• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.5 Manfaat Penelitian

1. Untuk pencegahan dini kepada masyarakat khususnya orang tua tentang kondisi saliva yaitu pH, kapasitas buffer, laju alir, volume sebagai faktor risiko terjadinya SECC pada anak.

2. Penelitian ini diharapkan sebagai dasar penelitian lebih lanjut tentang kondisi saliva pada anak usia 2 tahun dengan SECC dan bebas karies setelah 6 bulan dihubungkan dengan karies.

3. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu kedokteran gigi anak tentang kondisi saliva pada anak usia 2 tahun dengan SECC dan bebas karies setelah 6 bulan dihubungkan dengan karies.

4. Sebagai informasi tambahan bagi penyelenggara kesehatan untuk program penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat mengeani pencegahan terjadinya karies pada anak.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Early Childhood Caries

Early Childhood Caries (ECC) merupakan masalah kesehatan gigi paling utama terjadi pada bayi dan anak-anak balita, yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan gigi anak.14 The American Academy of Pediatric Dentistry (AADP) mendefinisikan ECC sebagai terdapatnya satu atau lebih kerusakan (berupa lesi kavitas maupun non kavitas), kehilangan gigi, atau adanya tambalan pada permukaan gigi desidui pada anak usia dibawah 6 tahun (71 bulan).6,7,8,14 Early Childhood Caries biasanya pertama kali melibatkan permukaan labial dan palatal gigi insisivus desidui rahang atas bahkan seluruh gigi desidui. Gigi insisivus rahang bawah jarang terkena karies, kecuali dalam kasus yang paling parah. Anak-anak sering mengalami kerusakan pada gigi insisivus rahang atasnya.14

2.2 Definisi Severe Early Childhood Caries

Severe Early Childhood Caries (SECC) merupakan istilah yang digunakan untuk kondisi ECC yang lebih parah. SECC adalah pengalaman karies yaitu terdapatnya satu atau lebih kerusakan berupa lesi kavitas, kehilangan gigi, atau adanya tambalan pada permukaan halus pada gigi apa saja untuk anak usia dibawah 3 tahun (skor defs>0).14 Pada anak usia 3-5 tahun, SECC adalah pengalaman karies pada permukaan halus gigi insisivus maksila dengan skor defs ≥ 4 untuk usia 3 tahun, defs≥ 5 untuk usia 4 tahun dan defs ≥ 6 untuk usia 5 tahun.15 Istilah Severe Early Childhood Caries (SECC) digunakan untuk pola karies yang terjadi secara “tidak teratur”, “progresif”, “akut”, atau “rampan”.22 Diagnosis Early Childhood Caries (ECC) atau Severe Early Childhood Caries (SECC) tidak tergantung pada jumlah gigi yang terlibat, tetapi tergantung pada usia anak, gigi dan posisi yang terlibat serta luasnya pengalaman karies (gigi berlubang, gigi hilang, dan tambalan pada permukaan gigi).23,24

Gambar 1. Severe Early Childhood Caries25

2.3 Etiologi

Faktor penyebab SECC sama dengan faktor penyebab karies pada umumnya yaitu multifaktorial.22 SECC mempunyai empat faktor etiologi yaitu host, mikroorganisme, substrat dan waktu, dimana keempat faktor tersebut mempengaruhi terjadinya karies.16 Permukaan gigi dan saliva sebagai host, bakteri pada plak dan substrat yang saling berinteraksi pada jangka waktu tertentu sehingga kadar demineralisasi melebihi kadar remineralisasi yang menyebabkan karies. Keempat faktor ini harus ada, bila salah satu faktor tidak ada maka karies tidak terbentuk. Ini disebabkan keempat faktor ini merupakan lingkaran yang saling terkait, dengan karies ditengahnya.26

Gambar 2. Skema yang menunjukkan karies sebagai penyakit

multifaktorial26

2.3.1 Faktor Host

Beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies yaitu morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Gigi posterior lebih rentan terkena karies daripada gigi anterior karena gigi posterior lebih susah dijangkau pada saat dibersihkan dibanding gigi anterior.

Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi

.

27 Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar enamel mengalami mineralisasi yang lebih sempurna, mengandung banyak fluor dan fosfat, dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel.

Semakin banyak enamel mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten. Gigi desidui lebih mudah terserang karies daripada gigi permanen. Hal ini disebabkan karena enamel gigi desidui mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit daripada gigi tetap. Selain itu, secara kristralografis kristal-kristal gigi desidui tidak sepadat gigi permanen.27

2.3.2 Faktor Mikroorganisme

Faktor agen atau mikroorganisme yaitu adanya bakteri plak gigi. Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Hasil penelitian menunjukkan komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Pada awal pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis dan Streptococcus salivarius serta Lactobaccilus pada plak gigi.27 Pada kondisi asam sangat disukai oleh Streptococcus mutans dan Lactobacillus sp,

yang merupakan mikroorganisme penyebab utama dalam proses terjadinya karies.

Streptococcus mutans berperan dalam permulaan (initition) terjadinya karies gigi, sedangkan Lactobacillus sp, berperan pada proses perkembangan dan kelanjutan karies.28

2.3.3 Faktor Substrat

Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Faktor diet mencakup seringnya mengkonsumsi minuman yang mengandung karbohidrat fermentasi (laktosa, fruktosa, sukrosa) khususnya dengan botol (dot) saat tidur. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi.27 Konsumsi sukrosa dalam jumlah besar dapat menurunkan kapasitas buffer saliva sehingga mampu meningkatkan insiden terjadinya karies. Hal ini disebabkan sukrosa merupakan substansi kariogenik yang menaikkan indikasi karies paling besar. Hal ini disebabkan karena sintesa ekstra sel sukrosa lebih cepat daripada gula lainnya seperti glukosa, fruktosa, dan laktosa sehingga cepat diubah oleh mikroorganisme dalam rongga mulut menjadi asam. Ketika pH rongga mulut turun menjadi asam, konsentrasi kalsium dan fosfat yang mempengaruhi kapasitas buffer juga akan turun sehingga risiko terjadinya demineralisasi gigi meningkat. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya karies.26

2.3.4 Faktor Waktu

Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas

periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu, bila saliva ada didalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun, diperkirakan 6-48 bulan tergantung intensitas dan frekuensi serangan asam.26

2.4 Klasifikasi ECC dan SECC Tabel 1. Tahapan ECC dan SECC12,25

Keparahan Gambaran Klinis Keterangan

Ringan-sedang - Lesi “white spot”

- Lesi karies melibatkan insisivus dan molar

Sedang-berat - Lesi karies labiolingual

mempengaruhi insisivus maksila dengan atau tanpa karies pada gigi molar

- Insisivus mandibula tidak terpengaruh

Berat - Lesi karies melibatkan hampir

seluruh gigi termasuk insisivus mandibula

- Terjadinya rampan karies

2.5 Faktor Risiko SECC

Early Childhood Caries (ECC) merupakan penyakit multifaktorial yang dapat terjadi karena berbagai faktor, diantaranya yaitu:

1. Kebiasaan makan / diet

Tingginya frekuensi, jumlah, dan waktu mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat atau gula terutama sukrosa, terdapat hubungan yang sangat kuat antara frekuensi mengkonsumsi gula dan peningkatan prevalensi karies.24,25 Hasil penelitian Hugar, et al juga mendapatkan bahwa 88,2%

anak terkena karies karena orang tua yang membiarkan anaknya mengonsumsi susu sebelum tidur.29 Frekuensi dan waktu minum susu menggunakan botol dengan

kandungan sukrosa yang dilakukan terutama pada malam hari sangat berpengaruh terhadap terjadinya Early Childhood Caries (ECC). Susu formula memiliki potensi kariogenik yang lebih tinggi daripada susu murni. Pada penelitian Hugar, et al menyatakan bahwa 91,4% anak terkena karies karena orang tua yang sering memberikan susu pada anak.29 Seperti diketahui bahwa susu mengandung kasein, kalsium, dan fosfat yang dapat berperan dalam mencegah demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi.24,25

2. Status sosial ekonomi

Anak yang berasal dari keluarga sosial ekonomi rendah cenderung lebih besar terkena risiko karies. Keluarga ekonomi rendah memiliki keterbatasan dalam pemenuhan pemeliharaan kesehatan rongga mulut. Penelitian di Sri Lanka, prevalensi anak yang karies dengan ibu yang memiliki pekerjaan dan tidak memiliki pekerjaan sekitar 15,1% dan 84,9%, sedangkan di India, ditemukan bahwa 53,2% anak mengalami ECC pada keluarga yang berpenghasilan rendah.30,31 Anak status ekonomi rendah jarang melakukan kunjungan ke dokter gigi, karena rendahnya pengetahuan akan kesehatan gigi.15,25

3. Streptococcus mutans

Streptoccocus mutans merupakan bakteri kariogenik, sehingga berperan sebagai faktor risiko mayor untuk perkembangan karies. Bakteri ini mungkin bertransmisi secara vertikal dari ibu kepada anak melalui kontak saliva. Anak dengan level Streptoccocus mutans yang tinggi akan lebih mudah mengalami Early Childhood Caries (ECC) daripada anak-anak yang lainnya.24

4. Saliva

Saliva merupakan salah satu faktor perlindungan penting di rongga mulut yang mengandung berbagai komponen organik dan inorganik yang terlibat dalam proses pencegahan terhadap perkembangan lesi karies. Apabila terjadi perubahan terhadap flow ataupun kualitas saliva, maka akan terjadi peningkatan Risiko karies.24,25

5. Plak

Plak memiliki kaitan yang erat dengan terjadinya Early Childhood Caries (ECC), karena Streptococus mutans dan bakteri penghasil asam lainnya dapat melekat pada permukaan gigi melalui media plak.26 Tingginya insidensi karies ditemui pada anak-anak yang tidak menggosok gigi. 24,25

6. Pengalaman karies dini

Tingginya skor pengalaman karies pada gigi desidui dapat memprediksi terjadinya karies pada gigi permanennya. Pemeriksaan gigi secara berkala dapat membantu mendeteksi dan memonitor masalah gigi yang berpotensi menjadi karies.24,25

2.6 Efek SECC terhadap Kesehatan

2.6.1 Efek SECC terhadap Kesehatan Rongga Mulut

Karies gigi di rongga mulut biasanya dikaitkan dengan dampak negatif terhadap kualitas hidup anak prasekolah karena mereka akan mengalami nyeri. Anak-anak dengan nyeri gigi menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari, seperti makan, tidur dan bermain. Selain itu, rasa nyeri bisa mengganggu kinerja sekolah dan menjadi alasan absennya sekolah. Kehilangan gigi desidui sebaiknya dihindari, karena keberadaan gigi desidui sangat penting untuk terjadinya pertumbuhan dan perkembangan lengkung rahang, penentuan hubungan oklusi yang baik, fungsi pengunyahan, dan juga fungsi bicara. Kehilangan dini gigi desidui dapat mempengaruhi gigi permanen.22

Kehilangan dini gigi desidui di daerah anterior atas, menyebabkan terganggunya proses menelan dan produksi suara ketika berbicara, penundaan atau percepatan erupsi gigi permanen, kesulitan makan dan kemungkinan mengalami masalah ortodontik, serta gangguan psikologis. Kehilangan dini gigi desidui di daerah posterior menyebabkan kesulitan mengunyah, serta kemungkinan hilangnya ruang untuk gigi permanen.23,24

2.6.2 Efek SECC terhadap Kesehatan Umum

Severe Early Childhood juga dapat mempengaruhi kesehatan umum anak.

Gangguan makan yang disebabkan oleh SECC lebih sering terdeteksi karena dampak langsungnya, namun ada juga masalah yang mempengaruhi kesehatan umum anak, seperti ditemukan bahwa anak-anak dengan SECC memiliki berat badan yang lebih rendah daripada anak-anak yang bebas karies. 22

Ahyan, dkk. menyatakan bahwa anak-anak dengan SECC memiliki berat badan kurang dari 80% dari berat optimalnya, berbeda secara signifikan dengan kelompok kontrol. Ketika anak yang mengalami SECC tumbuh dewasa, kesempatan mereka untuk memiliki persentase berat badan rendah juga meningkat. Anak-anak dengan SECC juga secara signifikan lebih pendek bila dibandingkan dengan anak-anak tanpa karies.32 Kemungkinan anak-anak yang lebih muda yang memiliki SECC pada tahap awal, sebelum mengalami sakit dan infeksi, tidak mengubah kebiasaan makan mereka, terutama dalam hal tingginya konsumsi karbohidrat yang terkait dengan karies. Namun, seiring bertambahnya usia anak-anak dan perkembangan lesi karies, terjadinya rasa sakit dan infeksi bisa mengubah kebiasaan makan mereka.

Penurunan konsumsi makanan tertentu akibat rasa sakit bisa mengakibatkan pola pertumbuhan abnormal. Karies dini pada anak yang tidak diobati sering berlanjut dan mengganggu pola perkembangan anak.22,23

Robke et al menyatakan, bahwa hilangnya vertikal dimensi pada 63,3% anak-anak dengan lesi karies yang banyak pada gigi insisivus atas yang disebabkan oleh SECC.33 Bila terdapat kehilangan dini gigi anterior atas, menyebabkan abnormalnya proses menelan dan produksi suara, penundaan atau percepatan erupsi gigi permanen, kesulitan makan dan perkembangan masalah ortodontik yang mungkin terjadi, serta gangguan psikologis. SECC mengganggu kualitas hidup anak dan keluarga. Penyakit ini memiliki dampak langsung dan lambat, menyebabkan penurunan kemampuan belajar anak dan ketidakhadiran sekolah. Patologi semacam itu juga bisa berakibat pada perilaku sosial anak, karena sering diganggu oleh teman sekelas mereka.22,23,24

2.7 Saliva

Saliva adalah cairan sekresi eksokrin di dalam mulut yang berkontak dengan mukosa dan gigi, yang berasal dari tiga pasang kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor.18,34 Kelenjar saliva mayor merupakan struktur berpasangan yang terdiri atas kelenjar parotis, kelenjar submandibular, dan kelenjar sublingual, sedangkan kelenjar saliva minor terletak pada bagian bawah, lidah, palatum, pipi dan faring.35 Tiap kelenjar saliva berkontribusi terhadap total volume sebanyak 30% dari kelenjar parotid, 60% dari kelenjar submandibular, 5% dari sublingual dan 5% dari kelenjar minor.18

Berdasarkan stimulasi, ada dua jenis saliva yaitu unstimulated saliva dan stimulated saliva. Unstimulated saliva adalah saliva yang dihasilkan dalam keadaan istirahat tanpa stimulasi eksogen atau farmakologis, yang memiliki aliran yang kecil namun kontinu. Stimulated saliva adalah saliva yang dihasilkan karena stimulasi mekanik, gustatori, olfaktori.18 Kelenjar parotid adalah kelenjar saliva terbesar, yang menghasilkan serous. Duktus kelenjar parotid disebut duktus stensen yang bermuara di daerah setinggi molar dua atas. Pada stimulated saliva, kelenjar parotid memiliki peran dominan dalam merespon stimulus yang kuat seperti asam sitrat. Laju alir saliva parotid sama dengan laju alir saliva kelenjar submandibula, sedangkan saat mengunyah laju alir saliva dari kelenjar parotid 2 kali lebih besar dibandingkan laju alir saliva yang berasal dari kelenjar submandibula. Kelenjar submandibula disebut juga kelenjar seromucous, yang terdiri dari 10% sel mucous. Kelenjar submandibula bermuara di duktus Warthon yang terletak di dasar mulut pada kedua sisi frenulum lingualis.18

Kelenjar saliva yang berukuran paling kecil adalah kelenjar sublingual, yang terletak di dalam dasar mulut. Kelenjar sublingual tidak memiliki duktus dominan, namun terdapat drainase 10 duktus kecil yang disebut duktus rivinus. Kelenjar saliva minor terletak di submukosal di bawah lamina propria dan paling banyak ditemukan di bibir, lidah, mukosa pipi, dan palatum, tonsil, supragiotis, dan sinus paranasal.

Kelenjar saliva minor dinamakan berdasarkan lokasinya. Terdapat 600 sampai 1000 kelenjar saliva minor pada rongga mulut. Pada manusia, hanya kelenjar saliva minor

yang mensekresikan saliva secara spontan. Saliva yang dihasilkan beraliran lambat pada siang hari dan saat istirahat. Kelenjar sublingual dan kelenjar minor merupakan kelenjar mucous.18

2.7.1 Komposisi dan Fungsi Saliva

Saliva terdiri dari 99% air dan 1% bahan padat yang didominasi oleh protein dan elektrolit.18,35,36 Elektrolit yang paling banyak terdapat di saliva adalah natrium, klorida, bikarbonat, kalsium fosfat dan magnesium, dan juga mengandung beberapa protein, enzim, musin, immunoglobulun dan faktor antimikrobial lainnya, glikoprotein mukosa, sedikit albumin dan beberapa polipeptida dan oligopeptida yang penting untuk kesehatan rongga mulut, sedangkan komponen organik utama adalah protein. Selain itu ditemukan juga lipida, glukosa, asam amino, ureum, amoniak, dan vitamin.18,35,36 Komponen saliva berperan penting dalam menjalankan fungsi-fungsi saliva.18

Fungsi saliva antara lain: 34

1. Melembabkan mukosa mulut. Lapisan musin pada mukosa mulut diketahui memiliki mekanisme pertahanan non imun yang paling penting di rongga mulut.

2. Mineralisasi dari geligi baru dan perbaikan lesi-lesi enamel precarious.

Saliva mempunyai kalsium dan fosfat yang tinggi.

3. Bersifat buffer rongga mulut. Saliva mempunyai ion-ion bikarbonat dengan konsentrasi tinggi.

4. Mengontrol flora bakteri dari rongga mulut.

5. Melindungi gigi dengan membentuk suatu protective pellicle. Hal ini berarti suatu protein saliva yang melapisi gigi geligi mengandung komponen antibakteri.

2.7.2 Laju Alir dan Volume Saliva

Laju alir saliva merupakan paramater yang menentukan normal, tinggi, rendah aliran saliva yang dinyatakan dalam satuan ml/menit. Laju alir saliva berubah-ubah

pada individu atau bersifat kondisional sesuai dengan fungsi waktu, yaitu sekresi saliva mencapai minimal pada saat tidak distimulasi dan mencapai maksimal pada saat distimulasi. Saliva juga tidak diproduksi dalam jumlah besar secara tetap, hanya pada waktu tertentu saja sekresi saliva meningkat. Rata-rata aliran saliva 20 ml/jam pada saat istirahat, 150 ml/jam pada saat makan dan 20–50 ml selama tidur. Kenaikan sekresi saliva dapat mempengaruhi susunan ion-ion dalam saliva, hal ini disebabkan saat terjadi kenaikan kecepatan sekresi saliva, ion-ion banyak dikeluarkan menuju muara kelenjar saliva.37

Beberapa studi tentang laju alir saliva yang tidak distimulasi pada individu sehat adalah 0,3 ml/menit, sedangkan dibawah 0,1 ml/menit disebut hiposalivasi.36 Laju alir saliva yang tidak distimulasi antara dewasa dengan anak memiliki perbedaan. Laju alir saliva pada anak berkisar dari 0,22-0,82 ml/menit sedangkan pada orang dewasa 0,33-1,42 ml/menit. Penelitian yang dilakukan oleh Katie P. Wu et al di Taiwan, laju alir saliva yang tidak distimulasi pada anak usia pra sekolah (3-5 tahun) menunjukkan hasil 0,75-1,42 ml/menit.38 Pada saat stimulasi, laju alir saliva normal sekitar 1-3 ml/menit, sedangkan dibawah 0,7 ml/menit dianggap hiposalivasi.36 Pengukuran laju alir saliva sebaiknya diambil saat pagi menjelang siang mengingat circadian rhythms pada tubuh, yang menyebabkan volume saliva akan meningkat maksimal dan tidak ada perubahan komposisi saliva di waktu tersebut sehingga lebih akurat.39

2.7.3 pH dan Kapasitas Buffer Saliva

Pada kondisi normal tanpa stimulasi, pH saliva berada di antara 6,7-7,4. pH kritis saliva yang dapat mempengaruhi keseimbangan mineral saliva berkisar antara 5,5 sampai 6,5. Kondisi pH saliva dalam kondisi kritis dapat menyebabkan demineralisasi yaitu hilangnya sebagian atau seluruh mineral enamel karena larut dalam asam, semakin rendah pH maka akan meningkatkan ion hidrogen yang akan merusak hidroksiapatit enamel.40,41 Jika pH saliva terlalu rendah, maka keadaan di dalam rongga mulut akan menjadi asam sehingga memudahkan terjadinya karies pada gigi.41

Kapasitas buffer saliva memegang peranan yang sangat penting dalam mempertahankan pH saliva dan plak.40,18 Semakin meningkat kapasitas buffer maka semakin rendah akan kejadian karies.41 Kapasitas buffer saliva dalam keadaan tidak terstimulasi maupun terstimulasi melibatkan tiga komponen besar sistem buffer yaitu sistem bikarbonat, fosfat, dan protein. Sistem bikarbonat (HCO3-) memegang peranan paling penting dalam kapasitas buffer saliva. Konsentrasi bikarbonat pada saliva tidak terstimulasi paling tinggi mencapai 50% dari kapasitas buffer total, sedangkan dalam keadaan terstimulasi konsentrasi bikarbonat mencapai 85% dari keseluruhan kapasitas buffer saliva.18

Konsentrasi kadar bikarbonat pada saliva saat tidak terstimulasi sebesar 1 mmol/L, dan jumlah ini meningkat menjadi 50 mmol/L pada keadaan terstimulasi.

Peningkatan kadar bikarbonat dalam saliva akan diikuti peningkatan pH dan kapasitas buffer saliva. Peningkatan kadar bikarbonat saliva selain meningkatkan pH dan kapasitas buffer saliva, juga dapat memfasilitasi terjadinya remineralisasi serta menghambat pertumbuhan dan pembentukan asam oleh bakteri kariogenik.18

Sistem buffer yang kedua adalah sistem fosfat, yang memberi kontribusi pada kapasitas buffer disaat sekresi saliva sedikit. Mekanisme sistem fosfat dalam kapasitas buffer adalah dengan kemampuan ion fosfat yang kedua (HPO4

2-) mengikat ion hidrogen menjadi H2PO4- . Sistem buffer ketiga adalah sistem protein. Konsentrasi protein dalam saliva sangat sedikit sehingga protein memberi peran kecil terhadap kapasitas buffer saliva. Kandungan protein di dalam saliva hanya merupakan tambahan sekunder pada kapasitas buffer saliva yaitu melalui peptida dalam bentuk sialin membantu pembentukan amina dengan memecah protein saliva dan bakteri rongga mulut. Amina berfungsi sebagai pembentuk suasana basa dari saliva. Urea pada saliva juga dapat dipecah menjadi amonia yang memberi suasana basa saliva.40

2.9 Kerangka Teori

Keadaan Gigi Anak

Severe Early Childhood Caries (SECC) Bebas Karies

Etiologi

Host Mikroorganisme Substrat Waktu

Saliva Gigi

Laju Alir Kapasitas Buffer Volume

pH

2.10 Kerangka Konsep

Setelah 6 bulan Pemeriksaan anak SECC dan

Bebas Karies < 2 Tahun 1. Pengalaman Karies 2. Kondisi saliva

- pH Saliva - Kapasitas Buffer

Saliva

- Volume Saliva - Laju Alir Saliva

Pemeriksaan anak SECC dan Bebas Karies

1. Pengalaman Karies 2. Kondisi saliva

- pH Saliva - Kapasitas Buffer

Saliva

- Volume Saliva - Laju Alir Saliva

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik dengan menggunakan desain cohort prospektif mengenai perbandingan kondisi saliva pada anak SECC dan bebas karies usia 2 tahun.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik dengan menggunakan desain cohort prospektif mengenai perbandingan kondisi saliva pada anak SECC dan bebas karies usia 2 tahun.