• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 HASIL 5.1 Aspek Teknik

5.3 Rezim Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan ekor Kuning .1 Estimasi parameter biologi .1 Estimasi parameter biologi

5.4.1 Analisis usaha

Analisis usaha unit penangkapan muroami dan bubu di Kepulauan Seribu dilakukan untuk mengetahui keadaan usaha perikanan tersebut. Pada analisis suatu usaha harus diketahui biaya-biaya yang dikeluarkan dan nilai produksi

0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 L de g, deg s td & L d e pr e s ia s i Tahun

L deg deg std L dep

0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 L d e g, de g st d & L de pr es ia s i Tahun

88

yang diperoleh meliputi biaya investasi muroami dan bubu, biaya usaha muroami dan bubu, penerimaan usaha muroami dan bubu, keuntungan usaha penangkapan muroami dan bubu serta kriteria analisis usaha.

5.4.1.1 Biaya investasi muroami dan bubu

Biaya investasi adalah pengeluaran yang dilakukan pada kegiatan dan saat tertentu untuk memperoleh manfaat beberapa kemudian. Pengeluaran biaya investasi umumnya dilakukan satu kali dan baru menghasilkan manfaat beberapa tahun kemudian (Kuntjoro 1988). Biaya investasi yang dibutuhkan untuk satu unit usaha perikanan Muroami kira-kira Rp163,258,79.00 sedangkan untuk satu unit usaha perikanan Bubu kira-kira sebesar Rp49,752,24.00. Rincian biayanya dapat dilihat pada Tabel 22 dan 23.

Tabel 22 Rincian nilai rata-rata investasi usaha perikanan muroami, tahun 2007

No Uraian Investasi Biaya (Rp) Persentase (%)

1 Kapal (u.t 8 tahun) 56,318,850.00 34.50

2 Mesin Kapal (u.t 6 tahun) 15,380,645.00 9.42

3 Alat Tangkap (u.t 5 tahun) 68,504,800.00 41.96

4 Alat bantu: Compresor, selang, morfish dan masker (u.t 5 tahun)

23,054,500.00 14.12

Total Investasi 163,258,795.00 100.00

Sumber: Diolah dari data primer 2007

Berdasarkan Tabel 22 biaya investasi rata-rata yang dikeluarkan unit usaha perikanan muroami antara lain, yaitu satu unit kapal Rp56,318,850.00 satu unit mesin Rp15,380645.00, satu set alat tangkap muroami Rp68,504,800.00 dan alat bantu terdiri dari satu unit mesin compressor, selang, morfish, masker dan pemberat kira-kira sebesar Rp23,054,500.00 termasuk alat masak. Biaya investasi terbesar pembelian satu set alat tangkap muroami sekitar 41.96% dari total investasi, sedangkan investasi terendah digunakan untuk untuk pembelian mesin kapal yaitu sekitar 9.42% dari total investasi.

Berdasarkan Tabel 23 biaya investasi rata-rata yang dikeluarkan unit usaha penangkapan bubu antara lain satu unit kapal Rp39,522,000.00, satu unit mesin berkisar Rp7,894,440.00, alat tangkap bubu 10 buah kira-kira sebesar Rp2,061,000.00 dan alat bantu seperti tali, pemberat dan bambu membutuhkan kira-kira Rp274,800.00. Pada unit usaha penangkapan menggunakan bubu biaya investasi terbesar digunakan untuk pembelian satu buah kapal sebesar 79.44% dari total investasi, sedangkan untuk biaya investasi terkecil dikeluarkan untuk pembelian alat bantu sekitar 0.55% dari total investasi.

Tabel 23. Rincian nilai rata-rata investasi usaha perikanan bubu tahun 2007

No Uraian Investasi Biaya (Rp) Persentase (%)

1 Kapal (u.t 8 tahun) 39,522,000.00 79.44

2 Mesin Kapal (u.t 6 tahun) 7,894,440.00 15.87

3 Alat Tangkap 10 @ Rp150000 (u.t 1 tahun) 2,061,000.00 4.14

4 Alat bantu (Tali, pemberat dan bambu) (u.t 3) 274,800.00 0.55

Total Investasi 49,752,240.00 100.00

Sumber: Diolah dari data primer 2007

5.4.1.2 Biaya usaha muroami dan bubu

Komponen biaya usaha merupakan suatu komponen pengeluaran yang harus dikeluarkan dari usaha penangkapan, umumnya dihitung dalam satu tahun. Biaya produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung. Biaya ini terbagi menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost) (Soekartawi 1995).

Biaya tetap (fixed cost) didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walau pun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh (Soekartawi 1995). Biaya tersebut harus tetap dikeluarkan sekali pun operasi penangkapan tidak dilakukan. Komponen biaya tetap dalam usaha unit penangkapan muroami dan unit penangkapan bubu meliputi biaya penyusutan kapal, biaya penyusutan mesin, biaya penyusutan alat tangkap, biaya penyusutan alat bantu, biaya perawatan kapal, biaya perawatan mesin, biaya perawatan alat tangkap dan biaya perawatan alat bantu.

Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh (Soekartawi 1995). Berbeda dengan biaya tetap, biaya variabel tidak harus dikeluarkan jika operasi penangkapan tidak dilakukan. Komponen biaya tidak tetap dalam usaha unit penangkapan muroami dan unit penangkapan bubu terdiri atas solar, minyak tanah,oli, es, komsumsi dan upah ABK. Secara rinci biaya usaha unit penangkapan muroami dan Bubu dapat dilihat pada Tabel 24 dan 25.

Berdasarkan Tabel 24 dapat diketahui bahwa total biaya dalam usaha penangkapan muroami di Kepulauan Seribu Tahun 2007 sebesar Rp351,435,740.00 per tahun, dengan biaya tetap sebesar Rp39,223,490.08 per tahun dan biaya tidak tetap atau biaya variabel yaitu sebesar Rp312,212,250.00 per tahun. Biaya tetap terbesar dikeluarkan akibat dari penyusutan alat tangkap

90

sebesar Rp13,700,960.00 per tahun yaitu 34.93% dari total biaya tetap. Biaya terkecil digunakan untuk biaya perawatan alat bantu penangkapan sebesar Rp625,000.00 per tahun atau 1.59% dari total biaya tetap. Biaya tidak tetap terbesar digunakan untuk upah ABK, yaitu rata-rata sebesar Rp153,510,000.00 per tahun atau 49.17% dari total biaya variabel. Upah ABK ini tergantung dari hasil tangkapan yang didapat pada setiap trip penangkapan yang dilakukan. Biaya variabel terkecil dikeluarkan untuk biaya pembelian minyak tanah yaitu sebesar Rp4,966,500.00 per tahun atau 1.59% dari total biaya variabel yang digunakan.

Tabel 24 Biaya usaha unit penangkapan muroami di Kepulauan Seribu, tahun 2007

No Uraian Biaya (Rp) Persentase (%)

I. Biaya Tetap (fixed cost)

1 Penyusutan kapal 7,039,856.25 17.95

2 Penyusutan mesin 2,563,440.83 6.54

3 Penyusutan alat tangkap 13,700,960.00 34.93

4 Penyusutan alat bantu 4,610,900.00 11.76

5 Perawatan kapal (3 kali dalam 1 tahun) 5,833,333.00 14.87 6 Perawatan Mesin (3 kali dalam 1 tahun) 3,750,000.00 9.56 7 Perawatan alat tangkap (3 kali dalam 1 tahun) 1,100,000.00 2.80

8 Perawatan Alat bantu 625,000.00 1.59

Total Biaya Tetap (fixed cost) 39,223,490.08 100.00

II. BiayaTidak Tetap (variable cost)

1 Solar (61 lt x 258 trip x Rp 5125) 80,657,250.00 25.83 2 Minyak tanah (5.5 lt x 258 trip x Rp 3500) 4,966,500.00 1.59 3 Oli (3.5 lt x 258 trip x Rp 12.500) 11,287,500.00 3.62 4 Es (4 balok x 258 trip x Rp 17.375) 17,931,000.00 5.74 5 Komsumsi (17 org x 258 trip x Rp 10000) 43,860,000.00 14.05 6 Upah ABK (17 org x 258 trip x Rp 35000) 153,510,000.00 49.17

Total BiayaTidak Tetap (variable cost) 312,212,250.00 100.00 Total Biaya 351,435,740.08

Sumber: Diolah dari data primer 2007

Tabel 25 Biaya usaha unit penangkapan bubu di Kepulauan Seribu, tahun 2007

No Uraian Biaya (Rp) Persentase (%)

I. Biaya Tetap (fixed cost)

1 Penyusutan kapal 4,940,250.00 45.50

2 Penyusutan mesin 1,315,740.00 12.12

3 Penyusutan alat tangkap 2,061,000.00 18.98

4 Penyusutan alat bantu 91,600.00 0.84

5 Perawatan kapal (2 kali dalam 1 tahun) 1,000,000.00 9.21 6 Perawatan Mesin (4 kali dalam 1 tahun) 600,000.00 5.53 7 Perawatan alat tangkap (3 kali dalam 1 tahun) 750,000.00 6.91

8 Perawatan Alat bantu 100,000.00 0.92

Total Biaya Tetap (fixed cost) 10,858,590.00 100.00

II. BiayaTidak Tetap (variable cost)

1 Solar (20 lt x 135 trip x Rp 5000) 13,500,000.00 42.02 2 Minyak tanah (1 lt x 135 trip x Rp 3000) 405,000.00 1.26 3 Oli (1 lt x 135 trip x Rp 15000) 2,025,000.00 6.30 4 Es (1 balok x 135 trip x Rp 20000) 2,700,000.00 8.40 5 Komsumsi (4 org x 135trip x Rp 5000) 2,700,000.00 8.40 6 Upah ABK (4org x 135 trip x Rp 20000) 10,800,000.00 33.61

Total BiayaTidak Tetap (variable cost) 32,130,000.00 100.00

Total Biaya 42,988,590.00

5.4.1.3 Penerimaan usaha muroami dan bubu

Penerimaan yang dihasilkan dari unit penangkapan muroami dan bubu merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi total dengan jumlah trip dan harga satuan produksi yang berlaku. Penerimaan yang diperoleh usaha unit penangkapan muroami rata-rata sebesar Rp384,751,272.00 dengan rata-rata 285 trip per tahun. Hasil tangkapan yang diperoleh adalah rata-rata sebesar 220 kg per trip dengan harga rata-rata sebesar Rp8,378.00 per trip. Penerimaan yang diperoleh usaha unit penangkapan bubu rata-rata setiap tahunnya sebesar Rp62,640,000.00 dengan 135 trip per tahun dan hasil tangkapan yang diperoleh sebanyak 50 kg harga rata-rata sebesar Rp8,000.00.

Penerimaan usaha unit penangkapan muroami dan bubu ini sangat tergantung dari hasil tangkapan pada setiap tripnya. Berdasarkan wawancara dengan nelayan ikan ekor kuning tidak ada musim penangkapan, banyak sedikit hasil tangkapan tergantung dari kondisi cuaca pada saat operasi penangkapan seperti kondisi angin kencang, sehingga tidak mendukung operasi penangkapan serta adanya kerusakan mesin apabila terjadi. Analisis usaha penangkapan muroami dan bubu dapat dilihat pada Lampiran 13 dan 14.

5.4.1.4 Keuntungan usaha penangkapan muroami dan bubu

Keuntungan usaha yang diperoleh dari unit penangkapan muroami dan bubu di Kepulauan Seribu merupakan hasil selisih antara total penerimaan dan total biaya. Total penerimaan ditentukan oleh nilai penjualan hasil tangkapan ikan, sedangkan total biaya ditentukan oleh biaya produksi, baik biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan untuk operasi usaha unit penangkapan muroami dan bubu. Pendapatan yang diperoleh juragan dan nelayan melalui sistem bagi hasil, pemilik mendapat bagian 60% dan nelayan mendapat bagian 40% dari setiap kali penjualan hasil tangkapan setelah dikurangi dengan biaya operasional.

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, besar penerimaan dari usaha unit penangkapan muroami pada tahun 2007 adalah Rp384,751,272.00 per tahun. Total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp351,435,740.00 per tahun, terdiri dari biaya tetap Rp39,223,490.00 per tahun dan biaya tidak tetap Rp312,212,250.00 per tahun. Keuntungan yang diperoleh usaha unit penangkapan muroami di Kepulauan Seribu tahun 2007 rata-rata sebesar Rp33,315,532.00 per tahun. Besar penerimaan dari usaha unit penangkapan bubu pada tahun 2007 adalah Rp62,640,000.00 per tahun. Total biaya yang

92

dikeluarkan pada setiap tahunnya kira-kira sebesar Rp42,988,590.00 dengan biaya tetap Rp10,858,590.00 per tahun dan biaya tidak tetap sebesar Rp42,988,590.00 per tahun. Dari uraian tersebut, maka usaha unit penangkapan bubu di Kepulauan Seribu selama tahun 2007 memperoleh keuntungan sebesar Rp19,651,410.00 per tahun. Rincian analisis usaha unit penangkapan muroami dan bubu dapat dilihat pada Lampiran 13 dan 14.

5.4.1.5 Kriteria analisis usaha

(1) Rasio imbang penerimaan dan biaya (R/C)

Setiap pelaku usaha selalu mengharapkan keuntungan dari kegiatan usaha yang dilakukan, begitupun dengan nelayan. Rasio imbang penerimaan dan biaya digunakan untuk mengetahui seberapa besar biaya yang digunakan dalam kegiatan usaha sehingga dapat memberikan sejumlah keuntungan dari penerimaan yang diperoleh. Analisis R/C merupakan perbandingan antara nilai penerimaan per tahun dengan biaya yang telah dikeluarkan setiap tahun. Analisis R/C juga dapat digunakan untuk menilai efisiensi biaya yang telah dikeluarkan (Djamin 1984).

Penerimaan yang diperoleh dari usaha unit penangkapan muroami pada tahun 2007 adalah Rp384,751,272.00 per tahun dan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp351,435,740.00 per tahun. Berdasarkan perhitungan dari uraian tersebut, didapat nilai R/C sebesar 1.09. Hal ini menunjukkan bahwa dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan dalam usaha unit penangkapan muroami akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1.09 atau keuntungan yang akan diterima adalah sebesar Rp 0.09 (Lampiran 13).

Penerimaan yang diperoleh dari usaha unit penangkapan bubu pada tahun 2007, yaitu sebesar Rp62,640,000.00 per tahun dan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp42,988,590.00 per tahun. Berdasarkan perhitungan dari uraian tersebut, diperoleh nilai R/C sebesar 1.46, artinya bahwa dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan dalam usaha unit penangkapan bubu akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp1.46 atau keuntungan yang akan diterima adalah sebesar Rp0.46 (Lampiran 14).

(2) Payback Period (PP)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menutupi modal investasi dalam hitungan tahun atau bulan, jika seluruh pendapatan usaha yang dihasilkan digunakan untuk menutupi modal investasi (Umar 2003). Payback Period dari usaha unit penangkapan muroami di

Kepulauan Seribu adalah 4.90 tahun, artinya waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian modal investasi yang telah dikeluarkan adalah 4.90 tahun.

Payback Period dari usaha unit penangkapan bubu di Kepulauan Seribu adalah 2.53 tahun, artinya dalam waktu 2.53 tahun modal investasi yang telah dikeluarkan dapat tertutupi. Waktu yang dibutuhkan usaha unit penangkapan muroami dalam pengembalian modal investasi lebih lama dari usaha unit penangkapan bubu, hal ini dikarenakan oleh nilai R/C unit penangkapan bubu lebih besar dibandingkan dengan nilai R/C unit penangkapan muroami yaitu 1.46 dan 1.09, disamping itu nilai investasi pada usaha penangkapan muroami lebih besar dibandingkan dengan investasi usaha penangkapan bubu (Lampiran 13 dan 14).

(3) Return on investmen (ROI)

Return on investmen (ROI) menunjukkan besarnya perbandingan keuntungan yang diperoleh dengan investasi yang ditanamamkan (Rangkuti F 2001). Perhitungan ROI usaha unit penangkapan muroami di Kepulauan Seribu adalah 20.41% dan pada usaha unit penangkapan bubu adalah 39.50%. Nilai ini menunjukkan bahwa setiap rupiah yang ditanamkan sebagai modal investasi usaha unit penangkapan muroami dapat memberikan keuntungan sebesar Rp0.2041, sedangkan pada unit usaha penangkapan bubu setiap rupiah yang diinvestasikan memberikan keuntungan sebesar Rp0.395. Selengkapnya mengenai perhitungan ROI dapat dilihat pada Lampiran 13 dan 14.