• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cisondari, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan selama bulan April hingga Mei 2013. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu tempat produksi sayuran yang dibudidayakan baik secara non-organik maupun organik, dengan buncis sebagai komoditas unggulan ke-tiga menurut Badan Perencanaan Daerah Pemerintah Kabupaten Bandung dalam penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah (Kawasan Agropolitan Ciwidey) tahun 2007 dan berada di peringkat ke-6 di Desa Cisondari.

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapang dan wawancara langsung. Wawancara dilakukan pada petani buncis baik organik maupun non-organik untuk mengetahui proses budidaya, keragaan usahatani,dan arah penyaluran buncis yang telah diproduksi petani. Selain petani, responden yang diwawancara adalah pedagang pengumpul, pedagang grosir, dan pedagang pengecer (perusahaa atau perorangan), sebagai lembaga tataniaga untuk mengetahui marjin proses pembelian, penjualan buncis, serta biaya-biaya dan harga dalam pemasaran buncis hingga sampai di konsumen.

Data sekunder diperoleh dari Direktorat Jendral Hortikultura, Litbang Deptan, Kementrian Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian, serta Kantor Desa Cisondari untuk memperoleh data-data penunjang. Selain itu data pendukung untuk memperkuat landasan latar belakang penelitian seperti Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor, internet dan literatur seperti text book dan penelitian terdahulu yang berkaitan dan relevan.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara, dan diskusi. Kegiatan observasi atau pengamatan langsung terhadap objek penelitian dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan objek penelitian. Pengumpulan data melalui wawancara dan diskusi kepada petani buncis non- organik dan organik untuk data karakteristik petani, data usahatani, dan data tataniaga buncis di tingkat petani. Jumlah petani responden sebanyak 37 responden yang terdiri dari 14 responden petani buncis organik yang merupakan populasi petani organik yang masih aktiv (sensus) , dan 23 responden petani non- organik yang ditentukan secara purposive berdasarkan musim panen periode Januari hingga pertengahan April 2013. Selain petani juga wawancara dilakukan kepada lembaga-lembaga tataniaga seperti, pedagang pengumpul, pedagang

grosir, pedagang pengecer baik berbentuk perusahaan ataupun perorangan yang respondennya dipilih berdasarkan metode snowball.

Metode Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah pengumpulan data. Data yang telah terkumpul diolah menggunakan bantuan aplikasi Microsoft Excell dan alat hitung kalkulator. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif.

Analisis kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan fenomena yang diteliti. Dalam analisis kualitatif ini menggunakan metode analisis deskriptif. Analisis kualitatif digunakan pada saat mengidentifikasi karakteristik responden, keragaan usahatani, proses budidaya, gambaran lembaga tataniaga, fungsi lembaga tataniaga serta struktur dan perilaku pasar lembaga tataniaga buncis baik organik maupun non-organik.

Analisis kuantitif digunakan untuk menganalisis usahatani dari mulai penghitungan biaya usahatani, penghitungan penerimaan usahatani, analisis pendapatan usahatani serta raiso R/C. Selain itu juga analisis kuantitatif digunakan untuk menghitung analisis efisiensi tataniaga seperti marjin tataniaga, farmer’s

share, dan rasio keuntungan terhadap biaya.

Analisis Pendapatan Usahatani Penerimaan Buncis Organik dan Non-organik

Penerimaan buncis organik dan buncis non-organik terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan yang diperhitungkan. Penerimaan tunai didapatkan dari hasil produksi buncis organik dikalikan dengan harga jual buncis yang berlaku pada saat itu. Total penerimaan dihasilkan penerimaan diperhitungkan dan penerimaan tunai.

Pendapatan Buncis Organik dan Non-organik (R/C Ratio)

Pendapatan usahatani buncis organik terdiri dari pendapatan tunai dan pendapatan total. Pendapatan tunai didapatkan dari selisih penerimaan tunai dan biaya tunai, sedangkan pendapatan total didapatkan dari penerimaan total dikurangi biaya total. Rasio R/C terdiri dari dua yaitu R/C terhadap biaya tunai dan R/C terhadap biaya total. Rasio R/C terhadap biaya tunai merupakan perbandingan antara peneimaan total dan biaya tunai. Rasio R/C terhadap biaya total merupakan perbandingan antara penerimaan total dan biaya total. Rasio R/C menunjukan efisensi dari input yang digunakan dan penerimaa. Serta menunjukan tingkat pengembalian keuntungan dari setiap biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani tersebut baik tunai maupun total.

Tabel 8 Komponen analisis pendapatan usahatani

Analisis Tataniaga Buncis Organik dan Non-Organik Analisis Lembaga dan Saluran Tataniaga

Menganalisis lembaga-lembaga tataniaga baik buncis organik maupun buncis non-organik secara deskriptif. Menjabarkan lembaga apa saja yang terlibat dalam pemasaran buncis organik dan non-organik dari petani ke konsumen, serta menjelaskan alurnya dalam bentuk bagan dan penjelasan alur serta gambaran masing-masing lembaga tataniaga yang berperan.

Analisis Fungsi Lembaga Tataniaga

Analisis fungsi tataniaga dilakukan untuk mengetahui fungsi masing-masing lembaga tataniaga dalam kegiatan pemasaran buncis organik dan buncis non- organik. Fungsi tersebut diantaranya fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran terdiri dari fungsi pembelian dan penjualan, fungsi fisik terdiri dari fungsi pengangkutan , pensortiran, dan pengemasan, serta fungsi fasilitas terdiri dari fungsi standardisasi, fungsi keuangan, fungsi penaggungan risiko,fungsi informasi pasar.Analisis dilakukan secara deskriptif sesuai dengan hasil pengamatan dan wawancara tentang kegiatan apa saja yang dilakukan lembaga tataniaga terhadap komoditas buncis. Penyajian data hasil analisis disajikan dalam bentuk tabulasi yang dideskripsikan kemudian untuk menjelaskan kegiatan yang dilakukan dalam menambah nilai guna buncis hingga sampai ke tangan konsumen.

No Komponen Keterangan

A Penerimaan tunai Harga x Hasil panen yang dijual B Penerimaan yang

diperhitungkan

Harga x Hasil panen yang dikonsumsi/ disimpan

C Total penerimaan A+B

D Biaya tunai a.Biaya sarana produksi

b.Biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK)

E Biaya yang diperhitungkan a.Nilai input yang diperhitungkan b.Biaya tenaga kerja dalam keluarga

(TKLK)

c.Penyusutan peralatan

d.Nilai lahan sendiri atau nilai sewa lahan

F Total biaya D+E

G Pendapatan atas biaya tunai A-D

H Pendapatan atas biaya total C-F

I R/C Ratio tunai A/D

Analisis Struktur dan Perilaku Pasar

Analisis strukur pasar dilakukan untuk mengetahui apakah strukur pasar lembaga tataniaga baik buncis organik maupun buncis non-organik cenderung persaingan sempurna atau monopoli. Analisis struktur pasar dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap komposisi jumlah lembaga tataniaga yang ada, sulit mudahnya keluar masuk pasar,dan informasi pasar. Analisis struktur pasar dilakukan secara deskriptif kualitatif disajikan dalam penjelasan mengenai gambaran keadaan pasar lembaga tataniaga secara keseluruhan.

Analisis perilaku pasar dilakukan dengan mengamati bagaimana proses pembelian dan penjualan serta penentuan harga. Selain itu pengamatan dilakukan juga pada sistem kerjasama yang terjalin antar lembaga-lembaga tataniaga dan penyebaran harga.

Analisis Keragaan Komponen Biaya Pemasaran

Analisis keragaan komponen biaya pemasaran dilakukan untuk mengetahui gambaran biaya apa saja yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga untuk menyalurkan buncis dari petani hingga konsumen baik buncis organik maupun buncis non-organik. Analisis keragaan komponen biaya pemasaran dipaparkan dalam bentuk tabulasi dan penjelasa deskriptif.

Analisis Marjin Tataniaga

Analisis marjin tataniaga dilakukan untuk mengetahui tingkat efisiensi tataniaga lembaga-lembaga tataniaga baik dari petani sampai konsumen. Marjin tataniaga merupakan perbedaan harga di tingkat konsumen dengan harga yang diterima petani. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

M = Pr – Pf Keterangan :

M = marjin tataniaga

Pr = harga di tingkat konsumen Pf = harga yang diterima oleh petani

Analisis marjin tataniaga yang digunakan untuk mengetahui marjin tataniaga total, yang mencakup fungsi-fungsi, biaya-biaya, kelembagaan yang terlibat, dan keseluruhan sistem mulai dari petani (primary supply) sampai pada konsumen akhir (primary demand), dirumuskan sebagai berikut :

M = Pr – Pf = C + π = Σ Mi Mi = Pj i – Pbi Keterangan : M = marjin tataniaga

Pr = harga di tingkat konsumen Pf = harga yang diterima petani

C = biaya-biaya dari adanya pelaksanaan fungsi-fungsi tataniaga

π = keuntungan lembaga tataniaga

Pji = harga penjualan untuk lembaga tataniaga ke –i Pbi = harga pembelian untuk lembaga tataniaga ke-i Farmer’s share

Farmer’s share digunakan untuk membandingkan harga yang dibayar

konsumen terhadap harga buncis yang diterima petani baik buncis organik maupun buncis non-organik. Besarnya nilai bagian petani dapat dihitung berdasarkan rumus :

Keterangan :

Pf = harga di tingkat petani

Pr = harga yang dibayarkan konsumen akhir Rasio Keuntungan Terhadap Biaya

Analisis rasio keuntungan dan biaya dilakukan untuk mengetahui perbandingan keuntungan terhadap biaya yang dikeluarkan masing-masing lembaga tataniaga. Rasio keuntungan dan biaya dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan :

πi = keuntungan lembaga pemasaran pada tingkat lembaga ke-i C

i = biaya tataniaga pada tingkat lembaga ke-i

Dokumen terkait