RIWAYAT HIDUP
PENYELIA MITRA TAN
4. Berkembangnya usaha pelaku agribisnis yang mempunyai usaha harian, mingguan, maupun musiman
2.6 Penelitian Terdahulu Mengenai Program Bantuan Penguatan Modal Bergulir
Sejak pemerintahan pada zaman orde baru dulu juga telah meluncurkan kredit program yang diawali dengan kredit Bimas guna mendukung ketersediaan modal petani. Dalam perkembangannya model program kredit pertanian ini telah mengalami perubahan, baik yang terkait dengan prosedur penyaluran, besaran dan bentuk kredit, bunga kredit maupun tenggang waktu pengembalian. Pemerintah selama ini sudah memberikan bantuan modal bergulir yang sudah berjalan diantaranya : (1) Bantuan Langsung Masyarakat (BLM); (2) Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat (BPLM); (3) Kredit Ketahanan Pangan (KKP); (4) Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan (DPM-LUEP); (5) Kredit Kepada Koperasi Primer untuk Anggota (KKPA). Dari program pemerintahan tersebut telah dikaji dalam penelitian terdahulu yang telah diteliti oleh masing- masing yaitu ; (1) Kasmadi (2005); (2) Filtra (2007); (3) Lubis (2005); Pertiwi (2006); Tarmidi (2006); Ifan (2009); Yulistia (2010) dan Koko (2009).
17 Penelitian Koko (2009) mengenai Dampak Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Terhadap Kinerja Gapoktan dan Pendapatan Anggota Gapoktan. Penelitian ini dilakukan dengan alat analisis pendapatan usahatani, uji t-statistik, uji korelasi dan analisis R/C rasio. Berdasarkan hasil penelitian di tiga Gapoktan dengan menggunakan uji korelasi, diperoleh hasil bahwa pengaruh PUAP terhadap kinerja Gapoktan sebelum dan setelah adanya PUAP berdasarkan indikator organisasi memiliki pengaruh positif terhadap kinerja Gapoktan itu sendiri. Dari hasil penelitian tersebut mayoritas responden petani yang menggunakan dana BLM-PUAP untuk menambah usahanya dan menyatakan ingin melakukan peminjaman kembali karena merasakan manfaat langsung dari pinjaman dana tersebut.
Dari hasil tersebut pendapatan anggota Gapoktan sebelum dan setelah menerima BLM-PUAP mengalami perubahan peningkatan. Hal ini dibuktikan melalui uji t-hitung terhadap perubahan pendapatan yang menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan nyata dari pendapatan responden petani sebelum dan setelah adanya program PUAP.
Penelitian Sagala (2010), mengenai Dampak Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan Petani Padi. Penelitian ini dilakukan dengan alat analisis pendapatan usahatani, uji t-statistik, dan analisis R/C rasio. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa terjadi perubahan pendapatan petani padi antara sebelum dan sesudah adanya program PUAP.
Hasil penelitian Pertiwi (2006) mengenai Pengaruh Kelompok Usaha Bersama (KUB) pada program pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan memberikan gambaran bahwa program-program yang digulirkan baik dalam bentuk dana bantuan maupun pelatihan kepada masyarakat yang menekuni sektor riil sangat diminati dan mendapatkan respon yang positif. Walaupun program ini tidak berada pada sektor pertanian di perdesaan, akan tetapi persamaannya adalah dari tujuan dana tersebut digulirkan. Dari program tersebut lapangan kerja tercipta sehingga pengurangan pengangguran dan angka kemiskinan menjadi turun dengan signifikan. Hanya saja dari program ini sistem pengawasan dan pengendalian tidak sebaik dari program pemerintah yang sejenis.
18 Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Tarmidi (2006) mengenai Pengaruh Pengelolaan Kredit Mikro Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dan Analisis Pendapatan Keluarga Miskin memberikan pengertian bahwa kredit sebesar apapun yang diperuntukan bagi warga miskin akan memperoleh respon yang positif. Dana yang bergulir tersebut akan memberikan stimulus bagi warga miskin untuk memperkuat perekonomiannya. Pemberian kredit mikro dengan melibatkan Bank BUMN akan memberikan iklim usaha yang baik bagi dunia perbankan dan sektor ekonomi mikro, sehingga perekonomian nasional perlahan akan naik.
Kelebihan dari kredit yang ditawarkan biasanya tidak memakai agunan sehingga banyak warga yang menggunakan fasilitas tersebut. Akan tetapi yang menjadi kekurangnya adalah tidak adanya pengawasan yang optimal dari tingkat pusat ke daerah. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya kebocoran-kebocoran dana di tengah prosesnya. Terlebih lagi dana tersebut hanya diperuntukan bagi masyarakat miskin perkotaan yang kebanyakan bermata pencaharian sebagai pedagang kecil. Pengucuran dana dilakukan melalui bank-bank BUMN yang ditunjuk oleh pemerintah sehingga dalam hal ini pihak bank yang melakukan pengawasan dan kontrol terhadap program pemerintah.
Penelitian Yulistia (2009) mengenai analisis pendapatan dan efisiensi produksi belimbing dewa peserta primatani merupakan salah satu penelitian yang menganalisis pengaruh peran program pemerintah dalam upaya meningkatkan produktivitas pertanian di tingkat perdesaan. Penelitian tentang Primatani memiliki kesamaan tujuan dalam aplikasi penerapan dilapangan yaitu melibatkan semua aspek yang memiliki kepentingan bersama dalam hal memajukan pertanian di Indonesia. Kemudian hal yang sama juga terjadi pada penelitian Ifan (2009) mengenai Pengaruh Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) merupakan program dari pemerintah yang memberikan pengaruh dari program- program yang digulirkan oleh pemerintah pusat dalam rangka memberdayakan ekonomi sektor mikro.
Dari penelitian terdahulu memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini membahas tentang Pengaruh Program Pengembangan Usaha Agribisinis terhadap pendapat petani di Desa
19 Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Program ini merupakan fasilitas terhadap permodalan petani dalam bentuk simpan pinjam yang disalurkan melalui lembaga desa yaitu Gapoktan. Gapoktan sendiri mendirikan sebuah unit lembaga keuangan mikro untuk fokus mengelola kredit tersebut. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis pendapatan usahatani untuk melihat pengaruh yang timbul dari program PUAP sebelum dan setelah adanya program ini.
20
20
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab dan memecahkan pokok permasalahan suatu penelitian percobaan tertentu yang ilmiah.
3.1.1. Struktur Biaya
Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Komposisi biaya yang terjadi pada suatu usaha disebut struktur biaya. Struktur biaya berdasarkan perilaku biaya yang dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel (Mulyadi, 1999).
Perilaku biaya berhubungan dengan periode produksi. Dalam jangka pendek ada faktor produksi tetap yang menimbulkan biaya tetap, yaitu biaya produksi yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Pengusaha harus tetap membayarnya berapapun jumlah komoditi yang dihasilkan usahanya. Biaya tetap terdiri dari gaji tenaga kerja administrasi, penyusutan kandang, penyusutan ternak dan lahan tempat pengelolaan ternak yang dianggap sebagai biaya yang diperhitungkan sebagai sewa lahan.
Dalam jangka panjang, karena semua faktor produksi dianggap variabel, maka biaya juga variabel. Artinya, besarnya biaya produksi dapat berubah apabila skala usaha berubah. Biaya variabel terdiri dari biaya tenaga kerja langsung, pakan, obat-obatan, dan penyusutan peralatan tidak tahan lama.
Konsep biaya jangka panjang diperlukan oleh pengusaha untuk menentukan skala usaha dari suatu perusahaan. Pengusaha dapat menyesuaikan besarnya skala usaha agar keuntungan yang diperoleh maksimal. Dalam membuat keputusan jangka panjang, pengusaha harus mengetahui biaya produksi yang minimum pada berbagai tingkat produksi. Biaya minimum perusahaan dalam jangka panjang dapat diketahui dengan kurva biaya rata-rata jangka panjang.
21 Hernanto (1989) mengungkapkan bahwa biaya produksi dalam usahatani dapat dibedakan :
1) Berdasarkan jumlah output yang dihasikan terdiri dari :
a) Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat-alat bangunan pertanian dan bunga pinjaman.
b) Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah produksi, misalkan pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan dan biaya tenaga kerja.
2) Berdasarkan yang langsung dikeluarkan dan diperhitungkan terdiri dari : a) Biaya tunai adalah biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar tunai.
Biaya tetap misalnya pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan biaya variabel misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan dan tenagan kerja luar keluarga. Biaya tunai berguna untuk melihat pengalokasian modal yang dimiliki oleh petani.
b) Biaya tunai (diperhitungkan) adalah biaya penyusutan alat-alat pertanian, sewa lahan milik sendiri (biaya tetap) dan tenaga dalam keluarga (biaya variabel). Biaya tidak tunai ini melihat bagaimana manajemen suatu usahatani.
Menurut Suratiyah (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya sangatlah kompleks. Namun demikian, faktor tersebut dapat dibagi dibagi ke dalam dua golongan sebagai berikut :
1) Faktor internal dan eksternal
Faktor internal antara lain umur petani, pendidikan, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan, jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan dan modal. Sementara itu, faktor eksternal yang mempengaruhi biaya adalah input (ketersediaan dan harga) dan output (permintaan dan harga). 2) Faktor manajemen
Di samping faktor internal dan eksternal maka manajemen juga sangat menentukan. Dengan faktor internal tertenu maka petani harus dapat mengantisipasi faktor eksternal yang selalu berubah-ubah dan tidak sepenuhnya dapat dikuasai. Petani harus dapat melaksanakan usahataninya
22 dengan sebaik-baiknya yaitu penggunaan faktor produksi dan tenaga kerja secara efisien sehingga akan diperoleh manfaat yang setinggi-tingginya. Dalam pelaksanaanny sangat diperlukan berbagai informasi tentang kombinasi faktordan informasi harga baik harga faktor produksi maupun produk. Dengan bekal informasi tersebut petani dapat segera mengantisipasi perubahan yang ada agar tidak salah pilih dan merugi.
3.1.2 Konsep Usahatani.
Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang maksimal pada waktu tertentu (Soekartawi 2002). Usahatani dikatakan efektif apabila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara tepat dan baik. Sedangkan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input).
Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh, tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya (Mubyarto 1989). Pada hakekatnya dalam menjalankan usahatani sama dengan menjalankan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pertanian. Dilihat dari tujuannya yang bersifat ekonomis artinya petani memproduksi hasil-hasil pertanian baik untuk dijual maupun untuk konsumsi sendiri. Usahatani sebagai organisasi alam, kerja dan modal yang ditunjukkan pada produksi di lapangan pertanian.
Organisasi ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial yang terikat genologis, teritorial sebagai pengelolanya (Hernanto 1989). Dalam usahatani petani biasanya tidak terfokus dalam satu komoditi saja, pilihan biasanya ditunjukkan pada komoditi yang menguntungkan. Dalam menentukan komoditi ini banyak faktor yang mempengaruhi, antara lain keadaan fisik lahan, jaminan kelangsungan, fluktuasi harga komoditi, modal yang dimiliki, teknologi yang dikuasai, musim tanam dan pertimbangan ekonomis.
23 Usahatani yang dimaksud di atas antara lain meliputi : (a) adanya lahan, tanah usahatani yang di atasnya tumbuh tanaman, ada tanah yang dibuat kolam tambak, sawah dan tegalan, (b) ada bangunan yang berupa rumah petani, gudang, kandang lantai jemur dan lain-lain, (c) ada alat-alat pertanian seperti cangkul, garpu, linggis, sprayer, pencurahan, tenaga kerja untuk mengelola tanah untuk menanam, memelihara dan lain-lain serta (d) ada petani yang menerapkan rencana usahataninya, mengawasi jalannya usahatani dan menikmati hasil usahataninya (Hernanto 1989).
Berusahatani merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh produk di bidang pertanian yang pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Selisih keduanya merupakan pendapatan dari kegiatan usahanya. Karena dalam kegiatan itu petani yang bertindak sebagai pengelola, pekerja, dan sebagai penanam modal pada usaha tersebut, maka pendapatan itu digambarkan sebagai balas jasa dari kerjasama faktor-faktor produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu. Analisis pendapatan usahatani mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik faktor produksi, yaitu (1) menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha, (2) menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan.
Usahatani didefinisikan sebagai satuan organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili alam, unsur tenaga kerja yang bertumpu pada anggota keluarga tani, unsur modal yang beraneka ragam jenisnya dan unsur pengelolaan atau manajemen yang peranannya dibawakan oleh seorang yang disebut petani (Hernanto 1989). Keempat unsur ini tidak dapat dipisahkan karena kedudukannya dalam usahatani sama-sama penting. Pengenalan dan pemahaman keempat unsur pokok tersebut diperlukan karena berkaitan dengan kepemilikan dan penguasaan faktor produksi.
Ilmu yang mempelajari tentang usahatani dikenal dengan ilmu usahatani. Menurut Soekartawi (1995) ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada di lapangan pertanian secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya
24 bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input).
Hernanto (1989) berpendapat bahwa selalu ada empat unsur pokok dalam usahatani atau sering juga disebut sebagai faktor-faktor produksi. Keempat unsur tersebut antara lain adalah :
1) Lahan
Lahan merupakan faktor produksi yang mewakili unsur alam dan merupakan jenis modal yang sangat penting. Lahan usahatani dapat berupa tanah pekarangan, tegalan, sawah dan sebagainya. Lahan tersebut dapat diperoleh dengan cara membuka lahan sendiri, membeli, menyewa, bagi hasil, pemberian negara, warisan ataupun wakaf. Penggunaan lahan dapat diusahakan secara monokultur maupun polikultur ataupun tumpangsari. 2) Tenaga kerja
Tenaga kerja dalam usahatani sangat diperlukan dalam menyelesaikan berbagai macam kegiatan produksi. Jenis tenaga kerja manusia dibedakan menjadi tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak yang dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman, tingkat kesehatan dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan. Jika terjadi kekurangan tenaga kerja maka petani mempekerjakan buruh yang berasal dari luar keluarga dengan member balas jasa atau upah. Berdasarkan hal tersebut, menurut sumbernya tenaga kerja dalam usahatani dapat berasal dari dalam dan luar keluarga.
3) Modal
Modal adalah faktor produksi dalam usahatani setelah lahan dan tenaga kerja. Penggunaan modal berfungsi membantu meningkatkan produktivitas, baik lahan maupun tenaga kerja untuk menciptakan kekayaan dan pendapatan usahatani. Modal dalam suatu usahatani digunakan untuk membeli sarana produksi serta pengeluaran selama kegiatan usahatani berlangsung. Sumber modal diperoleh dari milik sendiri, pinjaman atau kredit, warisan, usaha lain ataupun kontrak sewa.
4) Pengelolaan (manajemen) usahatani
Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani untuk menentukan, mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang
25 dikuasainya dengan sebaik-baiknya sehingga memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Manajemen merupakan tindakan manusia (petani) dengan kemampuan dan keterampilannya mengkombinasikan faktor- faktor produksi lahan, tenaga kerja dan modal dalam proses produksi pertanian untuk tujuan menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan secara maksimum.
Untuk dapat menjadi pengelola yang berhasil, maka pemahaman terhadap prinsip teknik dan prinsip ekonomis menjadi syarat bagi seorang pengelola. Pengenalan dan pemahaman prinsip teknik meliputi perilaku cabang usaha yang diputuskan, perkembangan teknologi, tingkat teknologi yang dikuasai dan cara budidaya atau alternatif lain berdasar pengalaman orang lain.
Pengenalan pemahaman prinsip ekonomis antara lain penentuan perkembangan harga, kombinasi cabang harga, pemasaran hasil, pembiayaan usahatani, penggolongan modal dan pendapatan serta ukuran-ukuran keberhasilan yang lazim. Panduan penerapan kedua prinsip itu tercermin dari keputusan yang diambil agar risiko tidak menjadi tanggungan si pengelola. Kesediaan risiko sangat tergantung kepada tersedianya modal, status petani, umur, lingkungan usaha, perubahan posisi, pendidikan dan pengalaman petani.
3.1.3 Pendapatan Usahatani
Menurut Soekartawi (1995), penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual, biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani.
Penerimaan usahatani disebut sebagai pendapatan kotor usahatani dan selanjutnya dihitung dari jumlah produk dikalikan dengan harga per satuan atau dapat dirumuskan :
TR = Y. Py di mana :
TR = Jumlah penerimaan Y = Produk
Py = Harga produk per satuan
Secara khusus bagi petani, analisis pendapatan usahatani dapat memberikan bantuan untuk mengukur tingkat keberhasilannya dalam usaha. Suatu
26 usahatani dapat dikatakan berhasil apabila situasi pendapatannya memenuhi syarat: (1) cukup untuk membayar semua pembelian sarana produksi termasuk biaya angkutan dan administrasi yang mungkin melekat pada pembelian tersebut, (2) cukup untuk membayar bunga modal yang ditanamkan termasuk pembayaran sewa tanah dan pembayaran dana depresiasi modal dan (3) cukup untuk membayar upah tenaga kerja yang dibayar atau bentuk-bentuk upah lainnya untuk tenaga kerja yang tidak diupah.
Dalam kaitan ukuran keberhasilan suatu usahatani yang ditentukan oleh tingkat pendapatannya, lebih jauh menyatakan beberapa syarat minimal yang harus dipenuhi. Syarat- syarat tersebut adalah : (1) usahatani harus dapat menghasilkan cukup pendapatan untuk membayar biaya semua alat-alat yang diperlukan; (2) usahatani harus dapat menghasilkan pendapatan yang dapat dipergunakan untuk membayar bunga modal yang dipergunakan dalam usahatani tersebut; (3) usahatani harus dapat membayar upah tenaga petani dalam keluarganya yang dipergunakan dalam usahatani secara layak; (4) usahatani yang bersangkutan harus paling sedikit berada dalam keadaan seperti semula dan (5) usahatani harus dapat membayar tenaga petani sebagai manajer (Sagala dalam Hadisapoetro, 2010).
Petani yang rasional akan memilih cabang usaha yang pendapatannya tinggi, sehingga dengan adanya perhitungan pendapatan suatu usahatani akan membantu petani untuk menentukan pilihan cabang usaha mana yang lebih menjanjikan pendapatan tinggi. Demikian juga halnya dengan petani gambir yang akan memilih bentuk output yang mana yang menjanjikan keuntungan lebih besar.
Total pendapatan petani dapat bersumber dari pendapatan petani dari usahataninya dan pendapatan petani dari luar usahataninya. Pendapatan petani dari usahataninya adalah sebagian dari pendapatan kotor yang karena tenaga keluarga dan kecakapannya memimpin usahanya dan sebagian bunga dari kekayaannya sendiri yang telah dipergunakan di dalam usahataninya menjadi hak dari keluarganya. Oleh karena itu, pendapatan petani dari usahataninya juga dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor dengan biaya alat luar (Sagala dalam Hadisapoetra, 2010).
27 Analisis pendapatan tunai dan pendapatan total produksi usahatani merupakan bentuk analisis dalam usahatani yang digunakan untuk melihat keuntungan relatif dari suatu kegiatan cabang usahatani berdasarkan perhitungan finansial. Dalam analisis ini dilakukan dua pendekatan, yaitu perhitungan pendapatan atas dasar biaya tunai dan perhitungan atas dasar biaya total (biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan)
Pengeluaran usahatani mencakup beberapa unsur seperti pembelian sarana produksi, upah buruh tani, sewa ternak kerja atau traktor, sewa alat-alat, bangunan dan lahan (apabila lahan bukan milik sendiri), pembelian alat-alat, perbaikan alat, biaya pengangkutan, pembayaran angsuran pokok kredit dan bunganya, pembayaran pajak dan sumbangan wajib lainnya, serta pengurangan nilai investasi (penyusutan). Pengeluaran tersebut sering disebut sebagai pengeluaran usahatani keluarga. Selain itu terdapat juga pengeluaran serperti nilai tenaga kerja keluarga yang tidak dibayarkan serta bunga modal sendiri. Jumlah dari keduanya disebut total pengeluaran usahatani. Berdasarkan cara perhitungan pendapatan usahatani, dikenal dua jenis pendapatan, yaitu pendapatan bersih usahatani (net farm income) dan pendapatan kotor (gross farm income).
Pendapatan bersih dihitung dari hasil pengurangan antara jumlah penerimaan (total revenue) dengan jumlah biaya (total cost) yang dikeluarkan dalam proses produksi. Dapat dikemukakan bahwa pendapatan bersih usahatani merupakan keuntungan usahatani (profit) dan dapat dirumuskan sebagai berikut :
= TR − TC di mana :
= Keuntungan (Pendapatan Usahatani) TR = Total revenue
TC = Total cost
Menurut Soekartawati et al (1986), pendapatan kotor usahatani secara operasional dapat dihitung. Pendapatan kotor untuk tanaman meliputi (1) nilai hasil yang dijual, (2) nilai hasil yang dikonsumsi dalam rumah tangga petani, (3) nilai hasil yang digunakan untuk bibit, (4) nilai hasil yang digunakan untuk pembayaran, dan (5) nilai hasil yang masih disimpan. Pengeluaran usahatani meliputi seluruh biaya yang digunakan dalam proses produksi. Biaya dapat
28 berwujud biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya faktor- faktor produksi variabel yaitu faktor produksi yang terpakai proses produksi atau habis terpakai dalam jangka waktu analisis usahatani. Data produksi meliputi hasil (produksi) yang diperoleh dan yang diberikan kepada pihak lain karena jasanya dalam kegiatan usahatani tersebut.
Biaya variabel sangat mempengaruhi jumlah produk yang dihasilkan. Biaya tetap adalah biaya faktor-faktor produksi tetap yaitu faktor produksi yang tidak habis terpakai dalam proses produksi atau tidak habis terpakai selama jangka waktu analisis usahatani. Dalam analisis jangka panjang hampir tidak terdapat biaya tetap karena semua faktor produksi bersifat variabel. Biaya tetap merupakan biaya penyusutan alat-alat, sedangkan yang termasuk biaya variabel antara lain biaya pupuk, pestisida, tenaga kerja harian dan biaya bibit. Jadi biaya tetap ini tergantung pada besar-kecilnya produksi yang diperoleh.
Kesulitan dalam menghitung biaya usahatani biasanya timbul bila tanaman yang diusahakan itu lebih dari satu komoditi, misalnya tanaman tumpangsari jagung dan kedelai. Hal ini menyebabkan jumlah input yang dipakai tidak diketahui persis diarahkan untuk tanaman jagung atau kedelai. Besaran pendapatan yang diperoleh dari usahatani tergantung pada: luas lahan usahatani, efisiensi kerja dan efisiensi produksi. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan biaya yang telah dikeluarkan. Pendapatan usahatani dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan tunai dan pendapatan atas biaya total yang sering disebut yang sering disebut sebagai pendapatan total.
Tingkat pendapatan usahatani dapat dinyatakan dalam persamaan matematika sebagai berikut:
Itunai = NP – BT
Itotal = NP – (BT+BD)
Keterangan:
Itunai = Tingkat Pendapatan Bersih Tunai Itotal = Tingkat Pendapatan Bersih Total
NP = Nilai produk; Hasil Perkalian Jumlah Output Dengan Harga Satuan BT = Biaya tunai
29 3.1.4 Imbangan Penerimaan dan Biaya
Menurut Hernanto (1989), tingkat keuntungan relatif dari suatu kegiatan usahatani berdasarkan perhitungan finansial dapat diketahui dengan melakukan analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio). R/C rasio menunjukkan berapa besarnya penerimaan usahatani yang akan diperoleh petani untuk setiap