• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

IV. 1.3) Perkembangan Kecerdasan Emosional Remaja

IV.2. Analisis Tabel Silang

Analisis tabel silang ini bertujuan untuk melihat hubungan antara Komunikasi Antar Pribadi dengan Pengembangan Kecerdasan Emosional Anak Remaja di SMA Swasta Al-Ulum Medan. Tidak semua dari variabel X dan Variabel Y yang disilangkan dan dianalisa dalam bentuk silang. Penenliti hanya menampilkan item-item penting dari variabel penelitian.

Kumpulan data yang akan disajikan dan dianalisa dalam tabel silang ini terdiri dari:

1. Hubungan antara kemampuan untuk terbuka (bebasa mengeluarkan isi hati) dengan kemampuan untuk mengenali emosi yang dirasakan atau yang sedang dialami.

2. Hubungan antara sikap positif (positiveness) dengan kemampuan untuk mengelola atau mengendalikan emosi.

3. Hubungan antara dukungan (supportiveness) dengan kemampuan untuk berpikir positif (motivasi diri) terhadap masalah yang dihadapi.

4. Hubungan antara suasana komunikasi dengan kemampuan untuk memahami perasaan orang lain (empati).

Tabel 40

Hubungan antara keterbukaan terhadap ayah dengan kemampuan mengenali emosi

No Keterbukaan responden terhadap ayah.

Kemampuan untuk mengenali emosi yang dirasakan.

Tidak mampu Mampu Sangat mampu Total F % F % F % F % 1 Tidak terbuka 1 1.3 5 6.7 1 1.3 7 9.3 2 Biasa-biasa saja 8 10.7 26 34.7 6 8.0 40 53.3 3 Terbuka 4 5.3 7 9.3 4 5.3 15 20.0 4 Sangat terbuka 1 1.3 9 12.0 3 4.0 13 17.3 Total 14 18.7 47 62.7 17 18.7 75 100 Sumber: P.09/FC.11-P.25/FC.27

Tabel 40 diatas menunjukkan hubungan antara keterbukaan responden dengan kemampuannya untuk mengenali emosi yang dirasakan. Untuk mengenali emosi yang dirasakan diperlukan pemantauan perasaan dari waktu ke waktu. Dengan adanya keterbukaan, seorang anak mampu menyatakan perasaannya dengan jelas terhadap ayahnya, sang ayah dapat membantu sang anak untuk memberi nama terhadap emosi yang dirasakannya. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, ia akan mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri. Seperti perasaan marah, senang, sedih, takut yang dirasakan dapat diketahui

dengan jelas karena adanya keterbukaan antara ayah dan anak remajanya terhadap emosi yang dirasakannya.

Berdasarkan tabel 40 diatas 26 responden (34.7%) menyatakan bahwa keterbukaan yang berlangsung pada tingkat biasa-biasa saja dalam artian tidak tertutup ataupun sangat terbuka pada ayahnya tetap mampu untuk mengenali emosi yang sedang dirasakannya.

Dapat disimpulkan bahwa responden tetap mampu untuk mengenali emosi yang dirasakan walaupun tidak sepenuhnya bisa terbuka pada ayah. Berdasarkan pendapat dari beberapa siswa terkadang mereka merasa lebih terbuka pada ibu ataupun sahabat mereka. Namun pada masalah-masalah tertentu mengharuskan mereka untuk tetap terbuka pada ayahnya.

Tabel 41

Hubungan antara sikap positif dengan kemampuan mengendalikan emosi No Sikap positif (positiveness) responden terhadap masukan atau nasihat dari ayah.

Kemampuan responden untuk mengendalikan emosi.

Sangat tidak mampu Tidak mampu Mampu Sangat mampu Total F % F % F % F % F % 1 Biasa saja 1 1.3 0 0 2 2.7 0 0 3 4.0 2 Mendengarkan 0 0 14 18.7 29 38.7 5 6.7 48 64.0 3 Sangat mendengarkan dan mengakui kesalahan 0 0 6 8.0 14 18.7 4 5.3 24 32.0 Total 1 1.3 20 26.7 45 60 9 12. 0 75 100 Sumber:P. 11/FC.13-P.27/FC.29

Tabel 41 menunjukkan hubungan antara sikap positif responden dengan kemampuannya untuk mengendalikan emosi. Mampu mengendalikan emosi berarti mampu untuk mengelola emosi. Kemampuan untuk menunjukkan sikap positif terhadap nasihat atau masukan dari ayah atas perilaku yang salah membuat sang anak mampu untuk mengendalikan emosi atau mengelola emosi kearah yang

lebih baik. Seorang yang sebelumnya merasakan emosi marah namun setelah mendapat masukan dari ayah dapat untuk mengendalikan emosi marah tersebut.

Berdasarkan tabel 41 diatas, 29 responden (38.7%) mampu mendengarkan nasihat atau masukan dari ayah atas perilakunya yang salah dan mampu untuk mengendalikan emosi dan mengelolanya ke arah yang lebih baik. dan 14 responden (18,7%) menyatakan sangat positif terhadap masukan atau nasihat ayah dan mengakui kesalahan atas perilakunya yang salah juga mampu untuk mengendalikan emosi yang sedang dirasakannya ke arah yang lebih baik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden mampu mendengarkan nasihat dan masukan dari ayahnya dan kemudian mampu untuk mengendalikan emosi yang sedang dirasakannya ke arah yang lebih baik.

Tabel 42

Hubungan antara dukungan ayah dengan kemampuan berpikir positif (memotivasi diri) ketika menghadapi masalah.

No Dukungan ayah terhadap ide atau hobi responden.

Kemampuan responden untuk berpikir positif (memotivasi diri) ketika menghadapi masalah.

Tidak mampu Mampu Sangat mampu Total F % F % F % F % 1 Tidak mendukung 0 0 3 4.0 1 1.3 4 5.3 2 Biasa-biasa saja 4 5.3 9 12.0 3 4.0 16 21.3 3 Mendukung 4 5.3 30 40.0 4 5.3 38 50.7 4 Sangat mendukung 3 4.0 11 14.7 3 4.0 17 22.7 Total 11 14.7 53 70.0 11 14.7 75 100 Sumber: P. 10/FC.12-P.31/FC.33

Tabel 41 diatas menunjukkan hubungan antara dukungan yang diberikan ayah terhadap kemampuan responden untuk memotivasi diri. Seorang anak akan lebih optimis dan memiliki keyakinan yang kuat apabila sesuatu yang dilakukannya mendapat dukungan dari orangtuanya. Dan akan lebih mampu untuk memotivasi diri ketika ia berhadapan dengan masalah karena ia akan percaya apa

yang dilakukannya untuk memecahkan masalahnya akan mendapat dukungan selama apa yang dilakukannya masih bersifat positif .

Beberapa ayah responden menyatakan akan sangat mendukung ide atau pun hobi anak mereka selama apa yang dilakukannya bersifat positif dan tidak merugikan. Dengan memberikan semangat dan memfasilitasi hobinya selama masih dalam batas-batas kemampuan keluarganya.

Berdasarkan tabel 41 diatas, 30 responden (40.0%) menyatakan mereka mendapatkan dukungan atas apa yang mereka lakukan termasuk ide ataupun hobi yang sedang mereka tekuni. Hal ini membuat mereka mampu untuk lebih optimis dan memotivasi diri mereka disaat mereka menghadapi masalah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa responden yang mendapat dukungan dari ayah akan lebih mampu memotivasi diri ketika berhadapan dengan masalah.

Tabel 43

Hubungan antara suasana berkomunikasi dengan kemampuan untuk berempati

No Suasana saat berkomunikasi dengan ayah.

Kemampuan responden untuk memahami perasaan oran-orang yang ada disekitarnya (berempati) khususnya ayah. Tidak mampu Mampu Sangat mampu Total F % F % F % F % 1 Tidak Akrab 0 0 1 1.3 0 0 1 1.3 2 Biasa-biasa saja 9 12.0 7 9.3 3 4.0 19 25.3 3 Akrab 8 10.7 24 32.0 4 5.3 36 48.0 4 Sangat Akrab 1 1.3 15 20.0 3 4.0 19 25.3 Total 18 24.0 47 62.7 10 13.3 75 100. Sumber:P.18/FC.20-P.33/FC.35

Tabel 42 menunjukkan hubungan antara suasana ketika berkomunikasi dengan kemampuan untuk memahami perasaan orang lain. Suasana yang akrab akan lebih memudahkan kita untuk mengetahui atau memahami perasaan orang-orang yang ada di sekitar kita. Keakraban menunjukkan adanya kasih sayang antara satu dengan yang lainnya yang menunjukkan adanya empati. Tanpa adanya suasana yang akrab akan sangat sulit untuk mengetahui dan memahami perasaan orang-orang yang ada disekitar kita.

Berdasarkan tabel diatas 24 responden (32.0%) menyatakan dengan suasana yang akrab ia lebih mampu untuk memahami perasaan orang-orang yang ada disekitarnya. Dapat disimpulkan bahwa responden mampu untuk berempati terhadap orang-orang yang berada disekitarnya karena adanya suasana keakraban diantara mereka. Beberapa pendapat dari responden bahwa mereka memahami dan sangat peduli atas apa yang dirasakan oleh keluarganya karena adanya keakraban yang telah tercipta diantara anggota-anggota keluarganya..

Dokumen terkait