• Tidak ada hasil yang ditemukan

kepemilikan aset perubahan nilai/jumlah aset usaha RTP cat :aset usaha perikanan atau aset RT.

Arahan frekuensi survey dan pengumpulan data pendapatan RTP adalah menurut musim tangkapan ikan

1 = nilai aset berkurang (lebih dari 50%) ;

2 35 1 70

2 = nilai aset tetap (kurang dari 50%); 3 = nilai aset bertambah (di atas 50%) 2. Nilai Tukar Nelayan (NTN) Rasio penerimaan terhadap pengeluaran. Pengumpulan data NTN menggunakan sumber sekunder (BPS dan PUSDATIN) yang dikumpulkan setiap tahun

1 = kurang dari 100, 2 30 2 60 2 = 100, 3 = lebih dari 100 3. Pendapatan rumah tangga (RTP) Pendapatan total RTP yang dihasilkan dari usaha RTP

Arahan frekuensi survey (atau penggunaan note/catatan yang ada di lapangan, mis: pengumpul ikan) dan pengumpulan data pendapatan RTP adalah menurut musim tangkapan ikan

1= kurang dari rata-rata UMR,

2 20 3 40

2= sama dengan rata-rata UMR, 3 = > rata-rata UMR 4. Saving rate menjelaskan tentang rasio tabungan terhadap income

Arahan frekuensi survey dan pengumpulan data pendapatan RTP adalah menurut musim tangkapan ikan

1 = kurang dari bunga kredit pinjaman;

1 15 4 15

2 = sama dengan bungan kredit pinjaman; 3 = lebih dari bunga kredit pinjaman

91 Kepemilikan aset merupakan perbandingan antara jumlah aset produktif yang dimiliki rumah tangga perikanan saat ini dengan tahun sebelumnya. Bila aset produktif dari rumah tangga nelayan bertambah maka diberi nilai tinggi dan sebaliknya. Aset produkstif merupakan aset rumah tangga yang digunakan untuk kegiatan penangkapan ikan, budidaya ikan, pengolahan ikan, atau perdagangan ikan, bahkan kegiatan ekonomi lainnya seperti pertanian. Pengukuran kepemilikan aset ini bertujuan untuk melihat kemampuan rumah tangga nelayan dalam meningkatkan usaha ekonominya (Modul EAFM, 2012). Berdasarkan hasil wawancara dari 208 responden nelayan ikan karang dari tahun 2012 sampai 2014 menunjukkan bahwa nilai aset cenderung bertambah terlihat dari adanya perubahan posisi kerja yang sebelumnya menjadi ABK saat ini memiliki kapal sendiri dan beberapa RTP lainya memiliki aset rumah tangga berupa sepeda motor, kulkas, mesin cuci, generator, TV, VCD/DVD, dan HP sera jenis bangunannya sudah permanen dan rata-rata memiiki sumber listrik. Peningkatan aset tersebut dari 2– 3 tahun terakhir berkisar antara 27,45 % - 70,82 % dengan rata-rata 49,14 %. Oleh karena itu berdasarkan kriteria pada indikator ini skor dapat diberikan 2.

Pengeluaran nelayan terbesar di Kabupaten Wakatobi adalah untuk keperluan sekolah dan biaya hidup berkisar Rp 500.000 hingga Rp. 7.000.000 dengan pendapatan antara Rp. 250.000 – Rp 7.000.000. Berdasarkan infromasi dari responden nelayan ikan karang yang ada di Kabupaten Wakatobi mengatakan bahwa pendapatan lebih kecil bila dibanding dengan pengeluaran (40.21 %), sebagian mengatakan pendapatan lebih besar pengeluaran (24,61%) dan 35,18 % mengatakan antara pengeluaran dan pendapatan nelayan sama saja. Berdasarkan informasi tersebut maka secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa indikator nilai tukar nelayan (NTN) dapat diberikan skor 2.

Pendapatan nelayan pengkapan ikan tuna dari tahun 2012 samapai 2014 mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil wawancara nelayan penangkapan ikan tuna yang dilakukan sebnyak 208 responden maka dapat dikelompokan berdasarkan geografi pulau yaitu pulau Wanci, pulau Kaledupa, pulau Tomia dan Pulau Binongko. Pendapatan bersih nelayan ikan karang di Pulau Binongko berkisar Rp 300.000 – Rp. 2.000.000, nelayan Pulau Tomia berkisar Rp. 550.000 – Rp. 7.000.000, nelayan karang di Pulau Kaledupa berkisar Rp. 100.000 – Rp 5.000.000 dan nelayan ikantuna di Pulau Wanci berkisar Rp. 100.000 – Rp 7.000.000. Besarnya pendapatan tersebut bila dibandingkan dengan UMR regional Sulawesi Tenggara sebesar Rp. 1.070.000 maka berada pada kisaran menengah atau moderat dan berdasarkan kisaran dan rata-rata pendapatan nelayan ikan karang di

92 Kabupaten Wakatobi maka untuk kriteria skor mencapai 2 = sama besar dengan rata-rata UMR regional.

Informasi yang berkaitan dengan saving rate tidak banyak terungkap, namun sebagai pendekatan berdasarkan kisaran pendapatan dan pengeluaran yang sangat bervariasi dan standar deviasi pendapatan yang tinggi maka dapat diduga bahwa perbandingan antara selisih pendapatan dan pengeluaran rumah tangga nelayan ikan tuna dengan pendapatannya rata-rata berkisar dibawah 10 % dimana bunga kredit di bank setempat rata-rata 12,5 %. Kondisi ini dapat menggambarkan secara kasar tentang indikator saving rate hanya dapat diberikan skor 1.

6.2.6 Domain Kelembagaan

Aspek kelembagaan telah dirumuskan 7 (tujuh) indikator utama, yakni: (1) kepatuhan terhadap prinsip-prinsip perikanan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan perikanan yang telah ditetapkan baik secara formal maupun non-formal (alat), (2) kelengkapan aturan main dalam pengelolaan perikanan, (3) mekanisme kelembagaan, (4) rencana pengelolaan perikanan, (5) tingkat sinergisitas kebijakan dan kelembagaan pengelolaan perikanan, (6) kapasitas pemangku kepentingan dan (7) keberadaan otoritas tunggal pengelolaan perikanan. Berdasarkan hasil analisis setiap indikator EAFM pada domain kelembagaan ditampilkan dalam Tabel 22

Berdasarkan laporan tahunan DKP Kabupaten Wakatobi tahun 2011 mengatakan bahwa pada tahun 2010 terjadi pelanggaran terhadap aturan-aturan perikanan yang telah di tetapkan baik formal maupun tidak formal. Hal ini di perkuat pula dari hasil wawancara dengan pihak DKP menyebutkan bahwa dalam setahun terkhir tercatat 8 pelanggaran, yaitu: 1) Perijinan tidak lengkap dengan kategori ringan dan dilakukan pembinaan serta melengkapi dokumen sesuai kebutuhan, 2) Pelanggaran daerah penangkapan dengan kategori ringan dan dilakukan pembinaan, 3) Cara penangkapan tidak ramah lingkungan dengan kategori ringan (membawah kompresor kapal kurang dari 5 GT). Oleh karena itu kriteria pelanggaran terhadap aturan perikanan dapat di kategorikan buruk dengan skor 1. Sedangkan untuk pelangaran terhadap aturan non formal tidak ada informasi pelanggaran dan kriteria ini dapat di berikan kategori baik dengan skor 3. Sehingga berdasarkan hal tersebut maka indikator kepatuhan terhadap prinsip-prinsip perikanan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan perikanan yang telah ditetapkan baik secara formal maupun non-formal diberikan nilai 50.

93 Berdasarkan wawancara dengan perangkap DKP Kabupaten Wakatobi bahwa RPP belum ada, namun aturan-aturan lain khususnya secara nasional masih mendominasi aturan untuk dijadikan rujukan dalam pengelolaan perikanan di Kab. Wakatobi yang meliputi UU No 27 Tahun 2007, UU No 45 Tahun 2009, UU No 45 tahun 2007, UU No 45 tahun 2004, PP No 60 tahun 2009. Sedangkan aturan yang bersifat teknis dan operasional.

94 Tabel 22. Hasil Analisis Komposit Indikator Domain Kelembagaan.

INDIKATOR DEFINISI/ PENJELASAN

MONITORING/

PENGUMPULAN KRITERIA SKOR

BOBOT (%) RANKING NILAI 1. Kepatuhan terhadap prinsip-prinsip perikanan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan perikanan yang telah ditetapkan baik secara formal maupun non-formal (Alat) Tingkat kepatuhan (compliance) seluruh pemangku kepentingan WPP terhadap aturan main baikformal maupun tidak formal Monitoring ketaatan: 1. Laporan/catatan terhadap pelanggaran formal dari pengawas,

2. Wawancara/kuisioner (key person) terhadap pelanggaran non formal termasuk ketaaatan terhadap peraturan sendiri

maupun peraturan

diatasnya

1= lebih dari 5 kali terjadi pelanggaran hukum dalam pengelolaan perikanan; 2 = 2-4 kali terjadi pelanggaran hukum;

3 = kurang dari 2 kali pelanggaran hukum

1 25 1 50

Non formal

1= lebih dari 5 informasi pelanggaran,

2= lebih dari 3 informasi pelanggaran,

3= tidak ada informasi pelanggaran 3 2. Kelengkapan aturan main dalam pengelolaan perikanan Sejauh mana kelengkapan regulasi dalam pengelolaan perikanan 1) Benchmark sesuai dengan Peraturan nasional, 2) membandingkan situasi sekarang dengan yang sebelumnya

3) replikasi kearifan lokal

1 = tidak ada;

2 = ada tapi tidak lengkap; 3 = ada dan lengkap

2 22 2 61,6

Elaborasi untuk poin 2 1= ada tapi jumlahnya berkurang;

2= ada tapi jumlahnya tetap;

3= ada dan jumlahnya bertambah

3

Ada atau tidak penegakan aturan main dan efektivitasnya

Survey dilakukan melalui wawancara/ kuisioner: 1) ketersediaan alat, orang 2) bentuk dan intensitas penindakan (teguran, hukuman)

1=tidak ada penegakan aturan main;

2=ada penegakan aturan main namun tidak efektif; 3=ada penegakan aturan main dan efektif

95 INDIKATOR DEFINISI/

PENJELASAN

MONITORING/

PENGUMPULAN KRITERIA SKOR

BOBOT