• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tematik Perikanan Berbasis Perikanan Tuna .1 Domain Sumberdaya Ikan

(%) RANKING NILAI Semakin tinggi

6.2 Analisis Tematik Perikanan Berbasis Perikanan Tuna .1 Domain Sumberdaya Ikan

keberadaan otoritas tunggal pengelolaan perikanan diberikan skor 1 dengan nilai 4 karena belum ditemukan adanya single authority ditingkat kabupaten dalam rencana pengelolaan perikanan (RPP).

Sejak adanya program Coremap II di Kabupaten Wakatobi maka pembentukan SISWASMAS dan POWASMAS telah berjalan dengan baik dimana hingga tahun 2011 telah terbentu kelompok pengawas swadaya di setiap desa target Coremap. Keberadaan kelompok-kelompok pengawas tersebut menurut staf DKP Kabupaten Wakatobi sangat bermanfaat dalam mendukung pengwasan swakarsa di setiap wilayah perairan mereka. Oleh karena itu berdasarkan hal tersebut maka indikator kapasitas pemangku kepentingan terjadi peningkatan dan berfungsi dengan baik sehingga kriteria ini dapat diberi skor 3 dengan nilai 15.

Keberadaan RPP hingga saat ini di Kabupaten Wakatobi belum terwujud sehingga pengelolaan perikanan masih terikat didalam tupoksi dinas kelautan dan perikanan sedangkan yang berkaitan dengan sumberdaya kelautan lainnya yang melibatkan antar sektor dikoordinasikan oleh Bappeda Kabupaten namun masing-masing lembaga (SKPD) memiliki kewenangan sendiri-sendiri. Berdasarkan informasi tersbut maka indikator keberadaan otoritas tunggal pengelolaan perikanan diberikan skor 1 dengan nilai 4 karena belum ditemukan adanya single authority ditingkat kabupaten dalam rencana pengelolaan perikanan (RPP).

6.2 Analisis Tematik Perikanan Berbasis Perikanan Tuna 6.2.1 Domain Sumberdaya Ikan

Penilaian Domain Sumberdaya Ikan terbagi dalam 7 indikator penilaian yaitu CPUE Baku, Ukuran ikan, Proporsi ikan yuwana (juvenile) yang ditangkap, Komposisi spesies, Spesies ETP, "Range Collapse" sumberdaya ikan, dan Densitas/Biomassa untuk ikan tuna. Berdasarkan hasil analisis pemberian skor kriteria setiap indikator-indikator domain sumberdaya ikan dapat dilihat pada Tabel 18

Nelayan ikan tuna di Kabupaten Waatobi melakukan penangkapan ikan menggunakan alat tangkap pancing baik pancing tonda maupun pancing rawai (mini longline). Berdasarkan volume produksi penangkapan ikan jenis ikan tuna sejak 2012 hingga 2014 tergambar bahwa perhitungan CPUE ikan tuna di Kabpaten Wakatobi selama 3 tahun (20012 – 2014) secara umum menujunkan adanya kecenderungan peningkatan CPUE ikan tuna menunjukan adanya peningkatan, dimana pada pada tahun 2013 CPUE ikan tuna sebesar 36,1 ton, tahun 2014 meningkat sebesar 110,5 ton.

65 Tabel 18.Hasil Analisis Komposit Indikator Domain Sumberdaya Ikan

INDIKATOR DEFINISI/ PENJELASAN

MONITORING/

PENGUMPULAN KRITERIA SKOR

BOBOT

(%) RANKING NILAI 1. CPUE

Baku

CPUE adalah hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan. Upaya penangkapan harus distandarisasi sehingga bisa menangkap tren perubahan upaya penangkapan. Logbook, Enumerator, Observer 1 = menurun tajam 2 = menurun sedikit 3 = stabil atau meningkat

3 40 1 (Killer Indicator) 120 2. Ukuran ikan - Panjang total - Panjang standar - Panjang karapas / sirip (minimum dan maximum size, modus)

Interview, Sampling program secara reguler untuk LFA (Length Frequency Analysis)

1 = trend ukuran rata-rata ikan yang ditangkap semakin kecil;

2 = trend ukuran relatif tetap; 3 = trend ukuran semakin besar 2 20 2 40 3. Proporsi ikan yuwana (juvenile) yang ditangkap

Persentase ikan yang ditangkap sebelum

mencapai umur

dewasa (maturity).

Interview, Sampling program secara reguler

1 = banyak sekali (> 60%) 2 = banyak (30 - 60%) 3 = sedikit (<30%) 3 15 3 45 4. Komposisi spesies

Jenis target dan non-target (discard dan by catch)

Logbook, observasi, interview

1 = proporsi target lebih sedikit

2 = proporsi target sama dgn non-target

3 = proporsi target lebih banyak

66 INDIKATOR DEFINISI/

PENJELASAN

MONITORING/

PENGUMPULAN KRITERIA SKOR

BOBOT

(%) RANKING NILAI 5. Spesies

ETP

Populasi spesies ETP (Endangered species, Threatened species, and Protected species) sesuai dengan kriteria CITES

Survey dan monitoring, logbook, observasi, interview 1= banyak tangkapan spesies ETP;

2= sedikit tangkapan spesies ETP;

3 = tidak ada spesies ETP yang tertangkap 3 5 6 15 6. "Range Collapse" sumberdaya ikan

SDI yang mengalami tekanan penangkapan akan "menyusut" biomassa-nya secara spasial sehingga semakin sulit / jauh untuk ditemukan/dicari.

Survey dan monitoring, logbook, observasi, interview 1 = semakin sulit; 2 = relatif tetap; 3 = semakin mudah 2 10 5 20

1 = fishing ground menjadi sangat jauh

2= fishing ground jauh 3= fishing ground relatif tetap jaraknya

2

67 Demikian pula CPUE ikan tuna apabila dilihat perkembangan bulanan selama tiga tahun yang memberikan gambaran bahwa terjadi fluktuasi CPUE secara umum terjadi pada bulan Oktober hingga Desember.

Gambar.13. Kecenderungan CPUE Ikan TunaKabupaten WakatobiTahun 2012-2014 Berdasarkan informasi dan gambaran seperti telah dijelaskan di atas maka indikator CPUE baku perikanan ikan tuna di Kabupaten Wakatobi dapat diberikan skor 3 dengan kategori baik dan nilai 120. Adanya peningkatan tersebut disebabkan adanya permintaan dan harga yang baik sehingga nelayan berusaha meningkatkan produksi dengan memperluas jangkauan lokasi penangkapan ikan tuna.

Informasi yang terkait dengan ukuran ikan yang tertangkap khususnya panjangnya tidak banyak terungkap secara kuantitatif namun berdasarkan hasil wawancara sebanyak 208 responden tentang persepsi masyarakat terhadap perkembangan ukuran ikan tuna yang tertangkap mengatakan bahwa bahwa 50 % mengatakan bahwa selama 5 tahun terakhir ukuran ikan tuna yang tertangkap cenderung sama saja, 20 % cenderung lebih kecil, 20 % tidak tahu dan 10 % mengatakan ukuran hasil tangkapan cenderung menurun. Berdasarkan informasi tersebut maka indikator ukuran ikan tuna di Kabupaten Wakatobi dapat diberikan skor 2 dengan kategori sedang dengan nilai 40.

Data yang berkaitan proporsi ikan yuwana tuna yang tertangkap terindikasi bahwa indikator proporsi ikan yuwana tuna tidak tersedia termasuk hasil wawancara, namun secara kualitatif berdasarkan informasi hasil wawancara untuk indikator ukuran ikan tuna maka peluang tertangkapnya ikan yuwana sangat kecil, hal ini berkaitan dengan adanya kecenderungan harga jual dan permintaan pasar yang begitu tinggi dalam betuk tuna loin, kondisi ini akan memberikan peluang yang lebih sedikit juvenil atau yuwana ikan tuna yang

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00

68 tertangkap yang hanya di konsumsi lokal dengan harga yang sangat rendah, oleh karena itu indikator ini dapat diberikan skor 3 dengan nilai 45.

Berdasarkan hasil wawancara pada responden dan staf DKP Kabupaten Wakatobi yang berkaitan dengan komposisi spesies ikan tuna yang menjadi target penangkapan selama 5 tahun terakhir menggambarkan bahwa tujuan penangkapan adalah ikan tuna maka peralatan yang digunakan dirancang untuk menangkap ikan tuna sehingga ikan yang tertangkap adalah dominan ikan tuna pula sedangkan ikan-ikan lain sangat sedikit. Kondisi ini dapat disimpulkan dan memberikan gambaran indikator komposisi spesies tangkapan proporsi target lebih besar dari pada non terget sehingga dapat di berikan skor 3 dengan nilai 30

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 208 nelayan tuna menunjukan bahwa 80% responden mengatakan tidak ada ikan yang dilindungi atau terancam punah (spesies ETP) yang tertangkap sedangkan sisanya ada yang mengatakan kadang-kadang misalnya ikan hiu dan ikan putih dapat tertangkap tetapi jarang sekali. Demikian pula informasi yang diberikan oleh pihak DKP Kabupaten Wakatobi mengatakan bahwa tidak ada spesies ETP yang tertangkap saat menangkap ikan tuna. Maka berdasarkan informasi tersebut kritria ini dapat diberikan skor 3 dengan kategori baik dan diberi nilai 15 yaitu tidak ada tangkapan spesies ETP;

Berdasarkan hasil wawancara kepada 208 nelayan ikan tuna mengatakan bahwa sebagian besar tidak memberikan respon (mengatakan tidak tahu), 20 % mengatakan kondisi mencarikan sama dengan tahun-tahun sebelumnya 10 % mengatakan semakin sulit kondsi mencari ikan 5 – 10 tahun terakhir. Berdasarkan hal tersebut maka kondisi sumbedaya ikan kriteria ini dapat di berikan skor 2. Sedankan lokasi fishing ground dari jumlah respoden ikan tuna sebagaian besar (20%) mengatakan bahwa lokasi penangkapan tidak berubah bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya karena penangkapan ikan tuna dapat dilakukan pada jalur migrasi ikan tuna yang salah satunya melewati perairan Kabupaten Wakatobi. Namun demikian sebagian kecil (10 %) mengatakan bahwa lokasi semakin jauh karena kebiasaan menangkap ikan yang sebelumnya dilakukan di sekitar perairan mereka sudah sulit menangkap ikan dan melakukan pencarian pada fishing ground yang ke lokasi yang lebih jauh seiring dengan tingginya keinginan untuk meningkatkan produksi, sehingga kondisi ini dapat di berikan nilai kriteria 2. Berdasarkan infromasi tersebut maka indikator range of collapse sumberdaya ikan tuna dapat di beri nilai 20.

69 6.2.2 Domain Habitat

Gambaran mengenai indikator-indikator yang termasuk dalam domain habitat dan ekosistem yang meliputi Kualitas perairan, status lamun , status mangrove, status terumbu karang, habitat unik/khusus (spawning ground, nursery ground, feeding ground, upwelling), status dan produktivitas estuari dan perairan sekitarnya, perubahan iklim terhadap kondisi perairan dan habitat. Berdasarkan hasil analisis setiap indikator EAFM pada domain habitat dan ekosistem ditampilkan dalam Tabel 19.

70 INDIKATOR DEFINISI/

PENJELASAN MONITORING/ PENGUMPULAN KRITERIA SKOR

BOBOT (%) RANKING NILAI 1. Kualit as perairan Limbah yang teridentifikasi secara klinis, audio dan atau visual (Contoh :B3-bahan berbahaya & beracun)

Data sekunder, sampling, monitoring,

>> Sampling dan monitoring : 4 kali dalam satu tahun (mewakili musim dan peralihan)

1= tercemar; 2=tercemar sedang; 3= tidak tercemar 3 20 1 60 Tingkat kekeruhan (NTU) untuk mengetahui laju sedimentasi perairan

Survey, monitoring dan data sekunder, CITRA SATELIT

>> monitoring : dengan coastal bouy/ water quality checker (continous), Citra satelite (data deret waktu) dan sedimen trap (setahun sekali) => pengukuran turbidity di Lab 1= > 20 mg/m^3 konsentrasi tinggi 2= 10-20 mg/m^3 konsentrasi sedang; 3= <10 mg/m^3 konsentrasi rendah Satuan NTU 3

Eutrofikasi >> Survey : 4 kali dalam satu tahun (mewakili musim dan peralihan)

>> monitoring : dengan coastal bouy/ water quality checker (continous), Citra satelite (data deret waktu)

1= konsentrasi klorofil a > 10 mg/m^3 terjadi eutrofikasi;

2= konsentrasi klorofil a 1-10 mg/m^3 potensi terjadi eutrofikasi; dan

3= konsentrasi klorofil a <1 mg/m^3 tidak terjadi eutrofikasi

3

2. Status lamun

Luasan tutupan, densitas dan jenis Lamun.

Survey dan data sekunder, monitoring, CITRA SATELIT. >> Sampling dan monitoring :

Seagrass watch (www.seagrasswatch.org) dan seagrass net (www.seagrassnet.org) 1=tutupan rendah, 29,9%; 2=tutupan sedang, 30-49,9%; 3=tutupan tinggi, 50% 3 15 2 45 1=keanekaragaman rendah (H' < 3,2 atau H' < 1); 2 = kanekaragaman sedang (3,20<H’<9,97 atau 1<H’<3); 3 = keanekaragaman tinggi (H’>9,97 atau H’>3) 3

71 INDIKATOR DEFINISI/

PENJELASAN MONITORING/ PENGUMPULAN KRITERIA SKOR

BOBOT (%) RANKING NILAI 3. Status mangrove Kerapatan, nilai penting, perubahan luasan dan jenis mangrove

Survey dan data sekunder, CITRA SATELIT, foto udara

>> Citra satelite dengan resolusi tinggi (minimum 8 m) - minimal satu tahun sekali dengan diikuti oleh survey lapangan

>> Survey : Plot sampling

1=kerapatan rendah, <1000 pohon/ha, tutupan <50%; 2=kerapatan sedang 1000-1500 pohon/ha, tutupan 50-75%; 3=kerapatan tinggi, >1500 pohon/ha, tutupan >75% 1 15 2 26.2 5 1=keanekaragaman rendah (H' < 3,2 atau H' < 1); 2 = kanekaragaman sedang (3,20<H’<9,97 atau 1<H’<3); 3 = keanekaragaman tinggi (H’>9,97 atau H’>3) 2

1= luasan mangrove berkurang dari data awal;

2= luasan mangrove tetap dari data awal;

3= luasan mangrove bertambah dari data awal

1

1 = INP rendah; 2 = INP sedang; 3 = INP tinggi 3 4. Statu s terumbu karang > Persentase tutupan karang keras hidup (live hard coral cover).

Survey dan data sekunder, CITRA SATELIT, foto udara

Survey : Transek (2 kali dalam setahun)

Citra satelite dengan hiper spektral - minimal tiga tahun sekali dengan diikuti oleh survey lapangan 1=tutupan rendah, <25%; 2=tutupan sedang, 25-49,9%; 3=tutupan tinggi, >50% 2 15 2 37.5 1=keanekaragaman rendah (H' < 3,2 atau H' < 1); 2 = kanekaragaman sedang (3,20<H’<9,97 atau 1<H’<3); 3 = keanekaragaman tinggi (H’>9,97 atau H’>3) 3

72 INDIKATOR DEFINISI/

PENJELASAN MONITORING/ PENGUMPULAN KRITERIA SKOR

BOBOT (%) RANKING NILAI 5. Habit at unik/khusus (spawning ground, , upwelling). Luasan, waktu, siklus, distribusi, larva drift, spill

over, dan

kesuburan perairan

Fish Eggs and Larva survey, GIS dgn informasi Citra Satelit, Informasi Nelayan, SPAGs (Kerapu dan kakap), ekspedisi oseanografi

1=tidak diketahui adanya habitat unik/khusus;

2=diketahui adanya habitat unik/khusus tapi tidak dikelola dengan baik; 3 = diketahui adanya habitat unik/khusus dan dikelola dengan baik 3 15 3 45 6. Statu s dan produktivitas Estuari dan perairan sekitarnya Tingkat produktivitas perairan estuari

Survey dan data sekunder, CITRA SATELIT, foto udara

Survey : 2 kali dalam setahun Citra satelite dengan resolusi tinggi - minimal dilakukan 2 kali setahun dengan diikuti oleh survey lapangan 1=produktivitas rendah; 2=produktivitas sedang; 3=produktivitas tinggi 3 10 4 30 7. Perubah an iklim terhadap kondisi perairan dan habitat Untuk mengetahui dampak perubahan iklim terhadap kondisi perairan dan habitat

Survey dan data sekunder, CITRA SATELIT, data deret waktu, monitoring

> State of knowledge level : 1= belum adanya kajian tentang dampak perubahan iklim;

2= diketahui adanya dampak perubahan iklim tapi tidak diikuti dengan strategi adaptasi dan mitigasi;

3 = diketahui adanya dampak perubahan iklim dan diikuti dengan strategi adaptasi dan mitigasi

2 10 5 25

> state of impact (key indicator menggunakan terumbu karang): 1= habitat terkena dampak perubahan iklim (e.g coral bleaching >25%);

73 INDIKATOR DEFINISI/

PENJELASAN MONITORING/ PENGUMPULAN KRITERIA SKOR

BOBOT

(%) RANKING NILAI