• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hakikat Nilai-Nilai Sosial

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

4. Hakikat Nilai-Nilai Sosial

Secara umum nilai-nilai adalah keyakinan relatif kepada yang baik dan jahat, yang benar dan yang salah, kepada apa yang seharusnya ada dan seharusnya tidak ada. Nilai-nilai memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan social. Kebanyakan hubungan-hunbungan social didasarkan bukan saja pada fakta-fakta positif. Akan tetapi juga pada pertimbangan-pertimbangan nilai. Woods menjelaskan nilai sosial adalah petunjuk-petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari. Koentjaraningrat memaparkan bahwa nilai merupakan suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. commit to user

Notonagoro (dalam http://alfinnitihardjo.ohlog.com/teori%20jenis-jenis%20nilai/ NILAI%20SOSIAL.htm) membedakan nilai menjadi tiga. Nilai dibedakan atas nilai material, vital, dan kerohanian.

a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia.

b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitasnya.

c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian dapat dibedakan atas nilai-nilai berikut ini.

1.) Nilai kebenaran atau kenyataan yang bersumber pada unsur akal manusia (rasio, budi, cipta).

2.) Nilai keindahan yang bersumber pada unsur rasa manusia (perasaan, estetis).

3.) Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak atau keamanan (karsa, etika).

4.) Nilai religius yang merupakan nilai ketuhanan serta kerohanian yang tertinggi dan mutlak. Nilai religius ini bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.

Di dalam masyarakat kita dapat menjumpai berbagai nilai yang dianut demi kebaikan bersama anggota masyarakat. Di samping beberapa jenis nilai sosial seperti yang diutarakan Notonagoro di atas, masih ada beberapa jenis nilai sosial dilihat dari sifat, ciri, dan tingkat keberadaannya (dalam http://www.isi-dps.ac.id/teori%20jenisjenis%20nilai/Nilai%20Sosial%20%20%20Institut%20Se ni%20 Indonesia%20Denpasar.htm).

a. Berdasarkan Sifatnya

Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal tujuh jenis nilai dilihat dari sifatnya, yaitu nilai kepribadian, kebendaan, biologis, kepatuhan hukum, pengetahuan, agama, dan keindahan.

1) Nilai kepribadian, yaitu nilai yang dapat membentuk kepribadian seseorang, seperti emosi, ide, gagasan, dan lain sebagainya.

2) Nilai kebendaan, yaitu nilai yang diukur dari kedayagunaan usaha manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Biasanya jenis nilai ini disebut dengan nilai yang bersifat ekonomis.

3) Nilai biologis, yaitu nilai yang erat hubungannya dengan kesehatan dan unsur biologis manusia. Misalnya dengan melakukan olahraga untuk menjaga kesehatan.

4) Nilai kepatuhan hukum, yaitu nilai yang berhubungan dengan undang-undang atau peraturan negara. Nilai ini merupakan pedoman bagi setiap warga negara agar mengetahui hak dan kewajibannya.

5) Nilai pengetahuan, yaitu nilai yang mengutamakan dan mencari kebenaran sesuai dengan konsep keilmuannya.

6) Nilai agama, yaitu nilai yang berhubungan dengan agama dan kepercayaan yang dianut oleh anggota masyarakat. Nilai ini bersumber dari masing-masing ajaran agama yang menjelaskan sikap, perilaku, perbuatan, perintah, dan larangan bagi umat manusia.

7) Nilai keindahan, yaitu nilai yang berhubungan dengan kebutuhan akan estetika (keindahan) sebagai salah satu aspek dari kebudayaan.

b. Berdasarkan Cirinya

Berdasarkan cirinya, kita mengenal dua jenis nilai, yaitu nilai yang tercernakan dan nilai dominan. commit to user

1) Nilai yang tercernakan atau mendarah daging ( internalized value ), yaitu nilai yang menjadi kepribadian bawah sadar atau dengan kata lain nilai yang dapat mendorong timbulnya tindakan tanpa berpikir panjang. Sebagai contohnya seorang ayah dengan sangat berani dan penuh kerelaan menolong anaknya yang terperangkap api di rumahnya, meskipun risikonya sangat besar.

2) Nilai dominan, yaitu nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai-nilai yang lainnya. Mengapa suatu nilai dikatakan dominan? Ada beberapa ukuran yang digunakan untuk menentukan dominan atau tidaknya suatu nilai, yaitu sebagai berikut.

a) Banyaknya orang yang menganut nilai tersebut.

b) Lamanya nilai dirasakan oleh anggota kelompok yang menganut nilai itu.

c) Tingginya usaha untuk mempertahankan nilai tersebut. d) Tingginya kedudukan orang yang membawakan nilai itu. c. Berdasarkan Tingkat Keberadaannya

Kita mengenal dua jenis nilai berdasarkan tingkat keberadaannya, yaitu nilai yang berdiri sendiri dan nilai yang tidak berdiri sendiri.

1) Nilai yang berdiri sendiri, yaitu suatu nilai yang diperoleh semenjak manusia atau benda itu ada dan memiliki sifat khusus yang akhirnya muncul karena memiliki nilai tersebut. Contohnya pemandangan alam yang indah, manusia yang cantik atau tampan, dan lain-lain.

2) Nilai yang tidak berdiri sendiri, yaitu nilai yang diperoleh suatu benda atau manusia karena bantuan dari pihak lain. Contohnya seorang siswa yang

pandai karena bimbingan dan arahan dari para gurunya. Dengan kata lain nilai ini sangat bergantung pada subjeknya.

Dari beberapa pendapatdi atas maka nilai-nilai social dapat dikategorikan menjadi (1) nilai material, (2) nilai vital, (3) nilai kerohanian, (4) nilai berdasarkan sifatnya, (4) nilai berdasarkan cirinya, dan (5) nilai berdasarkan tingkat keberadaannya

B. Penelitian yang Relevan

Peneliti yang dianggap relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Anik Ernawati pada tahun 2007 berjudul “Analisis Novel Mantra Pejinak Ular karya Kuntowijoyo (Tinjauan Sosiologi Sastra)”. Hasil penelitian menunjukkan dan memaparkan keterjalinan antar-antar unsur intrinsik dalam novel tersebut. Unsur itu adalah tema, penokohan, setting/latar, alur atau plot serta amanat yang terkandung dalam novel tersebut. Penelitian ini juga memberikan pandangan dan analisis dalam dunia pengarang. Maksudnya adalah pembahasan novel ini ditinjau dari sudut pandang pengarang novel tersebt.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ririh Yuli Atminingsih pada tahun 2007 yang berjudul “Analisis Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan Novel Laskar Pelangi

karya Andrea Hirata”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa jenis gaya bahasa dalam novel Laskar Pelangi, yaitu: simile, metafora, personifikasi, hiperbola, ironi, paradoks, metonimia, alusio dan lain sebagainya. Novel Laskar Pelangi juga mengandung beberapa nilai didik yang meliputi nilai religius, nilai sosial, dan nilai moral. Penelitian ini juga bermanfaat dalam pembelajaran bahasa Indonesia jenjang SMA kelas XI, menggunakan novel Laskar Pelangi sebagai bahan ajar dan sesuai dengan kurikulum yang ada.

3. Penelitian yang dilakukan Maria Ika Asih pada tahun 2008 berjudul “Analisis Novel Langit dan Bumi Sahabat Kami (Tinjauan Sosiologis)”. Hasil penelitian yang menunjukkan beberapa masalah sosial yang ada dalam novel Langit dan

Bumi Sahabat Kami karya NH.Dini tersebut antara lain adalah kehidupan yang terjadi pada waktu pengarang masih muda. Kemiskinan yang merajalela, pencurian dan kejahatan ada dimana-mana serta kelaparan yang menghantui serta penduduk, termasuk di dalamnya adalah pelanggaran terhadap norma-norma yang ada dalam masyarakat.

4. Jurnal yang berjudul “Energy of Novels Saman, Nayla, and Petir in Literary Publishing Industry” karya Sugiarti, I Nyoman Kutha Ratna, I Nyoman Weda Kusuma, dan Ayu Sutarto pada tahun 2010. Jurnal ini menghasilkan (1) aspek tema dan energi yang terkandung dalam novel Saman, Nayla dan Petir

mengacu pada perhatian wanita pada struktur sosial dan budaya, budaya patriaki, dan konflik antara struktur tradisional dan modern. Ada ekspresi yang vulgar dan meledak-ledak, diksi yang kontras, imajinasi dan bahasa yang simbolik, menggunakan gaya yang alami, narasi bebas, dengan teknik ilmiah dan mengejutkan. Kekuatan narasi, karakteristik, dan keunikan novel Saman, Nayla dan Petir memotivasi industri penebitan untuk menerbitkannya; (2) penerimaan pembaca terhadap tema pada novel Saman, Nayla, dan Petir ini berhubungan dengan perubahan sosial dan kebudayaan, dan industri penerbitan sastra di Indonesia, yang dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu pro dan kontra. Perubahan sosial dan budaya disebabkan nilai-nilai pada sastra tidak terikat ruang dan waktu. Demikian nilai-nilai itu akan tetap bertumbuh dan berubah. (3) relevansi industri budaya dan ekonomi praktis terhadap para pasar pembaca buku dan industri penerbitan sastra sejarah, ini dapat dilihat pada model yang menjadi kolektif, bisnis dan bukan berorientasi pada ideologi yang merupakan sesuatu yang lebih penting dari yang lainnya. Sejarah sastra Indonesia kurang berpengalaman menghasilkan pengembangan industri budaya, tanpa memperhatikan fakta bahwa itu masih berdasar pada standar estetika.

5. Thesis yang dilakukan oleh Dian Yunita Rahmawati mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang berjudul Analisis Watak Tokoh Utama pada Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra) pada tahun 2010 (http://www.researchgate.net/publication) Hasil dari commit to user

penelitian itu adalah (1) emosi: mudah marah, sering tertawa, tidak mempunyai perhatian yang mendalam, berpegang pada pendiriannya, benci mentolelir, jujur dalam batas rendah, tidak mau bangkit; (2)pembawaan/ fungsi kedua: kalem, tidak mudah menyerah, suka membantu, punya memori, berpikir bebas, konsekuen, tidak kalem, egois; dan (3) aktivitas: senang, menghindari hambatan, berwawasan luas, memperbaiki huungan ketika bertengkar, sering kehilangan harapan, semua dilihat sebagai masalah yang berat, bernafsu, sulit untuk membuka hatinya.

Dalam hubungannya dengan kelima penelitian di atas, penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti mempunyai kesamaan dalam hal penggunaan objek dan pendekatan penelitian, yaitu novel Nayla karya Djenar Maesa dan pendekatan sosiologi sastra.

Dokumen terkait