• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.5 Analisis Ekonomi Lingkungan Tanaman Kelapa Sawit

4.5.5 Analisis WTP Program Konservasi Sumberdaya Air

a. Harga Bayangan Kerusakan

Lingkungan

Kerusakan lingkungan akibat

perkebunan kelapa sawit yang dirasakan oleh responden berdasarkan kuisioner diantaranya adalah kesulitan mendapatkan air. Hasil analisis CVM menyebutkan dimana dalam waktu 6 tahun, sedikitnya penduduk sekitar

melakukan pendalaman sumur untuk

mendapatkan air guna memenuhi kebutuhan air untuk keperluan domestik. Adanya alih fungsi lahan dari hutan menjadi perkebunan

kelapa sawit menyebabkan adanya

peningkatan kebutuhan air sebesar 67

mm/tahun. Artinya apabila terjadi

penambahan luasan perkebunan kelapa sawit sebanyak 1 hektar, maka jumlah air yang hilang adalah sebanyak 67 mm/tahunnya atau setara dengan 670.000 liter/ha/tahun. Harga air berdasarkan data dari PDAM Tirta Siak adalah sebesar Rp 150/liter. Nilai air yang hilang apabila terjadi peningkatan luas perkebunan kelapa sawit seluas satu hektar adalah sebesar Rp 100.500.000 per tahunnya atau setara dengan Rp 8.375.000 per bulannya. Jumlah KK yang terdapat di Desa Sawit Permai adalah sebanyak 1.034 KK. Dengan demikian, total kerugian yang harus dibayar oleh setiap KK di desa Sawit Permai adalah sebesar Rp 8.100/KK/ha/bulan.

17

b. Rata-Rata WTP Penduduk Desa Sawit Permai

Berdasarkan hasil kuisioner yang diberikan kepada responden, sebanyak 73% dari responden setuju dengan adanya program konservasi sumberdaya air di wilayah ini. Dukungan dan keikutsertaan masyarakat dalam upaya pengelolaan sumberdaya air di wilayah ini terlihat dari keinginan membayar (Willingness To Pays) untuk program ini. Besarnya WTP dari setiap individu dapat

ditentukan melalui contingen valuation

method.

Hubungan antara total WTP yang sanggup dibayarkan oleh masyarakat sekitar perkebunan dengan jumlah KK yang sanggup membayar WTP terlihat pada Gambar 14.

Berdasarkan hasil analisis data yang

dilakukan, nilai rata-rata WTP masyarakat Desa Sawit Permai untuk program reboisasi hutan sebesar Rp 26.400, dengan nilai WTP maksimumnya sebesar Rp 45.000, dan WTP minimumnya Rp 5.000.

Gambar 14 Hubungan Antara Besar WTP dengan Jumlah Responden. Hasil analisis data menyebutkan bahwa 53% dari responden nilai WTP nya berada dibawah nilai rata-rata WTP dan 47% dari responden nilai WTP nya berada diatas nilai rata-rata WTP.

c. Menetapkan bid curve

Bid curve merupakan hubungan antara nilai riil total kerusakan lingkungan yang harus di bayarkan oleh setiap KK dengan total kemampuan membayar (WTP) dari setiap KK. Berikut hubungan antara nilai riil total kerusakan lingkungan dengan kemampuan membayar dari setiap KK di Desa Sawit Permai. P merupakan garis/tingkat harga. Wilayah II merupakan wilayah total kerugian yang seharusnya dibayar oleh setiap KK, sedangkan wilayah I merupakan wilayah kemampuan yang mampu dibayar oleh setiap KK di Desa Sawit Permai (Gambar 15).

Gambar 15 Bid curve WTP Masyarakat Desa Sawit Permai

Total kerusakan lingkungan yang seharusnya dibayar oleh penduduk di desa

sawit permai adalah sebesar Rp

8.375.000/ha/bulan. Kemampuan penduduk

Desa Sawit Permai untuk membayar

kerusakan lingkungan ini adalah sebesar Rp

27.300.000/ha/bulan. Dengan demikian

didapatkan nilai surplus konsumen penduduk untuk program konservasi sumberdaya air sebesar Rp 18.850.000/ha/bulan. Nilai surplus konsumen ini menunjukan besarnya nilai manfaat ekonomi dari adanya program konservasi sumberdaya air yang di inginkan oleh penduduk di Desa Sawit Permai Kecamatan Dayun Kabupaten Siak.

d. Mengagregatkan data

Data yang di agregatkan merupakan data hasil kuisioner mengenai jumlah WTP rata-rata yang sanggup di bayarkan oleh setiap KK untuk program konservasi sumberdaya air di wilayah penelitian. Adapun tabulasi hasil kuisioner mengenai WTP rata-rata dengan jumlah responden yang sanggup membayar pada tingkat tersebut terlihat pada tabel 1. Tabel 1. Besarnya Rata-Rata WTP Yang Sanggup Dibayar dengan Jumlah Responden

WTP (Rp) Rata-rata (Rp) Responden % Nilai (Rp) 5000-10000 7500 10 6.8 75000 10001-15000 12500.5 20 13.7 250010 15001-20000 17500.5 24 16.4 420012 20001-25000 22500.5 23 15.8 517511.5 25001-30000 27500.5 26 17.8 715013 30001-35000 32500.5 24 16.4 780012 35001-40000 37500.5 15 10.3 562507.5 40001-45000 42500.5 4 2.7 170002 146 3490068

Besarnya nilai ekonomi program konservasi sumberdaya air yang diberikan oleh penduduk desa sawit permai merupakan hasil perkalian antara rata-rata WTP dengan jumlah KK yang ada di desa tersebut. Nilai

konservasi sumberdaya air memberikan nilai

manfaat ekonomi sebesar Rp

18.850.000/ha/bulan.

Perhitungan estimasi nilai lingkungan

diatas merupakan perhitungan nilai

lingkungan yang terjadi pada kondisi dimana wilayah tersebut mengalami kekurangan sumberdaya air. Kondisi saat ini menjelaskan dimana nilai lingkungan perkebunan kelapa sawit terhadap sumberdaya air belum dirasakan oleh warga sekitar perkebunan kelapa sawit, mengingat sumberdaya air belum menjadi barang yang langka, artinya ketersediaan air masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Dayun. Kemungkinan lain yang terjadi adalah nilai lingkungan ini dirasakan oleh penduduk lain yang tinggal di wilayah yang dekat dengan perkebunan ini, seperti di kecamatan lain yang merasakan adanya dampak lain berupa banjir yang menjadi lebih sering terjadi setelah adanya perkebunan kelapa sawit. Namun demikian, hasil ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk melihat apakah perkebunan kelapa sawit merupakan penyebab utama terjadinya banjir yang menjadi lebih sering terjadi di wilayah Kabupaten Siak.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kondisi neraca air umum di wilayah Kecamatan Dayun memberikan informasi dalam setiap bulannya terjadi kejadian hujan dengan besar yang berbeda setiap bulannya. Besarnya curah hujan rata-rata dengan peluang 70% berdasarkan hasil analisis adalah sebesar 1989 mm/tahun, dengan puncak hujannya pada bulan April dan bulan November, masing-masing besarnya adalah 227 mm dan 241 mm. Periode musim kemarau untuk wilayah Kecamatan Dayun terjadi pada bulan JJA, sedangkan musim hujan terjadi pada bulan Oktober-April. Besarnya ETPadj (evapotranspirasi terkoreksi) berdasarkan hasil perhitungan neraca air adalah sebesar 1677 mm/tahun. Periode defisit di Kecamatan Dayun terjadi pada bulan JJA. Besarnya defisit air pada ke tiga bulan tersebut secara kumulatif mencapai 22 mm.

Perbedaan landcover antara sebelum adanya

perkebunan kelapa sawit dan sesudah adanya

perkebunan kelapa sawit menyebabkan

adanya perkebunan kelapa sawit mengalami penurunan, dimana besarnya debit sebelum adanya perkebunan kelapa sawit adalah

sebesar 2708 m3/s dan sesudah adanya

perkebunan kelapa sawit adalah sebesar 2359 m3/s. Adanya alih fungsi lahan dari hutan ke tanaman monokultur seperti perkebunan

kelapa sawit berpengaruh terhadap

peningkatan aliran limpasan langsung (run off). Besarnya run off untuk landcover hutan adalah sebesar 16 mm, sedangkan besarnya run off untuk landcover perkebunan kelapa sawit adalah sebesar 200 mm.

Kebutuhan air tanaman kelapa sawit yang ada di Kecamatan Dayun adalah sebesar 42.728 liter/ha/hari. Besarnya kebutuhan air untuk satu batang pohon tanaman kelapa sawit

adalah sebesar 0,012 m3/s per harinya.

Berdasarkan hasil analisis debit estimasi, terjadi penurunan debit yang mengindikasikan adanya penurunan ketersediaan air di wilayah

Kecamatan Dayun sebesar 349 m3/s per

tahunnya.

Estimasi nilai lingkungan perkebunan kelapa sawit dilihat dari segi konsumsi sumberdaya air adalah sebesar Rp 7.500.000,

yang dihitung berdasarkan perbedaan

landcover hutan dan tanaman kelapa sawit pada saat musim kemarau (JJA). Besarnya WTP rata-rata penduduk Desa Sawit Permai Kecamatan Dayun adalah Rp 26.400, dengan nilai WTP maksimum dan minimumnya masing-masing sebesar Rp 45.000 dan Rp 5.000. Besarnya surplus konsumen yang menunjukan nilai manfaat dari adanya program konservasi sumberdaya air adalah Rp 18.850.000/Ha/bulan. Nilai surplus konsumen ini menunjukan besarnya nilai manfaat ekonomi dari adanya program konservasi sumberdaya air yang di inginkan oleh penduduk di desa Sawit Permai Kecamatan Dayun Kabupaten Siak.

5.2 Saran

Penelitian ini masih bersifat tahap awal sehingga dianjurkan terdapat penelitian lebih lanjut mengenai nilai ekonomi lingkungan perkebunan kelapa sawit. Masalah lingkungan menjadi esensial di masa mendatang sehingga penelitian mengenai dampak lingkungan suatu

sumberdaya masih sangat dibutuhkan.

Parameter nilai lingkungan dalam penelitian ini hanya berasal dari konsumsi sumberdaya air. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian

program reboisasi dari penduduk di Desa Sawit Permai adalah sebesar Rp 3.500.000 /ha/bulan. Besaranya nilai ekonomi program konservasi sumberdaya air memberikan nilai

manfaat ekonomi sebesar Rp

18.850.000/ha/bulan.

Perhitungan estimasi nilai lingkungan

diatas merupakan perhitungan nilai

lingkungan yang terjadi pada kondisi dimana wilayah tersebut mengalami kekurangan sumberdaya air. Kondisi saat ini menjelaskan dimana nilai lingkungan perkebunan kelapa sawit terhadap sumberdaya air belum dirasakan oleh warga sekitar perkebunan kelapa sawit, mengingat sumberdaya air belum menjadi barang yang langka, artinya ketersediaan air masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Dayun. Kemungkinan lain yang terjadi adalah nilai lingkungan ini dirasakan oleh penduduk lain yang tinggal di wilayah yang dekat dengan perkebunan ini, seperti di kecamatan lain yang merasakan adanya dampak lain berupa banjir yang menjadi lebih sering terjadi setelah adanya perkebunan kelapa sawit. Namun demikian, hasil ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk melihat apakah perkebunan kelapa sawit merupakan penyebab utama terjadinya banjir yang menjadi lebih sering terjadi di wilayah Kabupaten Siak.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kondisi neraca air umum di wilayah Kecamatan Dayun memberikan informasi dalam setiap bulannya terjadi kejadian hujan dengan besar yang berbeda setiap bulannya. Besarnya curah hujan rata-rata dengan peluang 70% berdasarkan hasil analisis adalah sebesar 1989 mm/tahun, dengan puncak hujannya pada bulan April dan bulan November, masing-masing besarnya adalah 227 mm dan 241 mm. Periode musim kemarau untuk wilayah Kecamatan Dayun terjadi pada bulan JJA, sedangkan musim hujan terjadi pada bulan Oktober-April. Besarnya ETPadj (evapotranspirasi terkoreksi) berdasarkan hasil perhitungan neraca air adalah sebesar 1677 mm/tahun. Periode defisit di Kecamatan Dayun terjadi pada bulan JJA. Besarnya defisit air pada ke tiga bulan tersebut secara kumulatif mencapai 22 mm.

Perbedaan landcover antara sebelum adanya

perkebunan kelapa sawit dan sesudah adanya

perkebunan kelapa sawit menyebabkan

adanya penurunan nilai surplus air yang ada pada lahan tersebut sebesar 50 mm per tahun. Debit estimasi antara sebelum dan sesudah adanya perkebunan kelapa sawit mengalami penurunan, dimana besarnya debit sebelum adanya perkebunan kelapa sawit adalah

sebesar 2708 m3/s dan sesudah adanya

perkebunan kelapa sawit adalah sebesar 2359 m3/s. Adanya alih fungsi lahan dari hutan ke tanaman monokultur seperti perkebunan

kelapa sawit berpengaruh terhadap

peningkatan aliran limpasan langsung (run off). Besarnya run off untuk landcover hutan adalah sebesar 16 mm, sedangkan besarnya run off untuk landcover perkebunan kelapa sawit adalah sebesar 200 mm.

Kebutuhan air tanaman kelapa sawit yang ada di Kecamatan Dayun adalah sebesar 42.728 liter/ha/hari. Besarnya kebutuhan air untuk satu batang pohon tanaman kelapa sawit

adalah sebesar 0,012 m3/s per harinya.

Berdasarkan hasil analisis debit estimasi, terjadi penurunan debit yang mengindikasikan adanya penurunan ketersediaan air di wilayah

Kecamatan Dayun sebesar 349 m3/s per

tahunnya.

Estimasi nilai lingkungan perkebunan kelapa sawit dilihat dari segi konsumsi sumberdaya air adalah sebesar Rp 7.500.000,

yang dihitung berdasarkan perbedaan

landcover hutan dan tanaman kelapa sawit pada saat musim kemarau (JJA). Besarnya WTP rata-rata penduduk Desa Sawit Permai Kecamatan Dayun adalah Rp 26.400, dengan nilai WTP maksimum dan minimumnya masing-masing sebesar Rp 45.000 dan Rp 5.000. Besarnya surplus konsumen yang menunjukan nilai manfaat dari adanya program konservasi sumberdaya air adalah Rp 18.850.000/Ha/bulan. Nilai surplus konsumen ini menunjukan besarnya nilai manfaat ekonomi dari adanya program konservasi sumberdaya air yang di inginkan oleh penduduk di desa Sawit Permai Kecamatan Dayun Kabupaten Siak.

5.2 Saran

Penelitian ini masih bersifat tahap awal sehingga dianjurkan terdapat penelitian lebih lanjut mengenai nilai ekonomi lingkungan perkebunan kelapa sawit. Masalah lingkungan menjadi esensial di masa mendatang sehingga penelitian mengenai dampak lingkungan suatu

sumberdaya masih sangat dibutuhkan.

Parameter nilai lingkungan dalam penelitian ini hanya berasal dari konsumsi sumberdaya air. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian

lingkungan lainnya untuk melihat berapa besar nilai lingkungan yang timbul akibat adanya konversi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit.

Metode penilaian lingkungan untuk

mengestimasi besarnya nilai kerugian

lingkungan akibat adanya perkebunan kelapa sawit seperti Hedonic Pricing, Travel Cost, dan berbagai metode penilaian ekonomi lingkungan lainnya dapat diterapkan untuk penelitian selanjutnya. Hal itu bermanfaat untuk menilai sejauh mana manfaat ekonomi dan lingkungan dengan adanya perkebunan kelapa sawit yang tengah menjadi trend di Riau Khususnya dan di negara Indonesia pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Planologi Kehutanan dan Perkebunan. 2000. Bahan ceramah dan diskusi.

Komitmen Indonesia dan isu-isu

internasional tentang kehutanan dan perkebunan. D-5. Rakernas 2000.

Departemen Kehutanan dan

Perkebunan. 26-29 Juni 2000.

Bappenas. 2000. Kerugian Ekonomi

Kebakaran Hutan Tahun 1997-1998. Jakarta

BPS Kab. Siak. 2008. Siak Dalam Angka.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Siak. Chang J. 1968. Climate and Agriculture an

Ecological Survey. Aldine Publishing Company: Chicago. 304p

Dinas Pekerjaan Umum. 2005. Penataan Ruang Daerah Aliran Sungai (DAS) Siak Provinsi Riau. Paparan Menteri Pekerjaan Umum pada acara Seminar Penyelamatan dan Pelestarian DAS Siak 6 Agustus 2005, Pekanbaru. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten

Siak. 2009. Luas Area Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Siak. Siak

Djijono. 2003. Valuasi Ekonomi

Menggunakan Metode Travel Cost Taman Wisata Hutan Di Taman Wan Abdul Ranchman, Propinsi Lampung. Makalah Pengantar Falsafah Sains.

Program Pasca Sarjana. Institut

Pertanian Bogor.

Doorenbos R J dan Pruit W O. 1976.

Agrometeorological Field Station

Irrigation and Drainage. Paper no 27. FAO: Rome.

Fauzi A. 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam

dan Lingkungan, Teori dan Aplikasi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Gindo N. 2009. Harga Yang Mesti Dibayar Akibat Perkebunan Kelapa Sawit Skala Besar. Artikel. www.kpsmedan.org. [12 September 2009]

Haab T C & Mc Connell K E. 2003. Valuing Environmental And Natural Resources: The Economic Of Non-Market Valuation. Edward Elgar. USA

Hanley N & Spash C L. 1993. Cost-Benefit Analysis And The Environment. Edward Elgar Publishing. USA

Harahap I Y dan Darmosarkoro W. 1999. Pendugaan Kebutuhan Air Untuk Pertumbuhan Kelapa Sawit Di Lapang

Dan Aplikasinya Dalam

Pengembangan Sistem Irigasi. Jurnal Pusat Penelitian Kelapa Sawit 1 April 1999 volume 7 no 2.

Hariadi. 2006. Kajian Potensi Air Sungai Siak Untuk Penyediaan Air Baku di Kabupaten Siak Propinsi Riau. [Tesis]. Teknik Lingkungan. Institut Teknologi Bandung.

Hillel D. 1972. The Field Water Balanced and

Water Use Efesiensy. In: D hillel (ed) Optimizing the Soil Physical Enviroment Toward Greater Crop Yields. Academic Press: New York. Hufschmidt M M, James D E, Meister A D,

Bower B T, dan Dixon J A. 1987. Lingkungan, Sistem Alami, dan Pembangunan: Pedoman Penilaian Ekonomis. Penerjemah, Sukanto R.

Gajah Mada University Press.

Yogyakarta.

Kartodiharjo H dan Supriono A. 2000.

Dampak Pembangunan Sektoral

Terhadap Konversi dan Degradasi Hutan Alam: Kasus Pembangunan HTI dan perkebunan di Indonesia. CIFOR Occasional Paper No. 26 (1) CIFOR. Bogor

Manurung E G T dan Mirwan. 1999. Potret Pembangunan Industri Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia. Yayasan WWF Indonesia, Nopember 1999: Jakarta.

Manurung E G T. 2000. Mengapa Konversi

Hutan Alam Harus Dihentikan?

Makalah disampaikan pada acara Seri

Lokakarya Kebijakan Kehutanan,

Topik 1: "Moratorium Konversi Hutan

Alam dan Penutupan Industri

Pengolahan Kayu Sarat Hutang."

Diselenggarakan oleh Dephutbun

bekerja sama dengan NRMP. Jakarta, 8-9 Agustus 2000.