• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Lembaga Tataniaga

Proses penyaluran suatu komoditi atau produk pertanian dari petani ke konsumen akan melibatkan beberapa lembaga yang disebut lembaga tataniaga. Proses penyaluran (pemasaran) buncis organik dari petani hingga ke konsumen di Desa Cisondari melibatkan tiga lembaga tataniaga yaitu:

1. Petani buncis organik merupakan produsen buncis yang membudidayakan buncis secara organik di Desa Cisondari, jumlah petani buncis organik sebanyak 14 petani.

2. Pedagang grosir sayuran organik merupakan pihak yang mendistribusikan sayur organik salah satunya buncis organik dari petani ke pihak selanjutnya jumlah pedagang grosir sayuran organik sebanyak 3 unit usaha. Pada umumnya pedagang grosir sayuran organik di Desa Cisondari disebut gudang sayuran organik yang seluruhnya beroprasi di Desa Cisondari.

3. Ritel modern merupakan swalayan di Kota Bandung yang memiliki beberapa distrik di wilayah Kota Bandung yang menjual buncis langsung ke konsumen, jumlah ritel modern yang diteliti sebanyak satu dengan jumlah cabang di beberapa tempat.

Saluran Tataniaga Buncis Organik

Pemasaran buncis organik di Desa Cisondari dari petani hingga konsumen hanya melewati tiga saluran tataniaga buncis organik. Gambar 8 menunjukan saluran tataniaga buncis organik di Desa Cisondari.

Gambar 8 menunjukan saluran tataniaga buncis organik mengalir dari petani kepada tiga gudang berbeda yang terdapat di Desa Cisondari. Saluran I mengalir dari petani kepada pedagang grosir sayuran organik I, saluran II mengalir dari petani kepada pedagang grosir sayuran organik II, saluran III mengalir dari petani

Petani

Pedagang grosir sayuran organik I

Ritel

Modern Konsumen

100% 100%

Pedagang grosir sayuran organik II

Pedagang grosir sayuran organik III

695.00 kg (58.82%)

1.181.50 kg

(100%) 310.75 kg (26.30%)

195.75 kg (16.75%)

kepada pedagang grosir sayuran organik III. Dari pedagang grosir sayuran organik I, II, dan III buncis organik disalurkan kepada satu ritel modern yang sama di kawasan Kota Bandung. Ritel modern tersebut memiliki beberapa cabang swalayan (distrik) di kawasan Bandung, sehingga dari ritel modern tersebut buncis dipasarkan pada distrik yang berbeda-beda.

Jumlah petani pemasok buncis organik dari periode Januari hingga April 2013 adalah sebanyak 14 petani atau seluruh populasi petani buncis organik aktiv. Total volume buncis organik lolos sortir yang dipasarkan oleh petani pada periode panen Januari hingga April 2013 adalah sebanyak 1.181.50kg (100 persen). Volume yang disalurkan oleh pedagang grosir sayuran organik I adalah sebanyak 695.00kg (58.82 persen), volume yang disalurkan pada pedagang grosir sayuran organik II adalah 310.75 (26.30 persen), dan volume yang diasalurkan pada pedagang grosir sayuran organik III sebanyak 195.75 (16.75 persen). Alasan petani memilih pedagang grosir sayuran organik untuk memasarkan buncis organik bergantung dari kesesuaian permintaan di pedagang grosir sayuran organik dan waktu panen di petani.

Fungsi Tataniaga Buncis Organik

Setiap lembaga yang terlibat dalam tataniaga buncis organik melakukan fungsi tataniaga untuk menyalurkan buncis organik dari petani sampai konsumen, serta untuk meningkatkan potential benefit dari buncis organik untuk mencapai kepuasan konsumen. Fungsi-fungsi yang dilakukan diantaranya, fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Tabel 31 menunjukan fungsi tataniaga yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga buncis organik di Desa Cisondari.

Tabel 31 Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga tataniaga buncis organik di desa Cisondaria

Lembaga Tataniaga Fungsi

tataniaga Aktivitas

Petani

Fungsi

pertukaran Penjualan Fungsi fisik Pengangkutan* Fungsi fasilitas Penanggungan risiko

Pengolah dan distributor

Fungsi

pertukaran pembelian dan penjualan

Fungsi fisik Pengumpulan, pengangkutan, penucian, pengemasan, pelabelan

Fungsi fasilitas Sortir, pembiayaan, informasi pasar, penanggungan resiko

Ritel Modern

Fungsi

pertukaran Pembelian dan penjualan

Fungsi fisik Penyimpanan dalam gerai (display), pengangkutan*

Fungsi fasilitas Pembiayaan, informasi pasar, penanggungan risiko

a

1. Petani

Petani buncis organik di Desa Cisondari melakukan beberapa fungsi tataniaga yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Aktivitas yang dilakukan pada fungsi pertukaran adalah menjual hasil buncis organiknya ke gudang sayuran yang ada di desa Cisondari. Alasan petani menjual buncis oraganik pada ketiga pedagang grosir sayuran organik yang ada di Desa Cisondari karena petani tidak memiliki akses pasar pada konsumen sayuran organik. Fungsi fisik yang dilakukan petani adalah pengangkutan hasil panen buncis organik dari kebun ke gudang yang dimiliki pedagang grosir sayuran organil, namun aktivitas pengangkutan ini hanya dilakukan oleh sebagian petani karena pihakpedagang grosir sayuran organik menyediakan petugas gudang untuk mengangkut hasil panen dari kebun ke gudang. Pada aktivitas fungsi fisik petani tidak melakukan pengemasan karena pengangkutan buncis organik dari pedagang grosir sayuran organik dilakukan menggunakan kontainer atau keranjang plastik milik gudang yang dibawa oleh petugas gudang. Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh petani berupa penanggungan risiko buncis afkir, buncis afkir adalah buncis yang tidak lolos sortasi di gudang. Setelah disortir sebagian petani mengambil buncis afkirnya kembali untuk dijual, namun sebagian petani lagi tidak.

2. Pedagang grosir sayuran organik

Dalam proses pemasaran buncis organik ketiga pedagang grosr sayuran organik melakukan fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran yang dilakukan adalah pembelian buncis dari petani, dan penjualan buncis pada ritel modern. Fungsi fisik yang dilakukan adalah pencucian, pensortiran, pengemasan dan pelabelan, serta pengangkutan.

Buncis hasil panen yang diangkut oleh petugas gudang atau petani ke pedagang grosir sayuran organik diberi beberapa perlakuan paska-panen oleh pedagang grosir sayuran organik. Tahap pertama bagi buncis yang kotor dan terkena cipratan tanah buncis dicuci kemudian dikeringkan, tetapi bagi buncis yang tidak kotor buncis langsung mengalami proses sortasi. Pada aktivitas ini tidak dilakukan proses grading buncis hanya dipisahkan dari yang lolos kriteria jual dan tidak lolos kriteria jual, buncis yang tidak lolos kriteria jual disebut buncis afkir. Setelah mengalami proses pensortiran buncis dikemas dengan mengunaka kemasan, ada yang menggunakan kemasan plastik dan ada yang menggunakan kemasan stearofoam dan wrapping. Umumnya buncis dikemas dengan volume 250 gram perkemasan atau disebut satu pack. Kemudian bagi pedagang grosir sayuran organik yang mengemas dengan

stearofom dan wraping dilakukan penempelan label. Setelah penempelan label buncis yang telah dikemas dimasukan kedalam container dengan sayur organik lainya, lalu container dimasukan kedalam mobil pengangkutan dan diantar ke distrik ritel modern. Fungsi fasilitas yang dilakukan berupa aktivitas sortasi, pembiayaan (transportasi, tenaga kerja, kemasan), informasi pasar, dan penanggungan risiko retur atau reject buncis organik.

3. Ritel Modern

Ritel modern melakukan fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran yang dilakukan adalah membeli buncis organik dari

pedagang grosir sayuran organik dan menjual buncis organik ke konsumen. Buncis organik diantarkan oleh pedagang grosir sayuran organik sebagian ke distrik pusat dan sebagian ke distrik cabang ritel modern bergantung permintaan. Sayuran yang sampai termasuk buncis organik yang sampai di distrik cabang akan lagsung di periksa oleh divisi gudang ritel modern untuk disimpan di bagian food fresh pada gerai. Sebagian buncis yang dikirim ke distrik pusat akan disalurkan lagi ke distrik-distrik cabang yang melakukan pemesanan oleh bagian pengiriman pada ritel modern tersebut. Fungsi fisik yang dilakukan ritel modern adalah kegiatan penyimpanan buncis organik pada showcase coolstorage atau rak pendingin agar buncis tetap segar (display). Tetapi di sebagian kecil distrik ada yang tidak menyimpannya di rak pendingin. Selain itu aktivitas pengangkutan buncis organik dari distrik pusat ke cabang, sehingga yang melakukan aktivitas pengangkutan hanya distrik pusat. Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh ritel modern adalah pembiayaan (display, tenaga kerja, dan biaya administrasi lainnya), informasi pasar, penanggungan risiko.

Struktur pasar 1. Petani

Petani sebagai penjual dan gudang sayur sebagai pembeli mengahadapi struktur pasar oligoposoni murni dimana pembeli (gudang sayur) berjumlah lebih sedikit dari penjual (petani buncis organik), barang yang dijual bersifat homogen, informasi pasar dikuasai oleh Pengolah dan distributor, petani bersifat price taker karena harga ditentukan oleh Pengolah dan distributor. Hambatan keluar masuk pasar tinggi karena rata-rata petani tidak memiliki

channel pasar sendiri.

2. Pedagang Grosir Sayuran Organik

Pedagang grosir sayuran organik sebagai penjual dan ritel modern sebagai pembeli menghadapi struktur pasar oligopsoni murni karena jumlah penjual (pedagang grosir sayuran organik) pada saluran ini lebih banyak dibandingkan jumlah pembeli (ritel modern). Meskipun harga yang diperoleh merupakan hasil tawar menawar dengan ritel sebelum melakukan perjanjian namun penentuan harga cenderung ditentukan oleh ritel modern, umumnya harga ditentukan secara adminstratif bukan mengikuti pasar. Informasi pasar dikuasai oleh ritel modern. Pada keadaan pasar ini juga pihak pedagang grosir sayuran organik sulit keluar masuk pasar karena jumlah petani sayuran organik masih dalam kategori cukup, jika berkurang gudang akan kehilangan sumber pasokan.

3. Ritel Modern

Ritel modern sebagai penjual dan konsumen sebagai pembeli menghadapi kondisi pasar oligopoli murni dimana jumlah ritel modern di kawasan Bandung berjumlah lebih dari satu namun jumlah pembeli (konsumen) lebih banyak dari pada jumlah penjual (ritel modern). Harga jual buncis organik ditentukan oleh ritel modern secara administratif, serta informasi pasar dikuasai oleh ritel modern.

Perilaku pasar

Struktur pasar mempengaruhi perilaku lembaga-lembaga tataniaga untuk bertahan di persaingan pasar yang ada. Pada saluran ini perilaku penentuan harga, lembaga-lembaga akan dikaji berdasarkan sistem pembelian dan penjualan, sistem penetuan harga, sitem pembayaran, dan bentuk kerjasama.

1. Sistem pembelian dan penjualan

Sistem pembelian dan penjualan pada saluran tataniaga buncis organik di Desa Cisondari ditentukan oleh pedagang grosir sayuran organik, yang disesuaikan dengan jadwal pengiriman berdasarkan kesepakatan dengan ritel modern. Sistem pembelian pedagang grosir sayuran organik kepada petani dibangun dengan sistem konfirmasi, sedangkan sistem pembelian dari ritel modern ke pedagang grosir sayuran organik dilakukan dengan sistem pre order.

Sebelum adanya kegiatan produksi di gudang petani yang akan memanen harus memberikan laporan kepada pihak pedagang grosir sayuran organik tentang prediksi waktu panen buncis dan volume hasil panen. Sedangkan pembelian yang dilakukan oleh ritel modern diawali dengan adanya sistem pre order yang dilakukan oleh masing-masing distrik ritel modern kepada grosir sayuran organik, pre order berbentuk jumlah yang diinginkan ritel modern untuk disediakan di gerai dalam satu kali pengiriman. Kemudian pihak pedagang grosir sayuran organik menyesuaikan jumlah pre order dan buncis yang tersedia di petani, jika jumlah pre order lebih banyak dari jumlah buncis organik yang tersedia maka petugas pedagang grosir sayuran organik akan membaginya secara rata. Jika jumlah kurang dari pre order gudang sayur akan memberikan laporan tersedianya buncis organik. Tetapi jika jumlah ketersediaan buncis lebih banyak dari pre order, pedgangng grosir sayuran organik akan mengalihkan buncis kepedagang grosir sayuran organik lain, karena umumnya jumlah pre order setiap gudang pada pedagang grosir sayuran organik berbeda-beda dan terkadang dapat saling melengkapi.

Jika memasuki musim panen, buncis akan dipanen 2 hari sekali. Setelah ada

pre order dan buncis tersedia di pihak petani, petugas gudang akan membawa hasil panen petani dengan menggunakan mobil jika jarak kebun jauh atau hanya menggunakan tenaga angkut jika jarak kebun dekat. Terkadang sebelum ritel modern melakukan pre order buncis organik, jika terjadi kelebihan stock buncis, pihak gudang akan menawarkan pada distrik yang belum melakukan

pre order buncis. Setelah buncis diberikan aktivitas fungsi fisik oleh gudang buncis organik yang lolos sortir akan ditimbang totalnya dan dikalikan dengan harga beli ke petani dan dicatat.

Proses pengiriman buncis berbeda-beda ke setiap distrik ritel modern ada yang melakukan pengiriman dua hari sekali atau 3 hari sekali. Umumnya hari kerja gudang pada pedagang grosir sayuran organik selama 6 hari dalam satu minggu. Pengiriman dilakukan setiap hari selama 6 hari dengan berbeda-beda tujuan. Keberangkatan mobil pengiriman sayur adalah dini hari sehingga sayur akan sampai pada pagi hari di masing-masing distrik tujuan. Umumnya buncis dikirim pada distrik pusat dan dari distrik pusat, buncis disalurkan lagi ke masing-masing distrik cabang. Namun terkadang juga pihak pedagang grosir sayuran organik diminta untuk mengatarkan buncis hingga distrik cabang. Buncis yang sampai di distrik akan diperiksa sebelumnya oleh divisi gudang

di ritel modern. Kemudian buncis organik yang diterima oleh ritel modern akan dicatat jumlahnya oleh petugas gudang pada pedagang grosir sayuran organik dan dibuatkan invoice sebagai bukti penagihan seluruh sayuran yang dikirim termasuk buncis organik yang dibeli oleh ritel modern.

Sedangkan sistem penjualan di ritel modern pada saluran ini umumnya sama dengan ritel modern lainya. Buncis dipajang di gerai pada bagian foodfresh, kemudian pembeli membeli buncis yang tersedia di gerai tersebut.

2. Penentuan Harga

Harga yang diperoleh petani ditentukan oleh pedagang grosir sayuran organik, sehingga petani hanya menerima harga. Harga sayuran organik termasuk buncis organik merupakan harga tetap pada pedagang grosir sayuran organik tidak berubah-rubah setiap harinya seperti harga buncis pada pasar tradisional. Harga yang diperoleh oleh pihak gudang merupakan harga kesepakatan antara pihak pedagang grosir sayuran organik dan ritel modern, namun cenderung ditentukan oleh pihak ritel modern. Jika terjadi perubahan harga jual dari pedagang grosir sayuran organik ke ritel modern maka akan ada perubahan harga pula pada harga beli di tingkat petani. Umunya perubahan harga tersebut bersifat kenaikan harga yang terjadinya lebih dari satu tahun dan perubahan tersebut disebabkan adanya pengajuan kenaikan harga dari pihak pedagang grosir sayuran organik pada pihak ritel, karena adanya kenaikan harga bahan produksi dari pihak gudang. Harga yang diperoleh petani dari tiga pedagang grosir sayuran organik yang ada di Desa Cisondari adalah Rp 4 500 /kg pada pedagang grosir sayuran organik I, Rp5.000/kg pada pedagang grosir sayuran organik II dan Rp6.000/kg pada pedagang grosir sayuran organik III. Sedangkan harga jual dari pedagang grosir sayuran organik ke ritel modern sebesar Rp13.000/kg pada saluran I, Rp16.000/kg pada saluran II dan saluran III. Harga jual dari ritel modern pada konsumen sebesar Rp20.400 pada saluran I, Rp 21.400 pada saluran II dan saluran III.

3. Sistem Pembayaran dan Bentuk Kerjasama

Sistem pembayaran yang diterima oleh petani dari pihak pedagang grosir sayuran organik mengikuti sistem pembayaran yang dilakukan pihak ritel modern pada pihak pedagang grosir sayuran organik. Sistem pembayaran yang berlaku adalah sistem bayar dikemudian dengan periode waktu 15 hari sekali atau satu bulan dua kali. Namun, pada pelaksnaannya pembayaran dari pihak ritel modern kepada pihak pedagang grosir sayuran organik sering tertunda untuk beberapa waktu, sehingga akan berpengaruh pada pembayaran kepada petani. Hal tersebut menjadi salah satu faktor kurangnya minat petani untuk berbudidaya buncis secara organik.

Sistem kerjasama yang dibangun antara petani buncis organik dan pedagang grosir sayuran organik adalah sitem kepercayaan atau perjanjian yang tidak tertulis. Sistem kerjasama yang dibangun oleh pedagang grosir sayuran organik dan ritel modern adalah sistem kontrak tertulis.

Analisis Marjin Tataiaga Buncis Organik

Marjin tataniaga merupakan seluruh biaya dan keuntunangan lembaga tataniaga dalam proses pemasaran buncis dari petani hingga konsumen. Komponen marjin tataniaga adalah biaya dan keuntungan lembaga-lembaga

tataniaga. Marjin tataniaga dapat dihitung dari selisih harga jual dikurangi harga beli di suatu lembaga. Tabel 32 menunjukan biaya, keuntungan, serta marjin lembaga tataniaga buncis organik di Desa Cisondari.

Tabel 32 Biaya, keuntungan, dan marjin lembaga tataniaga buncis organik di Desa Cisondari (Rp/kg)a

Lembaga Harga Beli Harga Jual Marjin Tataniaga

Saluran I

Pedagang Grosir sayuran

Organik I 4 500 13 000 8 500

Ritel Modern 13 000 20 400 7 400

Total Marjin 15 900

Saluran II

Pedagang Grosir sayuran

Organik II 5 000 16 000 11 000

Ritel Modern 16 000 21 400 5 400

Total Marjin 16 400

Saluran III

Pedagang Grosir sayuran

Organik III 6 000 16 000 10 000

Ritel Modern 16 000 21 400 5 400

Total Marjin 15 400

a

Sumber : Diolah dari data primer

Berdasarkan tabel 32 dapat dilihat bahwa pada saluran I nilai total marjin sebesar Rp15.900/kg yang terdiri dari marjin pedagang grosir sayuran organik sebesar Rp8.500/kg dan marjin ritel modern Rp7.400/kg. Pada saluran II total marjin sebesar Rp16.400 yang terdiri dari marjin pada pedagang grosir sayuran organik sebesar Rp11.000/kg dan pada ritel modern sebesar Rp5.400/kg. Serta pada saluran III total marjin yang didapatkan sebesar Rp15.400 pada pedagang grosir sayuran organik dan Rp5.400 pada ritel modern. Total marjin terbesar berada pada saluran II dengan jumlah Rp16.400/kg, sedangkan marjin terendah berada pada saluran III sebesar Rp 15.400.

Marjin tersebut menggambarkan jumlah total antara biaya dan keuntungan pada seluruh lembaga tataniaga atau jumlah balas yang diperoleh oleh lembaga tataniaga. Pada pemasaran buncis organik petani tidak memiliki marjin tataniaga karena tidak melakukan pengeluaran untuk melakukakan pemasaran. Berdasarkan rata-rata marjin yang dihasilkan marjin yang dihasilkan pedagang grosir sayuran organik lebih besar dari rata-rata marjin yang dihasilkan ritel modern. Hal tersebut karena fungsi yang dilakukan oleh pedagang grosir sayuran organik lebih banyak dibandingkan ritel modern.

Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pedagang grosir diantaranya tenaga kerja, transportasi, kemasan, penyusutan, dan biaya listrik serta keuntungan. Biaya-biaya tersebut dikeluarkan untuk memberikan nilai tambah pada buncis organik. Selain itu ada pula biaya penangguangan risiko berupa biaya retur, namun tidak semua pedagang grosir sayuran organik menanggung biaya retur tersebut. Biaya produksi di tingkat petani pada Lampiran 5 diperoleh dari total pengeluaran usahatani dibagi total penen pada anaslis usahatani. Meskipun secara fungsi tataniaga perlakuan yang diberikan oleh ketiga pedagang grosir sayuran organik sama, namun biaya yang dikeluarkan dan keuntungan yang didapatkan

oleh pedagang grosir sayuran organik I, II, dan III berbeda-beda. Lampiran 5 menunjukan petani tidak mengeluarkan biaya tataniaga pada proses pemasaran buncis organik. Biaya dikeluarkan oleh Pengolah dan distributor dan ritel modern. Pada penelitian ini terdapat kekurangan yaitu tidak dapat mengakses data jumlah biaya dan keuntungan yang diperoleh oleh pihak ritel modern karena sulitnya perizinan, sehingga hanya dapat diketahui jumlah marjin yang diperoleh ritel modern berdasarkan harga yang diterima konsumen dari ritel modern dan harga jual gudang sayuran ke ritel modern.

Analisis Farmer’s Share dan π/c rasio

Farmer’s share merupakan porsi dari nilai yang dibayarkan konsumen akhir yang diterima oleh petani. Tabel 33 menunjukan farmer’s share yang didapatkan petani buncis organik di Desa Cisondari.

Tabel 33 Farmer’s share yang didapatkan petani buncis organik di Desa Cisondaria Saluran Pf (Rp/kg) Pr (Rp/kg) Farmer's Share Saluran I 4 500 20 400 22.06 Saluran II 5 000 21 400 23.36 Saluran III 6 000 21 400 28.04 a

Sumber : Diolah dari data primer

Pada Tabel 33 ditunjukan bahwa harga yang diterima petani dari masing- masing gudang berbeda-beda. Pada saluran I Harga yang diterima petani sebesar Rp4.500/kg dengan harga yang diterima konsumen Rp20.400/kg. Pada saluran II harga yang diterima petani sebesar Rp5.000/kg dengan harga di tingkat konsumen sebesar Rp21.400. Harga di tingkat konsumen pada saluran II dan saluran III sama, namun harga ditingkat petaninya berbeda, yaitu pada saluran III sebesar Rp6.000/kg. Berdasarka harga perolehan tersebut nilai farmer’s share yang di

setiap saluran berbeda-beda. Nilai farmer’s share paling besar terdapat pada saluran III yaitu sebesar 28.04 persen, hal tersebut berarti proporsi yang didapatkan petani dari nilai total yang dibayarkan konsumen pada saluran III sebesar 28.04 persen.

Analisis Rasio π/c

Rasio π/c merupakan rasio keuntungan yang dihasilkan per satuan biaya yang dikeluarkan dalam tataniaga buncis organik. Rasio π/c menggambarkan perbadingan antara keuntungan dan biaya. Pada analisis tataniaga rasio π/c

diketahui sebagai salah satu indikator efisiensi relatif. Rasio π/c yang diharapkan

adalah yang sebarannya cenderung merata di setiap lebaga dalam saluran, serta keuntngan yang didapatkan pada setiap lembaga sesuai dengan biaya yang dikeluarkan untuk memberikan nilai tambah pada buncis organik hingga sampai di konsumen. Tabel 34 menunjukan π/c rasio lembaga tataniaga buncis organik pada masing-masing saluran.

Tabel 34 π/c rasio lembaga tataniaga buncis organik pada masing-masing salurana

Uraian Biaya Keuntungan Rasio

Saluran I - - -

Gudang Sayura Organik I 3 715 4 785 1.29

Ritel Modern - - -

Saluran II - - -

Gudang Sayura Organik II 2 950 8 050 2.73

Ritel Modern - - -

Saluran III - - -

Gudang Sayur Organik III 6 279 3 721 0.59

Ritel Modern - - -

a

Sumber: Diolah dari data primer. (-) tidak teridentifikasi

Pada tabel 34 rasio π/c yang dapat diidentifikasi hanya pada pedagang grosir sayuran organik I,II, dan III. Sedangkan rasio π/c total dan rasio π/c pada ritel modern tidak dapat diidentifikasi karena data keuntungan dan biaya pada ritel modern tidak dapat diketahui. Pada salauran satu rasio π/c yang dihasilkan oleh gudang sayuran I sebesar 1.29, hal tersebut menunjukan keuntungan yang didapatkan oleh gudang sayuran satu sebesar Rp1.29 untuk setiap Rp1.00 biaya yang dikeluarkan gudang untuk memasarkan buncis.

Pada saluran II, rasio π/c yang dihasilkan pedagang grosir sayuran organik II

Dokumen terkait