• Tidak ada hasil yang ditemukan

terbaiknya dan membuat

157

Apa arti pemberdayaan masyarakat menurut anda?

Pemberdayaan masyarakat itu artinya membentuk agen-agen sosial. Agen sosial yang saya maksud adalah individu yang dapat bertindak dan mengambil keputusan secara independen, bebas untuk mengekspresikan pendapat dan aspirasi, bebas berkumpul dan berorganisasi serta untuk bekerjasama demi kemanfaatan bersama. Istilah itu merujuk pada sebuah proses transformasi individu yang sebelumnya menjadi obyek agen lain berubah menjadi subyek bagi tindakannya sendiri. Pemberdayaan adalah proses memanusiakan manusia melalui upaya meningkatkan kemampuan anggota masyarakat agar dapat memenuhi potensi terbaiknya dan membuat pilihan-pilihan. Setiap orang harus bisa menggunakan kekuatan politik dan memiliki akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan menuju hidup yang berkepenuhan.

Pengalaman apa yang membentuk atau mempengaruhi gagasan anda terkait pemberdayaan?

Pemikiran-pemikiran saya tentang hubungan individu, masyarakat, negara dan Tuhan dibentuk oleh pengalaman saya sejak menjadi aktifis sosial di Yogyakarta. Sewaktu menjadi mahasiswa Filafat di UGM, saya terlibat dalam kegiatan sosial seperti bekerja dengan para gelandangan, anak jalanan, buruh harian dan kelompok miskin dan terpinggirkan lainnya, antara lain warga yang tinggal di pinggiran kali Code. Keterlibatan saya dalam kegiatan sosial tersebut mengukuhkan keyakinan saya bahwa setiap manusia harus diperlakukan dengan respek karena mereka adalah manusia, bukan karena pertimbangan ras, suku, kondisi fisik, status ekonomi, atau usia. Respek artinya menyadari bahwa setiap orang memiliki hak untuk menentukan hidupnya dan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakatnya.

158

Tafsir tersebut merujuk pada kuasa politik. Pemberdayaan masyarakat pada dasarnya memberi kekuasaan pada mereka yang lemah, memberi suara pada mereka yang terbungkam. Giving power to the powerless, a voice to the voiceless.

Bagaimana awal mula keterlibatan anda dengan program-program pemberdayaan?

Saya menjadi pegawai negeri sejak tahun 1996. Awalnya sebagai pegawai honorer lalu diangkat dua tahun kemudian. Tugas pertama saya antara lain menyiapkan kertas konsep dan proposal untuk program Inpres Desa Tertinggal (IDT). Ketika itu IDT adalah sebuah program inovasi yang radikal mengingat program itu dibangun saat pemerintahan Soeharto yang sangat otoriter, sentralistik, serta sistem administrasi yang bersifat top-down. IDT adalah program pertama yang menempatkan masyarakat sebagai subyek dari inisiatif pembangunan.

Dari sudut pandang kita sekarang, IDT mungkin terkesan program yang lemah karena memakai pendekatan top-down, dana program dikontrol oleh kepala desa tanpa ruang pengawasan oleh masyarakat, dan ada banyak terjadi penyelewengan dana program. Tapi, menurut saya, sebuah inisiatif harus dilihat dalam standar dan konteks masanya. Menilai IDT dengan cara pandang kita hari ini sama halnya menilai capaian-capaian pemerintahan Soeharto dengan standar kita sekarang. Masyarakat selalu berkembang. Apa yang baik di masa lalu bisa jadi dianggap keliru dari kacamata masa sekarang. Masyarakat belajar dari pengalaman masa sebelumnya dan pembelajaran itu yang memandu untuk masa berikutnya. Demikian juga halnya dengan pemberdayaan masyarakat yang merupakan sebuah proses berkelanjutan dan sudah seharusnya terus berubah dan disempurnakan seiring dengan tingkat kematangan dan kesiapan masyarakat untuk mengelola tanggungjawab yang semakin besar.

159

Di Program IDT, saya bekerja di sebagai staf Pak Ayip, yang ketika itu masih menjabat sebagai Kepala Seksi di Dirjen Bangdes (Pembangunan Desa, kemudian menjadi PMD), Departemen Dalam Negeri. Dalam kesempatan berdiskusi dalam rapat-rapat bersama Bappenas, antara lain bersama Pak Gunawan Sumodiningrat dan Pak Mubyarto, di situlah saya pertama kali mengenal istilah pemberdayaan masyarakat, sebuah konsep baru yang sangat menarik. Konsep itu lalu kita ujicoba dalam bentuk Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Dalam pilot program tersebut kita mengujicoba sistem di mana masyarakat berpartisipasi dalam menyusun usulan kegiatan, berpartisipasi dalam menyeleksi usulan kegiatan dan alokasi dananya lalu melaksanakannya sendiri. Waktu itu kita belum tahu bagaimana hasilnya. Di akhir masa pemerintahan Soeharto, tuntutan reformasi mendorong kebijakan desentralisasi, pembagian kekuasaan dan partisipasi masyarakat yang lebih besar. Jadi PPK sebagai sebuah konsep baru bisa diperluas karena mendapat dukungan ideologis karena sejalan dengan gerakan perubahan sosial yang terjadi.

Bagaimana dinamika politik dan birokrasi ketika PPK mulai dikembangkan?

Sebagai sebuah proyek, PPK membentuk sendiri sistem dan mekanisme anggaran di luar sistem dan mekanisme reguler dengan tujuan spesifik yakni ujicoba mekanisme penyaluran anggaran langsung pada masyarakat untuk kemudian diukur dampaknya. Selain itu, PPK dilaksanakan dengan batasan mekanisme tersendiri serta diperlengkapi dengan tenaga pendamping yang bekerja di luar jalur birokrasi pemerintah. Sebagai sebuah pilot yang dibiayai dana pinjaman dari Bank Dunia, terdapat berbagai persyaratan yang disetujui pemerintah terkait tata kelola dana serta mekanisme akuntabilitasnya.

160

Karena saya terlibat dalam persiapan awal program ini, saya melihat tata kelola anggaran program yang ketat itu sangat membantu dalam menghadapi intervensi politik untuk menggunakan dana di luar tujuan dan mekanisme program. Begitu pula halnya yang terjadi di daerah, Intervensi pemerintah daerah bisa dihindari karena anggaran yang dipakai bukan berasal dari APBD. Jika terjadi kasus penyelewengan dana atau korupsi, kita yang ada di pusat bisa dengan cepat menghentikan pencairan dana untuk lokasi tersebut sampai kasus itu diselesaikan oleh masyarakat dan pemerintah daerah.

Dukungan terhadap program membuka peluang untuk menguji dan mengembangkan lebih lanjut berbagai pendekatan baru serta mengumpulkan bukti-bukti yang diperlukan untuk menunjukkan bahwa pendekatan tersebut bisa dilaksanakan. Pada saat yang sama, muncul beberapa tantangan serius seiring dengan terjadinya transformasi hubungan antara negara dan masyarakat. Capaian program menunjukkan hasil yang baik. Masyarakat bisa membangun infrastruktur yang dibutuhkan dengan kualitas yang lebih baik dan biaya yang lebih murah serta bisa mengakses dana program untuk mendukung kegiatan usaha ekonomi. Berbagai capaian itu mengubah mindset kelompok masyarakat yang terlibat. Mereka lebih terampil berorganisasi dan kritis terhadap pemerintah dan elit masyarakat.

Pada gilirannya, hal itu membawa perubahan pada cara pandang birokrat dan pembuat kebijakan dalam menilai kemampuan masyarakat. Perbedaan besar antara PPK dan program-program pemerintah lain yang masih menggunakan pendekatan top-down semakin terlihat jelas. Masyarakat mulai beradaptasi dengan berbagai pendekatan berbagai program. Lumrah terjadi masyarakat terlibat dalam PPK sekaligus mengakses anggaran dari program lain meski memakai pendekatan yang berbeda.

Tata kelola anggaran