• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Geografis

Desa Bojong Rangkas merupakan salah satu desa perindustrian/jasa yang terdapat di wilayah Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa tersebut terbagi atas 3 dusun, 9 RW dan 40 RT. Tipologi Desa Bojong Rangkas berada pada sektor perindustrian jasa. Desa Bojong Rangkas berbatasan dengan Desa Cibanteng di sebelah utara, Desa Cicadas di sebelah selatan, Desa Cibadak di sebelah timur, dan Desa Tegal Waru di sebelah barat.

Luas wilayah Desa Bojong Rangkas adalah 104 ha. Sebagian besar wilayah tersebut digunakan untuk pemukiman dan tegal/ladang. Tata guna lahan lainnya di Desa Bojong Rangkas dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 6 Luas lahan dan persentase menurut penggunaannya di Desa Bojong Rangkas tahun 2015

No. Jenis Penggunaan Lahan

Luas (ha) Persentase

1 Pemukiman 67.50 64.90 2 Tegal/Ladang 20.00 19.23 3 Fasilitas Umum 9.60 9.23 4 Sawah 3.00 2.87 5 Perkebunan 3.00 2.87 6 Lainnya 0.90 0.90 Total 104.00 100.00

Sumber: Profil Desa Bojong Rangkas (2015)

Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar lahan di wilayah Desa Bojong Rangkas sebesar 64.90 persen seluas 67.50 ha wilayah Desa Bojong Rangkas digunakan sebagai pemukiman. Tabel 7 menunjukkan bahwa lapangan usaha yang mendominasi di Desa Bojong Rangkas adalah jasa-jasa. Merujuk pada kedua tabel tersebut, pemukiman dan jasa-jasa berhubungan karena penggunaan lahan lebih banyak digunakan sebagai tempat industri kecil (home industry) tas, dompet, dan kerajinan lainnya dari kulit. Industri kecil tersebut berada di rumah-rumah yang merupakan tempat pemukiman penduduk. Oleh karenanya, sebagian besar masyarakatnya yang bermata pencaharian dari usaha industri kecil di rumah masing-masing.

Tabel 7 Jumlah penduduk Desa Bojong Rangkas menurut lapangan usaha No. Jenis Lapangan Usaha Jumlah Penduduk (orang)

1 Pertanian 109

2 Industri 700

3 Konstruksi 60

4 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 700

5 Angkutan 65

6 Lembaga Keuangan Lainnya 2

7 Jasa-Jasa 1.225

8 Lainnya 410

Sumber: Kecamatan Ciampea dalam Angka Tahun 2013

Kondisi jalan di Desa Bojong Rangkas sudah cukup baik serta dilengkapi dengan sarana yang memadai untuk mengaksesnya berupa angkutan kota dan ojek. Desa Bojong Rangkas juga dekat dengan kantor Kecamatan Ciampea. Tabel 8 di bawah ini menyajikan data berupa informasi jarak dari kantor desa ke ibukota kecamatan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat dan ibukota Negara.

Tabel 8 Jarak dari kantor Desa Bojong Rangkas ke Ibukota Kecamatan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat dan Ibukota Negara tahun 2015

No. Lokasi Jarak (km)

1 Ibukota Kecamatan 67.50

2 Kabupaten Bogor 20.00

3 Provinsi Jawa Barat 9.60

4 Ibukota Negara 3.00

Sumber: Profil Desa Bojong Rangkas (2015)

Kondisi Demografis

Desa Bojong Rangkas terdiri dari 3 dusun dengan 40 RT yang tersebar dalam 9 RW. Tiap RW dihuni oleh penduduk yang sebagian besar merupakan asli penduduk lokal. Berdasarkan data profil Desa Bojong Rangkas tahun 2015 menyebutkan bahwa jumlah penduduk keseluruhan desa tersebut sebanyak 13.387 jiwa. Jumlah kepala keluarga di Desa Bojong Rangkas tahun 2015 adalah sebanyak 3.431 KK. Jumlah keluarga prasejahtera berjumlah 232 KK. Berikut ini adalah perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Desa Bojong Rangkas pada Tabel 9.

Tabel 9 Jumlah dan persentase penduduk menurut jenis kelamin di Desa Bojong Rangkas tahun 2015

No. Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase

1 Laki-laki 7.009 52.36

2 Perempuan 6.378 47.64

Total 13.387 100.00

Tabel 9 terlihat bahwa jumlah penduduk laki-laki di Desa Bojong Rangkas lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Jumlah penduduk laki-laki sebesar 52.36 persen sebanyak 7.009 jiwa, sedangkan jumlah penduduk perempuan sebesar 47.64 persen sebanyak 6.378 jiwa dari keseluruhan total penduduk sebanyak 13.387 jiwa.

Tabel 10 Jumlah dan persentase penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Bojong Rangkas tahun 2015

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase

1 Tamat SD/sederajat 4.322 41.22 2 Tamat SMP/sederajat 2.560 24.41 3 Tamat SMA/sederajat 3.202 30.54 4 Tamat D2/sederajat 90 0.86 5 Tamat S1/sederajat 273 2.60 6 Tamat S2/sederajat 29 0.28 7 Tamat S3/sederajat 10 0.10 Total 10.486 100

Sumber: Profil Desa Bojong Rangkas (2015)

Tabel 10 menunjukkan bahwa rata-rata warga Desa Bojong Rangkas menempuh tingkat pendidikan lebih banyak pada tingkat pendidikan tamat SD/sederajat sebanyak 4.322 orang sebanyak 41.22 persen dari jumlah keseluruhan 10.486 orang. Tamatan SMA dan SMP juga mendominasi tingkat pendidikan di Desa Bojong Rangkas, yaitu masing-masing sebesar 30.54 dan 24.41 persen. Sangat sedikit penduduk di Desa Bojong Rangkas yang menempuh tingkat pendidikan tinggi setara perguruan tinggi, yaitu sekitar 10 persen.

Kondisi Fisik

Rumah penduduk di Desa Bojong Rangkas terdiri dari bangunan yang berdinding tembok (permanen), semi permanen, tidak permanen, dan panggung. Sebagian besar rumah penduduknya terdiri dari bangunan yang berdinding tembok (permanen). Semua lahan pertanian di Desa Bojong Rangkas sebanyak 6.00 ha sudah tidak berkembang pesat karena lahannya sudah lebih banyak dimanfaatkan sebagai pemukiman yang merupakan tempat untuk usaha-usaha industri kecil tas di rumah-rumah ataupun usaha lainnya. Penggunaan lahan juga digunakan dalam fasilitas sarana umum seperti sarana dan prasarana pendidikan, ibadah, dan olahraga. Berikut ini data tentang sarana dan prasarana di Desa Bojong Rangkas disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Jumlah sarana dan prasarana di Desa Bojong Rangkas tahun 2015

No. Jenis Sarana Jumlah (unit)

1 Bangunan SMA/Sederajat 1

2 Bangunan SMP/Sederajat 2

3 Bangunan SD/Sederajat 7

4 Balai Pengobatan Masyarakat Yayasan/Swasta

3

5 Rumah Bersalin 1

6 Masjid 8

7 MCK Umum 8

8 Lapangan Sepak Bola 1

9 Lapangan Voli 1

Sumber: Profil Desa Bojong Rangkas (2015)

Tabel 11 menunjukkan bahwa sarana dan prasarana di bidang pendidikan sudah cukup baik karena terdapat bangunan SMA/Sederajat sebanyak 1 unit dan cukup banyak bangunan SD/Sederajat sebanyak 7 unit, sedangkan bangunan SMP lebih sedikit yaitu 2 unit. Sarana keagamaan umat muslim adalah sarana yang terbanyak di Desa Bojong Rangkas, yaitu masjid. Sarana kesehatan juga sudah ada, yaitu balai pengobatan masyarakat yayasan/swasta sebanyak 3 unit dan rumah bersalin sebanyak 1 unit. Sarana olahraga juga sudah ada, yaitu lapangan voli dan sepak bola masing-masing berjumlah 1 unit.

Gambaran Umum Industri Tas di Desa Bojong Rangkas

Pengusaha industri tas di Desa Bojong mengalami perkembangan yang pesat. Industri tas di Desa Bojong Rangkas dimulai sekitar tahun 1984-1985. Peresmian kawasan sentra industri tas Simpang Cikampak, Kecamatan Ciampea yang ditetapkan dari Dinas Koperasi UKM, Perindustrian dan Perdagangan sekitar tahun 2002. Usaha tas yang berbasis home industry tersebut dimulai ketika beberapa pengusaha tas senior yang tidak ingin bekerja sebagai pengrajin di luar desa, namun sebagai pengrajin yang merintis usaha di rumah sendiri. Sejak saat itu, khususnya RW 04, menjadi sentra industri tas. Bapak Jamil Kurniawan, ketua RW 04, mengungkapkan bahwa industri tas di RW 04 menjadi pusat para pengusaha dan pengrajin tas karena sepanjang jalan RW 04 ataupun ketika masuk ke dalam gang-gang dapat ditemukan usaha industri kecil tas. Pengusaha tas di Bojong Rangkas, hampir semuanya memiliki keahlian menjahit sehingga mereka juga ikut memproduksi tas bersama para pengrajinnya atau bersama istri/keluarga.

Gambar 3 Persentase dan jumlah pengusaha berdasarkan jenis produk Industri tas di Desa Bojong Rangkas menghasilkan tas dan kerajinan kulit lainnya yang beraneka ragam. Tas yang diproduksi bermacam-macam jenis dan model antara lain tas wanita (fashion), tas promosi atau seminar, dan tas sekolah atau kantor. Selain tas, para pengusaha dan pengrajin juga memproduksi berbagai jenis kerajinan lainnya seperti dompet dan agenda/binder. Beberapa pengusaha juga memanfaatkan sisa-sisa bahan menjadi gantungan kunci, dompet koin, dan berbagai suvernir lainnya. Berdasarkan Gambar 3, pengusaha tas wanita merupakan pengusaha yang paling banyak memproduksi tas wanita, yaitu 80 persen dari total pengusaha di Desa Bojong Rangkas. Pengusaha yang terbanyak kedua adalah pengusaha di bidang dompet. Hal tersebut menunjukkan bahwa fashion wanita mempunyai peluang bisnis yang besar.

Tas dan kerajinan kulit lainnya di Desa Bojong Rangkas berasal dari dua bahan utama, yaitu bahan baku dan bahan penolong seperti benang, lem, pc, latek, dan berbagai macam bahan variasi tambahan sebagai aksesoris tas. Kedua bahan utama tersebut hampir sebagian besar diperoleh dari Jakarta dan Kota Bogor, namun sekarang ada beberapa penjual yang juga membuka toko bahan-bahan pembuatan tas sehingga para pengrajin dan para pengusaha lebih efisien waktu dan biaya dalam menjangkau bahan-bahan pembuatan tas. Bahan baku yang digunakan berasal dari produk lokal dan produk impor. Harga tas juga bervariasi berdasarkan bahan baku, bahan aksesoris, dan kualitas jahitan. Semakin mahal harganya, semakin bagus kualitas tas tersebut. Oleh karenanya, biasanya disesuaikan dengan pesanan pembeli/pemesan.

Para pembeli/pemesan juga beragam mulai dari dalam kota, antar provinsi, maupun mancanegara, seperti Jabodetabek, Kalimantan, Sulawesi, bahkan Timur Tengah dan Asia Timur. Berbagai orderan baik itu dari perorangan maupun membawa nama perusahaan/instansi datang ke tempat usaha mereka. Para pembeli/pemesan tersebut mendapat informasi seputar industri tas di Desa Bojong Rangkas berdasarkan informasi dari jaringan sosial yang terbentuk antar pengrajin dan pemesan, bahkan informasi yang tersebar dari mulut ke mulut pun menjadi salah satu sumber penyebaran informasi seputar kegiatan industri ini. Selain itu,

jaringan pertemanan atau kekeluargaan antar pengusaha maupun pengrajin juga membuka peluang lebih besar untuk mencari konsumen. Seperti misalnya perusahaan kosmetik atau agen travel yang memesan tas promosi. Tidak hanya konsumen dari instansi-instansi, konsumen perorangan pun sering kali berdatangan langsung untuk memesan tas ke Desa Bojong Rangkas. Biasanya mereka datang mencari produk yang sama kualitasnya seperti di pusat perbelanjaan besar tetapi, dengan harga yang relatif lebih terjangkau.

Kekurangan industri kecil tas di Desa Bojong Rangkas adalah tidak adanya media promosi (showroom) di kantor Desa Bojong Rangkas, belum memiliki merek sendiri, serta masih berproduksi secara massal berdasarkan pesanan. Selain itu, tidak ada pendataan survei atau database jumlah pengrajin/pengusaha tas, jumlah produksi, dan jenis tas/kerajinan kulit yang dihasilkan. Kurangnya data sekunder dari berbagai stakeholder setempat menyebabkan kesulitan pendataan jumlah pengrajin/pengusaha.

Hubungan yang terjalin antara pengusaha dengan pengrajin/tenaga kerja sangatlah beragam yaitu berdasarkan hubungan keluarga, tetangga, pertemanan maupun atas dasar pekerjaan itu sendiri. Terdapat juga beberapa tenaga kerja yang berasal dari luar desa atau kampung tetangga. Mereka berdatangan karena melihat peluang bekerja yang tinggi di Desa Bojong Rangkas walaupun upah yang ditawarkan masih di bawah upah minimun Kab/Kota Bogor. Kemampuan pengusaha dan para pengrajinnya dalam membuat tas rata-rata karena belajar dengan anggota keluarga yang juga menekuni pekerjaan ini, tetangga, maupun belajar dari pabrik di kota. Tidak ada kursus-kursus yang mereka ikuti, meskipun ada hanya sebagian kecil yang pernah mengikuti dan itu pun jika ada pelatihan UMKM yang diselenggarakan dari pemerintah daerah maupun instansi lainnya. Tabel 12 Jumlah industri kecil formal dan non formal di Kabupaten Bogor 2015

Jenis Industri Kelompok Industri Jumlah Usaha (unit) Investasi (Rp) Tenaga Kerja (orang) Industri Kulit Formal 65 1.387.910.000 1.523

Non Formal 295 647.282.670 1.233

Sumber : http://kotabogor.go.id/index.php/page/detail/124/industri#.V2DHbrt97IU

Berdasarkan Tabel 12, kelompok industri kulit memiliki potensi yang besar bagi PDRB Kabupaten Bogor dan penyerapan tenaga kerja. Dilihat dari jumlah unit usahanya, sektor non formal lebih banyak dari pada sektor formal, namun nilai investasi yang dihasilkan lebih kecil dari sektor formal. Namun, jumlah unit usaha non formal lebih banyak dari pada usaha formal disebabkan sebagian besar industri kecil kulit tidak memiliki izin usaha yang sah. Hal tersebut sebenarnya bukan semata-mata disebabkan oleh kekurang paham para pelaku usaha akan pentingnya izin usaha namun, juga dikarenakan pihak desa yang kurang memperhatikan. Pihak desa juga tidak memiliki survei jumlah seluruh pengrajin yang ada di desanya.

Berdasarkan informasi dari pihak desa, para pelaku industri tas di Desa Bojong Rangkas tidak membayar pajak dengan strategi pekerjaan yang dilakukan adalah di rumah masing-masing sehingga skalanya menjadi skala rumah tangga atau kecil. Sebagian besar pelaku usaha industri tas di Desa Bojong Rangkas

dikerjakan di rumah masing-masing sehingga sedikit sekali yang menggunakan satu tempat besar seperti pabrik. Tetapi ada juga yang skalanya termasuk industri menengah, mempunyai tempat usaha yang besar, dan jumlah tenaga kerja yang mencapai 30 orang namun bentuknya seperti rumah tidak berbentuk layaknya sebuah pabrik.

Rantai Tata Niaga Industri Tas di Desa Bojong Rangkas

Rantai bisnis digunakan untuk melihat sekumpulan kegiatan utama dan pendukung yang berjalan pada industri tas di Desa Bojong Rangkas. Berdasarkan salah satu pernyataan responden, dari permodalan sampai pemasaran, banyak campur tangan dari pemesan/mitra untuk mendukung industri tas di Desa Bojong Rangkas. Banyak dari para pemesan yang memberikan Dana Pertama (DP) atau bahan-bahan untuk mengatasi kekurangan modal. Sedangkan pemasaran, semua dilakukan oleh pemesan walaupun ada beberapa pengusaha yang memiliki showroom sendiri di rumahnya. Adapun pengusaha yang sudah mandiri sehingga tidak membutuhkan dukungan dana atau bahan dari pemesan. Pengusaha yang sudah mandiri tersebut juga didukung dengan akses ke kredit perbankan namun, hanya sedikit sekali pengusaha yang meminjam modal ke perbankan. Karena banyaknya dukungan pemesan berupa DP, bahan baku, bahan penolong, bahkan hampir semua dukungan diberikan, hal tersebut menggambarkan sistem transaksi jual beli yang dilakukan pemesan dan pengusaha tas di Desa Bojong Rangkas. Hal tersebut didukung dengan pernyataan responden berikut ini. Berdasarkan pernyataan responden dan keadaan lapang, Gambar 4 menyajikan bentuk dukungan yang diberikan pemesan kepada para pengusaha tas di Desa Bojong Rangkas.

“Kalau di tas, ada sistem komisi, jual beli full, jual beli setengah. Kalau komisi, kita punya bos, kita dikasih bahan semuanya dari dia, tinggal dikasih upah per satu tasnya. Jadi gak terlalu perlu modal banyak, yang penting kemampuan dan tenaga kerja ada. Kalau jual beli setengah, rata-rata lem dan benang beli sendiri, kalo asesoris dan bahan baku dikasih. Tinggal kalkulasiin upah tenaga kerja. Kalau tas juga per minggu modalnya soalnya mesti setor. Kalau untuk jual beli full beli bahan baku sendiri semua sendiri. Tergantung perusahaannya

Gambar 4 Persentase bentuk dukungan mitra

Berdasarkan Gambar 4, dapat disimpulkan permodalan bagi industri tas di Desa Bojong Rangkas sangat dipengaruhi oleh mitra mereka. Sebanyak 69 persen pengusaha tas mendapatkan dukungan baik berupa DP, bahan-bahan, bahkan semuanya disediakan. Dari 69 persen, terdapat 12 persen pengusaha yang memiliki sistem upah/komisi. Artinya, semua bahan baku dan bahan penolong disediakan pihak pemesan. Mereka hanya dibayar jasa pembuatan tas. Sedangkan sisanya, hanya sebanyak 31 persen, pengusaha tas sudah mandiri. Artinya, mereka mengeluarkan modal untuk berbisnis dengan uang sendiri, meminjam ke perbankan, atau paling tidak dibantu keluarganya, bukan dibantu oleh mitra.

Gambar 5 Analisis rantai pemasaran industri tas di Desa Bojong Rangkas

Pemberian merek oleh mitra Produksi barang

jadi tapi belum bermerek Bahan baku dan bahan

penolong diperoleh dari kota besar atau toko di

desa Showroom di rumah sendiri Toko Online

Bahan baku dan bahan penolong sudah disediakan oleh mitra

Perusahaan pemesan Toko atau Outlet di kota besar Instansi Pemerintah Konsumen

Berdasarkan Gambar 5, dari proses pertama terutama bahan baku harganya dapat dikatakan fluktuatif, sering kali mengalami naik turun. Kondisi tersebut juga menyebabkan beberapa pengusaha dibantu permodalan oleh pemesan. Bahan baku yang diperoleh dari beberapa kota besar seperti Bogor, Pasar Senin, Bekasi, dan sebagainya. Bahan baku yang diperlukan bermacam-macam jenis. Untuk kulit sintesis, ada jenis Viroteq, AC, Columbus, D600, 420, D1000, Baby Restok, Peron, dan lain-lain. Adapun bahan baku dari kulit binatang dan kain tenun, songket yang biasanya diperoleh dari pemesan. Bahan-bahan tersebut jarang bahkan tidak dijual di toko-toko sekitar karena bahan-bahan tersebut biasanya pesanan dari pemesan. Semakin langka bahan bakunya, maka akan semakin tinggi harga tas tersebut. Sedangkan untuk bahan penolong cukup mudah ditemukan di toko-toko sekitar atau di kota Bogor. Setidaknya tidak sejauh mendapatkan bahan baku yang harus diperoleh ke Jakarta dan sekitarnya. Banyaknya permintaan terhadap kebutuhan pembuatan tas berdampak pada tumbuhnya toko-toko bahan-bahan di RW 04. Kemudahan yang diperoleh dari toko-toko di sekitar tentu penghematan biaya, waktu, energi serta dapat mengutang dengan kas bon. Adapun beberapa pengusaha yang sistem transaksi jual belinya dengan mitra. Artinya mitra menyediakan bahan- bahan lalu, upah yang diberikan nantinya dipotong dengan bahan-bahan tersebut. Kemudian setelah proses pengadaan bahan baku dan bahan penolong, aktivitas utama selanjutnya adalah tahapan produksi. Produksi dilakukan dengan sistem borongan, artinya satu orang mengerjakan satu tas hingga selesai dan didominasi oleh kaum laki-laki. Kaum laki-laki membuat pola, menggunting, mengelem bahan dalaman (busa), pemberian asesoris (kantong, seleting) dan menjahit. Kaum laki-laki juga dibedakan menjadi “tukang bawah” dan “tukang

atas”. Tukang bawah biasanya mereka yang masih pemula, pekerjaannya membuat

pola, mendesain, menggunting, mengelem lalu diberi busa. Sedangkan tukang atas, adalah mereka yang ahli menjahit dan bertugas memegang mesin jahit. Adapun yang tidak membedakan tukang atas dan tukang bawah karena keterbatasan uang untuk menggaji ataupun tenaga kerja. Sementara kaum perempuan, banyaknya membantu bagian-bagian yang mudah dan tahapan akhir produksi serta pengemasan seperti, pemberian plastik, membersihkan benang-benang yang tertinggal, dan mengecat.

Selanjutnya tahapan terakhir adalah tahapan pemasaran yang memiliki peranan penting dalam menentukan akan dibawa kemana hasil produksi dikirim atau dijual. Jaringan kemitraan pada tahap ini sangat bermanfaat bagi perluasan jaringan pemasaran itu sendiri. Semakin luas dan banyak, maka semakin banyak pesanan yang masuk dan tentunya membantu perkembangan usaha tas itu sendiri.

Berdasarkan gambar di atas, dapat dipastikan juga bahwa tahapan pemasaran semua dilakukan oleh para mitra. Oleh karenanya, pemberian merek juga dilakukan oleh para mitra. Inilah yang menjadi kelemahan industri tas di Desa Bojong Rangkas karena mereka tidak memiliki merek sendiri. Tas atau kerajinan lainnya yang tidak memiliki merek ini biasanya disimpan di lemari kaca atau showroom di rumah sendiri. Tas yang tidak memiliki merek juga biasanya barang sisa dari permintaan pemesan yang berlebih atau memang sengaja dibuat untuk dipajang.

ANALISIS KARAKTERISTIK INDIVIDU PENGUSAHA