• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV METODE PENELITIAN

VI. PENGARUH PROGRAM PUAP TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PAD

6.5 Pengaruh PUAP dilihat dari Pendapatan Usahatani 1 Penggunaan Dana BLM PUAP

6.5.2 Analisis Usahatani Padi Sebelum dan Setelah Adanya PUAP

Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi usahatani padi dikategorikan ke dalam biaya-biaya yang dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya yang tergolong biaya tunai meliputi biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan pupuk, pestisida, benih, dan biaya untuk membayar tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Sedangkan untuk biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan penyusutan alat-alat pertanian. Berikut penjelasan secara umum mengenai penggunaan faktor produksi (input) dalam usahatani padi pada Gapoktan Rukun Makmur.

6.5.2.1 Pengadaan Input

Input merupakan sumberdaya awal dari biaya tunai yang harus disediakan bagi keberlangsungan produksi pertanian. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden, benih yang digunakan saat musim tanam 2009 hingga 2010 digunakan varietas IPB 2 Batola. Varietas padi ini selain tahan dengan penyakit juga masa panennya pendek sehingga dalam waktu satu tahun bisa beberapa kali menanam.

Benih tersebut diperoleh dengan harga Rp.6.000,00 per kilogram. Rata- rata lahan yang dimiliki petani responden adalah 0,6470 hektar. Jumlah rata-rata

75

benih yang dibutuhkan petani sebelum adanya program PUAP adalah sekitar 29 kilogram per hektar dengan biaya yang dibutuhkan Rp.173.775,-.

Pupuk adalah hal yang terpenting dari produksi dan nutrisi wajib bagi keberlangsungan produktivitas tanaman. Pupuk yang biasa digunakan oleh petani Gapoktan Rukun Makmur adalah Pupuk Kandang, Urea, TSP, dan Ponska. Pemberian nutrisi ini dilakukan dua kali dalam satu musim tanam. Pemupukan yang rotasi tepat waktu dan dosis dapat meningkatkan produksi tanaman yang cara aplikasinya disebar menggunakan tangan. Rata-rata penggunaan pupuk oleh petani di empat kelompok tani sebelum dan setelah adanya PUAP disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16. Rata-rata Jumlah Penggunaan Dosis Pupuk Per Hektar Oleh Petani Sebelum dan Setelah Adanya PUAP

Jenis Pupuk Satuan Sebelum PUAP Setelah PUAP

Pupuk Kandang Kg 220,4 375

Urea Kg 127,8 125,2

Ponska Kg 106,1 113,5

TSP Kg 102,1 98,7

Berdasarkan pada Tabel 16 dapat dilihat bahwa penggunaan pupuk mengalami perubahan untuk pupuk pada jenis urea dan pupuk kandang. Untuk pupuk urea berubah dari 127,8 kg menjadi 125,2 kg atau turun 2 kg dan pupuk kandang dari 220,4 kg menjadi 375 kg serta pupuk TSP turun dari 102,1 kg menjadi 98,7 kg. Perubahan penggunaan pupuk ini dikarenakan adanya proses sosialisasi dari penyuluh pendamping tentang pentingnya penggunaan pupuk organik terutama pupuk kandang terhadap hasil produksi padi. Selain itu juga, pupuk kandang ini merupakan hasil olahan limbah hewan yang diusahakan oleh anggota Gapoktan Rukun Makmur pada sektor ternak yang tidak lagi bekerja disawah.

Penggunaan pupuk kimia yang dianjurkan oleh dinas terkait atau penyuluh lapang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 17, dimana dosis rata-rata perhektarnya lebih tinggi dari yang dianjurkan sehingga akan membuang biaya pembelian pupuk yang seharusnya bisa dialokasikan pada input yang lainnya.

76

Tabel 17. Perbandingan Penggunaan Rata-rata Pupuk per Hektar di Gapoktan Rukun Makmur Kecamatan Pamijahan

Jenis Pupuk Sebelum PUAP Anjuran Dinas Pertanian Selisih (Kg) Harga/Kg (Rp) Nilai (Rp) Urea 127,8 100 (-) 27,8 1.300 36.140 Ponska 106,1 100 (+) 6,1 1.800 10.980 TSP 102,1 100 (+) 2,1 1.600 3.360

Keterangan : (+) = Penggunaan pupuk belebih (-) = Penggunaan pupuk kurang

Penggunaan dosis yang berlebih diakibatkan karena opini petani yaitu semakin banyak di pupuk maka, produksi akan semakin meningkat. Perubahan jumlah dosis pupuk yang digunakan oleh responden tidak menunjukkan perubahan jumlah atau nilai dosis yang signifikan. Adanya perubahan penggunaan pupuk dikarenakan sebagian petani memilih untuk merubah kombinasi penggunaan dari pupuk urea dan TSP menjadi pupuk organik seperti pupuk kandang padat dan cair.

Untuk pupuk kandang digunakan kotoran kelinci berikut air seninya, dikarenakan banyak petani responden yang membudidayakan kelinci di pekarangan rumahnya. Selain itu, hal tersebut juga sesuai arahan dari penyuluh lapang dan Penyelia Mitra Tani setempat.

Dari Tabel 18 juga dapat dijelaskan bahwa penggunaan alat pertanian adalah Rp.168.000,00. Nilai terbesar terdapat pada penggunaan knapsack sebesar Rp.200.000,00 per unitnya. Para petani yang tergabung dalam anggota Gapoktan di Desa Cibitung Kulon umumnya tidak selalu membeli alat pertanian setiap musim tanam. Pertimbangannya adalah masih layaknya alat-alat tersebut untuk digunakan kembali, sehingga yang diperhitungkan dalam analisis pendapatan hanya nilai penyusutan dari penggunaan peralatan pertanian tersebut.

Sarana produksi yang lainnya adalah alat-alat pertanian seperti cangkul, arit, parang, knapsack yang jumlahnya satu unit. Pada Tabel 15 disajikan penggunaan peralatan pada usahatani padi di Desa Cibitung Kulon.

77

Tabel 18. Rata-rata Nilai Penggunaan Peralatan Pada Usahatani Padi di Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan

No Jenis Peralatan Jumlah yang dimiliki (unit) Harga/Unit (Rp) Nilai Ekonomis (Rp) 1 Cangkul 1 45.000 45.000 2 Arit 2 20.000 40.000 3 Parang 2 24.500 49.000 4 Knapsack 0,17 200.000 34.000 168.000

Peralatan petani responden pada umumnya memiliki umur ekonomis satu sampai lima tahun dan jumlah musim tanam dalam satu tahun sebanyak dua kali. Penggunaan dana BLM PUAP tidak digunakan untuk membeli peralatan pertanian tetapi hanya digunakan untuk membeli pupuk kimia, pupuk organik dan pestisida. Perhitungan nilai penyusutan dilakukan dengan metode garis lurus dan hasil yang bisa dilihat pada Tabel 19 berikut formulasinya.

Penyusutan = xJumlahUnit etahun usimdalamS isxJumlahM UmurEkonom mis NilaiEkono

Tabel 19. Nilai Penyusutan Peralatan Pertanian Pada Usahatani Petani Responden Gapoktan Rukun Makmur per Tahun

No Jenis Peralatan Nilai Ekonomis (Rp) Umur Ekonomis (Th) Nilai Penyusutan (Rp) 1 Cangkul 45.000 4 5.625,- 2 Arit 20.000 2 6.666,- 3 Parang 24.500 5 3.266,- 4 Knapsack 34.000 5 6.800,- Jumlah 22.357,-

Berdasarkan data dari Tabel 19 diketahui bahwa nilai penyusutan peralatan pertanian yang digunakan oleh petani responden yakni sebesar Rp.22.357,00/musim tanam, terdiri dari nilai penyusutan cangkul sebesar Rp.5.625,00, nilai arit Rp. 6.666,00; parang Rp.3.266,00; dan nilai dari knapsack (semprotan) Rp.6.800,00.

Nilai penyusutan alat-alat pertanian sebelum dan setelah adanya program PUAP tidak mengalami perubahan karena alat-alat pertanian tersebut sudah ada ketika para petani memulai usahataninya. Biaya pengeluaran kembali akan

78

diperhitungkan apabila peralatan pertanian sudah tidak layak pakai lagi dan harus digantikan dengan peralatan yang baru.

Menurut hasil wawancara dengan petani yang memiliki knapsack, alat ini tidak selalu digunakan tergantung tingkat serangan hama penyakit yang menyerang. Sedangkan cangkul juga hanya digunakan saat perawatan untuk pengolahan awal digunakan traktor.

6.5.2.2 Output Usahatani

Output usahatani padi merupakan tolak ukur keberhasilan usahatani padi yang dilihat dari produksi dan penerimaan yang diperoleh petani. Output ini didapat dari wawancara dengan 30 responden petani anggota Gapoktan Rukun Makmur. Rata-rata lahan yang dimiliki sekitar 0,6470 hektar. Rata-rata produksi padi sebelum dengan sesudah adanya program PUAP disajikan pada Tabel 20.

Tabel 20. Rata-rata Produksi Per Hektar Usahatani Padi Petani Responden Sebelum dan Sesudah Adanya PUAP

Jenis Input Satuan Nilai Rata-Rata (Rp) Sebelum Nilai Rata-Rata (Rp) Setelah Nilai Selisih (Rp) Produksi GKP Kg 4.181 4.576 395 Harga Gabah/Kg 2.200 2.200 Penerimaan Usahatani 9.198.200 10.067.200,00 869.000

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden, sebagian hasil produksi yang diperoleh adalah dikonsumsi sendiri dan sisanya dijual. Akan tetapi dalam perhitungan ini diasumsikan bahwa seluruh hasil produksi petani di jual petani dengan harga yang telah disesuaikan dengan harga yang berlaku di tingkat Kecamatan Pamijahan. Gabah kering panen yang sudah dipisahkan dengan batang padi kemudian dijemur selama dua hari, kemudian dibawa ke tempat penggilingan padi untuk ditimbang lalu digiling.

Berdasarkan data dari Tabel 20 di atas bahwa rata-rata produksi per hektar gabah kering panen sebelum adanya PUAP yang peroleh petani responden adalah 4.180 kilogram per musim. Dengan harga gabah kering panen (HGP) yang berlaku di petani adalah Rp.2.200,00 per kilogram, maka penerimaan total yang didapat adalah sebesar Rp.9.198.200,00. Untuk produksi yang diperoleh setelah

79

adanya program PUAP yaitu 4.576 kilogram dengan rata-rata penerimaan total sebesar Rp.10.067.200,00. Perubahan penerimaan ini dinilai positif bagi pendapatan petani karena adanya peningkatan sebesarnya Rp.869.000,00.

Peningkatan hasil produksi ini tidak diikuti dengan peningkatan harga produksi petani. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani adanya perubahan tinggi rendahnya produksi dikarenakan hasil dari bimbingan penyuluhan yang memberikan arahan tentang penggunaan dosis pupuk, cara penggunaan, dan waktu pelaksanaan. Selain itu juga dikarenakan penggunaan pupuk organik. Dari gambaran hasil peningkatan produksi telah menunjukkan manfaat adanya bantuan dari program PUAP kepada petani.