• Tidak ada hasil yang ditemukan

“ Entrepreneurship Award ” Sebagai Strategi Perguruan Tinggi Dalam Meningkatkan Minat Wirausaha Mahasiswa

Dalam dokumen PROSIDING RIEE 2016 VOL 1 (Halaman 65-77)

Tatas Ridho Nugroho Roni Wiranata

Program Studi Pendidikan Ekonomi – STKIP PGRI LUMAJANG Email: tatasridho14@gmail.com; roniwiranata@yahoo.com

Abstrak: Peran entrepreneur dalam menentukan kemajuan suatu negara telah dibuktikan oleh beberapa negara maju seperti Amerika, Jepang, plus tetangga terdekat kita yaitu singapura dan malaysia. Di amerika sampai saat ini sudah lebih dari 12 persen penduduknya menjadi entrepreneur, dalam setiap 11 detik lahir entrepreneur baru dan data menunjukkan 1 dari 12 orang Amerika terlibat langsung dalam kegiatan entrepreneur. Itulah yang menjadikan amerika sebagai negara adi kuasa dan super power. Berkaca pada kesuksesan negara maju seperti amerika dan eropa yang hampir seluruh perguruan tingginya menyisipkan materi entrepreneurship dihampir setiap mata kuliahnya, negara-negara di asia seperti jepang, singapura dan malaysia juga menerapkan materi materi entrepreneurship minimal di dua semester. Itulah yang menjadikan negara-negara tetangga kita tersebut menjadi negara maju dan melakukan lompatan panjang dalam meningkatkan pembangunan negaranya. Data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah menyebutkan jumlah wirausahawan Indonesia hanya 1,9 persen dari 250 juta penduduk. Fenomena di negara Indonesia Orang lebih bangga bekerja di swasta dari pada menjadi pegawai negeri. Orang lebih suka pensiun dini dari pada menunggu sampai tua renta. Orang lebih bangga menjadi pengusaha daripada menjadi orang pekerja kantoran atau buruh pabrikan. Fenomena itu semua sekarang mulai terjadi di sebagian warga negara berkembang. Di negara kita menjadi wirausaha (pengusaha) menjadi suatu alternatif yang mulai dilirik oleh sebagian sarjana lulusan perguruan tinggi. Di Indonesia, usaha-usaha untuk menanamkan jiwa dan semangat kewirausahaan diperguruan tinggi terus digalakan dan ditingkatkan, tentunya dengan berbagai metode dan strategi yang membuat mahasiswa tertarik untuk berwirausaha. Salah satu strateginya adalah “Entreprenuership Award” Salah satu pemicu meningkatnya semangat kewirusahaan dari mahasiswa adalah dilaksanakannya secara rutin perlombaan/kejuaraan kewirausahaan. Perlombaan kewirausahaan mahasiswa dengan memberikan award bagi mahasiswa juga dapat menjadi salah satu langkah perguruan tinggi dalam meningkatkan minat wirausaha mahasiswa. Perlombaan ini dapat berupa bussiness plan atau entrepreneurship expo.

Kata Kunci: Entrepreneurship Award, Strategi Perguruan Tinggi dan Minat Wirausaha. Entrepreneur (Wirausaha) diartikan sebagai

seorang inovator dan penggerak pembangunan. Bahkan, seorang wirausaha merupakan katalis yang agresif untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Wirausaha adalah individu yang memiliki pengendalian tertentu terhadap alat-alat produksi dan menghasilkan lebih banyak daripada yang dapat dikonsumsinya atau dijual atau ditukarkan agar memperoleh pendapatan (McClelland, 1961). Wirausaha adalah pencipta

kekayaan melalui inovasi, pusat pertumbuhan pekerjaan dan ekonomi, dan pembagian kekayaan yang bergantung pada kerja keras dan pengambilan resiko (Bygrave, 2004). Ini berarti bahwa kewirausahaan (entrepeneurship) sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi.

Pemberian bekal kemampuan berwirausaha kepada anak didik menjadi kewajiban bagi institusi/lembaga penyelenggara pendidikan di tingkat SMK dan perguruan tinggi. Pendidikan

61 PROSIDING

Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”

kewirausahaan juga mulai menjadi mata kuliah

wajib bagi mahasiswa. Pembekalan

kewirausahaan diharapkan dapat menjadikan peserta didik siap bekerja, baik mengisi lowongan pekerjaan yang ada maupun bekerja mandiri (wiraswasta). Dengan demikian permasalahan sosial ekonomi (kemiskinan, pengangguran, akses pekerjaan/pendidikan yang terbatas, dll) dapat

direduksi. Menimbang pentingnya

kewirausahaan, beberapa organisasi skala nasional bahkan internasional memberikan penghargaan kepada pelaku wirausaha yang berhasil, sebagai contoh ITB Entrepreneur Award, Program Wirausaha Mandiri, terpilihnya Mohammad Yunus, pionir sistem kredit mikro yang ditujukan kepada para wanita pengusaha skala mikro, sebagai penerima hadiah Nobel perdamaian tahun 2006 lalu, Ashoka Fellows, dan masih banyak lagi.

Di sisi lain ternyata tantangan yang dihadapi lembaga penyelenggara pendidikan dalam pengembangan kewirausahaan tidak sedikit

antara lain: 1) Pembelajaran masih kurang

mendukung dalam pencetak wirausahawan baru,

2) pembelajaran kewirausahaan masih

konvensional, 3) Banyak lembaga pendidikan yang sama sekali belum memiliki wadah pengembangan kewirausahaan, 4) Keberadaan wadah pelatihan kewirausahaan belum optimal memberikan bekal kemampuan berwirausaha kepada para siswa/mahasiswa dan lulusannya, 5) Belum ada model yang baku yang dapat diterapkan di seluruh lembaga pendidikan yang kondisinya sangat variatif dan heterogen.

Peran entrepreneur dalam menentukan

kemajuan suatu bangsa/negara telah dibuktikan oleh beberapa negara maju seperti amerika,

jepang, plus tetangga terdekat kita yaitu

singapura dan malaysia. Di amerika sampai saat ini sudah lebih dari 12 persen penduduknya menjadi entrepreneur, dalam setiap 11 detik lahir entrepreneurbaru dan Data menunjukkan 1 dari 12 orang Amerika terlibat langsung dalam kegiatan entrepreneur. Itulah yang menjadikan amerika sebagai negara adi kuasa dan super

power. Selanjutnya Jepang lebih dari 10 persen penduduknya sebagai wirausaha dan lebih dari 240 perusahaan jepang skala kecil, menengah dan besar bercokol dibumi kita ini. Padahal jepang mempunyai luas wilayah yang sangat kecil dan sumber daya alam yang kurang mendukung (kurang subur) namun dengan semangat dan

jiwa entrepreneurshipnya menjadikan jepang

sebagai negara terkaya di Asia.

Mengintip sedikit jumlah pengusaha tetangga terdekat yang satu rumpun dengan kita yaitu singapura dan malaysia, fakta menyebutkan lebih dari 7.2 persen pengusaha singapura dan lebih dari 3 persen pengusaha malaysia yang menjadikan pertumbuhan berbagai bidang terutama pertumbuhan ekonomi semakin jauh meninggalkan kita. Tahukah rekan-rekan ? kita hanya memiliki 0.18 persen pengusaha alias kurang dari 1 persen dari jumlah penduduk saat ini. Padahal untuk membangun ekonomi bangsa, menjadi bangsa yang maju, menurut sosiolog yaitu David McCleiland, sedikitnya dibutuhkan minimal 2 persen wirausaha dari populasi penduduknya, atau dibutuhkan sekitar 4,8 juta wirausaha di Indonesia saat ini. Begitupun menurut Ciputra setidaknya dibutuhkan minimal 2 persen pengusaha untuk menjadikan bangsa ini bangkit dari keterpurukan.

Bank Indonesia (BI) menilai bahwa perkembangan wirausaha di Indonesia masih terbilang minim. Hal ini tercermin dari populasi wirausaha baru mencapai angka 1,65 persen dari jumlah penduduk Indonesia. “Perkembangan wirausaha Indonesia masih terbatas. Hal ini tercermin dari tiga hal. Pertama, Populasi wirausaha baru mencapai angka 1,65 persen dari jumlah penduduk, jauh tertinggal dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura yang sudah mencapai di atas 4 persen," ungkap Deputi Gubernur Bank Indonesia, Halim Alamsyah saat membuka acara Entrepreneurship Strategic Policy Forum dengan

tema “Policy Recommendation on

Entrepreneurship Ecosystem Development in Indonesia”, Jumat (21/11/2014).

62 PROSIDING

Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”

Penting sepertinya kita mencontoh salah satu perguruan tinggi di amerika yaitu MIT (Massachusette Institute Technology) dimana dalam kurun waktu tahun 1980-1996 ditengah pengangguran terdidik yang semakin meluas dan kondisi ekonomi, sosial politik yang kurang stabil, MIT merubah arah kebijakan perguruan

tingginya darihigh Learning Institute and

Research University menjadi Entrepreneurial University. Meskipun banyak pro kontra terhadap kebijakan tersebut namun selama kurun waktu diatas (16 tahun) MIT mampu membuktikan lahirnya 4 ribu perusahaan dari tangan alumni- alumninya dengan menyedot 1.1 juta tenaga kerja dan omset sebesar 232 miliar dolar pertahun. Sungguh prestasi yang amat sangat spektakuler sehingga merubah kondisi amerika menjadi negara super power. Kebijakan inilah yang selanjutnya ditiru dan diikuti oleh banyak perguruan tinggi sukses didunia ini.

Pengetahuan kewirausahaan mendukung nilai-nilai wirausaha terutama bagi mahasiswa, sehingga diharapkan menumbuhkan jiwa usaha untuk berwira-usaha. Sikap, motivasi dan minat mahasiswa sangat dibutuhkan bagi mahasiswa yang berwirausaha agar mampu mengidentifikasi peluang usaha, kemudian mendayagunakan peluang usaha untuk menciptakan peluang kerja baru. Minat mahasiswa dan pengetahuan mereka

tentang kewirausahaan diharapkan akan

membentuk kecenderungan mereka untuk membuka usaha baru di masa mendatang.

Berdasarkan beberapa permasalahan

kewirausahaan tersebut di atas, maka sebagai

langkah awal perlu dikaji bagaimana

menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan

mengembangkan jiwa kewirausahaan tersebut, menimbang upaya dan strategi menumbuhkan dan mengembangkan jiwa kewirausahaan dengan

menerapkan Enterprenuership Award

dilaksanakannya secara rutin

perlombaan/kejuaraan kewirausahaan.

Perlombaan kewirausahaan mahasiswa dengan memberikan award bagi mahasiswa juga dapat menjadi salah satu langkah perguruan tinggi

dalam meningkatkan minat wirausaha

mahasiswa. Upaya tersebut memerlukan langkah yang sistematis dan dukungan berbagai pihak. Dengan adanya Enterprenuership Award ini, institusi/lembaga pendidikan mampu melahirkan lulusan yang memiliki perilaku wirausaha dan minat wirausaha yang tinggi.

Perkembangan Kewirausahaan

Kewirausahaan di Amerika mengalami perkembangan pesat, terutama dikarenakan sistem perekonomian negara yang tersebut yang mendukung tumbuhnya lapisan ini. Di negara maju ada fenomena bahwa orang sekolah di swasta lebih bergengsi dari pada sekolah di negeri. Orang lebih bangga bekerja di swasta dari pada menjadi pegawai negeri. Orang lebih suka pensiun dini dari pada menunggu sampai tua renta. Orang lebih bangga menjadi pengusaha daripada menjadi orang pekerja kantoran atau buruh pabrikan. Fenomena itu semua sekarang mulai terjadi di sebagian warga negara berkembang. Menjadi wirausaha (pengusaha) menjadi suatu alternatif yang mulai dilirik oleh sebagian sarjana lulusan perguruan tinggi. Mereka dengan sadarnya sejak lulus tidak mau menjadi pegawai pada level apapun, Bayangkan andai saja sebagian kita punya tekat yang seperti itu mungkin negri ini tidak akan tergantung hidupnya dari hutang luar negri. Cukup 2 % saja rakyat ini menjadi pengusaha maka Negeri ini menjadi negri yang merdeka dalam arti yang sesungguhnya. Tetapi pada kenyataannya sebagian besar orang yang mau menjadi wirausaha diawali dari suatu keterpaksaan terlebih dahulu. Terpaksa memulai suatu usaha karena semua lamaran pekerjaan ditolak dimana- mana, ada juga yg memang mempunyai skill untuk menjadi pengusaha muda.

Bedasarkan TEMPO.CO, Jakarta

Kementerian Perekonomian mendorong agar pelajar dan mahasiswa menjadi bibit wirausaha. Sebab, para generasi muda ini memiliki nilai dan posisi yang strategis untuk membangun pertumbuhan ekonomi Indonesia.

63 PROSIDING

Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”

“Pengembangan kewirausahaan di generasi muda merupakan keharusan untuk membuat Indonesia lebih maju dan mandiri,” kata Deputi Menteri Perekonomian bidang Industri dan Perdagangan, Edy Putra Irawadi, seusai membuka Kompetisi Ekonomi di kantor Kementerian Perekonomian, Senin, 18 Februari 2013. Edy menyebutkan, syarat dari negara maju salah satunya adalah memiliki jumlah wirausaha minimal 2 persen dari total populasi. “Saat ini, jumlah wirausaha Indonesia masih kurang dari 2 persen atau sebanyak 700 ribu orang, masih dibutuhkan sedikitnya 4 juta wirausaha baru,” ujarnya. Dibandingkan dengan negara-negara lain, perkembangan kewirausahaan di Indonesia masih

sangat kurang. Sebagai pembanding,

kewirausahaan di Amerika Serikat tercatat mencapai 11 persen dari total penduduknya, Singapura sebanyak 7 persen, dan Malaysia sebanyak 5 persen. “Jadi, pengembangan SDM dengan kompetisi semacam ini dari para generasi muda tepat dan relevan untuk membibitkan para pelajar agar menjadi wirausaha dan menciptakan lapangan kerja,” ujarnya.

Pemerintah melihat upaya-upaya

pengembangan SDM ini mampu menekan jumlah pengangguran dan kemiskinan. Bibit-bibit wirausaha ini mendorong terciptanya sumber- sumber pekerjaan baru. “Target tahun ini, pengangguran terbuka berkurang menjadi 5 hingga 6 persen dari total penduduk Indonesia,” ujar Edy. Tiap tahun masih kita temui berbondong-bondong anteri puluhan meter dipintu loket dibursa kerja. Seandainya setiap

pemuda yang baru saja menamatkat

pendidikannya memiliki jiwa wirausaha yang tinggi maka pastilah Negara ini semakin berdaya saing dengan Negara lain terutama dalam sector ekonomi .

Banyak faktor yang menyebabkan jiwa kewirausahaan di Indonesia rendah diantaranya sebagai berikut

1. Pola pendidikan diindonesia yang kurang memberikan porsi yang cukup akan

pendidikan kewirausahaan,hanya sekolah yang mempunyai basis dibidang ekonomi yang memberikannya, Sehingga hal ini menyebabkan orang yang berada di luar bidang pendidikan ekonomi kurang bahkan tidak mengetahui sama sekali. 2. Pola pikir dan budaya masyarakat yang

mayoritas cenderung ingin menjadi pegawai atau karyawan. Terutama menjadi seorang pegawai negeri. Sebab dengan menjadi seorang pegawai negeri seseorang akan lebih terpandang dan lebih dihormati dalam lingkungan sosialnya. Memang dengan hanya menjadi karyawan ataupun pegawai negeri akan terbebas dari resiko dan beban pikiran usaha. Akan tetapi bila menjadi seorang karyawan akan mengalami masalah besar saat perusahaan tempatnya bekerja kolaps dan ancaman PHK di depan mata. Sedangkan dengan menjadi pegawai negeri akan terbebas dari maslah di atas sebab selama negara ini masih berdiri, pegawai negeri akan selalu dipakai. Mereka hanya akan

terdepak dari pekerjaannya bila

melakukan pelanggaran aturan yang berat. Hal inilah yang mendorong ramainya pelamar saat seleksi CPNS digelar.

3. Mental yang rendah dalam memulai dan menanggung resiko usaha. Mayoritas akan berkelit dengan beribu alasan bila didorong untuk berwirausaha. Mulai dari alasan tidak memiliki modal sampai alasan tidak memiliki bakat dan jiwa seorang wirausaha. Mental jenis inilah

yang memblock keinginan untuk

berwirausaha. Maka tak heran meskipun banyak orang yang berminat untuk memulai berwirausaha akan tetapi niatnya hanya sebatas dalam pikiran saja dan mandeg pada perwujudan menjadi kenyataan

4. Faktor birokrasi yang rumit dalam

mengurus segala surat-surat penting, perijinan, dan pajak sehingga menjadikan

64 PROSIDING

Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”

keengganan dalam memulai sebuah usaha mandiri. Seorang pengusaha harus bolak- balik kesana kemari .

Sedikit paparan di atas mungkin bisa menggambarkan faktor-faktor mengapa mental berwirausaha di negara kita masih lemah. Membudidayakan perilaku berwirausaha mulai sejak dini mulai dari anak-anak yang di bangku sekolah. Jadi di bangku pendidikan inilah mulai

ditanamkan mental-mental seorang

wirausahawan. Bagaimana seorang wirausaha bersikap, menyelesaikan masalah, kepemimpinan, dan soft skill lain yang berkaitan.

Kewirausahaan makin marak terutama karena banyak wirausaha-wirausaha sukses ikut berusaha untuk berpartisipasi dalam bentuk pendidikan maupun mentoring langsung ke calon wirausaha. Bisa diperhatikan kiprah dari Ciputra, Bob Sadino, Sandiaga Uno, dan lainnya yang memang sudah terkenal dalam keberhasilannya membangun bisnis.

Kemajuan Internet dan terbentuknya komunitas-komunitas wirausaha juga turut memberikan dampak pada perkembangan kewirausahaan di Indonesia. Komunitas seperti Tangan di Atas (TDA), Indonesia Young Entrepreneur (IYE), atau komunitas yang terbentuk dari Forum Internet seperti Kaskus Entrepreneur Corner (EC) serta komunitas wirausaha dengan industri spesifik misalkan Forum Web Anak Bandung (FOWAB) yang merupakan wadah kumpul-kumpul pelaku IT.

Peran media dan lembaga-lembaga terkait pun tak kalah penting. Kerjasama media dalam kegiatan-kegiatan penghargaan, ekspo, pameran bagi wirausaha membuat topik ini menjadi selalu hangat sepanjang tahun. Perusahaan Konsultan Manajemen sekelas Earns & Young (EY) misalnya setiap tahun selalu memberikan penghargaan EY Entrepreneurs of The Year kepada wirausaha yang dinilai berhasil dalam bidangnya. Ditambah lagi dengan beragam penghargaan lain yang diberikan baik oleh pemerintah secara langsung memberikan daya

ungkit yang terus mengangkat kemajuan kewirausahaan di Indonesia. (AA).

Usaha-Usaha Perguruan Tinggi Untuk Menanamkan Jiwa dan Semangat Kewirausahaan

Dalam rangka mendorong tumbuhnya jiwa kewirausahaan bagi para mahasiswa dan menciptakan lulusan yang mampu menjadi pencipta lapangan kerja (job creator), maka perlu diadakan pembinaan bagi mahasiswa agar mampu melaksanakan wirausaha (entrepreneur). Misalnya mahasiswa diarahkan berbagai program dalam rangka menumbuhkan aktivitas wirausaha dalam lingkungan mahasiswa, seperti Kuliah Kewirausahaan (KWU), Magang Kewirausahaan (MKU), Kuliah Kerja Usaha (KKU), dan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) yang akan menjadi sumber inspirasi bagi mahasiswa kelak lulus nanti dalam Rosmiati ( jurnal ISSN 1411-1438. Vol 17, N0 1)

Tugas perguruan tinggi yang terumus dalam “Tridarma” perguruan tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat merupakan jalur paling strategik dalam pembinaan dan pengembangan nilai-nilai kewirausahaan yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Melalui jalur pendidikan sasaran utamanya adalah menanamkan nilai-nilai kepribadian dan wawasan kewirausahaan kepada peserta didik melalui proses pembelajaran. Jalur penelitian merupakan jalur pengembangan inovasi kewirausahaan yang bermanfaat dalam peningkatan kualitas dan perluasan wilayah jangkauan kewirausahaan. Inovasi dalam kewirausahaan merupakan jiwa dari keberhasilan berwirausaha, karena inovasi merupakan proses nilai tambah dari waktu ke waktu sehingga memungkinkan suatu usaha akan selalu tampil berbeda baik dalam bentuk maupun kualitas dengan usaha lainnya. Pengabdian kepada masyarakat sebagai jalur pembinaan dan pengembangan kewirausahaan berimplikasi pada partisipasi langsung pihak perguruan tinggi melalui berbagai bentuk program pembinaan dan

65 PROSIDING

Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”

pengembangan kewirausahaan yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat.

Perguruan tinggi bertanggung jawab dalam mendidik dan memberikan kemampuan dalam melihat peluang bisnis serta mengelola bisnis tersebut sertacmemberikan motivasi untuk mempunyai keberanian menghadapi resiko bisnis. Peranan perguruan tinggi dalam memotivasi para

sarjananya menjadi young entrepreneurs

merupakan bagian dari salah satu faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan.

Peranan perguruan tinggi dalam

menyediakan suatu wadah yang memberikan kesempatan memulai usaha sejak masa kuliah sangatlah penting, bisa pada saat masa kuliah berjalan, akan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana peranan perguruang tinggi dalam hal memotivasi mahasiswanya untuk tergabung dalam wadah tersebut. Karena tanpa memberikan gambaran secara jelas apa saja manfaat berwirausaha, maka besar kemungkinan para mahasiswa tidak ada yang termotivasi untuk memperdalam keterampilan berbisnisnya.

Oleh karena itu, pihak perguruan tinggi juga perlu mengetahui faktor yang paling dominan memotivasi mahasiswa dalam berwirausaha. Hasil penelitian mengatakan bahwa ada 3 faktor paling dominan dalam memotivasi sarjana menjadi wirausahawan yaitu faktor kesempatan, faktor kebebasan, faktor kepuasan hidup. Ketiga faktor itulah yang membuat mereka menjadi

wirausahawan.

Proses penyampaian ini harus sering

dilakukan sehingga mahasiswa semakin

termotivasi untuk memulai berwirausaha. Sebab banyak mahasiswa merasa takut menghadapi resiko bisnis yang mungkin muncul yang membuat mereka membatalkan rencana bisnis sejak dini. Motivasi yang semakin besar, ada pada mahasiswa menyebabkan wadah yang disiapkan oleh pihak perguruan tinggi tidak sia- sia, melainkan akan melahirkan wirausahawan muda yang handal.

Dengan semakin banyaknya mahasiswa memulai usaha sejak masa kuliah, maka besar

kemungkinan setelah lulus akan melanjutkan usaha yang sudah dirintisnya. Sehingga semakin berkurangnya jumlah pengangguran di negara

kita, akan tetapi sebaliknya semakin

bertambahnya jumlah lapangan pekerjaan yang dibuka. Selain motivasi mahasiswa juga perlu dibekali keterampilan agar mampu bersaing sehingga mampu bertahan dan tidak mudah putus asa apabila terjadi kegagalan.

Berkaca dari kesuksesan negara maju, seperti Amerika Serikat dan Eropa, yang hampir seluruh

perguruan tingginya menyisipkan materi

entrepreneurship di setiap mata kuliahnya, negara-negara di Asia, seperti Jepang, Singapura, dan Malaysia juga menerapkan materi-materi entrepreneurship minimal di dua semester. Itulah yang menjadikan negara-negara tetangga kita tersebut menjadi negara maju dan melakukan

lompatan panjang dalam meningkatkan

pembangunan negaranya (Darwanto, 2012).

Di Indonesia, usaha-usaha untuk

menanamkan jiwa dan semangat kewirausahaan di perguruan tinggi terus digalakkan dan ditingkatkan, tentunya dengan berbagai metode dan strategi yang membuat mahasiswa tertarik untuk berwirausaha. Menurut Heri Kuswara (2012), sedikitnya ada enam usaha atau cara dalam meningkatkan gema kewirausahaan bagi mahasiswa, antara lain: (1) Pendirian Pusat

Kewirausahaan Kampus; (2) Entrepreneurship

Priority; (3) Pengembangan Program Mahasiswa Wirausaha; (4) Program Wirausaha Mandiri untuk Mahasiswa; (5) Program Peningkatan Kompetensi Tenaga Kerja dan Produktivitas bagi Mahasiswa; serta (6) Program Pemberian Modal Usaha untuk Mahasiswa.

Selanjutnya David McClelland (1998:25- 28) menyatakan bahwa ada tiga sifat baku yang ada dalam setiap diri manusia, yaitu: need of power, need of affi liation, dan need of achievement. Ketiga sifat baku tersebut merefl eksikan karakteristik kewirausahaan, sebagai berikut: (1) Adanya keinginan untuk berprestasi; (2) Adanya keinginan untuk bertanggung jawab; (3) Mempunyai preferensi kepada resiko-resiko

66 PROSIDING

Seminar Nasional dan Call For Papers RIEE 2016 “Strategi Pembelajaran Kewirausahaan Untuk Membentuk Wirausaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”

menengah; (4) Mempunyai persepsi pada kemungkinan berhasil; (5) Memperhitungkan umpan balik dan apa yang mereka kerjakan; (6) Mempunyai aktivitas enerjik; (7) Berorientasi masa depan; (8) Mempunyai keterampilan dalam

pengorganisasian; serta (9) Sikap

menomorduakan uang.

Salah satu sasarannya adalah memajukan kewirausahaan. Sebagai implementasi dari ketiga lembaga tersebut, secara fungsional mempunyai peranan yang bersifat komplementer dalam pembinaan dan pengembangan kewirausahaan masyarakat kampus; dalam hal ini peranan Perguruan Tinggi dalam memotivasi lulusan sarjananya menjadi seorang wirausahawan muda sangat penting dalam menumbuhkan jumlah

wirausahawan. Dengan meningkatnya

wirausahawan dari kalangan sarjana akan mengurangi pertambahan jumlah pengangguran, bahkan menambah jumlah lapangan pekerjaan.

Tugas Perguruan Tinggi yang termaktub dalam “Tridharma’’ Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, merupakan jalur paling strategik dalam pembinaan dan pengembangan nilai-nilai kewirausahaan yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Melalui jalur pendidikan, sasaran utamanya adalah menanamkan nilainilai kepribadian dan wawasan kewirausahaan kepada para mahasiswa melalui proses pembelajaran. Jalur penelitian merupakan jalur pengembangan inovasi kewirausahaan yang bermanfaat dalam peningkatan kualitas dan perluasan wilayah jangkauan kewirausahaan. Inovasi dalam kewirausahaan merupakan jiwa dari keberhasilan berwirausaha, karena inovasi merupakan proses

Dalam dokumen PROSIDING RIEE 2016 VOL 1 (Halaman 65-77)