pada anak SECC (24 orang) berubah menjadi tidak normal sebesar 91,7%, dan normal sebesar 8,3%, sementara pada anak yang semula bebas karies diperoleh persentase laju alir dan volume saliva kategori tidak normal sebesar 91,7%, dan normal sebesar 8,3%. Berdasarkan analisis statistik menunjukkan ada perbedaan signifikan laju alir dan volume saliva pada awal pmeriksaan dan setelah 6 bulan pada kelompok awal anak SECC dan bebas karies di Kecamatan Medan Selayang (p < 0,05) (tabel 14). Hal ini sesuai dengan penelitian oleh El-kwatehy dan Youssef terdapat perbedaan yang signifikan nilai laju alir antara kelompok anak SECC dengan bebas karies.45 Pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh Almushyat, et al di Saudi Arabia menunjukkan hasil yang berbeda yaitu tidak ada perbedaan yang signifikan pada laju alir saliva anak SECC dan bebas karies (p=0,067).48 Perbedaan ini kemungkinan dapat diakibatkan karena pada penelitian Almuhsyat, et al menggunakan stimulated saliva sedangkan pada penelitian ini

menggunakan unstimulated saliva, juga dengan usia sampel yang berbeda dan alat yang digunakan tidak sama.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan anak SECC dan anak bebas karies memiliki nilai rerata laju alir saliva pada awal pemeriksaan dan setelah 6 bulan yang semakin rendah, begitu juga dengan kategori laju alir saliva, setelah 6 bulan terjadi perubahan kategori laju alir saliva dari normal menjadi laju alir tidak normal pada kelompok anak yang awalnya bebas karies berubah menjadi SECC (tabel 16). Hal ini disebabkan karena terjadinya karies dipengaruhi oleh laju alir saliva. Laju alir saliva yang rendah menyebabkan sisa-sisa makanan akan sulit dieliminasi sehingga mempercepat terjadinya proses karies. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Vehkalahti, et al yang menyatakan rendahnya laju alir saliva mempengaruhi peningkatan insiden karies dan peningkatan laju alir saliva dapat meningkatkan sistem pertahanan rongga mulut dari karies yang parah. Semakin rendah laju alir saliva, semakin lamban proses pembersihan.46

Berdasarkan hasil penelitian rerata volume pada awal pemeriksaan yang dilakukan pada anak SECC sebesar 1,23±0,24 dan setelah pengamatan 6 bulan sebesar 1,0±0,34, sedangkan rerata volume pada awal pemeriksaan yang dilakukan pada anak bebas karies adalah 1,55±0,39 dan setelah pengamatan 6 bulan adalah 1,15±0,20. Hasil analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan rerata volume pada awal pemeriksaan dan setelah 6 bulan pada kelompok awal anak SECC dan bebas karies (tabel 5) (tabel 6) (p=0,013) (p=0,000). Hasil tersebut menunjukkan pada anak SECC dan anak bebas karies memiliki nilai rerata volume saliva awal dan setelah pengamatan 6 bulan yang semakin rendah. Hasil ini sesuai dengan teori bahwa laju alir dan volume saliva yang rendah menyebabkan sisa-sisa makanan akan sulit dieliminasi sehingga mempercepat terjadinya proses karies. Bila laju alir dan volume saliva tinggi, maka saliva melalui komponen-komponennya dapat melindungi gigi dengan optimal.49

Rerata pengalaman karies anak SECC pada awal pemeriksaan 3,29±1,94 dan setelah 6 bulan 8,25±4,05. Hasil analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan rerata pengalaman karies pada awal pemeriksaan dan setelah 6 bulan

pada anak SECC (p=0,000). Rerata pengalaman karies pada awal pemeriksaan yang dilakukan pada anak bebas karies 0,00±0,00 dan setelah 6 bulan 5,33±4,62. Secara statistik terdapat perbedaan yang signifikan rerata pengalaman karies pada awal pemeriksaan dan setelah 6 bulan pada anak bebas karies (p=0,000). Rerata pengalaman karies setelah 6 bulan pada anak SECC (47 orang) sebesar 6,93±4,48, sedangkan pada anak yang tetap bebas karies (1 orang) 0,00±0,00.

Hasil penelitian menunjukkan rerata pengalaman karies pada anak SECC dan bebas karies setelah 6 bulan mengalami peningkatan dibandingkan pada awal pemeriksaan. Hal ini dikarenakan kondisi saliva (pH, kapasitas buffer, laju alir, volume) terlibat mempengaruhi terjadinya perkembangan karies, dimana nilai pH, kapasitas buffer, laju alir, volume saliva setelah 6 bulan lebih rendah dibandingkan pada awal pemeriksaan, yang menyebabkan proses terjadinya karies berjalan dengan cepat. Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat keparahan karies yang ditunjukkan melalui skor deft setelah 6 bulan dengan usia anak ≥2 tahun lebih tinggi dibandingkan pada awal pemeriksaan dengan usia <2 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Phipps, et al, yang menyimpulkan anak usia 2 tahun memiliki skor deft lebih tinggi dibandingkan usia 1 tahun.50 Hal tersebut dikarenakan jumlah gigi yang telah tumbuh akan lebih banyak dan lebih berisiko untuk terkena karies.51 Beberapa peneliti juga berpendapat, jumlah karies gigi yang tidak terawat pada usia awal ikut memengaruhi skor deft, karena anak yang telah memiliki karies pada usia awal pertumbuhan gigi menunjukkan tingginya jumlah bakteri kariogenik dalam mulut sehingga memiliki risiko lebih besar menginfeksi gigi yang lain dimasa yang akan datang.51 Nilai rerata deft pada anak SECC ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Hallet dan O’Rourke bahwa setelah 3 bulan rerata nilai deft anak yang menderita SECC sebesar 10,5±3,8 dari 125 anak yang berusia <4 tahun.52 Cortallazzi, et al mengatakan bahwa anak yang bebas karies (deft=0) pada awal pemeriksaan, setelah 3 tahun menjadi anak yang memiliki deft >0.53

Berdasarkan analisis statistik korelasi antara pH, kapasitas buffer, laju alir, volume dengan penambahan karies setelah 6 bulan pada anak SECC dan bebas karies menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan korelasi negatif yang berarti

jika pH, kapasitas buffer, laju alir, volume saliva meningkat maka deft akan menurun.

Nilai korelasi pH dengan penambahan karies setelah 6 bulan pada anak SECC sebesar -0,394 dengan nilai p=0,037. Hasil ini menunjukkan korelasi negatif dengan kekuatan korelasi yang lemah. Nilai korelasi pH dengan penambahan karies setelah 6 bulan pada anak bebas karies sebesar -0,427 dengan nilai p=0,037. Hasil uji pada hubungan ini menunjukkan korelasi negatif dengan kekuatan korelasi yang sedang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Makawi, et al bahwa pH saliva memiliki korelasi negatif dengan terjadinya karies, pH saliva yang menurun akan menyebabkan peningkatan terjadinya karies.46 Penelitian lainnya oleh Wu KP, et al bahwa pH saliva memiliki korelasi negatif dengan terjadinya karies.38 Nilai korelasi antara kapasitas buffer dengan penambahan karies setelah 6 bulan pada anak SECC sebesar -0,468 dengan nilai p=0,042. Hasil uji pada hubungan ini menunjukkan korelasi negatif dengan kekuatan korelasi yang sedang. Nilai korelasi kapasitas buffer dengan penambahan karies setelah 6 bulan pada anak bebas karies sebesar -0,428 dengan nilai p=0,037. Hasil uji pada hubungan ini menunjukkan korelasi negatif dengan kekuatan korelasi yang sedang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Makawi, et al bahwa kapasitas buffer memiliki korelasi negatif dengan terjadinya karies, kapasitas buffer yang menurun akan menyebabkan peningkatan terjadinya karies.46

Nilai korelasi antara laju alir dengan penambahan karies setelah 6 bulan pada anak SECC sebesar -0,276 dengan nilai p=0,033. Hasil uji pada hubungan ini menunjukkan korelasi negatif dengan kekuatan korelasi yang lemah. Nilai korelasi antara laju alir dengan penambahan karies setelah 6 bulan pada anak bebas karies sebesar -0,233 dengan nilai p=0,040. Hasil uji pada hubungan ini menunjukkan korelasi negatif dengan kekuatan korelasi yang lemah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Abbate, et al bahwa laju alir saliva memiliki korelasi negatif dengan terjadinya karies, laju alir yang menurun akan menyebabkan peningkatan terjadinya karies.54 Penelitian lainnya oleh Wu KP, et al bahwa pH saliva memiliki korelasi negatif dengan terjadinya karies.38 Nilai korelasi antara volume dengan penambahan karies setelah 6 bulan pada anak SECC sebesar -0,276

dengan nilai p=0,033. Hasil uji pada hubungan ini menunjukkan korelasi negatif dengan kekuatan korelasi yang lemah. Nilai korelasi antara volume dengan penambahan karies setelah 6 bulan pada anak bebas karies sebesar -0,233 dengan nilai p=0,040. Hasil uji pada hubungan ini menunjukkan adanya korelasi negatif dengan kekuatan korelasi yang lemah. Bila volume meningkat maka deft akan menurun. Laju alir saliva berhubungan langsung dengan volume saliva karena semakin besar tingkat intensitas laju alir saliva maka semakin besar pula volume saliva yang di hasilkan dalam sehari. Hasil ini sesuai dengan penelitian lainnya oleh Wu KP, et al bahwa pH saliva memiliki korelasi negatif dengan terjadinya karies.38

Berdasarkan analisis statistik faktor risiko penambahan karies setelah 6 bulan, menunjukkan semua variabel (pH, kapasitas buffer, laju alir dan volume) memenuhi kriteria untuk masuk kedalam analisis multivariat, namun kapasitas buffer yang terpilih karena kapasitas buffer adalah variabel yang lebih sederhana. Nilai persamaan regresi linear yang diperoleh adalah penambahan karies= 30,191+ (-3,918* kapasitas buffer) (R2 = 6,2%), sehingga kapasitas buffer saliva merupakan prediksi penyebab penambahan karies. Hasil analisis stastistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara prediksi kapasitas buffer terhadap penyebab penambahan karies (p=0,048). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan El-kwatehy dan Youssef yang menyimpulkan bahwa kapasitas buffer menjadi salah satu faktor yang kuat penyebab terjadinya peningkatan karies pada anak.45

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Pada penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa :

1. Distribusi anak SECC mengalami peningkatan setelah 6 bulan dibandingkan awal pemeriksaan, sedangkan anak yang bebas karies mengalami penurunan.

2. Rerata kondisi saliva (pH, kapasitas buffer, laju alir, dan volume) pada awal pemeriksaan lebih tinggi dibandingkan setelah 6 bulan pada kelompok awal anak SECC dan bebas karies usia 2 tahun di Kecamatan Medan Selayang.

3. Rerata pengalaman karies setelah 6 bulan lebih tinggi dibandingkan pada awal pemeriksaan pada kelompok awal anak SECC dan bebas karies usia 2 tahun di

3. Rerata pengalaman karies setelah 6 bulan lebih tinggi dibandingkan pada awal pemeriksaan pada kelompok awal anak SECC dan bebas karies usia 2 tahun di