• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Unsur Intrinsik Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Analisis Unsur Intrinsik Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu

Analisis unsur intrinsik merupakan penelitian berdasarkan unsur-unsur internal karya sastra. Unsur- unsur-unsur intrinsik yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu: tema, alur atau plot, penokohan dan perwatakan, sudut pandang, latar, dan amanat.

1. Tema

Tema merupakan ide atau gagasan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar. Novel ini berkisah tentang cinta yang terdistorsi antara manusia dalam setiap wujud relasinya antara sesama, antara laki-laki dan perempuan, antara ibu dan anak.

Pengarang menjadikan perempuan sebagai tokoh utama dalam ceritanya. Nayla merupakan seorang gadis yang penuh dengan pengalaman pahit dalam hidupnya, karena kegigihannya pun ia mampu menjadi seorang penulis yang terkenal. Kisah Nayla bercerita seputar bullying, sex harassment, drugs, night life,

dan bisexuality.

Novel ini menceritakan perjalanan hidup Nayla, seorang perempuan yang tumbuh dalam keluarga broken home. Nayla tinggal bersama ibu kandungnya yang mendidiknya dengan kekerasan. Ibu Nayla adalah orang yang disiplin dan temperamental. Ibu akan menghukum Nayla dengan menusuki selakangan Nayla dengan peniti apabila ia mengompol. Begitu pula jika Nayla melakukan kesalahan-kesalahan lainnya, ibu tidak segan-segan untuk menyakiti Nayla. Tokoh ibu dalam novel ini bukanlah sosok ibu yang ideal bagi Nayla. Nayla ingin memiliki ibu yang menyayanginya, memperhatikannya, dan memperlakukannya commit to user

dengan lembut seperti layaknya ibu-ibu yang lain. Sikap ibu membuat Nayla merasa sangat kecewa.

Satu hal yang tidak pernah dipahami oleh Nayla, Ibu bekerja keras membesarkan Nayla seorang diri karena suaminya meninggalkannya sejak ketika ia mengandung Nayla. Ibu Nayla adalah seorang pelacur. Namun dengan pekerjaannya itulah ia dapat membesarkan dan memberikan Nayla berbagai kemewahan hidup. Tidak sinergisnya hubungan antara Ibu dan Nayla menimbulakan beragam konflik bagi keduanya.

Percayalah kepadaku, anakku. Tak ada seorang pun ibu yang tidak mencintai anaknya. Jika aku harus menghukummu, itu karena terpaksa. Aku yakin, Tuhan akan memaklumi semua tindakanku sejauh Ia tahu bahwa tak ada sedikit pun niatanku untuk menyiksa. Semua yang kulakukan adalah untuk kebaikanmu... (Nayla, 2005: 8).

Ibu bukannya tidak menyadari akibat yang akan timbul karena tindakannya. Ibu merasa sedih ketika menyadari sikap Nayla semakin berubah, namun di sisi lain perubahan sikap Nayla tersebut dinilai ibu sebagai bentuk keberhasilannya menjadikan Nayla seseorang yang berani memilih jalan hidupnya sendiri.

Dalam suratnya pada ibu, Nayla pun mengakui bahwa ia menjadi kuat karena ibu. Nayla yang selam ini banyak menunjukkan kebenciannya pada ibu, dalam suratnya juga menyampaikan rasa cinta dan rindunya pada sang ibu.

... Saya rindu Ibu. Tapi saya tahu, pasti ini bukan saatnya cengeng-cengengan. Seperti Ibu bilang, kita harus kuat jika ingin bertahan. Taka ada waktu untuk meretapi keadaan. (Nayla, 2005 : 55).

Hanya ini yang ingin saya sampaikan, Ibu. Semoga bisa membuat Ibu sedikit tenang, teriring terima kasih sedalam-dalamnya untuk semua petuah dan prinsip yang pernah Ibu ajarkan dan cinta yang Ibu berikan. (Nayla, 2005 : 55).

Cara ibu mencintai, mendidik, dan membesarkan Nayla memang berbeda dengan ibu-ibu lainnya. Sebagai orang tua tunggal ibu bekerja keras untuk memberikan yang terbaik untuk Nayla. Nayla dapat menikmati berbagai kemewahan karena upaya kerja keras ibu. Sekalipun semuanya itu diperoleh ibu commit to user

dengan cara menjadi pelacur. Dengan menjadi pelacur itu pula ibu menunjukkan bahwa dirinya bukan perempuan yang lemah. Ibu adalah perempuan yang tangguh, yang mampu membuat banyak lelaki kaya tunduk dan takluk padanya, memberinya kehidupan yang sangat layak terutama dalam hal materi.

Ibu tetaplah seorang ibu yang berjuang dan bertahan melawan kerasnya hidup demi cintanya terhadap Nayla. Ibu dapat teguh dan tegar menghadapi kenyataan bahwa ia harus kehilangan Nayla, satu-satunya yang ia miliki karena Nayla telah meninggalkannya untuk memilih jalan hidupnya sendiri.

Nayla menemui ayahnya dan lebih memilih tinggal bersama ayah dan ibu tirinya. Kebersamaan dengan ayahnya hanya sesaat. Nayla mengalami goncangan jiwa dan sering tertawa sendiri setelah ayahnya meninggal. Hal demikian membuat keprihatinan ibu tirinya dan dengan persetujuan ibu Nayla memasukkan Nayla ke Perawatan Anak Nakal dan Narkotika. Berikut ini kutipan yang menunjukkan gambaran tersebut.

Tapi begitu herannya ia ketika ternyata mereka tidak menuju ke Polda, melainkan Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika. Lebih bingung lagi ketika ia ditinggal terkunci dalam barak tanpa ada satu korban tabrak lari yang katanya harus ia kenali identitasnya (Nayla, 2005: 13)

Kutipan di atas menceritakan bahwa setelah kematian ayahnya Nayla dimasukkan ke dalam Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika. Nayla merasa ditipu oleh orang yang menjemputnya. Melalui cara yang licik, ibu tiri Nayla berhasil memasukkan Nayla ke tempat perawatan tersebut.

Pengarang mengisahkan petualangan hidup Nayla yang semakin kompleks. Setelah kabur dari Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika, Nayla menjadi lebih liar. Bahkan sempat ditahan karena merampok sebuah taksi bersama teman-temannya. Hingga akhirnya Nayla mengenal kehidupan malam dan bekerja sebagai penata lampu di nite club. Bahkan bukan hanya mabuk menjadi aktivitas keseharian, melainkan juga kehidupan biseks Nayla semakin liar. Nayla menjalin kisah asmara dengan sesama perempuan yang berprofesi sebagai DJ di sebuah nite club bernama Juli. Berikut ini kutipan yang menunjukkan penggambaran tersebut. commit to user

Aku yakin, kamu pasti protes baca suratku. Kamu pasti marah besar. Tapi yang kutulis ini kenyataan. Terserah kamu percaya atau enggak. Tapi aku bener-bener gak bisa terima semua ini. Besok kontrak kerjaku habis dan gak diperpanjang. Aku harus pulang. Aku bisa mati berdiri di Bandung kalau mikirin kamu gentayangan mabuk malam-malam. Berapa laki-laki yang bakalan kamu pelukin, ciumin, pangkuin. Di depan mataku aja kamu gak peduli (Nayla, 2005: 51).

Kutipan di atas memberikan gambaran bahwa Juli sangat mencintai Nayla. Namun ia memilih untuk menyerah. Akhirnya ia memutuskan Nayla. Selama berhubungan dengan Juli, Nayla juga melakukan seks dengan tamu-tamu nite club yang ia ingini.

Pascaputus dengan Juli, nayla menjalin hubungan dengan Ben. Namun hubungan itupun juga gagal. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut:

....Jadi haruskah Nayla merasa bersedih karena putus dengan Ben? Hanya karena Ben tidak kuat dengan sikap Nayla, tidak kuat menerima kondisi baru ketika Nayla asyik dengan dunia barunya dengan penulis-penulis tanpa melibatkan Ben, dan oleh sebab itu Ben merasa layak mendapat pembenaran untuk main perempuan? (Nayla, 2005: 109).

Berdasar kutipan di atas diketahui bahwa setelah Nayla putus dengan Juli, ia berpacaran dengan Ben, seorang laki-laki yang sebenarnya mau menerima keadaan Nayla. Sikap dan karakter Nayla yang liar juga keras membuat Ben tidak tahan. Hingga ia pun mencari perempuan lain. Alasan lain Ben memutuskan Nayla adalah ia tidak kuat menghadapi kondisi baru Nayla yang baru ketika asyik dengan dunia barunya bersama penulis-penulis tanpa melibatkan Ben.

Keberhasilan Nayla bangkit dari masa lalunya yang suram dan menjadi seorang penulis perempuan yang terkenal. Berikut kutipan yang menunjukkan hal tersebut.

“Langsung aja ya Mbak.” “Silakan.”

“Tolong Mbak ceritakan sejak kapan mulai nulis?” “Sejak kecil.”

“Karya-karya itu dipublikasikan?”

(Nayla, 2005: 120)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Nayla telah menjadi seorang penulis yang terkenal. Percakapan tersebut merupakan proses interview seorang wartawan dengan Nayla. Di sebuah kafe Nayla menerima wartawan yang ingin melakukan wawancara sambil meminum bir.

Novel Nayla, selain di dalamnya terdapat jalinan cerita kehidupan Nayla pengarang juga menyisipkan artikel-artikel tentang perempuan dengan berbagai masalah seksualitasnya. Cerita kehidupan Nayla dikisahkan dalam fragmen-fragmen yang tidak berurutan. Secara garis besar, melalui tokoh Nayla dalam novel tersebut pengarang mengisahkan tentang perempuan dan hak-haknya dalam kehidupan seksnya.

2. Alur atau Plot

Peristiwa-peristiwa dalam novel Nayla dikisahkan dengan menarik oleh pengarang secara tidak berurutan. Pengarang tidak hanya mengisahkan cerita berjalan ke masa depan saja namun kadang juga kembali ke masa lalu.

Diceritakan dengan alur maju-mundur (tidak kronologis) , pengarang membawa menyusuri kisah Nayla yang memiliki masalah dengan ibunya, hingga ia menjadi sakit dan dimaasukkan ke Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika, lesbian, suka mabuk, dan hidup terlunta-lunta karena mencari cinta.

Novel Nayla terbagi ke dalam tujuh bagian yang masing-masing bagian tersebut terbagi lagi dalam bab-bab tersendiri dan memiliki subjudul masing-masing dengan cerita yang tidak disusun secara kronologis. Hal ini ditunjukkakan misalnya melalui bagian kesatu romawi satu, awalnya mengisahkan waktu kecil Nayla yang sering ngompol, oleh karena itu ibunya sering menghukumnya dengan menindik vagina Nayla dengan peniti, pengarang memberi cerita ini dengan subjudul Memilih Peniti. Berikut kutipan yang menunjukkan kisah tersebut.

Beberapa tahun lalu Nayla masih gemetar ketika tangan ibu menyalakan pemantik lantas membakar peniti yang sudah dipilihnya. Peniti tersebut berukuran kecil tentunya. Dan ketika peniti yang menurut ibu sudah steril itu ditusukkan ke selangkangannya, ia akan mengapit rapat-rapat kedua pahanya. Terisak. (Nayla, 2005: 1) commit to user

Subjudul berikutnya pada bagian kesatu Romawi I adalah Memilih Juli

atau Laki-laki. Bagian ini menceritakan kegundahan hati Nayla yang mulai

tertarik dengan Juli, perempuan yang berprofesi sebagai DJ di sebuah nite club. Subjudul berikutnya adalah Memilih Ayah atau Aku yang mengisahkan keinginan ibu agar Nayla tetap bersama ibunya dan alasan mengapa ibu begitu keras terhadap Nayla. (Nayla, 2005: 1-8).

Bagian kesatu romawi dua mengisahkan kepindahan Nayla yang memilih tinggal bersama ayahnya dengan subjudul Ke Rumah Ayah. Subjudul berikutnya adalah Ke Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika yang menceritakan Nayla dimasukkan ke dalam Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika. Subjudul berikutnya pada bagian ini adala Ke Rumah Ibu yang mengisahkan pertentangan batin Nayla untuk kembali ke rumah ibu. (Nayla, 2005: 9-17)

Bagian kesatu romawi tiga berisi catatan-catatan harian di antaranya yakni: (a) Catatan Harian Ibu Lina, 5 Agustus 1987; (b) Catatan Harian Nayla, 19 Juli 1987; (c) Catatan Harian Nayla, 18 Juli 1987; (d) Catatan Harian Ibu Lina, 28 Oktober 1987; (e) Catatan Harian Ibu Lina, 27 Oktober 1987; dan (f) Catatan Harian Nayla, 30 Oktober 1987. (Nayla, 2005: 18-22)

Fragmen-fragmen cerita novel Nayla dalam sistematika yang tidak berurutan apabila diurutkan secara kronologis dapat dipahami dan dianalisis alurnya secara teoritis berdasar kan tahapan-tahapan alur seperti yang dikemukakan oleh Herman J. Waluyo (2002: 147-148). Tahapan-tahapan alur tersebut dalam jalinan cerita novel Nayla dapat dipaparkan seperti berikut ini.

a. Eksposisi

Paparan awal dalam cerita novel Nayla diawali dengan kisah masa kecil Nayla. Berikut ini kutipan yang menunjukkan kehidupan Nayla sewaktu kecil.

Beberapa tahun lalu Nayla masih gemetar ketika tangan ibu menyalakan pemantik lantas membakar peniti yang sudah dipilihnya. Peniti tersebut berukuran kecil tentunya. Dan ketika peniti yang menurut ibu sudah steril itu ditusukkan ke selangkangannya, ia akan mengapit rapat-rapat kedua pahanya. Terisak. (Nayla, 2005: 1)

Tapi kini, beberapa tahun kemudian tak ada satu penitipun yang membuat Nayla gentar maupun gemetar. Ia malah menantang dengan memilih peniti yang besar. Membuka pahanya lebar-lebar. Tak terisak. Tak meronta. Membuat ibu semakin murka. Tak hanya selangkangan Nayla yang ditusukinya. Tapi juga vaginanya. Nayla diam saja. (Nayla, 2005: 2)

Kutipan-kutipan di atas menceritakan masa kecil Nayla yang sering ngompol. Karena itu, ibunya sering menghukumnya dengan menusuki selangkangan dan vagina Nayla dengan peniti. Nayla disuruh memilih penitinya sendiri. Awalnya Nayla gentar dan gemetar, namun beberapa tahun berlalu Nayla malah menantang dengan mimilih peniti yang besar. Tidak ada rasa takut dan tidak ada rasa sakit pada Nayla, melainkan perasaan kalut. b. Inciting moment

Tahap inciting moment dalam novel Nayla adalah Nayla memilih tinggal bersama ayahnya. Terdapat kekecewaan ibu terhadap Nayla yang lebih memilih tinggal bersama ayahnya. Hal ini dikarenakan ibu Nayla sangat membenci ayah Nayla. Berikut ini kutipan yang menunjukkan kebencian Ibu terhadap ayah.

Kamu tak pernah tahu, anakku, seberapa dalam ayahmu menyakiti hatiku. Ia menyakiti kita dengan tidak mengakui janin yang kukandung adalah keturunannya. Ia meninggalkan kita begitu saja tanpa mengurus ataupun mendiskusikan terlebih dulu masalah perceraian (Nayla, 2005: 6)

Kutipan di atas menggambarkan bahwa ibu sangat membenci ayah Nayla. Ibu menilai bahwa ayah Nayla tidak bertanggung jawab terhadap dirinya dan Nayla. Ayah Nayla tidak mengakui Nayla sebagai anaknya dan meninggalkan Nayla bersama ibunya. Ibu Nayla harus menjadi single parent dengan membesarkan Nayla seorang diri. Ibu tidak ingin Nayla mencari ayahnya bahkan ikut ayahnya. Namun Nayla secara diam-diam mencari ayahnya. Hingga akhirnya Nayla memutuskan tinggal bersama ayahnya dan ibu tirinya. Berikut kutipan yang menggambarkan hal tersebut.

Saya menyesal kita tidak punya waktu lebih banyak untuk saling mengenal. Tapi di sisi lain, saya bersyukur kita diberi kesempatan bersama selama dua bulan sebelum ayah meninggal. (commit to user Nayla, 2005: 56)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Nayla memilih tinggal bersama ayahnya. Meski demikian ternyata kebersamaan Nayla dengan ayahnya tidaklah lama, hanya dua bulan. Ayah Nayla pun meninggal.

c. Rising action

Peristiwa meninggalnya ayah Nayla merupakan awal munculnya berbagai permasalahan dalam kehidupan Nayla yang dapat dikategorikan dalam tahap rising action. Peristiwa meninggalnya ayah Nayla sangat berdampat pada aspek kejiwaan Nayla. Berikut ini kutipan yang menggambarkan keadaan tersebut.

Tiba-tiba saya ketakutan, Ayah. Saya tak tahu seperti apa masa depan saya tanpa ayah. Saya masih sekolah. Saya juga tak mau merepotkan istri ayah. Saya bingung. Linglung. Saya tak bisa menangis. Saya malah tertawa. Dan seluruh tamu serempak memandang saya. Mereka pikir saya gila. (Nayla,

2005: 57)

Pascameninggalnya ayah, Nayla tampak mengalami depresi. Nayla sering tertawa sendiri, akibatnya ibu tiri Nayla menganggapnya stres dan menggunakan narkoba. Oleh karena itu ibu tiri Nayla dengan persetujuan ibu Nayla memasukkan Nayla ke Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika.

Nayla tak mempercayai apa yang dilihatnya ketika gerombolan anak perempuan memakai kaos berlabel Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika menyeruak masuk ke dalam ruangan.

Nayla merasa tak punya kasus. Ia bukan anak nakal. Bukan pula pengguna narkoba. Nayla panik. Tapi tak bisa berbuat apa-apa selain terpaksa hanyut dalam ritual yang dilakukan anak-anak perempuan lainnya (Nayla, 2005: 13).

Kutipan di atas mmenggambarkan bahwa Nayla dimasukkan ke Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika tanpa mengetahui penyebabnya. Nayla panik dan tidak mampu berbuat apapun kecuali mengikuti kegiatan di rumah perawatan tersebut. Nayla dimasukkan ke tempat itu oleh ibu tirinya dengan persetujuan ibu kandungnya.

Permasalahan-permasalahan dalam novel Nayla semakin rumit. Nayla berhasil kabur dari Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika. Berikut kutipan yang menggambarkan hal tersebut.

Aku merasa gagal. Merasa dikhianati. Kenapa Nayla harus melarikan diri? Padahal aku sudah meyakinkannya untuk bersabar. Keluarga besar ayahnya sudah mau datang (Nayla, 2005: 20)

Pascakabur dari tempat perawatan tersebut kehidupan Nayla semakin liar. Nayla sempat hidup di jalanan dan tinggal di tempat kos temannya. Namun, karena belum membayar uang kos Nayla dan teman-temannya merampok taksi untuk mendapatkan uang bayaran kos. Berikut ini kutipan yang menunjukkan pernyataan tersebut.

Kemarin setelah berhasil kabur dari Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika, Nayla langsung mencari alamat kos Luna. Ternyata Luna sudah tak membayar kosnya selama dua bulan. Luna mengemukakan rencananya kepada Nayla, kalau Maya, Yanti, dan dirinya sudah sepakat merampok taksi (Nayla, 2005: 690

Akhirnya, Nayla dan teman-temannya tertangkap polisi. Berikut ini kutipan yang menunjukkan tertangkapnya Nayla.

Polisi dan sopir taksi diam saja. Polisi mengahalau Luna dari balik pintu dan memeriksa taksi. Di bawah karpet taksi ia menemukan belati (Nayla, 2005: 72)

Kepala Nayla terjungkal ke belakang ketika sorang polisi yang sedang berdiri menjambak rambutnya (Nayla, 2005: 73).

Kutipan-kutipan di atas menunjukkan peristiwa penangkapan Nayla dan teman-temannya. Mereka akhirnya dibebaskan setelah mendapat tebusan. Berikut ini kutipan yang menggambarkan hal tersebut.

Nayla terjaga. Tapi ia sebenarnya baru setengah terjaga. Nayla masih setengah bermimpi ketika melangkah keluar Polsek dan mengucapkan terima kasih atas uang tebusan yang dibayar untuknya oleh ibunya Maya. Dan Nayla masih setengah tertidur ketika ia benar-benar tidur di bangku terminal tanpa teman-temannya (Nayla, 2005: 75).

Kutipan di atas menggambarkan keadaan Nayla pascabebas dari polsek. Nayla bebas setelah mendapat tebusan dari ibunya Maya. Setelah keluar, Nayla hidup di jalanan. Ia tidur di terminal tanpa teman-temananya. e. Klimaks

Puncak konflik dalam novel Nayla adalah saat Nayla masuk ke dunia malam (diskotek). Nayla mendapat pekerjaan sebagai penata lampu pada sebuah diskotek. Pekerjaan tersebut mengantarkan Nayla menjadi lebih liar dan terjerumus ke pergaulan bebas. Tidak hanya mabuk, Nayla juga terlibat cinta sesama jenis dengan Juli, perempuan yang bekerja sebagai DJ di nite club yang sama. Berikut ini kutipan-kutipan yang menunjukkan pernyataan tersebut.

Nayla kembali berdiri di balik tombol lampu-lampu. Memainkannya satu persatu sesuai irama lagu. Saat itu kesadaran Juli mulai pulih setelah diberi minum Coca Cola dengan garam oleh Nayla (Nayla, 2005: 61).

Siang itu Nayla banyak memberi penjelasan. Bahwa setelah bersama Juli, ia bisa mengenali tubuhnya sendiri. Ia baru tahu, kalau bagian sensitif perempuan leetaknya ada di bagian luar, bukan di dalam. Karena ketika vagina mereka berdua bergesekan, klitoris menerima rangsangan lewat gesekan itu. Maka terjadilah orgasme (Nayla, 2005: 83)

Kehidupan seks Nayla tidak hanya bersama Juli. Nayla menjadi gadis yang biseks. Bukan hanya dengan perempuan, Nayla juga melakukan hubungan seks dengan tamu-tamu nite club yang ia inginkan.

“Ya, diperkosa satu laki-laki sejak umur sembilan tahun. Gue nyoba beneran sembilan laki-laki lainnya sejak umur tiga belas tahun. Berarti itu gue lakuin selama sama kamu!” (Nayla, 2005: 84)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Nayla pernah diperkosa pada waktu berumur sembilan tahun. Berikutnya, Nayla melakukan hubungan seks lagi dengan laki-laki ketika bersama Juli.

Yangku, bukan maksudku mutusin kamu sepihak. Dua thaun lebih ini aku bersyukur bisa dekat sama kamu (Nayla, 2005: 51)

Yang aku butuhkan sekarang adalah hidup tenang. Aku mau tinggalin dunia malam, aku Cuma mau jadi pengajar. Hidup langgeng dengan kekasih yang

bisa menerimaku. Dan itu semua, bukanlah hal yang kamu butuhkan sekarang

I’m sorry, I love you (Nayla, 2005: 52).

Kisah cinta Nayla dengan Juli akhirnya harus berakhir. Juli tidak bekerja di nite club lagi karena kontraknya habis. Maka, ia harus kembali ke kota asalnya. Karena merasa berhubungan jarak jauh akan menjadi sangat sulit, Juli memilih memutuskan Nayla.

f. Falling action

Nayla memiliki bakat menulis. Melalui tulisan ia tuturkan persepsinya terhadap berbagai masalah yang ada di sekelilingnya seperti masalah pelecehan seksual dan tentang hak-hak perempuan dalam berhubungan seks. Selain tulisan-tulisan tersebut, ia pun mengisahkan pengalaman hidupnya dalam cerita pendek.

Tentang Seks

Anda pasti pernah ditanya, “Mana yang lebih penting, kualitas atau kuantitas?” Anda mungkin menjawab kuantitas. Anda mungkin menjawab kualitas. Tapi bisa jadi Anda tak bisa menjawab. Karena Anda tidak tahu. Kenapa tidak tahu? Karena Anda perempuan. Kenapa kalau perempuan tidak tahu?.... (Nayla, 2005: 77-81)

Tentang PelecehanSeksual ...

Bagaimana jika seorang perempuan mengalami pelecehan seksual, terutama yang sampai merusak keperawanan, sementara sejak kecil kepala sudah dibombardir dengan informasi bahwa perempuan mutlak perawan jika tidak berarti ia tak akan laku/ mereka tidak berani mengaku. Selain mendapat ancaman dari pelaku, meereka sudah terancam oleh informasi atau syarat perempuan ideal yang berlaku. Bagi yang mengaku, tak jarang yang didapat bukan dukungan melainkan penghinaan.... (Nayla, 2005: 84-86).

Kutipan-kutipan di atas adalah beberapa tulisan yang dibuat oleh Nayla. Berdasarkan kutipan-kutipan di atas dapat diketahui bahwa Nayla sangat apresiatif terhadap persoalan-persoalan perempuan dan seks. Berdasarkan kutipan di atas pula dapat diketahui bahwa banyak kaum perempuan yang mengalami pelecehan seksual. Yang paling menderita akibat pelecehan seksual adalah perempuan.

Pertemanan Nayla semakin luas. Ia menemukan dunia baru dan memiliki banyak teman penulis. Ia pun sering meminta tanggapan teman-teman penulisnya tersebut terhadap setiap tulisannya. Berikut ini kutipan-kutipan yang menggambarkan hal tersebut.

Aku habis nulis cerpen lagi niy.. kasih komentar yak! Thank’s! (Nayla, 2005: 43)

Nay, coba aja kamu kirim kamu lagi ke koran kampus. Feelingku cerpen ini bisa diterima. Selamat ya! (Nayla, 2005: 44)

Nay, oke kok cerpen luh. Pasti luh lagi sebel sama Ben ya? PS: kurang adegan seksnya! (Nayla, 2005: 45)

Dokumen terkait