• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usaha tas di Desa Bojong Rangkas merupakan industri kecil karena tempat usaha berada di rumah-rumah para pengusaha dan pengrajin yang kebanyakan berasal dari keluarga dan tidak terikat. Tambunan (2009) menyatakan bahwa industri kecil memiliki karakteristik-karakteristik utama seperti: memakai beberapa tenaga kerja yang digaji, beberapa memakai mesin-mesin baru, banyak menjual ke pasar domestik dan ekspor, melayani kelas menengah ke atas, banyak berpendidikan menengah/rendah, beberapa bermotivasi usaha untuk bisnis/mencari keuntungan di samping survival, memakai bahan baku lokal dan beberapa impor, mempunyai akses ke kredit formal, tidak memiliki struktur manajamen dan organisasi formal, dan beberapa beroperasi di sektor formal dan informal. Keberdayaan usaha merupakan suatu keadaan usaha di mana tujuan usahanya tercapai dilihat dari segi ekonomi. Segi ekonomi tersebut dapat melihat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Desa Bojong Rangkas. Pada penelitian ini, keberdayaan usaha mengukur tingkat modal, produktivitas, keuntungan, dan jumlah mesin jahit.

Tingkat Modal

Modal merupakan banyaknya uang per satuan waktu yang dikeluarkan untuk menjalankan suatu usaha. Penelitian ini menggunakan modal per minggu karena pengusaha tas membayar upah tenaga kerja per minggu dan mengejar setoran ke pemesan. Modal juga tidak menentu setiap minggunya karena tergantung jumlah pesanan, jenis dan model tas, kesepakatan jual beli dengan pemesan serta biaya tak terduga lainnya. Oleh karenanya, penelitian ini mengambil modal rata- rata setiap minggunya yang ditanyakan secara langsung jumlahnya kepada pengusaha tas di Desa Bojong Rangkas. Tingkat modal dibagi berdasarkan hasil di lapang menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi.

Tabel 18 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat modal

No. Modal per Minggu Jumlah (orang) Persentase

1 Rp 0 – Rp 4.303.500 11 31.43 2 Rp 4.303.501 – Rp 12.730.785 17 48.57 3 Lebih dari Rp 12.730.785 7 20.00 Total 35 100.00

Standar deviasi = Rp 8.427.284 ; Rataan = Rp 8.517.143

Sumber: Data Primer (2016)

Tabel 18 menunjukkan bahwa rata-rata modal per minggu yang dikeluarkan pengusaha tas di Desa Bojong Rangkas termasuk kategori sedang, yaitu sebesar 48.57 persen dan sebanyak 17 orang. Selanjutnya, kategori sedang sebesar 31.43 persen dan sebanyak 11 orang, dan sisanya 20 persen yang berjumlah 7 orang

termasuk kategori tinggi. Simpulannya, rata-rata modal per minggu yang dikeluarkan pengusaha tas di Desa Bojong Rangkas adalah Rp 8.517.143.

Rata-rata modal per minggu yang dikelola responden digunakan untuk membeli bahan baku, asesoris, lem, lateks, pc, dan perlengkapan lainnya. Terkadang ada beberapa bahan yang sudah disediakan pemesan sehingga modal yang dikeluarkan pengusaha tas tidak terlalu banyak. Bahan-bahan yang digunakan, rata-rata diperoleh dari Jakarta, namun jika para pengusaha sedang terbatas waktu dan uang, mereka membeli dan mengutang ke toko-toko yang ada di sekitar. Rata- rata modal yang dikeluarkan pengusaha tas di Desa Bojong Rangkas sangat tergantung dari jumlah pesanan yang diterima pada saat itu. Untuk permodalan, banyak dari para pemesan yang memberikan Dana Pertama (DP) atau bahan-bahan untuk mengatasi kekurangan modal pengusaha tas. Adapun pengusaha yang sudah mandiri sehingga tidak membutuhkan dukungan dana atau bahan dari pemesan. Pengusaha yang sudah mandiri tersebut juga didukung dengan akses ke kredit perbankan. Namun, karena banyaknya dukungan pemesan berupa DP, bahan baku, bahan penolong, bahkan hampir semua dukungan diberikan, hal tersebut menggambarkan sistem transaksi jual beli yang dilakukan pemesan dan pengusaha tas di Desa Bojong Rangkas. Hal tersebut didukung dengan pernyataan responden berikut ini. Berdasarkan pernyataan responden dan keadaan lapang, Tabel 19 menyajikan bentuk dukungan yang diberikan pemesan kepada para pengusaha tas di Desa Bojong Rangkas.

“Kalau di tas, ada sistem komisi, jual beli full, jual beli setengah. Kalau komisi, kita punya bos, kita dikasih bahan semuanya dari dia, tinggal dikasih upah per satu tasnya. Jadi gak terlalu perlu modal banyak, yang penting kemampuan dan tenaga kerja ada. Kalau jual beli setengah, rata-rata lem dan benang beli sendiri, kalo asesoris dan bahan baku dikasih. Tinggal kalkulasiin upah tenaga kerja. Kalau tas juga per minggu modalnya soalnya mesti setor. Kalau untuk jual beli full beli bahan baku sendiri semua sendiri. Tergantung perusahaannya

maunya gimana.” – MI (43 tahun)

Tabel 19 Dukungan pemesan

No. Bentuk Dukungan Jumlah

(orang)

Persentase

1 Sendiri 11 31.43

2 Bahan Baku/Bahan Penolong/DP 20 57.14

3 Semua Bahan dan Uang (sistem upah)

4 11.43

Total 35 100.00

Sumber: Data Primer (2016)

Kekurangan modal dan kesulitan pemasaran menyebabkan sebanyak 68.57 persen pengusaha tas di Desa Bojong Rangkas tergantung pada dukungan uang atau bahan pada pemesan atau mitra mereka. Terdapat empat pengusaha yang

berperan sebagai buruh karena semua modal uang dan bahan diberikan oleh pemesan sehingga mereka tinggal mengerjakan pesanan saja. Hal tersebut serupa dengan para penenun sarung donggala di Kabupaten Donggala, Kota Palu, Sulawesi Tengah yang terjerat tengkulak (Kompas, edisi Minggu 29 Mei 2016). Para penenun tidak berani menenun tanpa ada kejelasan pembeli sarung. Oleh karenanya, mereka sangat tergantung dari segi pemasaran. Para penenun dikatakan sebagai buruh para pemilik toko kerajinan kain karena upah yang diberikan sama dengan biaya yang dikeluarkan tengkulak untuk membeli benang sutra sebagai bahan baku pembuatan sarung. Artinya, jasa para penenun tidak dihargai.

Tingkat Keuntungan

Tingkat keuntungan dalam penelitian ini adalah rata-rata keuntungan yang diperoleh per satuan tas dari total pesanan selama empat bulan lalu dibagi delapan agar diperoleh rata-rata keuntungan selama seminggu. Rata-rata keuntungan per satuan tas langsung ditanyakan kepada responden dan keuntungan setiap tas berbeda-beda karena model dan jenis tas yang berbeda-beda, jumlah pesanan, dan keahlian pengusaha pada bidang tas tertentu. Keuntungan tersebut belum dikurangi dengan modal, upah tenaga kerja, dan biaya input lainnya. Kategori keuntungan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi.

Tabel 20 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat keuntungan No. Keuntungan per Minggu Jumlah (orang) Persentase

1 Kurang dari Rp 689.424 6 17.14

2 Rp 689.424 – Rp 7.643.976 26 74.29

3 Lebih dari Rp 7.643.976 3 8.57

Total 35 100.00

Standar deviasi = Rp 6.954.553 ; Rataan = Rp 4.166.700

Sumber: Data Primer (2016)

Merujuk dari Tabel 20, rata-rata keuntungan per minggu yang diperoleh pengusaha tas di Desa Bojong Rangkas adalah Rp 689.424 sampai Rp 7.643.976 termasuk kategori sedang, yaitu sebanyak 26 orang dengan persentase 74.29 persen. Lainnya, yaitu sebanyak 17.14 persen dan sebanyak 6 orang adalah kategori rendah sedangkan kategori tinggi hanya 3 orang sebesar 8.57 persen. Simpulannya, rata- rata keuntungan yang diperoleh adalah sebesar Rp 4.166.700.

Merujuk dari Tabel 18, tingkat modal per minggu lebih besar dua kali lipat dibandingkan tingkat keuntungan per minggu. Hal ini disebabkan para pengusaha yang membeli semua keperluan pembuatan tas dalam satuan yang besar seperti lusinan, kodian, satu pak, dan meteran. Semua bahan-bahan tersebut dapat digunakan untuk pesanan berikutnya.

Pada umumnya, tingkat keuntungan rata-rata per minggu yang diperoleh pengusaha tas di Desa Bojong Rangkas tergantung dari jumlah pesanan yang fluktuatif, jenis tas (kulit sintesis atau kulit asli), dan barang dari kulit lainnya seperti dompet dan agenda. Berdasarkan Gambar 6, tas wanita memiliki rata-rata keuntungan yang paling besar dibandingkan tas lainnya. Oleh karenanya, banyak pengusaha tas yang memproduksi tas wanita karena lebih menguntungkan (Gambar 3). Semakin banyak pesanan dan semakin beragam jenis produk yang diproduksi

maka keuntungan yang diperoleh pun lebih tinggi. Merujuk dari Gambar 3, pengusaha tas tidak hanya memproduksi satu jenis produk. Mereka juga memproduksi jenis produk lainnya untuk menambah pendapatan. Selain itu, jenis tas yang berbahan baku kulit asli maka keuntungannya lebih besar jika yang diproduksi lebih banyak seperti kulit ular dan kulit sapi. Pada umumnya, rata-rata keuntungan ini juga dipengaruhi oleh kesepakatan antara pemesan dan pengusaha. Merujuk dari Tabel 19, terdapat empat responden yang bermitra dengan sistem upah sehingga keuntungan yang digunakan adalah upah rata-rata yang diterima selama seminggu. Oleh karenanya, jumlah dan variasi pesanan sangat mempengaruhi modal dan keuntungan per minggu.

Gambar 6 Rata-rata keuntungan berdasarkan jenis produk (dalam satuan rupiah) Tingkat Produktivitas

Produktivitas menurut Ravianto seperti dikutip Triutami (2013) adalah perbandingan antara hasil yang ingin dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan. Produktivitas berbeda dengan produksi karena peningkatan produksi tidak selalu disebabkan dengan peningkatan produktivitas. Hal tersebut disebabkan jumlah sumber daya yang lebih kecil atau lebih besar. Tingkat produktivitas dibagi menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi.

Tabel 21 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat produktivitas No. Produktivitas per Minggu Jumlah (orang) Persentase

1 Kurang dari 10 pieces per pekerja

4 11.43

2 Antara 10 – 87 pieces per pekerja

28 80.00

3 Lebih dari 87 pieces per pekerja 3 8.57

Total 35 100.00

Standar deviasi = 77 pieces ; Rataan = 49 pieces

Sumber: Data Primer (2016) 58643 7833 26914 20929 4750 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 R u p iah ( R p )

Tabel 21 menunjukkan bahwa sebesar 80 persen sebanyak 28 responden termasuk dalam kategori tingkat produktivitas sedang. Lalu sebesar 11.43 persen sebanyak 4 responden termasuk dalam kategori tingkat produktivitas rendah, sedangkan kategori tinggi sebesar 8.57 persen dengan jumlah 3 responden. Tingkat produktivitas dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil pembagian jumlah produksi setiap minggunya dibagi jumlah pekerja yang ada. Maka dari itu, data tersebut menunjukkan kemampuan masing-masing pekerja dalam menghasilkan jumlah produksi. Rata-rata pieces yang dapat dikerjakan seorang pekerja/pengrajin adalah 49 pieces selama seminggu.

Produktivitas adalah perbandingan antara total output dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan. Rata-rata jumlah tenaga kerja yang dimiliki pengusaha tas di Bojong Rangkas adalah 10 orang sedangkan rata-rata total produksi per minggu adalah 482 pieces. Hal ini menunjukkan kemampuan tenaga pekerja yang sudah terlatih untuk mengerjakan pesanan yang banyak. Produksi, menurut Aswitari dan Rahadi (2015), mempunyai korelasi positif dengan modal dan tenaga kerja. Modal yang mendapat bantuan dari para mitra dan tenaga kerja yang terampil berdampak pada jumlah produksi yang tinggi. Serupa dengan Utami (2013) bahwa produktivitas dipengaruhi pengalaman, keterampilan dan motivasi. Motivasi yang tinggi untuk menjadi pengusaha mendukung produktivitas yang tinggi para tenaga kerja/pengrajin. Para tenaga kerja juga diperbolehkan untuk mengerjakan di rumah sambil dibantu keluarganya agar cepat selesai. Berdasarkan wawancara mendalam, para tenaga kerja ini, jika mereka sudah merasa mapan, mereka akan keluar sebagai pengrajin dan mulai merintis menjadi pengusaha pemula.

Produktivitas para pengrajin/pekerja dipengaruhi oleh sistem produksi dan jumlah pesanan (orderan). Sistem produksi yang diterapkan adalah sistem borongan yang artinya sistem yang mengejar target dan berhubungan langsung dengan upah. Sistem borongan juga didukung dengan kenyataan bahwa satu pengrajin mengerjakan satu tas dari awal sampai akhir, walaupun sedikit dibantu pihak perempuan dalam tahap pengemasan akhir. Upah yang diberikan pengusaha kepada pekerjanya biasa diberikan per minggu karena disesuaikan dengan target pengiriman barang. Adapun upah yang diberikan kepada pekerja sesuai dengan banyaknya unit yang bisa dia kerjakan. Namun, dalam penelitian ini digunakan upah per minggu karena banyak menggunakan sistem borongan. Selain itu, tenaga kerja yang dipekerjakan banyak yang berjenis kelamin laki-laki karena mereka lebih ahli dan terampil dalam menjahit. Perempuan sedikit sekali dipekerjakan karena bagian pekerjaan mereka tidak serumit dan seterampil laki-laki, seperti mengecat, mengelem, dan bagian pengemasan akhir. Perbedaan ini berdampak juga pada perbedaan upah yang para pekerja terima. Para pekerja biasanya bekerja sampai larut malam untuk mengejar target pengiriman dan ada juga yang dibawa pulang ke rumah. Dalam hal perekrutan, pengusaha tidak mensyaratkan persyaratan khusus untuk menjadi pekerja mereka. Yang terpenting adalah keterampilan menjahit dan kemauan untuk bekerja. Namun sebagian dari pekerja mempunyai hubungan kekerabatan dengan pengusaha. Jumlah tenaga kerja juga disesuaikan dengan keadaan pengusaha. Terjadi kenaikan/penurunan tenaga kerja disebabkan dari kinerja pekerja itu sendiri yang kurang, keadaan keuangan pengusaha, dan jumlah pesanan.

Jumlah Mesin Jahit

Jumlah mesin jahit memperlihatkan modal fisik yang dimiliki industri tas di Desa Bojong Rangkas. Proses produksi tas tidak akan bisa berjalan tanpa adanya mesin-mesin tersebut. Jumlah mesin jahit yang dimiliki oleh pengusaha tas berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 68.57 persen (24 orang) yang berjumlah 4-13 unit. Lalu sebesar 20 persen dan sebanyak 7 orang memiliki mesin jahit kurang dari 4 unit, dan sisanya 11.43 persen atau 4 orang memiliki mesin jahit lebih dari 13 unit. Simpulannya, rata-rata jumlah mesin jahit yang dimiliki para pengusaha adalah 9 unit.

Mesin yang dimiliki pengusaha ada yang berasal dari kredit dari pemesan/mitra adapun yang membeli sendiri. Pemesan/mitra mengkreditkan mesin jahit kepada pengusaha untuk kemudian mereka cicil sehingga jika sudah lunas, mesin tersebut sudah berstatus miliki sendiri. Adapun para pengusaha yang meminjamkan mesin jahit kepada tenaga kerjanya agar mereka bisa mengerjakan di rumah. Jenis mesin jahit yang digunakan terdiri dari 4 jenis, yaitu mesin seset, mesin cangklong/tungku, dan mesin jahit biasa. Semua jenis mesin jahit tersebut adalah mesin jahit listrik. Mesin seset digunakan untuk menipiskan bahan, mesin cangklong/tungku digunakan untuk menjahit pada bagian yang sulit dijahit seperti bagian bawah dan lekukan tas, dan mesin jahit biasa untuk menjahit pada bagian yang mudah.

Tabel 22 Jumlah dan persentase responden menurut jumlah mesin jahit No. Jumlah Mesin Jahit Jumlah (unit) Persentase

1 Kurang dari 4 unit 7 20.00

2 Antara 4 – 13 unit 24 68.57

3 Lebih dari 13 unit 4 11.43

Total 35 100.00

Standar deviasi = 9 unit ; Rataan = 9 mesin unit

Sumber: Data Primer (2016)

Ikhtisar

Keberdayaan usaha merupakan suatu keadaan yang mana perusahaan mampu untuk dapat mencapai tujuan yang dietapkan perusahaan serta menunjukkan keadaan yang lebih baik dari pada masa sebelumnya dan juga mampu untuk bertahan hidup untuk mengembangkan usahanya (Munajat 2007). Menurut Velzen (1992) seperti dikutip Nurgandini (2014) bahwa keberhasilan industri tidak dapat dipisahkan dari berbagai masukan dan sumber-sumber yang mempengaruhi proses produksi yang dijalankan industri tersebut. Tingkat keberhasilan usaha industri kecil dapat dilihat dari kinerja usaha industri dalam mencapai target yang diharapkan dari industri seperti tingkat keuntungan yang meningkat, jumlah produktivitas yang dihasilkan, serta jumlah unit industri yang dapat dikembangkan. Tingkat keberdayaan usaha di Desa Bojong Rangkas dapat dikategorikan sedang atau moderat. Rata-rata modal per minggu yang dikeluarkan para pengusaha tas di Desa Bojong Rangkas sekitar 8.5 juta rupiah per minggu. Jumlah modal yang tergolong tinggi disebabkan pembelian bahan-bahan yang dalam satuan meteran, lusinan, atau kodian sehingga modal tersebut dapat digunakan untuk pesanan berikutnya. Jika membandingkan dengan keuntungan, keuntungan yang diperoleh para pengusaha sekitar 4 juta rupiah per minggu, yaitu lebih sedikit dari pada modal.

Namun, karena modal yang besar dapat digunakan untuk pesanan berikutnya, keuntungan yang diperoleh dapat menjadi lebih besar. Dari segi produksi, industri tas di Desa Bojong Rangkas sudah mencapai ratusan bahkan ribuan per pesanan. Produksi yang mencapai ribuan dikerjakan oleh jumlah tenaga kerja atau pengrajin yang dimiliki sehingga menghasilkan produktivitas. Rata-rata seorang pengrajin dapat memproduksi 49 pieces tas per minggu. Produksi tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis dan model tas dan jumlah pesanan pada bulan tersebut. Sedangkan rata- rata jumlah mesin jahit yang dimiliki berjumlah 9 unit (sama dengan rata-rata tenaga kerja yang ada, yaitu 10 orang).

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU PENGUSAHA