• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

IV. 1.2) Komunikasi Antar Pribadi

Keterbukaan anak pada ayah No Keterbukaan anak pada

ayah Frekuensi % 1 Tidak terbuka 7 9.3 2 Biasa-biasa saja 40 53.3 3 Terbuka 15 20.0 4 Sangat terbuka 13 17.3 Total 75 100.0 Sumber: P.09/FC.11

Keterbukaan dalam hubungan antar pribadi antara ayah dan anak remaja mereka sangat diperlukan karena akan mndorong timbulnya saling pengertian, saling menghargai dan yang paling penting saling mengembangkan kualitas hubungan antar ayah dan anak remaja mereka.

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas responden yaitu 40 orang (53,3%) menyatakan bahwa mereka merasa biasa-biasa saja dalam hal keterbukaan (bebas mengeluarkan isi hati) tidak terlalu terbuka ataupun tertutup. Selanjutnya 15

responden (20,0%) mampu untuk terbuka pada ayah mereka dan 13 responden (17,3%) merasa sangat mampu untuk terbuka, menceritakan hal apa saja pada ayah mereka. Dan hanya 7 responden (9,3%) tidak mampu untuk terbuka pada ayah mereka.

Berdasarkan dari pernyataan responden yang sangat mampu terbuka hingga terbuka pada ayahnya mengakui bahwa ayah mereka juga terbuka pada mereka, ayah juga selalu mengerti keadaan pribadi mereka, mendukung dan bisa diajak untuk bertukar pikiran mengenai apa saja dan dapat menghibur mereka.

Tabel 11

Dukungan ayah terhadap ide atau hobi anak

No Dukungan dari ayah Frekuensi %

1 Tidak mendukung 4 5.3 2 Biasa-biasa saja 16 21.3 3 Mendukung 38 50.7 4 Sangat mendukung 17 22.7 Total 75 100.0 Sumber: P.10/ FC.12

Berdasarkan tabel 11 diatas dapat dilihat bahwa 38 responden (50,7%) menyatakan bahwa ayah mereka mendukung ide atau pun hobi yang sedang mereka tekuni. Dan 17 responden (22,7%) menyatakan bahwa mereka mendapat dukungan penuh dalam artian ayah mereka sangat mendukung ide atau hobi anak mereka selama itu bersifat positif. Selanjutnya 16 responden (21,3%) menyatakan bahwa ayah mereka bersikap biasa saja terhadap ide atau hobi yang sedang

mereka tekuni. Dan hanya 4 responden yang menyatakan mereka sama sekali tidak mendapatkan dukungan dari ayah mereka terhadap apa yang mereka sukai.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ayah responden dapat memberikan dukungan terhadap ide, hobi atau kegiatan anak mereka selama itu bersifat positif. Dengan dukungan dari seorang ayah, anak akan merasa lebih percaya diri dalam menjalankan aktivitasnya.

Tabel 12

Kemampuan anak untuk bersikap positif

No Kemampuan untuk bersikap positif Frekuensi %

1 Biasa saja 3 4.0

2 Mendengarkan 48 64.0

3 Sangat mendengarkan dan mengakui kesalahan (sikap positif)

24 32.0

Total 75 100.0

Sumber: P.11/FC.13

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa 48 responden (64,0%) menunjukkan sikap untuk mendengarkan disaat ayah memberikan masukan atau nasihat atas perilaku mereka yang salah dan 24 responden (32%) menunjukkan sikap yang sangat positif dalam mendengarkan masukan dan nasihat dari ayah mereka atas perilaku mereka yang salah. Selanjutnya hanya 3 orang yang bersikap biasa-biasa saja ketika di nasihati.

Dengan pendidikan agama yang bukan hanya sekedar pelajaran agama pada umumnya namun mereka juga mendapatkan pelajaran akhlak di sekolah,

mampu membuat mereka mengatahui aturan-aturan atau pun tatakrama dalam keluarga seperti cara menghormati orangtua atau pun orang yang lebih tua dari mereka. Hal ini membuat mereka mampu untuk menghormati orangtuanya dan mampu mengakui kesalahan mereka.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden masih memiliki rasa hormat pada orang tua dan mampu untuk menyadari kesalahan mereka.

Tabel 13

Sikap positif ayah terhadap anak remajanya No Sikap positif ayah terhadap anak

remajanya Frekuensi % 1 Biasa-biasa saja 35 46.7 2 Antusias 26 34.7 3 Sangat antusias 14 18.7 Total 75 100.0 Sumber: P.12/FC.14

Sikap antusias dari seorang ayah dengan menatap matanya ketika berbicara dengan anak anda sangat diharapkan oleh seorang anak ketika mereka menceritakan apa yang terjadi pada mereka karena hal itu dapat membuat mereka merasa diperhatikan oleh keluarga khususnya oleh ayah mereka yang sehari-harinya bekerja di luar rumah.

Berdasarkan tabel diatas, 35 responden (46,7%) menyatakan bahwa ayah mereka menunjukkan sikap biasa-biasa saja terhadap apa yang mereka ceritakan

pada ayah mereka. Dan 26 responden (34,7%) menyatakan ayah mereka menunjukkan sikap antusias dan 14 responden menyatakan bahwa ayah mereka sangat antusias mendengarkan mereka bercerita tentang apa yang telah terjadi pada mereka.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seorang ayah yang mendengarkan anaknya bercerita dengan sangat antusias ataupun antusias mampu menunjukkan adanya sikap positif dari seorang ayah terhadap anaknya. Hal ini menunjukkan bahwa sang ayah juga menghormati dan menghargai sang anak.

Tabel 14 Empati seorang ayah

No Empati seorang ayah Frekuensi %

1 Tidak tahu 4 5.3

2 Kadang-kadang 32 42.7

3 Hanya tahu 9 12.0

Ya dan menanyakan masalah yang saya hadapi

30 40.0

Total 75 100.0

Sumber: P.13/FC.15

Berdasarkan tabel diatas, sebanyak 32 responden (42,7%) yang menyatakan bahwa ayah mereka kadang-kadang dapat mengetahui bahwa mereka sedang memiliki masalah. Dan 30 responden (40,0%) menyatakan bahwa ayah mereka mengetahui dan segera menanyakan masalah apa yang sedang mereka alami. Dan 9 responden (12,0%) menyatakan bahwa ayah mereka hanya sekedar

tahu kalau mereka sedang memiliki masalah. Dan selanjutnya 4 responden yang menyatakan bahwa ayah mereka sama sekali tidak tahu jika mereka sedang memiliki masalah.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa seorang ayah yang sibuk bekerja di luar rumah masih memiliki empati atau sikap kesetaraan yakni sikap yang menghargai dan merasa perlu untuk menyumbangkan sesuatu kepada anak mereka dengan niat untuk menolong anak mereka terlepas dari masalah. Beberapa ayah dari responden berusaha untuk membantu dengan membiarkan sang anak terlebih dahulu menguraikan masalahnya secara mendetail. Kenudian secara bersama-sama mereka mencari solusi yang dapat digunakan untuk masalah anaknya.Terlepas dari itu semua sang ayah memberikan kepercayaan pada anak solusi mana yang akan di pakainya untuk menyelesaikan masalahnya. Dengan begitu sang anak akan merasa berdaya dan didukung oleh ayahnya.

Tabel 15

Frekuensi komunikasi antar pribadi

No Frekuensi komunikasi antar pribadi Frekuensi %

1 Tidak sering 13 17.3 2 Cukup sering 19 25.3 3 Sering 27 36.0 4 Sangat sering 16 21.3 Total 75 100.0 Sumber: P.14/FC.16

Tabel 15 menunjukkan data frekuensi komunikasi antar pribadi yang berlangsung antara ayah dan anak remajanya. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa 27 responden (36,0%) menyatakan mereka sering mengobrol dengan frekuensi 3-4 x sehari. 19 Responden (25,3%) menyatakan cukup sering dengan frekuensi 2x sehari dan 16 responden menyatakan sangat sering dengan frekuensi lebih dari 4 x sehari. Selanjutnya 13 responden menyatakan tidak sering melakukan komunikasi atau mengobrol dengan ayah mereka dengan frekuensi obrolan kurang dari 2 x sehari.

Dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden sering mengobrol dengan ayah mereka. Dengan seringnya komunikasi antar pribadi itu berlangsung melalui obrolan sehari-hari, kesempatan untuk lebih terbuka semakin besar. Banyak cara untuk membuka obrolan. Dengan mengobrol dengan anak membuka kesempatan buat para ayah untuk lebih mampu merasakan emosional sang anak.

Tabel 16

Waktu yang digunakan untuk mengobrol

No Waktu yang digunakan untuk mengobrol Frekuensi %

1 Saat sarapan pagi 2 2.7

2 Saat makan siang 3 4.0

3 Saat makan malam 8 10.7

4 Saat senggang atau santai 62 82.7

Total

75

100. 0 Sumber: P.15/FC.17

Berdasarkan tabel 16 dapat dilihat responden yang menyatakan bahwa mereka sering mengobrol di saat senggang atau santai dengan jumlah 62 responden (82,7%) . 8 responden (10,7%) menyatakan pada saat makan malam merupakan waktu yang tepat untuk mengobrol dan 3 responden (4,0%) menyatakan disaat mereka makan siang dan 2 (2,7%) responden biasanya mengobrol pada saat sarapan pagi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki banyak waktu untuk mengobrol dengan ayahnya pada saat mereka berdua dalam keadaan santai ataupun sama-sama memilki waktu luang.

Tabel 17

Topik yang sering dibicarakan

No Topik yang sering dibicarakan Frekuensi %

1 Pelajaran sekolah 17 22.7

2 Masalah pekerjaan di rumah 5 6.7

3 Kejadian sehari-hari yang dialami 42 56.0

4 Hubungan dengan teman-teman 1 1.3

5 Tentang hobi kamu 9 12.0

6 Dan lain-lain, sebutkan 1 1.3

Total 75 100.0

Sumber: P.16/FC.18

Tabel 17 menunjukkan topik apa saja yang sering dibicarakan oleh ayah dan responden dalam kesehariannya. 42 responen (56,0%) menyatakan mereka sering menceritakan tentang kejadian sehari- hari yang mereka alami. 17

responden (22,7%) menyatakan sering menceritakan tentang pelajaran sekolah, 9 responden (12,0%) menceritakan tentang hobi mereka. Selanjutnya 1 responden (1,3%) menceritakan tentang hobi mereka dan 1 responden (1.3%) lainnya sering bercerita tentang berita-berita yang sedang terjadi.

Dari beberapa ayah yang telah di wawancara, mayoritas ayah selalu menanyakan apa yang telah terjadi pada anak mereka selama seharian seperti di sekolah maupun di tempat les mereka. Dan beberapa ayah lainnya menyatakan bahwa mereka sering bercerita tentang bagaimana cara menggapai cita-cita anak mereka, masalah hobi, berbicara tentang etika dan akhlak serta tentang pelajaran-pelajaran anak mereka di sekolah.

Dapat disimpulkan bahwa mayoritas ayah ingin mengetauhi apa saja yang telah terjadi pada anaknya selama satu hari ketika mereka berada di luar rumah

Tabel 18

Lama waktu mengobrol

No Lamanya waktu mengobrol Frekuensi %

1 Lebih dari 2 jam 8 10.7

2 Antara 1-2 jam 20 26.7

3 Kurang dari 1 jam 47 62.7

4 Total 75 100.0

Sumber: P17/FC.19

Bedasarkan tabel 3.16 dapat dilihat lamanya waktu yang digunakan untuk mengobrol dalam sehari. 47 responden (62,7%) menyatakan kurang dari satu jam. Dan 20 responden (26,7%) menyatakan mereka berbicara dengan ayah nya antara

satu sampai dua jam. Dan yang menyatakan lebih dari 2 jam hanya 8 responden (10,7%).

Dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki waktu yang sangat sedikit untuk mengobrol dengan ayah mereka dikarenakan ayah mereka yang sibuk dengan pekerjaannya. Kesempatan untuk melakukan komunikasi antar pribadi secara tatap muka pun sangat kecil.

Tabel 19

Suasana saat mengobrol

No Suasana saat mengobrol Frekuensi %

1 Tidak akrab 1 1.3 2 Biasa-biasa saja 19 25.3 3 Akrab 36 48.0 4 Sangat akrab 19 25.3 Total 75 100.0 Sumber: P18/FC.20

Tabel 19 menunjukkan tingkat keakraban yang terbentuk antara ayah dan responden. 36 responden (48,0%) menyatakan hubungan mereka dengan ayah nya akrab, responden yang menyatakan hubungan mereka biasa-biasa saja berjumlah 19 responden (25,3%) sama dengan jumlah responden yang menyatakan hubungan mereka dengan ayahnya sangat akrab yaitu 19 responden (25,3%). Dan hanya 1 (1,3%) responden yang menyatakan hubungan dia dan ayahnya tidak akrab.

Dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden mampu menjaga hubungan keakraban dengan ayah mereka pada saat obrolan berlangsung. Keakraban dalam sebuah hubungan keluarga sangat penting. Karena keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan antar pribadi akan terpelihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan. Jika para ayah dan responden memiliki tingkat keakraban yang tinggi, komunikasi antar pribadi diantara mereka akan semakin lancar.

Tabel 20

Tempat untuk mengobrol

No Tempat untuk mengobrol Frekuensi %

1 Di ruang makan 6 8.0

2 Di ruang TV 59 78.7

3 Diruang kerja ayah 1 1.3

4 Di luar rumah 9 12.0

Total 75 100.0

Sumber: P19/FC.21

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan menggunakan ruang tv berjumlah 59 responden (78,7%), responden yang mengobrol di luar rumah berjumlah 9 orang (12,0%) dan 6 responden yang mengobrol menggunakan ruang makan. Dan 1 responden yang sering mengobrol di ruang kerja ayah (1,3%).

Dapat disimpulkan bahwa responden dan ayah sering melakukan obrolan ketika mereka sedang santai di ruang tv, bersama-sama menonton dan menjalin komunikasi diantara keduanya.

Tabel 21

Sikap ayah ketika anak menghadapi kegagalan No Sikap ayah ketika anak menghadapi

kegagalan Frekuensi % 1 Sangat marah 8 10.7 2 Marah 40 53.3 3 Biasa saja 20 26.7 4 Tidak marah 7 9.3 Total 75 100.0 Sumber: P.21/FC.22

Berdasarkan tabel 21 dapat dilihat bahwa 40 responden (53,3%) yang menyatakan ayah mereka akan marah ketika mereka gagal dalam mencapai sesuatu. 20 responden (26,7%) menyatakan ayah mereka bersikap biasa-biasa saja seperti tidak merespon apa yang telah terjadi pada mereka. Selanjutnya 8 responden (10,7%) mengaku ayah mereka akan sangat marah jika mereka gagal. Dan 7 responden (9,3%) yang menyatakan ayah mereka tidak marah karena mereka gagal dalam mencapai sesuatu.

Kegagalan anak yang ditanggapi dengan kemarahan merupakan salah satu cara untuk menghilangkan rasa hormat anak terhadap orangtuanya. Apabila seorang ayah yang menggunakan kata-kata yang bersifat merendahkan serta

penghinaan karena kegagalan anak mereka, maka mereka akan cenderung lebih berminat membalas orang tuanya daripada menyenangkan mereka dan pada akhiranya akan berujung pada pertengkaran. Selain itu anak akan merasa tertekan dan selanjutnya memiliki sikap ketakutan untuk gagal yang dapat menghambat dorongan untuk berprestasi.

Ayah yang menunjukkan sikap tidak marah merupakan cara yang terbaik, karena sang ayah menghormati dan mengahargai atas usaha sang anak. Karena rasa hormat diantara keduanya akan menciptakan kemesraan dan dorongan yang lebih positif terhadap anak untuk mencapai sesuatu yang diinginkan dan terhindar dari kegagalan. Tidak marah bukan berarti tidak berkata-kata tetapi ayah cenderung memberikan nasehat dengan suara lembut atas kegagalan anaknya dan memberikan motivasi agar kedepannya tidak terulang.

Tabel 22

Keterbukaan ayah terhadap anak

No Keterbukaan ayah terhadap anak Frekuensi %

1 Tidak pernah 25 33.3 2 Kadang-kadang 43 57.3 3 Sering 4 5.3 4 Sangat sering 3 4.0 Total 75 100.0 Sumber: P.21/FC.23

Tabel 3.20 diatas menunjukkan keterbukaan para ayah terhadap responden. 43 responden (57,3%) menyatakan terkadang ayah mereka mau

menceritakan masalah yang beliau hadapi. 25 responden (33,3%) menyatakan bahwa ayah mereka sama sekali tidak pernah mau terbuka kepada mereka. Selanjutnya 4 responden (5,3%) menyatakan ayah mereka sering menceritakan masalahnya dan 3 responden (4,0%) menyatakan sangat sering.

Dengan keterbukaan dari ayah akan tercipta saling pengertian diantara mereka karena saling berbagi cerita dan pikiran. Dapat disimpulkan ayah yang mampu terbuka pada anaknya adalah ayah yang memiliki anak yang mampu terbuka juga terhadapnya.

Tabel 23

Sikap positif anak terhadap ayah

No Sikap positif anak terhadap ayah Frekuensi %

1 Biasa saja 1 1.3

2 Mendengarkan 34 45.3

3 Sangat positif (mendengarkan) 40 53.3

Total 75 100.0

Sumber: P.22/FC.24

Sebagian besar para ayah menginginkan agar anaknya sukses di kemudian hari, mampu bersikap mandiri untuk mewujudkan impian dan cita-citanya serta tetap berbakti dan sayang pada orangtua mereka.

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa 40 responden (53,3%) menyatakan sangat mampu untuk mendengarkan apa yang diharapkan ayah dari dirinya. 34 reponden (45,3%) menyatakan mampu untuk mendengarkan dan 1

responden yang bersikap biasa saja disaat ayah nya menaruh harapan pada dirinya.

Dengan demikian mayoritas responden mampu untuk menghormati dan mengahargai apa yang disampaikan oleh ayah mereka dengan sangat mendengarkan apa yang diinginkan oleh ayah terhadap dirinya.

Tabel 24 Sikap peduli anak

No Sikap peduli anak Frekuensi %

1 Tidak peduli 1 1.3 2 Biasa-biasa saja 3 4.0 3 Peduli 33 44.0 4 Sangat peduli 38 50.7 Total 75 100.0 Sumber: P.23/FC.25

Tabel 24 menunjukkan sikap peduli responden terhadap permasalahan yang sedang dihadapi oleh ayah mereka. 38 responden (50,7%) menyatakan bahwa mereka sangat peduli terhadap apa yang terjadi pada ayah mereka. 33 responden (44,0%) menyatakan mampu untuk peduli dan 3 responden (4,0%) menyatakan biasa-biasa saja dalam artian tidak terlalu menampakkan kepedulian mereka terhadap permasalahan ayahnya. Selanjutnya 1 responden (1,3%) yang menyatakan tidak peduli dengan apa yang terjadi pada ayahnya.

Dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden tetap peduli terhadap permasalahan yang sedang dihadapi oleh ayah.

Tabel 25

Perbedaan pendapat antara anak dan ayah

No Perbedaan pendapat antara anak dan ayah Frekuensi %

1 Masalah hobi 4 5.3

2 Masalah nilai 14 18.7

3 Masalah minat 16 21.3

4 Masalah sikap dan perilaku 41 54.7

Total 75 100.0

Sumber: P.24/FC.26

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat hal-hal yang dapat menimbulkan perbedaan antara responden dan ayah nya. Mayoritas responden menjawab karena masalah sikap dan perilaku responden yang berjumlah 41 responden (54,7%). Yang menyatakan masalah minat berjumlah 16 responden (21,3%). 14 responden (18,7%) menyatakan masalah nilai dan 4 responden (5,3%) menyatakan masalah hobi.

Dapat disimpulkan bahwa perbedaan pendapat antara ayah dan anak mayoritas dikarenakan masalah sikap dan perilaku anak. Hal tersebut sering terjadi di dalam keluarga. Karena pada masa remaja ini, anak sering kali

melakukan sesuatu hal yang dianggapnya benar namun belum tentu benar dimata orangtua mereka. Karena merasa sudah bisa mandiri, seringkali anak tidak menerima pendapat dari orangtua mereka tentang perilaku mereka yang salah.

IV.1.3) Perkembangan Kecerdasan Emosional Remaja

Dokumen terkait