• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SWOT SLC 29 JANUARI 2019

Dalam dokumen Gambar 3.1. Skenario Tindakan (Halaman 65-71)

402

LAMPIRAN 23

RINGKASAN PELAKSANAAN FGD (FOCUS GROUP DISCUSSION) PROSES DAN HASIL PENELITIAN

Hari/Tanggal : Kamis, 28 Februari 2019 Waktu : 15.30 – 17.00

Tempat : STIAB Smaratungga Boyolali Notulis : Siti Mudrikah

Peneliti : Maria Fransisca Andanti

Peserta : 1. Bhante Partono Nyanasuryanadi, M.Pd., M.Pd.B. selaku Ketua Yayasan Buddhayana 2. Bhante Budi Utomo Ditthisampanno, Ph.D.

selaku Ketua STIAB Smaratungga Boyolali

Hasil Diskusi

15. Pemaparan tahap-tahap penelitian tindakan dengan judul “Restrukturisasi Smaratungga Language Centre (SLC) Menggunakan Model ADDIE” meliputi:

a. Analisis terhadap pengelolaan dan kegiatan SLC adalah sebagai berikut. Pertama, fokus kegiatan SLC sebenarnya adalah pengajaran, penelitian dan pengembangan, dan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang bahasa dan budaya. Kedua, kondisi keuangan SLC belumlah ideal dengan biaya operasional terbatas, bergantung pada organisasi non-profit, belum mampu menghasilkan pendapatan sendiri. Ketiga, kenyataannya, mayoritas kegiatan yang telah dilaksanakan adalah pada bidang pengajaran dan pelatihan bahasa, SLC belum melayani 2 progdi, dan lebih berfokus ke Bahasa Inggris. Keempat, staf dan kepengurusan SLC pun masih terbatas dengan 1 tenaga profesional dalam bidang kebahasaan dan staf

non-403

kebahasaan yang merupakan mahasiswa. Kelima, SLC belum menjadi pemusatan dan sinergi sumber daya kebahasaan untuk dapat menghasilkan program bahasa yang dapat dijual.

b. Hasil kajian pustaka tentang pusat bahasa adalah sebagai berikut. Pertama, pusat bahasa merupakan lembaga yang bergerak dalam bidang pengembangan linguistik terapan, peningkatan pendidikan kebahasaan, dan penerapan (kadang pengembangan dan pengawasan) kebijakan bahasa di institusi, negara, atau daerah yang mereka layani” (Ingram, 2002: 173). Pusat bahasa boleh dan tidak mencakup pengajaran bahasa, tetapi tidak berfokus pada pengajaran bahasa. Kalau berfokus pada pengajaran bahasa, institusi tersebut akan menjadi pusat pengajaran bahasa. Justru yang paling penting di pusat bahasa adalah kegiatan penelitian dan pengembangan. Kedua, secara organisasi, pusat bahasa merupakan pemusatan seluruh sumber daya di dalam kebahasaan di lingkungan atau institusi yang dilayani, supaya pusat bahasa bisa menciptakan program bahasa yang bernilai jual tinggi ke luar. Harusnya pusat bahasa mampu menghasilkan pendapatan untuk institusi induk, minimal untuk membiayai kegiatan-kegiatan pusat bahasa itu sendiri. Ketiga, kepengurusan pusat bahasa mencakup Badan Pengawas, ada pula staf kebahasaan dan staf non-kebahasaan profesional dalam bidang keuangan, publikasi, dan teknologi informasi.

c. Melihat hal itu, SLC justru telah berubah peran sebagai pusat pengajaran bahasa.

d. Peneliti telah melaksanakan Benchmarking terhadap UPTPB IAIN Salatiga yang memiliki kesamaan karakter dengan SLC dan menemukan perbedaan mendasar antara UPT dan pusat bahasa, yakni pusat bahasa memiliki

404

kewenangan lebih tinggi dalam mengelola keuangan dan kegiatan kebahasaan di institusi induk, sedangkan UPT lebih berperan sebagai penyedia fasilitas pengembangan kebahasaan secara individual. Rancangan organisasi SLC sebagai pusat bahasa pun telah disusun. Dan, selanjutnya, peneliti melaksanakan Analisis SWOT terhadap SLC dan menghasilkan strategi pengembangan SLC sebagai pusat bahasa dengan pendekatan SO (Strength-Opportunity). e. Berdasarkan data-data tersebut, telah dihasilkan 27 ragam

SOP yang dibutuhkan dalam pengembalian fungsi SLC sebagai pusat bahasa dan Ketua STIAB Smaratungga sebagai kolaborator penelitian pun telah mengeluarkan tiga SK untuk mendukung restrukturisasi SLC, yaitu SK Revisi Pendirian Pusat Bahasa, SK Revisi Pengangkatan Direktur Pusat Bahasa, dan SK Penentuan Tupoksi Staf SLC.

f. Ketua STIAB Smaratungga menyatakan bahwa analisis kebutuhan telah dilakukan melalui forum FGD yang diwakili oleh seluruh elemen civitas akademika.

g. Dalam diskusi yang berlangsung, Ketua Yayasan Buddhayana menyatakan bahwa perlu ada tindakan yang lebih besar skalanya untuk mengembalikan fungsi SLC, yakni dengan melakukan analisis kebutuhan secara menyeluruh terhadap seluruh civitas akademika tentang desain pusat bahasa yang diinginkan. Selain itu, program SLC terlihat eksklusif di satu program bahasa karena tidak ada kesinambungan antara program institusi induk dengan program SLC, juga penting untuk memasukkan program SLC ke dalam renstra institusi induk. Maka, di masa yang akan datang, penyusunan atau pembaharuan SK menjadi tidak cukup, harus ada tindakan manajerial dari Ketua dan Direktur.

405

h. Ketua Yayasan Buddhayana juga menyatakan bahwa dalam hal pengangkatan staf SLC harus diadakan pelatihan dan hal itu juga berlaku bagi tutor atau pengajar. Hal ini akan menguatkan fungsi manajemen, yakni planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (pelaksanaan kerja), dan controlling (pengontrolan atau pengawasan) di dalam SOP-SOP yang telah ditentukan. Pelatihan ini berada di fungsi planning (perencanaan).

i. SOP dalam bidang Manajemen Kurikulum Kebahasaan dan Pengajaran Bahasa dan Pelayanan Kebahasaan sebaiknya dipisah. SOP dalam bidang Manajemen Kurikulum mencakup SOP Penyusunan Kurikulum Program Pengajaran Bahasa dan SOP Peninjauan Program Pengajaran Bahasa sebagai alat evaluasi kurikulum yang telah disusun sebelumnya. Selain itu, tidak diperlukan SOP Pembukaan Kelas Bahasa Inggris Bersertifikat dan SOP Pembukaan Kelas Remidi Bahasa Inggris bagi Peserta Didik yang Gagal di Kelas Bersertifikat karena sudah terintegrasi dengan Program Studi S1 Dharma Achariya. SOP tersebut sebaiknya diubah menjadi SOP Pembukaan Kelas Bahasa Bersertifikat. Selain itu, perlu SOP Penerbitan Sertifikat supaya ada legilasi. Dalam bidang Pelayanan Kebahasaan pun perlu untuk menambahi jasa layanan SLC dalam bidang konsultasi linguistik/kebahasaan yakni proofreading selain translating dan interpreting untuk memberikan fasilitas kepada civitas akademika maupun masyarakat sekitar dalam tata tulis teks berbahasa Inggris. j. Ketua Yayasan Buddhayana berharap bahwa SLC mampu

berperan sebagai penyedia jasa konsultasi linguistik dalam penulisan artikel ilmiah yang dapat dipublikasikan ke dalam jurnal atau seminar di masa yang akan datang.

406

k. Ketua Yayasan Buddhayana mengusulkan perubahan nama SOP dalam Bidang Kerumahtanggan dan Inventaris menjadi SOP dalam Bidang Sarana Prasarana dan Inventarisasi untuk mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.

407

LAMPIRAN 24

DAFTAR HADIR FGD (FOCUS GROUP DISCUSSION) KETUA YAYASAN BUDDHAYANA DAN

Dalam dokumen Gambar 3.1. Skenario Tindakan (Halaman 65-71)

Dokumen terkait