• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN DISKUSI DENGAN AHLI DAN PRAKTISI MANAJEMEN PUSAT BAHASA

Dalam dokumen Gambar 3.1. Skenario Tindakan (Halaman 72-77)

Hari/Tanggal : Senin, 18 Maret 2019 Waktu : 10.00 – 12.00

Tempat : Language Training Center (LTC) UKSW Notulis : Siti Mudrikah

Peneliti : Maria Fransisca Andanti

Peserta : Johanna M. Likumahuwa, S.Pd., Direktur LTC UKSW

Hasil Diskusi

1. Pemaparan tahap-tahap penelitian tindakan dengan judul “Restrukturisasi Smaratungga Language Centre (SLC) Menggunakan Model ADDIE” meliputi:

a. Analisis terhadap pengelolaan dan kegiatan SLC adalah sebagai berikut. Fokus kegiatan SLC sebenarnya adalah pengajaran, penelitian dan pengembangan, dan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang bahasa dan budaya. Pada awalnya, SLC berusaha mendekati sekolah-sekolah di sekitar untuk pengadaan kerja sama. Namun, mereka belum siap dan merasa bahwa belajar bahasa bukanlah hal yang penting. Ada juga rencana pengembangan kerja sama dengan institusi seperti Pali Institute Singapura dan Language Institute Mahachulalongkornrajavidyalaya di Bangkok untuk pengembangan bahasa lain tetapi sampai sekarang belum terlaksana karena keterbatasan koneksi. Jadi, masih mengandalkan koneksi Bhante-bhante di dalam institusi. Kenyataannya, mayoritas kegiatan yang telah dilaksanakan adalah pada bidang pengajaran dan pelatihan

409

bahasa, khususnya Bahasa Inggris. SLC belum melayani 2 progdi, dan lebih berfokus ke Bahasa Inggris. Staf dan kepengurusan SLC pun masih terbatas dengan 1 tenaga profesional dalam bidang kebahasaan dan staf non-kebahasaan yang merupakan mahasiswa. Dosen-dosen bahasa lain di institusi induk belum berafiliasi dengan SLC, sehingga menjadi terkesan sangat fokus ke Bahasa Inggris. SLC belum menjadi pemusatan dan sinergi sumber daya kebahasaan untuk dapat menghasilkan program bahasa yang dapat dijual.

b. Hasil kajian pustaka tentang pusat bahasa adalah sebagai berikut. Pertama, pusat bahasa merupakan lembaga yang bergerak dalam bidang pengembangan linguistik terapan, peningkatan pendidikan kebahasaan, dan penerapan (kadang pengembangan dan pengawasan) kebijakan bahasa di institusi, negara, atau daerah yang mereka layani” (Ingram, 2002: 173). Pusat bahasa boleh dan tidak mencakup pengajaran bahasa, tetapi tidak berfokus pada pengajaran bahasa. Kalau berfokus pada pengajaran bahasa, institusi tersebut akan menjadi pusat pengajaran bahasa. Justru yang paling penting di pusat bahasa adalah kegiatan penelitian dan pengembangan. Kedua, secara organisasi, pusat bahasa merupakan pemusatan seluruh sumber daya di dalam kebahasaan di lingkungan atau institusi yang dilayani, supaya pusat bahasa bisa menciptakan program bahasa yang bernilai jual tinggi ke luar. Harusnya pusat bahasa mampu menghasilkan pendapatan untuk institusi induk, minimal untuk membiayai kegiatan-kegiatan pusat bahasa itu sendiri. Ketiga, kepengurusan pusat bahasa mencakup Badan Pengawas, ada pula staf kebahasaan dan staf non-kebahasaan profesional dalam bidang keuangan, publikasi, dan teknologi informasi.

410

c. Melihat hal itu, SLC justru telah berubah peran sebagai pusat pengajaran bahasa. SLC pun belum memenuhi kualifikasi pusat bahasa dari segi struktur organisasi, program, pengelolaan, dan kepengurusan.

d. Peneliti telah melaksanakan Benchmarking terhadap UPTPB IAIN Salatiga yang memiliki kesamaan karakter dengan SLC dan menemukan perbedaan mendasar antara UPT dan pusat bahasa, yakni pusat bahasa memiliki kewenangan lebih tinggi dalam mengelola keuangan dan kegiatan kebahasaan di institusi induk, sedangkan UPT lebih berperan sebagai penyedia fasilitas pengembangan kebahasaan secara individual. Rancangan organisasi SLC sebagai pusat bahasa pun telah disusun. Dan, selanjutnya, peneliti melaksanakan Analisis SWOT terhadap SLC dan menghasilkan strategi pengembangan SLC sebagai pusat bahasa dengan pendekatan SO (Strength-Opportunity), yang terdiri dari mengoptimalkan keunikan program bahasa, mengoptimalkan kreativitas dalam menyelenggarakan program, mengoptimalkan reputasi lembaga induk sebagai PTB swasta terbaik, mengoptimalkan kerja sama dengan institusi-institusi dan individu-individu terkait penyelenggaraan program bahasa, dan mengoptimalkan dukungan donatur Buddhis, donatur non-Buddhis, Kementrian Agama, dan stakeholder.

e. Berdasarkan data-data tersebut, telah dihasilkan rancangan organisasi SLC sebagai pusat bahasa dan 27 ragam SOP yang dibutuhkan dalam pengembalian fungsi SLC sebagai pusat bahasa dan Ketua STIAB Smaratungga sebagai kolaborator penelitian pun telah mengeluarkan tiga SK untuk mendukung restrukturisasi SLC, yaitu SK Revisi Pendirian Pusat Bahasa, SK Revisi Pengangkatan

411

Direktur Pusat Bahasa, dan SK Penentuan Tupoksi Staf SLC.

f. Dalam diskusi yang berlangsung, Direktur LTC UKSW mengatakan bahwa permasalahan di penelitian merupakan permasalahan umum yang dihadapi oleh pusat bahasa-pusat bahasa di perguruan tinggi lain yang pernah dikunjungi oleh LTC. Dalam pengelolaan pusat bahasa, perlu untuk membuat fokus kegiatan, terutama memikirkan kembali apa sebenarnya yang mau dikerjakan oleh pusat bahasa yang bersangkutan. Apa yang terjadi di LTC misalnya, pusat bahasa ini bermula di tahun 70-an dengan program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing. Lalu, dengan perkembangan fakultas-fakultas yang merekrut dosen bahasa dan mengembangkan kurikulum kebahasaan sendiri, maka LTC kemudian memutuskan fokus kegiatan pada training atau pelatihan bahasa.

g. Direktur LTC UKSW juga menyatakan dampak dari fokus kegiatan tersebut adalah mayoritas kegiatan pusat bahasa menjadi ke pelatihan bahasa saja. Padahal, ada banyak peran pusat bahasa yang seharusnya dipenuhi oleh pusat bahasa. Hal itu juga terjadi pada pusat bahasa di universitas-universitas lain yang ditemui, di mana banyak peran pusat bahasa yang belum mampu diterjemahkan oleh pusat bahasa tersebut.

h. Direktur LTC UKSW pun sedang memperjuangkan pemenuhan peran pusat bahasa yang seharusnya dilaksanakan oleh LTC di lingkungan UKSW. LTC pun mengusulkan untuk menentukan tes masuk calon mahasiswa baru dalam bidang Bahasa Inggris dan menentukan kebijakan kelulusan standar bahasa bagi mahasiswa melalui program English for Specific Purposes.

412

i. Dalam hal kepegawaian, keberadaan Sumber Daya Manusia (SDM) sangat mempengaruhi perkembangan pusat bahasa. LTC memiliki dua tenaga ahli dalam bidang akademik. LTC mengusulkan ada satu posisi yang mengurusi tes-tes kebahasaan dan usulan ini masih dalam proses. Melihat apa yang terjadi dengan SLC, jelas kepegawaian menjadi hal yang sangat membebani. Tidak mungkin direktur bekerja sendirian dibantu oleh mahasiswa. Tidak mungkin pula direktur membagi informasi perusahaan kepada mahasiswa. Mahasiswa bukanlah staf tetap, mereka akan datang dan pergi. Selain itu, harus ada tupoksi dan pelatihan yang jelas untuk membekali mereka dalam bekerja.

j. Direktur LTC UKSW menyarankan SLC untuk kembali lagi kepada pertanyaan, “Apa yang mau dilakukan sebenarnya?” SLC perlu menentukan fokus kegiatan terlebih dahulu. Sebagai catatan, Bahasa Inggris, Bahasa Pali, dan Bahasa Sansekerta akan menjadi pangsa pasar yang menarik di lingkungan pendidikan Buddha. Selain itu, SLC perlu berbenah dengan mengembangkan SDM terlebih dahulu supaya dapat melaksanakan kegiatan dan program dengan baik, karena SDM memegang peranan kunci dalam pengembangan organisasi. Maka, sebagai prioritas pertama, SLC perlu menyediakan dan mengembangkan SDM yang mumpuni untuk mengerjakan peran pusat bahasa.

413

LAMPIRAN 26

Dalam dokumen Gambar 3.1. Skenario Tindakan (Halaman 72-77)

Dokumen terkait