• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keberdayaan industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas tidak lepas dari peran para pengusaha yang mempunyai karakteristik individu yang berbeda-beda. Karakteristik individu merupakan karakter pribadi di dalam diri yang menentukan sikap dalam menjalankan usaha tas. Tambunan (2009) menjelaskan bahwa usaha yang lebih maju pada umumnya berasosiasi positif dengan umur. Berdasarkan hal tersebut, menarik untuk dikaji lebih lanjut mengenai hubungan antara karakteristik individu pengusaha dan tingkat keberdayaan usaha. Hasil pengujian hubungan antara karakteristik individu dengan tingkat keberdayaan industri kecil disajikan pada tabel-tabel berikut ini.

Tabel 23 Korelasi Rank Spearman antara indikator karakteristik individu dengan tingkat keberdayaan usaha keseluruhan

Tingkat Keberdayaan Usaha Keseluruhan Nilai Korelasi Nilai P

Umur -0.108 0.536

Tingkat Pendidikan 0.185 0.288

Lama Usaha 0.068 0.699

Motivasi Usaha -0.219 0.205

Sumber: Data Primer (2016)

Hasil pengujian dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman pada Tabel 23 menunjukkan bahwa secara keseluruhan tidak terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu pengusaha industri tas di Desa Bojong Rangkas dengan tingkat keberdayaan usaha secara keseluruhan. Aturan nilai dalam menentukan nilai uji korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut: 0.00 (tidak ada hubungan), 0.01-0.09 (hubungan kurang berarti), 0.10-0.29 (hubungan lemah), 0.30-0.49 (hubungan moderat), 0.50-0.69 (hubungan kuat), 0.70-0.89 (hubungan sangat kuat), > 0.9 (hubungan mendekati sempurna). Dari keempat indikator karakteristik individu, tidak ada satu pun indikator yang memiliki simbol bintang. Selain itu, nilai korelasi semua indikator tersebut lebih kecil dari pada nilai P. Semua nilai korelasi menunjukkan hubungan lemah dan kurang berarti. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa karakteristik individu tidak memiliki hubungan nyata dengan tingkat keberdayaan usaha tas di Desa Bojong Rangkas sehingga H1 ditolak dan H0 diterima. Tidak adanya hubungan antara karakteristik individu dengan tingkat keberdayaan usaha dapat disimpulkan bahwa siapapun dapat memasuki sektor industri ini. Keragaman latar belakang, misalnya seperti orang muda dan orang tua, orang berpendidikan maupun kurang berpendidikan, pemula dengan pengusaha senior, tidak menunjukkan pengaruh yang nyata pada tingginya keuntungan maupun omzet suatu usaha. Berikut rincian karakteristik individu per indikator.

Tabel 24 Tabulasi silang umur dengan tingkat keberdayaan usaha

Umur Tingkat keberdayaan usaha

Rendah Sedang Tinggi Total

% % % %

Rendah 1 20 3 60 1 20 5 100

Sedang 3 12 20 80 2 8 25 100

Tinggi 1 20 4 80 0 0 5 100

Sumber: Data Primer (2016)

Berdasarkan Tabel 24, tabulasi silang menunjukkan bahwa umur pengusaha tas di Desa Bojong Rangkas tergolong kategori dewasa menengah (30- 50 tahun), yaitu sebanyak 25 responden. Dari 25 responden, 20 responden tergolong tingkat keberdayaan usaha sedang, yaitu sebanyak 20 responden dan sebesar 80 persen. Sebesar 60 persen dari kelompok umur rendah (dewasa awal) berada pada tingkat keberdayaan usaha sedang sedangkan sebesar 80 persen kelompok umur tinggi (lebih dari 50 tahun) berada pada tingkat keberdayaan usaha sedang. Hal ini menjelaskan bahwa kategori umur dewasa menengah, yaitu kelompok umur 30-50 tahun memiliki keadaan perekonomian usaha yang cukup maju dengan rata-rata umur pengusaha tas adalah 40 tahun. Kemampuan usaha yang sudah cukup maju didukung dengan umur yang tergolong masih produktif untuk menjalankan usahanya. Namun, penggolongan umur sepertinya tidak mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menjalankan usahanya pada industri tas di Desa Bojong Rangkas. Seseorang dengan umur muda maupun umur tua masih dapat menjalankan usahanya dengan baik.

Berumur tua tidak menyurutkan semangat para pengrajin dan pengusaha tas di Desa Bojong Rangkas untuk tetap berkarir di bidang kerajinan rakyat. Pekerjaan yang tergolong mudah dikerjakan di rumah sambil mengurusi kebutuhan rumah tangga dan dibantu keluarga, menyebabkan para pengusaha dan pengrajin yang sudah lanjut usia tetap semangat untuk merintis usaha. Tidak berbeda dengan yang tua, para anak muda, sejak kecil sudah terbiasa dengan keadaan keluarganya yang berkecimpung di bidang tas, bahkan mereka sudah mulai belajar sejak SD ketika waktu senggang. Hal ini didukung dengan keterampilan menjahit yang sudah dipelajari sejak kecil. Usaha industri tas di Desa Bojong Rangkas didominasi oleh usaha turun-temurun atau usaha keluarga sehingga sejak dini, para pengusaha muda maupun pemula sudah terbiasa dengan lingkungan yang mendukung bagi mereka untuk mengembangkan usahanya di bidang tas dan kerajinan lainnya.

Tabel 25 Tabulasi silang tingkat pendidikan dengan tingkat keberdayaan usaha Tingkat

pendidikan

Tingkat keberdayaan usaha

Rendah Sedang Tinggi Total

% % % %

Rendah 2 13.33 13 86.67 0 0 15 100

Sedang 2 20 7 70 1 10 10 100

Tinggi 1 10 7 70 2 20 10 100

Berdasarkan Tabel 25, tabulasi silang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan para pengusaha tas di Desa Bojong Rangkas termasuk rendah, yaitu hanya lulusan SD sebanyak 15 responden. Dari 15 responden, terdapat 13 responden (86.67 persen) tergolong memiliki usaha yang cukup maju atau berdaya. Sementara tingkat pendidikan sedang maupun tinggi, sebesar 70 persen keduanya memiliki tingkat keberdayaan usaha yang sedang. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak mempengaruhi maju atau tidaknya suatu bisnis seseorang. Kemampuan menjalankan usaha tergantung dari keterampilan dan kemampuan seseorang dalam berbisnis. Para pengusaha tas merasa bahwa keterampilan menjahit yang terus diasah sejak kecil dan lingkungan yang mendukung, lebih penting dari pada melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan pendidikan tinggi tidak menjanjikan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi sehari-hari sehingga tidak menarik minat mereka dibandingkan mengasah keterampilan menjahit pada usaha orang lain maupun keluarga. Para orang tua juga tidak memaksakan anak-anaknya untuk sekolah ke tingkat yang lebih tinggi. Mayoritas pengusaha dan pengrajin yang laki-laki menuntut mereka untuk mandiri, apalagi setelah mereka menikah. Berbisnis tas lebih menjanjikan dalam menghasilkan pendapatan bagi keluarga dalam jangka waktu yang relatif cepat.

Rata-rata pendidikan yang tergolong rendah yaitu lulusan SMP dan SD bahkan ada dua responden yang tidak tamat SD menunjukkan bahwa pendidikan tidak berhubungan dengan kondisi usaha yang mereka miliki. Mereka merasa bahwa keahlian, keterampilan, dan kebutuhan akan pekerjaan yang cepat menghasilkan pendapatan, lebih utama dibandingkan pendidikan tinggi. Menyadari adanya keterbatasan biaya untuk melanjutkan pendidikan dan kebutuhan terhadap pekerjaan yang cepat menghasilkan pendapatan, para anak muda memilih untuk langsung bekerja ketika mereka lulus SD atau SMP. Di samping itu, para orang tua juga memberikan kebebasan bagi anak-anaknya untuk memilih meneruskan sekolah ataupun bekerja. Sementara pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki hanya keterampilan di bidang tas di samping pendidikan formalnya yang rendah. Oleh karenanya, mereka memilih untuk membuka usaha tas sendiri. Lingkungan sekitar juga mendukung bagi anak-anak untuk bekerja di bidang tas karena lebih menjanjikan dalam mendapatkan penghasilan dan keterampilan.

“Saya mah SD doang. Orang-orang di PT kan pada S

berapalah, pake ijazah. Saya mah gak pake gituan. Yang penting, pas dites saya, dipake terusin, gak ya jangan. Kalau ijazah gak jadi jaminan. Jaman sekarang mah keterampilan. Tapi alhamdulillah kata orang PT yang orang Korea itu bilang good good. Saya dibilang orang ini bener nih orang omongannya, bisanya apa. Buat apa tinggi-tinggi sekolah tapi gak bisa praktek. Kalau saya kan orangnya polos, gak pernah pake surat lamaran.” – AD (42 tahun).

“Saya lulusan SMK disuruh lanjutin ke pesantren/kuliah

Tabel 26 Tabulasi silang lama usaha dengan tingkat keberdayaan usaha Lama usaha Tingkat keberdayaan usaha

Rendah Sedang Tinggi Total

% % % %

Rendah 2 15.39 10 76.92 1 7.69 13 100

Sedang 2 20 7 70 1 10 10 100

Tinggi 1 8.34 10 83.33 1 8.33 12 100

Sumber: Data Primer (2016)

Berdasarkan Tabel 26, lama usaha industri tas di Desa Bojong Rangkas tergolong rendah, yaitu 0-8 tahun. Namun, lama usaha industri tas di sana hampir tidak berbeda jauh antara tingkat rendah, sedang, maupun tinggi karena rata-arata pengusaha merintis usaha sendiri adalah 13 tahun. Dari 13 responden, 10 diantaranya atau 76.92 persen berada pada tingkat keberdayaan sedang. Sementara lama usaha kategori sedang dan tinggi juga berada pada tingkat keberdayaan usaha sedang.

Pada umumnya, lama usaha yang menunjukkan pengalaman dan motivasi usaha sudah didukung dari lingkungan keluarga maupun lingkungan sekitar. Para pengusaha pemula sudah mendapatkan keterampilan dan kemampuan mereka lalu mereka merintis usaha sendiri tanpa menunggu memiliki modal (dana) yang banyak. Modal kepercayaan orang lain juga menjadi salah satu pendorong mereka untuk merintis usaha sendiri, yaitu dengan bekerja sama dengan para pemesan walaupun masih sedikit produksinya. Rata-rata lama usaha para pengusaha tersebut adalah 13 tahun, sedangkan rata-rata umur mereka adalah 40 tahun. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa mereka memulai usaha tas secara mandiri di rumah sejak umur 27 tahun. Sebelum membuka usaha sendiri di rumah, mereka

berpengalaman menjadi “kenek” pada usaha milik tetangga atau di kota besar. Setelah merasa mampu dan menguasai pembuatan tas, akhirnya mereka membuka usaha sendiri di rumah dan menerima pesanan sendiri.

Tabel 27 Tabulasi silang motivasi usaha dengan tingkat keberdayaan usaha Motivasi

usaha

Tingkat keberdayaan usaha

Rendah Sedang Tinggi Total

% % % %

Rendah 0 0 0 0 0 0 0 100

Sedang 0 0 11 91.67 1 8.33 12 100

Tinggi 5 21.74 16 69.56 2 8.70 23 100

Sumber: Data Primer (2016)

Berdasarkan Tabel 27, motivasi usaha para pengusaha tas tergolong tinggi, yaitu sebanyak 23 responden dari total 35 responden. Dari 23 responden tersebut, terdapat 16 responden sebesar 69.56 persen berada pada tingkat keberdayaan sedang. Berkenaan dengan hal di atas, pengalaman tersebut juga mempengaruhi motivasi mereka yang tergolong tinggi yaitu ingin menjadi pengusaha yang mandiri berdasarkan penggolongan motivasi dari Das (2000) seperti dikutip Tambunan (2009). Motivasi yang tinggi tersebut berasal dari kemauan diri sendiri yang ingin mandiri atau membuka usaha sendiri di rumah dan

membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar maupun keluarganya. Motivasi tinggi ini juga didasari alasan merintis usaha tas sebagai sumber pendapatan utama keluarga. Hal ini didukung dengan penelitian Utami (2013) yang menyebutkan bahwa motivasi dipengaruhi oleh pengalaman dan keterampilan kerja. Simpulannya, karakteristik individu pengusaha tas di Desa Bojong Rangkas yang tergolong sedang menunjukkan bahwa mereka memiliki karakter seorang pengusaha yang cukup tinggi.

Dalam penelitian ini, keberdayaan usaha dinilai dari suatu keadaan usaha yang dapat mencapai tujuan usahanya dari sisi ekonomi. Keadaan usaha tersebut meliputi tingkat modal, keuntungan, produktivitas, dan jumlah mesin jahit. Merujuk dari keempat tabel karakteristik individu, tingkat keberdayaan usaha secara keseluruhan pada industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas termasuk kategori sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa perkembangan ekonomi usaha kerajinan tas di Desa Bojong Rangkas tergolong cukup maju. Penelitian Nurgandini (2014) mengukur tingkat keuntungan per minggu industri tas di Desa Bojong Rangkas berkisar 1.5 juta sampai 3 juta. Jika dibandingkan dengan penelitian ini, tingkat keuntungan industri tas di Desa Bojong Rangkas mengalami peningkatan sekitar satu juta. Sama halnya, jika dibandingkan dengan Nurgandini (2014), tingkat produktivitas mengalami peningkatan dari 26-55 pieces per minggu menjadi 10-87 pieces per minggu.

Tingkat modal, keuntungan, dan produktivitas dihitung per minggu karena perputaran usaha para pengusaha tas di Desa Bojong Rangkas adalah per minggu. Berdasarkan penjelasan dari Bank Indonesia (2015), usaha sektor industri pengolahan merupakan usaha yang menarik dimana perputaran usahanya sangat tergantung dari proses produksi produk olahan tersebut sehingga akan berpengaruh terhadap penjualannya. Sebagai contoh, untuk industri pengolahan pakaian, perputarannya produk usahanya bisa mingguan ataupun bulanan tergantung dari jenis pakaian yang diproduksi. Selain itu juga dengan adanya perkembangan teknologi, maka semakin banyak macam produk yang dihasilkan seperti industri olahan pangan, tekstil, makanan/minuman, pakaian jadi, dan lainnya, sehingga menyebabkan perputaran usaha yang berbeda juga. Perputaran usaha per minggu industri kecil di Desa Bojong Rangkas disebabkan jumlah pesanan yang berbeda- beda, jenis dan model tas dan variasinya yang beragam, lama waktu produksi tas yang berbeda, serta kesepakatan antara pengusaha dengan mitra yang berbeda. Faktor-faktor tersebut lebih berperan dalam menentukan perkembangan usaha industri tas di Desa Bojong Rangkas dari pada karakteristik yang melekat pada diri pengusaha maupun pengrajin tas selain tingkat keterampilan menjahit para pengusaha atau pengrajin.

Tingkat keberdayaan usaha yang tergolong sedang, mengindikasikan bahwa usaha kerajinan tas di Desa Bojong Rangkas dapat menambah dan meningkatkan pendapatan masyarakat serta menyediakan kesempatan kerja yang luas. Dilihat dari teori ekonomi pembangunan, laju pertumbuhan ekonomi yang didukung pertumbuhan sektor industri akan mendorong meningkatnya permintaan terhadap tenaga kerja yang berdampak pada perluasan kesempatan kerja. Meningkatnya kesempatan kerja baru akan mendorong tingkat pendapatan masyarakat sehingga daya beli masyarakat akan meningkat. Selanjutnya, perluasan kesempatan kerja berarti berkurangnya pengangguran dan peningkatan pendapatan masyarakat, yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan

menurunkan tingkat kemiskinan (Prasetyo 2008). Keberadaan UMKM, salah satunya industri tas di Desa Bojong Rangkas, merupakan salah satu perwujudan kongkrit dari kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki kekuatan sendiri dan dapat menjadi harapan di saat perekonomian nasional melemah. Bermodalkan keterampilan dan pengalaman menjahit yang mereka miliki, para pengrajin dan pengusaha tas berusaha merintis usaha sendiri di desanya sehingga menyerap para tenaga kerja yang kekurangan akses ke pendidikan tinggi atau tidak terserap ke lapangan kerja yang tersedia untuk menjadi mandiri.

Secara keseluruhan, tingkat keberdayaan usaha memang tidak memiliki hubungan dengan karakteristik individu. Namun, ketika dilihat dari masing-masing indikator, ternyata umur memiliki hubungan yang nyata terhadap tingkat keuntungan yang dapat dilihat pada Tabel 28 berikut ini.

Tabel 28 Korelasi Rank Spearman antara indikator karakteristik individu dengan tingkat keuntungan

Tingkat Keuntungan Nilai Korelasi Nilai P

Umur -0.433** 0.009

Tingkat Pendidikan 0.263 0.126

Lama Usaha -0.215 0.214

Motivasi Usaha -0.253 0.142

Keterangan:

** Berhubungan nyata pada p<0.10 (taraf nyata 1 persen)

Hasil pengujian dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa nilai probabilitas pada indikator umur memiliki hubungan dengan nilai korelasi dan nilai P masing-masing sebesar -0.433 dan 0.009 (Tabel 28). Hal tersebut mengindikasikan bahwa indikator umur dan tingkat keuntungan memiliki hubungan moderat karena nilai korelasi berada di antara 0.30-0.49. Terdapat tanda minus yang menjelaskan bahwa semakin rendah umur seseorang, maka semakin tinggi tingkat keuntungan yang diperolehnya. Sebaliknya adalah semakin tinggi umur seseorang maka semakin rendah tingkat keuntungan yang diperolehnya.

Umur menunjukkan tahun kelahiran seseorang yang dapat dikaitkan dengan kondisi pendidikan seseorang. Pendidikan menunjukkan kemampuan dan keahlian seseorang yang diukur berdasarkan tingkatan formal yang ada. Pengusaha yang berumur muda/dewasa awal berdasarkan pengkategorian Havighurst seperti dikutip Mugniesyah (2006), rata-rata berumur 25 tahun. Jika melihat tahun kelahirannya, maka para pengusaha tersebut lahir pada tahun 90-an. Berdasarkan Teori Generasi, tahun kelahiran tersebut menunjukkan bahwa seseorang termasuk generasi Y yang berarti mereka sudah terdedah teknologi komunikasi yang instan. Mereka termasuk generasi yang memiliki keinginan untuk belajar sesuatu yang baru. Hal tersebut didukung dengan keadaan di lapang bahwa mereka mulai memanfaatkan aplikasi chatting seperti Line, WhatsApp, dan Blackberry Messenger untuk berkomunikasi dengan para pemesan. Mereka juga mulai memanfaatkan internet untuk mempromosikan sedikit hasil produksi tas walaupun belum memanfaatkan secara maksimal. Namun mereka sudah mulai mengerti

perkembangan zaman teknologi informasi. Hal tersebut juga didukung dengan tingkat pendidikan yang mulai membaik yaitu lulusan SMP dan sedikit SMA. Pada tahun 90-an, sistem pendidikan wajib 9 tahun sudah mulai berjalan. Pendidikan yang lebih maju dan umur yang produktif berhubungan dengan kapasitas seseorang (pengusaha) untuk mencari peluang atau kesempatan yang dapat meningkatkan perkembangan usahanya. Hal tersebut didukung dengan pernyataan informan berikut ini.

“Sekarang mah yang usaha tas di sini kebanyakan anak-anak muda. Dulu jaman saya, anak mudanya jarang sekali. Kebanyakan yang tua-tua. Sekarang kan jamannya udah online juga ya, cepet itu.” – Sainin (65 tahun)

“Sekolah jaman dulu kan belum wajib 9 tahun.

Sekarang udah. Jadinya rata-rata di sini yang udah senior paling SD SMP. Kalau sekarang kan yang muda-muda udah mendingan lah.” – HS (62 tahun)

Ikhtisar

Kemampuan seorang pengusaha menentukan perkembangan usaha bisnis yang dimilikinya. Kemampuan seseorang pengusaha dipengaruhi oleh karakteristik individu yang melekat dalam dirinya. Umur yang tergolong masih produktif, pengalaman usaha yang cukup lama, tingkat pendidikan yang rendah, dan motivasi usaha yang tinggi merupakan karakteristik individu pengusaha tas di Desa Bojong Rangkas yang menunjukkan perkembangan usaha yang tergolong maju. Hal ini menunjukkan karakteristik individu pelaku usaha industri tas tersebut memiliki kemampuan seorang pengusaha yang cukup baik. Namun, berdasarkan uji statistik Rank Spearman karakteristik individu tidak memiliki hubungan nyata dengan tingkat keberdayaan usaha. Hal tersebut disebabkan tingkat keberdayan usaha yang lebih ditentukan oleh keterampilan menjahit para pengusaha dan pengrajin tas. Keterampilan yang sudah diasah sejak kecil menyebabkan mereka ingin melanjutkan dan mengaplikasikan keterampilan tersebut pada usaha yang dirintis sendiri. Usaha yang turun-temurun atau usaha keluarga menyebabkan para anak muda sudah terbiasa dengan suasana jahit menjahit dalam lingkungannya. Hal ini menarik minat pada usahawan untuk merintis usahanya, apalagi mayoritas pengrajin laki-laki, mengharuskan mereka untuk mandiri ketika mereka sudah menginjak umur dewasa. Pendidikan tinggi tidak menarik masyarakat industri tas di Desa Bojong Rangkas karena mereka lebih mengedepankan keterampilan yang dimiliki. Motivasi yang tinggi juga karena profesi pengusaha tas digeluti sebagai profesi sumber pendapatan utama. Keinginan untuk memberikan pekerjaan pada orang lain dan mempunyai usaha yang terpisah dengan orang tua, menjadi motivasi para pengusaha untuk mencoba mandiri. Tingkat keberdayaan usaha yang tergolong moderat menunjukkan bahwa industri tas di Desa Bojong Rangkas cukup maju. Kemajuan usaha tas tidak berhubungan dengan seseorang yang tua ataupun muda, dan junior ataupun senior. Tidak adanya hubungan antara karakteristik individu dengan tingkat keberdayaan usaha dapat disimpulkan bahwa siapapun dapat memasuki sektor industri ini.

ANALISIS TINGKAT PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL