• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANTARA KARAKTER DAN KEWIRAUSAHAAN SOSIAL

Dalam dokumen PROSIDING RIEE 2016 VOL 1 (Halaman 184-193)

(Menggali Hubungan Kewirausahaan Sosial Berbasis Karakter) Diah Ayu Septi Fauji

Ema Nurzainul Hakimah

Universitas Nusantara PGRI Kediri1

Email : dseptifauzi@gmail.com, Ema_hakimah@gmail.com

Abstrak : Artikel ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan karakter dalam pembelajaran kewirausahaan khususnya kewirausahaan sosial, melalui nilai – nilai karakter yaitu ketaatan beribadah, kejujuran baik dibidang akademik maupun non akademik, disiplin, tanggung jawab, hormat, peduli dan kemampuan bekerjasama. Metode penelitian menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas dengan mendasarkan pada pembelajaran berdasarkan proyek(Project Based

Learning)dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Subyek pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Manajemen FE UNPGRI yang menempuh mata kuliah kewirausahaan sebanyak 45 orang. Sedangkan obyek penelitian yaitu ketaatan beribadah, kejujuran, kedisiplinan,tanggung jawab, hormat, peduli dan kemampuan bekerjasama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa dengan ciri ciri yang sesuai obyek penelitian memiliki orientasi untuk berwirausaha khususnya dalam bidang sosial. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pihak fakultas untuk mengembangkan model pembelajaran kewirausahaan berbasis karakter.

Kata Kunci : Kewirausahaan Sosial, Karakter Berwirausaha menjadi trendsetter pekerjaan akhir – akhir ini. Mengingat lapangan pekerjaan yang ada tidak mampu menampung lulusan –lulusan dari perguruan tinggi, SMK,SMA dan lain – lainnya. Materi – materi tentang kewirausahaan sudah diajarkan pula sejak dibangku sekolah menengah maupun perguruan tinggi. Berwirausaha sampai dengan saat ini memang masih menjadi pioner bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Para pelaku usaha baik kecil, menengah maupun besar menjadi pahlawan bagi negara di era Masyarakat Ekonomi ASEAN saat ini.

Namun saat ini berwirausaha masih dipahami sebagai usaha yang berorientasi pada profit semata dan belum sampai pada tahap wirausaha sosial. Universitas Nusantara PGRI Kediri (UNPGRI)sebagai salah satu perguruan tinggi melalui visinya Menjadi fakultas yang

menghasilkan sumber daya manusia

professional, menguasai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang ekonomi, akuntansi,manajemen dengan berbasis etika, kesadaran ketuhanan,kemanusiaan, lingkungan, dan berjiwa wirausaha serta berdaya saing memiliki kepedulian terhadap pembentukan karakter bangsa. Artinya, lulusan FE UNPGRI dituntut tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga memiliki akhlak mulia dan berkarakter yang baik.

Pembelajaran dalam mata kuliah

kewirausahaan pada umumnya masih

menggunakan metode lama yaitu perkuliahan klasikal/konvensional sehingga mahasiswa kurang memiliki daya tanggap (respon) terhadap permasalahan – permasalahan yang ada didunia bisnis secara nyata terutama terkait

dengan kewirausahaan

sosial(Sociopreneurship). Sehingga dalam kesempatan ini, penulis tertarik mengangkat

181

PROSIDING

Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”

masalah karakter dan hubungannya dengan kewirausahaan sosial.

Kewirausahaan sosial adalah

kewirausahaan yang ditujukan untuk

kepentingan masyarakat bukan sekedar

memaksimalkan keuntungan pribadi.

Kewirausahaan sosial biasa disebut dengan “pengembangan masyarakat” atau”organisasi bertujuan sosial”(Tan,2005). Oleh karenanya dirasa penting mengetahui hubungan karakter dengan kewirausahaan sosial untuk nantinya dapat dibuat sebuah model pembelajaran yang lebih inovatif yang memadukan antara penanaman nilai – nilai moral yang menyangkut baik dan buruk dan pemahaman kewirausahaan sosial.

Dari latar belakang tersebut ,maka rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah : Bagaimana hubungan karakter dengan pembelajaran kewirausahaan khususnya kewirausahaan sosial.

Sedangkan untuk tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakter dengan pembelajaran kewirausahaan dan tujuan khususnya adalah untuk mendapatkan model pembelajaran yang lebih inovatif yang memadukan antara penanaman nilai – nilai moral yang menyangkut baik atau buruk dan pemahaman kewirausahaan sehingga dapat memberikan kontribusi kepada pihak fakultas untuk mengembangkan model pembelajaran

kewirausahaan berbasis karakter.

Kewirausahan Sosial

Germak & Singh (2010:80) menyatakan

bahwa kewirausahaan sosial

memgkombinasikan ide-ide inovatif untuk perubahan sosial, yang dilakukan dengan mengaplikasikan strategi dan keterampilan bisnis. Lebih dalam dari pemahaman tersebut, Dhewanto (2013:47) menjelaskan bahwa

kewirausahaan sosial bekerja dengan

mendefinisikan masalah sosial tertentu dan kemudian mengatur, membuat dan mengelola usaha sosial untuk mencapai perubahan yang

diinginkan. Kewirausahaan sosial adalah

kewirausahaan yang ditujukan untuk

kepentingan masyarakat bukan sekadar

memaksimalkan keuntungan pribadi.

Kewirausahaan sosial biasa disebut

'pengembangan masyarakat' atau “organisasi bertujuan sosial' (Tan, 2005).

Bentuk Wirausaha Sosial

Ada beberapa bentuk wirausaha sosial (Tan, 2005)

a. Organisasi berbasis komunitas

Organisasi semacam ini biasanya dibuat untuk mengatasi masalah tertentu dalam komunitas (kelompok masyarakat), misalnya menyediakan fasilitas pendidikan untuk anak- anak miskin, panti sosial untuk anak terlantar dsb. Biasanya dukungan finansial didapatkan dari sedekah, amal jariyah, sumbangan donatur.

Untuk menjalankan organisasi, tenaga

sukarelawan (tenaga profesional, remaja, masyarakat umum) direkrut untuk memberikan pelayanan. Terkadang organisasi keagamaan melakukan wirausaha sosial semacam ini. Organisasi ini sangat tergantung pada dukungan masyarakat lokal. Contoh: Panti Asuhan Sayap Ibu (Yogyakarta), Sekolah Darurat Kartini (Jakarta) dan sebagainya. b. Socially responsible enterprises

Wirausaha sosial ini berbentuk perusahaan yang melakukan usaha komersial untuk mendukung/membiayai usaha sosialnya. Wirausaha mendirikan dua organisasi sekaligus. Satu organisasi berwatak profit sedangkan satu lagi berwatak non-profit. Sebagian keuntungan yang didapatkan dari organisasi profit ditujukan untuk mendukung/membiayai usaha sosialnya. Contoh: Kedai Kebun dan Kedai Kebun Forum (Yogyakarta), Banyan Tree Holiday Resorts dan Banyan Tree Gallery (Singapura)

182

PROSIDING

Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”

Wirausaha sosial ini berbentuk perusahaan komersial yang menjalankan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip sosial. Misalnya perusahaan yang melakukan daur ulang sampah rumah tangga, organisasi yang mempekerjakan orang cacat, kredit mikro untuk masyarakat pedesaaan. Contoh: Lunar Media Kreasi (Yogyakarta), Grameen Bank (Bangladesh).

Perbedaan wirausaha sosial dan wirausaha bisnis.

Selama ini istilah wirausaha

diidentikkan dengan wirausaha bisnis yang tujuannya melakukan inovasi untuk kekayaan individu. Oleh karena itu perlu membedakan wirausaha bisnis dengan wirausaha sosial: a. Biasanya wirausaha bisnis juga melakukan tindakan tanggungjawab sosial seperti: menyumbangkan uang untuk organisasi nirlaba, menolak untuk terlibat dalam jenis usaha tertentu; menggunakan bahan yang ramah

lingkungan dan praktek; mereka

memperlakukan karyawannya baik dan layak. Wirausaha sosial bekerja lebih dari itu, berusaha mengatasi akar masalah sosial, pengahasilannya didapatkan dari menjalankan misinya tersebut misalnya: mempekerjakan orang cacat fisik atau mental, miskin atau penyandang masalah sosial tertentu (PSK, anak jalanan, tuna wisma); menjual produk atau jasa untuk mengatasi masalah sosial (memproduksi alat bantu untuk orang cacat, bank masyarakat miskin, panti sosial, balai latihan kerja, pendidikan untuk kelompok marjinal).

b. Ukuran keberhasilan wirausaha bisnis adalah kinerja keuangan (nilai perusahaan, keuntungan bagi pemegang saham/pemilik). Ukuran keberhasilan wirausaha sosial adalah hasil keuangan dan sosial. Ukuran keuangannya adalah pendanaan yang terus menerus sehingga

menjamin keberlangsungan organisasi.

Keuntungan finansial diarahkan untuk

meningkatkan skala kegiatan bukan dibagikan

pada pemegang saham. Sedangkan hasil sosial yang diharapkan adalah masalah sosial teratasi atau setidaknya berkurang.

Karakteristik yang dimiliki social entrepreneur (Borstein, 2006,)

a. Orang-orang yang mempunyai visi untuk

memecahkan masalah - masalah

kemasyarakatan sebagai pembaharu

masyarakat dengan gagasan - gagasan yang sangat kuat untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat.

b. Umumnya bukan orang terkenal, misal :

dokter, pengacara, insinyur, konsultan

manajemen, pekerja sosial, guru dan wartawan. c. Orang-orang yang memiliki daya transformatif, yakni orang-orang dengan gagasan baru dalam menghadapi masalah besar, yang tak kenal lelah dalam mewujudkan misinya, menyukai tantangan, punya daya tahan tinggi, orang-orang yang sungguh- sungguh tidak mengenal kata menyerah hingga mereka berhasil menyebarkan gagasannya sejauh mereka mampu.

d. Orang yang mampu mengubah daya kinerja masyarakat dengan cara terus memperbaiki, memperkuat, dan memperluas cita-cita.

e. Orang yang memajukan perubahan sistemik : bagaimana mereka mengubah pola perilaku dan pemahaman.

f. Pemecah masalah paling kreatif.

g. Mampu menjangkau jauh lebih banyak orang dengan uang atau sumber daya yang jauh lebih sedikit, dengan keberanian mengambil resiko sehingga mereka harus sangat inovatif dalam mengajukan pemecahan masalah.

h. Orang-orang yang tidak bisa diam, yang ingin memecahkan masalah masalah yang telah gagal ditangani oleh pranata (negara dan mekanisme pasar) yang ada.

i. Mereka melampaui format-format lama (struktur mapan) dan terdorong untuk menemukan bentuk-bentuk baru organisasi.

183

PROSIDING

Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”

j. Mereka lebih bebas dan independen, lebih efektif dan memilih keterlibatan yang lebih produktif.

Karakter

Karakter merupakan sikap moral seseorang. Sedangkan Pendidikan karakter

secara psikologis mencakup dimensi moral

reasoning, moral feeling, dan moral behavior. Secara praktis, pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai perilaku (karakter) kepada warga sekolah atau kampus yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia paripurna (insan kamil).

Karakter dibentuk dari pembiasaan-

pembiasaan (habituation). Pembiasan

dimaksud dapat dilakukan di kampus dengan berbagai cara dan menyangkut banyak hal seperti disiplin waktu, etika berpakaian, etika pergaulan, perlakuan mahasiswa kepada karyawan, dosen, dan pimpinan fakultas, dan sebaliknya. Untuk pembentukan karakter diperlukan pula lingkungan yang sehat dan kondusif.

Nilai-nilai karakter utama yang akan dibahas kali ini adalah: (1) ketaatan beribadah; (2) kejujuran; (3) disiplin dan tanggung jawab, (4) rasa hormat dan peduli serta (5) kerjasama.

Pembelajaran Berbasis Proyek

Project based Learning (Pembelajaran Berbasis Proyek) merupakan metoda belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah

awal dalam mengumpulkan dan

mengintegrasikan pengetahuan baru

berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. PBL dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan

mahasiswa dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya.

Model pembelajaran proyek adalah langkah-langkah pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, yang dilakukan melalui suatu proyek dalam jangka waktu tertentu dengan melalui langkah-langkah sebagai berikut: (1) persiapan/perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pembuatan laporan; dan (4) mengkomunikasikan hasil kegiatan serta evaluasi. Proyek membantu mahasiswa untuk melibatkan keseluruhan mental dan fisik, syaraf, indera termasuk kecakapan sosial dengan melakukan banyak hal sekaligus. Pembelajaran proyek ini merupakan salah satu

bentuk pendekatan Contextual Teaching and

Learning/CTL). Kontekstual dalam proyek ini adalah menghubungkan antara materi teori dengan kenyataan di lapangan serta dapat mempraktikkan hal-hal yang terkait dengan teori kewirausahaan sosial dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mahasiswa tidak hanya sekedar tahu teori kewirausahaan sosial tetapi juga melihat dari dekat bagaimana usaha yang dijalankan dengan prinsip sosial tersebut. Sedangkan Penelitian terdahulu yang menjadi inspirasi bagi penulis berjudul “Pengembangan Metode Pembelajaran Pendidikan Karakter

Melalui Kewirausahaan Sosial

(Sociopreneurship) karya Penny Rahmawaty, Dyna Herlina Suwarto, M.Lies Endarwati.

METODE

Penelitian mengenai hubungan karakter dengan kewirausahaan sosial ini dirancang dalam bentuk Penelitian Tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan mengadaptasi model Kemmis & Taggart. Metode penelitian ini terdiri dari beberapa siklus seperti yang digambarkan pada gambar berikut ini:

184

PROSIDING

Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”

Gambar 1 Model pembelajaran yang dijadikan

sebagai bahan penelitian tindakan kelas adalah

model pembelajaran berbasis proyek (Project

Based Learning). Mahasiswa diberi tugas untuk mengamati beberapa bisnis yang berwawasan sosial di sekitar mereka dan membandingkan dengan bisnis yang berorientasi keuntungan (profit). Setelah melalui pembelajaran di kelas untuk memberikan pemahaman mengenai kewirausahaan sosial maka mahasiswa yang

dibagi kedalam kelompok-kelompok

tugas/proyek diajak untuk melakukan studi lapangan melihat dari dekat usaha yang

berbentuk social entrepreneurship. Setelah

kunjungan lapangan tersebut kelompok diberi

waktu untuk membuat laporan dan

mempresentasikan di depan kelas hasil kunjungan lapangan dan dikaitkan dengan teori yang telah mereka peroleh.

Penelitian ini dilaksanakan di semester gasal tahun akademik 2015/2016. Subjek penelitian adalah mahasiswa semester tiga Program Studi Manajemen yang mengambil mata kuliah Kewirausahaan kelas regular (bersubsidi) yang berjumlah 45 orang mahasiswa. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif yaitu analisis yang didasarkan pada hasil pengolahan data.

HASIL & PEMBAHASAN

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada mata kuliah Kewirausahaan dengan mengambil topik bahasan Kewirausahaan Sosial. Nilai – nilai karakter yang dikembangkan adalah ketaatan beribadah, kejujuran, disiplin dan tanggung jawab, hormat dan peduli serta kerjasama. Pelaksanaannya dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yang meliputi pengertian kewirausahaan dan kewirausahaan sosial dan pembagian kelompok tugas dalam bentuk proyek kegiatan kewirausahaan sosial. Siklus II dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan meliputi kajian secara teoritis dan studi lapangan dengan mengunjungi sebuah usaha yang melakukan

prinsip kewirausahaan sosial

(sociopreneurship) yaitu Desa Wisata Temas yang berlokasi di desa Temas Batu Malang. Penjabaran nilai – nilai karakter yang diamati adalah selama melakukan kunjungan lapangan dan presentasi kelompok dikelas. Metode pembelajaran dalam topik kewirausahaan sosial

ini menggunakan pendekatan/metode Project

Based Learning dimana masing – masing kelompok membuat suatu proyek yang dikembangkan berdasarkan kebutuhan sosial masyarakat.

4. Data Responden

Dari jumlah mahasiswa yang mengikuti

perkuliahan kewirausahaan yang

185

PROSIDING

Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”

topik kewirausahaan sosial sebanyak 45 orang dengan rincian laki – laki sebanyak 15 orang (33%) dan perempuan 30 orang (67%).

2. Analisis Deskriptif

Penelitian ini menggunakan lima data yang digunakan untuk mengukur indikator nilai – nilai karakter yang dikembangkan yaitu ketaatan beribadah, kejujuran, disiplin dan tanggung jawab, hormat dan peduli serta kerjasama. Selain itu juga digunakan data mengenai kesiapan mahasiswa menerima pelajaran/ materi dan proses belajar mengajar. Deskripsi data yang disajikan meliputi Mean (M),Median (Me), Modus (Mo), dan Standar Deviasi (SD). Perhitungan kelas mengacu pada rumus Sturgess yaitu nilai k = 1 +3,332 Log n,

kemudian dilanjutkan dengan

pengidentifikasian kecenderungan variabel dan memperhitungkan empat kategori berikut :

M + 1,5 SD keatas = Tinggi

M s/d M + 1,5 SD = Sedang

M – 1,5 SD s/d M = Cukup

M – 1,5 SD kebawah = Kurang

M Ideal (Mi) dan standar Deviasi Idel (Sdi) diperoleh berdasarkan norma sebagai berikut :

M = ½ (skor tertinggi – skor terendah)

SD = ¹/6 (skor tertinggi – skor terendah)

a. Nilai Karakter Ketaatan Beribadah

Data nilai karakter ketaatan beribadah menunjukkan skor tertinggi yang dicapai adalah 25 dan skor terendah yang dicapai adalah 3. Hasil analisis

yang diperoleh adalah nilai mean

sebesar 24 dan standar deviasi 5,33. Pengkategorian penilaian nilai ketaatan

beribadah terhadap minat

kewirausahaan sosial dapat dilihat pada tabel :

Tabel 1 Pengkategorian Nilai Ketaatan Beribadah

Interval Keterangan Jumlah Prosentase

≥ 32 Tinggi 1 2,22

24 - 31 Sedang 29 64,44

16 - 23 Cukup 15 33,34

≤ 15 Kurang 0 0

Jumlah 45 100

Nilai karakter ketaatan beribadah

berdasarkan pengkategorian yang

dibuat menunjukkan skor sedang sebesar 64,44% dan cukup taat beribadah sebesar 33,34%. Ketaatan beribadah ini diwujudkan dalam kebiasaan mahasiswa berdoa ketika memulai suatu kegiatan dan selesai melakukan kegiatan. Mahasiswa sudah terbiasa dengan melakukan kegiatan

tersebut. Hal ini menjadikan

pembiasaan (habit) bagi pembentukan

karakter mahasiswa dan menghasilkan mahasiswa memiliki kepekaan terhadap hal – hal sosial.

b. Nilai Karakter Disiplin Dan Tanggung

Jawab

Nilai karakter disiplin dan tanggung jawab terhadap minat kewirausahaan sosial menunjukkan skor tertinggi yang dicapai adalah 24 dan skor terendah yang dicapai adalah 11. Hasil analisis yang diperoleh adalah nilai mean

186

PROSIDING

Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”

sebesar 15 dan standar deviasi sebesar

3,67. Pengkategorian penilaian terhadap disiplin dan tanggung jawab dapat dilihat pada tabel :

Tabel 2 Pengkategorian penilaian terhadap disiplin dan tanggung jawab

Interval Keterangan Jumlah Prosentase

≥ 20 Tinggi 29 64,45

15 – 19 Sedang 14 31,11

10 – 14 Cukup 2 4,44

≤ 9 Kurang 0 0

Jumlah 45 100

Nilai karakter disiplin dan tanggung jawab terhadap kewirausahaan sosial

berdasarkan pengkategorian

menunjukkan skor tinggi sebesar 64,45%.

c. Nilai Karakter Kejujuran

Nilai karakter kejujuran terhadap kewirausahaan sosial menunjukkan skor

tertinggi yang dicapai adalah 24 dan skor terendah yang dicapai adalah 14. Hasil analisis yang diperoleh adalah nilai mean sebesar 18 dan standar deviasi sebesar 4. Pengkategorian

penilaian kejujuran terhadap

kewirausahaan sosial dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3 Pengkategorian penilaian kejujuran terhadap kewirausahaan sosial

Interval Keterangan Jumlah Prosentase

≥ 24 Tinggi 22 4,44

18 – 23 Sedang 31 68,89

12 – 17 Cukup 12 26,67

≤ 11 Kurang 0 0

Jumlah 45 100

Nilai karakter kejujuran terhadap

kewirausahaan sosial berdasarkan

pengkategorian menunjukkan skor yang sedang sebesar 68,89% dan cukup sebesar 26,67%.

d. Nilai Karakter Hormat dan Peduli

Data nilai karakter hormat dan peduli

terhadap kewirausahaan sosial

menunjukkan skor tertinggi yang dicapai adalah 33 dan skor terendah yang dicapai adalah 17. Hasil analisis yang diperoleh adalah nilai mean sebesar 21 dan standar deviasi sebesar 4,67. Pengkategorian penilaian terhadap hormat dan peduli dapat dilihat pada

tabel :

Tabel 4 Pengkategorian penilaian terhadap hormat dan peduli

Interval Keterangan Jumlah Prosentase

≥ 28 Tinggi 22 48,89

21 – 27 Sedang 21 46,67

187

PROSIDING

Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”

≤ 13 Kurang 0 0

Jumlah 45 100

Nilai karakter hormat dan peduli

terhadap kewirausahaan sosial

berdasarkan pengkategorian

menunjukkan skor tinggi sebesar 48,89% dan sedang sebesar 46,67%.

e. Nilai Karakter Kerjasama

Data nilai kerjasama terhadap

kewirausahaan sosial menunjukkan skor

tertinggi yang dicapai adalah 34 dan skor terendah yang dicapai adalah 16. Hasil analisis yang diperoleh adalah nilai mean sebesar 21 dan standar deviasi sebesar 4,67. Pengkategorian penilaian terhadap kerjasama dapat

dilihat pada tabel :

Tabel 5 Pengkategorian penilaian terhadap kerjasama

Interval Keterangan Jumlah Prosentase

≥ 28 Tinggi 31 68

21 – 27 Sedang 12 68,89

14 – 20 Cukup 2 26,67

≤ 13 Kurang 0 0

Jumlah 45 100

Nilai karakter kerjasama terhadap

kewirausahaan sosial berdasarkan

pengkategorian menunjukkan skor tinggi sebesar 68,89 %. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki karakter kerjasama yang tinggi memiliki ketertarikan terhadap kewirausahaan sosial.

SIMPULAN

Kewirausahaan sosial merupakan salah satu bentuk kewirausahaan yang bertujuan untuk membantu masyarakat. Wirausaha sosial adalah inisiatif yang inovatif. Penanaman nilai – nilai karakter yang baik menjadi sangat penting ketika perkembangan dan dinamika masyarakat yang berkembang akhir – akhir ini cenderung berdampak pada hal – hal yang kurang positif. Jika dahulu orang berfikir upaya untuk menyelesaikan masalah sosial adalah dengan meminta sumbangan,maka sekarang upaya penyelesaian masalah dapat dilakukan dengan kreatif. Dengan adanya hubungan yang

kuat antara karakter dan kewirausahaan sosial dilingkungan FE UNPGRI Kediri diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengembangan pembelajaran praktik kewirausahaan khususnya kewirausahaan sosial. Praktik kewirausahaan yang berkarakter dan sehat seyogyanya akan mampu mengakselerasi program pembangunan, menambal lubang – lubang permasalahan sosial yang belum mampu diselesaikan oleh pemerintah.

Penanaman nilai – nilai karakter yang

baik menjadi sangat penting ketika

perkembangan dan dinamika masyarakat yang

berkembang. Pelaksanaan implementasi

pendidikan karakter dalam bentuk

pengembangan metode pembelajaran yang terintegrasi sebaiknya direncanakan secara matang dan mendalam sehingga hasil yang dicapai dapat sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pengukuran nilai – nilai karakter yang diintegrasikan dalam model pembelajaran belum memilii bentuk standar sehingga dimungkinkan memperoleh hasil yang berbeda

188

PROSIDING

Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”

jika dilakukan oleh orang yang berbeda. Oleh

karenanya diharapkan penelitian ini dapat diperoleh suatu bentuk standar mengenai

implementasi pendidikan karakter di

universitas.

DAFTAR RUJUKAN

Appanah, S. Dev., dan Estin, Brooke. (2009). ‘Social Entreprenuership Definition Matrix’. Artikel diunduh dari www.changefusion.com, 17-08-2015.

Borstein, David.2006. Mengubah

Dunia:Kewirausahaan Sosial dan Kekuatan Gagasan Baru.InsistPress- Nurani Dunia.

Boschee,Jerr., dan McClurg, Jim.

(2003).‘Toward a Better Understanding of Social Entreprenuership’.Artikel

diunduh dari http://www.se-

lliance.org/better_understanding.pdf, 17-08-2015.

Purworini, Stevani Endah (2006) Pembelajaran Berbasis Proyek Sebagai Upaya

Mengembangkan Habits of Mind Studi Kasus Di SMP KPS Nasional Balikpapan, Jurnal Pendidikan Inovatif, Volume 1, Nomor 2.

Rahmawaty,Penny dkk . Pengembangan

Metode Pembelajaran Pendidikan

Karakter Melalui Kewiirausahaan

Sosial (Sociopreneurship).Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri

Yogyakarta. Diunduh pada tanggal 9/2/2015.

Tan, Wee-Ling., Williams, John., dan Tan, Teck-Meng. (2005). ‘Defining the ‘Sosial’ in ‘Sosial Entrepreneurship’: Altruism and Entrepreneurship’. International Entrepreneurship and Management Journal 1, pp 353-365.

189

PROSIDING

Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”

Dalam dokumen PROSIDING RIEE 2016 VOL 1 (Halaman 184-193)