• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arah Kebijakan dan Strategi

Dalam dokumen Bab.1 Gambaran Umum Wilayah (Halaman 109-125)

Rencana Stratejik Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan

7.4. Visi, Misi, Tujuan dan Strategi

7.4.5. Arah Kebijakan dan Strategi

Terkait dengan pengarusutamaan dan lintas bidang, pembangunan kelautan dan perikanan Bintan akan mendukung 3 pilar pembangunan berkelanjutan, yakni: (1) ekonomi, dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan konstribusi kelautan dan perikanan pada PDRB Kabupaten Bintan, dan dampak ekonomi melalui peningkatan kesejahteraan; (2) sosial, tingkat partisipasi masyarakat pelaku pembangunan, partisipasi masyarakat marjinal/ minoritas (kaum miskin dan perempuan), dampak terhadap struktur sosial masyarakat, serta tatanan atau nilai sosial yang berkembang di masyarakat; dan (3) lingkungan hidup, dampak terhadap kualitas air, udara dan lahan serta ekosistem dan keanekaragaman hayati. Arah kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam mendukung kebijakan RPJMD dalam 5 tahun ke depan tersebut adalah :

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 110

1. Pro poor

Pendekatan Pro-poor dilakukan melalui pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat pelaku usaha kelautan dan perikanan.

2. Pro job

Pendekatan Pro-job dilakukan melalui optimalisasi potensi perikanan budidaya yang belum tergarap untuk menurunkan tingkat pengangguran. Usaha membuka lapangan kerja diiringi dengan dukungan pengembangan modal dan kepastian berusaha.

3. Pro growth

Pendekatan pro-growth dilakukan untuk mewujudkan pertumbuhan sektor kelutan dan perikanan sebagai pilar ketahanan ekonomi nasional melalui transformasi pelaku ekonomi kelautan dan perikanan, dari pelaku ekonomi subsisten menjadi pelaku usaha modern, melalui berbagai dukungan pengembangan infrastruktur, industrialisasi dan modernisasi

4. Pro sustainability

Pendekatan pro-sustainability dilakukan melalui upaya pemulihan dan pelestarian lingkungan perairan, pesisir, dan pulau-pulau kecil, serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

Strategi yang dilakukan untuk melaksanakan keempat arah kebijakan di atas dilakukan melalui :

a. Mengembangkan kawasan minapolitan dan meningkatkan produktifitas sektor kelautan perikanan.

Minapolitan merupakan upaya percepatan pengembangan pembangunan kelautan dan perikanan di sentra-sentra produksi perikanan yang memiliki potensi untuk dikembangkan dalam rangka mendukung visi dan misi Dinas Kelautan dan Perikanan.

Pengembangan minapolitan bertujuan untuk (i) meningkatkan produksi perikanan, produktivitas usaha, dan meningkatkan kualitas produk kelautan dan perikanan, (ii) meningkatkan pendapatan nelayan, pembudidaya dan pengolah ikan yang adil dan merata, serta (iii) mengembangkan kawasan minapolitan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di daerah dan sentra-sentra produksi perikanan sebagai penggerak ekonomi rakyat. Adapun sasaran pengembangan minapolitan adalah sebagai berikut (i) ekonomi rumah tangga masyarakat kelautan dan perikanan skala kecil makin kuat, (ii) usaha kelautan dan perikanan kelas menengah ke atas makin bertambah dan berdaya saing tinggi, serta (iii) sektor kelautan dan perikanan menjadi penggerak ekonomi Bintan. Pendekatan pengembangan minapolitan dilakukan melalui :

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 111

Ekonomi Kelautan Dan Perikanan Berbasis Wilayah

Mendorong penerapan manajemen hamparan untuk mencapai skala ekonomi, mencegah penyebaran penyakit, meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumber daya, sekaligus mengintegrasikan pemenuhan kebutuhan sarana produksi, proses produksi, pengolahan dan pemasaran hasil dan pengelolaan lingkungan dalam suatu kesisteman yang mapan.

Kawasan Ekonomi Unggulan

Memacu pengembangan komoditas yang memiliki kriteria (i) bernilai ekonomis tinggi, (ii) teknologi tersedia, (iii) permintaan pasar besar, dan (iv) dapat dikembangkan secara massal.

Sentra Produksi

Minapolitan berada dalam kawasan pemasok hasil perikanan (sentra produksi perikanan) yang dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakatnya. Seluruh sentra produksi kelautan dan perikanan menerapkan teknologi inovatif dengan kemasan dan mutu terjamin.

Unit Usaha

Seluruh unit usaha dilakukan dengan menggunakan prinsip bisnis secara profesional dan berkembang dalam suatu kemitraan usaha yang saling memperkuat dan menghidupi.

Penyuluhan

Penguatan kelembagaan dan pengembangan jumlah penyuluh merupakan salah satu syarat mutlak keberhasilan pengembangan minapolitan. Penyuluh akan berperan sebagai fasilitator dan pendamping penerapan teknologi penangkapan dan budidaya ikan serta pengolahan hasil perikanan.

Lintas Sektor

Minapolitan dikembangkan dengan dukungan dan kerjasama berbagai instansi terkait untuk mendukung kepastian usaha antara lain terkait dengan sarana dan prasarana pemasara produk perikanan, tata ruang wilayah, penyediaan air bersih, listrik, akses jalan, dan BBM.

Langkah-langkah yang akan ditempuh dalam mengembangkan Minapolitan antara lain :

- Pembangunan sarana dan prasarana perikanan seperti (i) pembangunan pelabuhan perikanan, (ii) pengembangan kapal dan alat penangkapan ikan, (iii) pengembangan kawasan budidaya, (iv) memenuhi seluruh kebutuhan benih ikan, (v) Pengembangan sarana dan prasarana

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 112 pengolahan dan pemasaran hasil perikanan (seperti; pengembangan sistem rantai dingin (cold chain system), sentra pengolahan, klaster/minapolitan industri hasil perikanan dan pasar ikan;

- Pengembangan ekspor melalui pembinaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) berpotensi ekspor di Kabupaten Bintan;

- Mendorong peningkatan nilai investasi perikanan;

- Perluasan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan;

- Pengembangan lembaga pembiayaan kelautan dan perikanan yang mampu menyalurkan dana pembiayaan melalui program KKMB (Konsultan Keuangan Mitra Bank)

- Pembangunan prasarana pulau-pulau kecil, khususnya di pulau-pulau kecil terluar.

- Peningkatan kapasitas skala usaha dan kewirausahaan: (i) kelompok usaha di perikanan tangkap (KUB), (ii) kelompok usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di perikanan budidaya, serta (iii) Unit Pengolahan Ikan (UPI) di pengolahan dan pemasaran.

b. Mengembangkan Kewirausahaan (Entrepreneurship)

Pengembangan kewirausahaan dan peningkatan skala usaha

(entrepreneurship) dilaksanakan melalui upaya membangun kepercayaan (trust

building) bagi para pelaku, yakni nelayan, pembudidaya ikan, pengolah dan pemasar ikan. Jiwa entrepreneurship para pelaku tersebut dibangun agar para pelaku dapat memanfaatkan fasilitas guna memperlancar pengelolaan usaha, baik yang diperoleh melalui kredit maupun melalui program-program pembinaan yang dilakukan oleh Pemerintah maupun Pemerintah Daerah. Strategi entrepreneurship akan memenuhi kebutuhan nelayan dan pembudidaya serta pemasar dan pengolah dalam berproduksi seperti kapal, BBM, jaring, benih, pengairan dan lain-lainnya, serta Pemerintah mengupayakan kepastian pasar bagi penjualan produk perikanan dengan harga yang pantas.

Pengembangan kewirausahaan dilakukan dalam rangka penciptaan usaha di sektor kelautan dan perikanan bagi sarjana yang masih menganggur. Kegiatan yang dilakukan adalah pembekalan dan motivasi dilanjutkan dengan pelatihan/magang mengenai budidaya perikanan, penangkapan, pengolahan dan pemasaran serta pembuatan proposal. Melalui kegiatan ini diharapkan peserta dapat memperoleh bantuan permodalan baik dari lembaga keuangan, BUMN, swasta maupun dari Pemerintah melalui dana APBN. Dalam rangka meningkatkan kapasitas pemuda, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan memiliki UPT yang dapat digunakan sebagai

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 113 tempat pelatihan teknis/magang budidaya perikanan, penangkapan, dan pengolahan.

c. Meningkatkan kerjasama investasi dan jejaring kerja (Networking)

Setiap indvidu, institusi, dan setiap wilayah punya potensi masing-masing yang sangat besar di samping juga masing-masing memiliki kekurangan atau kelemahan. Namun demikian setiap pelaku pembangunan kelautan dan perikanan bekerja sendiri-sendiri. Sampai saat ini masih ada pemangku kepentingan pembangunan kelautan dan perikanan yang belum terhimpun dalam suatu bentuk jaringan kerja bahkan masih terlihat indikasi bahwa masing-masing masih mengutamakan identitas diri. Keadaan tersebut akan berpengaruh pada hasil kerja yang kurang optimal dalam pembangunan kelautan dan perikanan di Kabupaten Bintan

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan akan mengoptimalkan hasil pembangunan kelautan dan perikanan dengan menfasilitasi pengembangan jejaring kerja. Melalui penciptaan dan penguatan networking, baik secara internal di lingkup Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, antara pusat-daerah, antar daerah, antar instansi/lintas sektor, komunitas bisnis, kerjasama internasional (bilateral, multilateral, dan regional).

Melalui pembentukan jejaring kerja akan terbina interaksi yang baik, secara langsung dan tidak langsung, antara berbagai pemangku kepentingan dan instansi pemerintah, sehingga terjalin suatu kesatuan yang lebih besar dan kuat untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan mengeliminir kekurangan dan kelemahan yang dimiliki.

d. Technology and Innovation

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan akan dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan hanya jika dapat menguasai teknologi perikanan untuk sistem akuakultur, penangkapan, pengolahan dan pasca panen, serta teknologi kelautan untuk eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut serta adaptasi perubahan iklim.

Kegiatan penelitian dan pengembangan dilakukan untuk menemukan teknologi-teknologi baru dalam rangka meningkatkan optimasi pemanfaatan sumber daya ikan secara lestari dan bertanggung jawab.

e. Empowering

Kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang mendesak dan memerlukan lngkah-langkah penanganan dan pendekatan yang sistematis, terpadu dan menyeluruh. Dalam rangka mengurangi beban dan dan

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 114 memenuhi hak dasar masyarakat secara layak untuk menempuh dan mengembangkan kehidupan bermartabat, maka dibutuhkan pemberdayaan mayarakat.

Pada prinsipnya, pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memberi fasilitas, dorongan atau bantuan kepada masyarakat agar mampu menentukan pilihan yang terbaik dalam memanfaatkan sumber daya kelautan dan perikanan menuju kemandirian dan kesejahteraan. Secara umum, pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan kultur, penguatan lembaga keuangan mikro, penggalangan partisipasi masyarakat, dan kegiatan usaha ekonomi produktif yang berbasis sumber daya lokal.

Pemberdayaan masyarakat ini dalam jangka panjang diarahkan untuk (i) peningkatan kemandirian masyarakat melalui pengembangan kegiatan ekonomi, peningkatan kualitas sumber daya manusia, partisipasi mayarakat, penguatan modal dan pengutan kelembagaan masyarakat, (ii) peningkatan kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya secara optimal dan berkelanjutan sesuai dengan kaidah kelestarian lingkungan, (iii) pengembangan kemitraan dengan lembaga swasta dan pemerintah. Pemberdayaan masyarakat merupakan perwujudan komitmen Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan melalui kegiatan antara lain pembudidayaan ikan, penangkapan ikan, pengolahan dan pemasaran ikan, pengawasan sumber daya ikan, pengelolaan sumber daya kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia.

Dalam rangka pemberdayaan masyarakat ini akan dilakukan (i) identifikasi dan kajian seluruh potensi dan permasalahan wilayah dan sumber daya kelautan dan perikanan yang ada dalam rangka menyusun perencanaan pengelolaannya berbasis desa (ii) melibatkan secara aktif pemangku kepentingan terkait dengan upaya pemberdayaan baik yang berasal dari pemerintah pusat dan daerah maupun masyarakat, (iii) meningkatkan kapasitas aparatur sebagai pengelola di wilayahnya, (iv) memperbaiki kualitas masyarakat dalam memahami kebutuhan dan potensinya serta memecahkan permasalahan yang dihadapi terkait dengan peningkatan kapasitas usaha, (v) memanfaatkan secara optimal kelompok masyarakat kelautan dan perikanan yang telah dibentuk oleh berbagai program sebelumnya atau membentuk kelompok masyarakat baru, (vi) mengoptimalkan peran tenaga pendamping sebagai fasilitator sekaligus motivator dalam proses perencanaan partisipatif, pelaksanaan dan pelaporan di tingkat desa serta melakukan sosialisasi, serta (vii) menerapkan upaya pemberdayaan secara konsisten dn berkelanjutan dengan

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 115 pola bottom up sehigga jenis kegiatan yang dilaksanakan merupakan aspirasi kelompok masyarakat di wilayahnya.

f. Penguatan Kelembagaan Kelompok Masyarakat

Keberadaan kelompok masyarakat di bidang budidaya, penangkapan ikan, pengolahan, pemasaran dan kelompok pengawasan akan memberikan keuntungan bagi anggota kelompoknya. Melalui kelompok akan terjadi interaksi antar anggota untuk saling tukar pengalaman dan menumbuhkan kesadaran bersama untuk menguatkan posisi tawar, serta kemudahan dalam pembinaan, penyampaian informasi, dan diseminasi teknologi.

Berbagai kelompok tercakup dalam Pokdakan (kelompok pembudidaya ikan), KUB (Kelompok Usaha Bersama) penangkapan ikan, Pokmaswas (Kelompok Masyarakat Pengawas), dan Pokmas (Kelompok Mayarakat) pengelola terumbu karang. Kelompok-kelompok yang sudah terbentuk akan terus diupayakan keberadaannya dan ditingkatkan kapasitasnya, sedangkan kelompok-kelompok baru akan ditumbuhkan. Pembentukan atau penguatan kelompok secara modern dapat memanfaatkan akses ekonomi, politik, sosial dan budaya bagi peningkatan ketahanan sosial dan kesejahteraan masyarakat.

Terkait dengan kebijakan tersebut, pembangunan kelautan dan perikanan di Kabupaten Bintan dalam 5 tahun ke depan fokus prioritas yang terkait adalah (1) peningkatan produksi dan produktivitas untuk menjamin ketersediaan pangan dan bahan baku industri, (2) peningkatan pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan; (3) peningkatan nilai tambah, daya saing, dan pemasaran produk perikanan, dan (3) peningkatan kapasitas masyarakat perikanan.

Untuk mendukung peningkatan katahanan pangan dan revitalisasi perikanan, maka Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan akan meningkatnya ketersediaan bahan pangan, termasuk ketersediaan ikan untuk konsumsi masyarakat dari 30,47 kg/kapita/tahun pada tahun 2010 menjadi 38,67 kg/kapita/tahun pada tahun 2015, dengan sasaran produksi perikanan tangkap dari 21.080,54 ton pada tahun 2010 menjadi 25.058 ton pada tahun 2015. Produksi perikanan budidaya 362,27 ton tahun 2010 menjadi 410 ton tahun 2015. Disamping itu, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan akan mendorong peningkatan pendapatan perkapita nelayan dari 3,26 juta tahun 2010 menjadi 4 juta tahun 2015 dan peningkatan Nilai Tukar Nelayan/Pembudidaya Ikan dari 105 pada tahun 2010 menjadi 115 pada tahun 2015.

Dengan target peningkatan produksi seperti yang telah diuraikan di atas, maka strategi difokuskan pada tiga hal mendasar dalam strategi dasar pencapaian produksi yakni:

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 116 b. Intensifikasi, meningkatkan produktivitas dari setiap unit usaha budidaya. c. Diversivikasi, menambah jenis/komoditas yang diusahakan.

Pencapaian angka 410 ton produksi perikanan budidaya diatas bukanlah sesuatu yang mustahil. Melihat potensi pengembangan perikanan yang masih cukup luas maka hal tersebut dapat dicapai dan cita-cita untuk menjadi yang terbesar terwujud tentu dengan ketekunan dan kerja keras. Untuk mewujudkan target tersebut maka arah kebijakan perikanan budidaya yaitu :

a. Program percepatan peningkatan produksi perikanan budidaya untuk eksport (Propekan) dengan fokus peningkatan daya saing melalui pengembangan dan penguatan penerapan teknologi yang super efisien dan ramah lingkungan;

b. Program percepatan peningkatan produksi perikanan budidaya untuk konsumsi ikan masyarakat (Proksimas) dengan fokus peningkatan komoditas yang mudah dikembangkan, penguatan komoditas spesifik daerah dan pengembangan kolam pekarangan masyarakat;

c. Program perlindungan dan rehabilitasi sumberdaya perikanan budidaya

(Prolinda) dengan fokus peningkatan kepedulian masyarakat pembudidaya

ikan dalam pelestarian ekosistem sumberdaya perikanan budidaya.

Beberapa langkah strategi dasar tersebut perlu diikuti dengan strategi utama pencapaian sasaran produksi perikanan budidaya air tawar yang dapat mendukung keberhasilan visi dan misi Dinas Kelautan dan Perikanan yakni :

- Pemilihan spesies kultivan

Makin banyak alternatif spesies kultivan makin kecil ketergantungan untuk satu species tertetu dan makin banyak tersedia alternatif usaha. Pemilihan spesies kultivan harus mempertimbangkan:

a. Permintaan pasar domestik dan ekspor yang cukup besar

b. Dapat dikembangkan di perairan umum (danau, waduk, rawa dan sungai), laut dan lahan- lahan Marjinal (gambut dan rawa dangkal) c. Teknologinya sederhana, sehingga mudah diterapkan Pokdakan baik

pembenihan dan pembesaran ikan

d. Merupakan kegiatan usaha terutama skala kecil yang menguntungkan.

- Penggunaan induk/benih unggul

Salah satu unsur yang berperan penting dalam penyediaan induk unggul dan benih bermutu adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perbenihan, tidak hanya memberikan kontribusi bagi penyediaan benih bermutu, tetapi juga berperan dalam mendorong berkembangnya kawasan usaha budidaya baru, memberi kontribusi pendapatan asli daerah (PAD), serta sebagai pembina dan pendamping teknologi kepada masyarakat pembenih (UPR dan HSRT) termasuk dalam hal penerapan CPIB.

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 117 Benih merupakan input sarana produksi yang sangat penting dan menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan usaha perikanan budidaya. Selain harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan berkelanjutan, mutu benih juga haruslah terjamin. Benih yang bermutu dicirikan antara lain; pertumbuhan cepat, seragam, sintasan tinggi, adaptif terhadap lingkungan, bebas parasit dan tahan penyakit serta efisien dalam penggunaan pakan. Penyediaan benih bermutu dapat dicapai bila unit pembenihan menerapkan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB) dalam proses produksi benihnya. Strategi utama pencapaian produksi melalui penggunaan induk/benih unggul yaitu:

a. Pembangunan brood stock centre untuk ikan bersirip (fin fish) dan udang b. Induk unggul yang sudah di release:

- Nila (JICA, Gesit, Nirwana, Umbulan, Larasati, BEST, Wanayasa) - Patin (Jambal, Pasupati)

- Udang Cherax (C albertisii, C quadricarinatus) - Mas (Sinyonya, Majalaya)

- Lele (Sangkuriang) - Udang Galah (G-Macro) - Udang Vaname (Nusantara I)

- Pembangunan Balai Benih Ikan (BBI) dimana produksi induk penjenis dan mendistribusikan UPR.

- Penyediaan sarana dan prasarana budidaya yang memadai

Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung baik fisik kewilayahan maupun sarana dan prasarana usaha perikanan mutlak dikemukakan sebagai prasyarat keharusan sekaligus acuan pertimbangan bagi kemudahan pengembangan budidaya ikan kedepan. Berkenaan dengan jenis usaha/komoditas yang akan dikembangkan dan dikaitkan dengan sebaran wilayah usaha budidaya/produksi perikanan, maka sarana dan prasarana fisik yang perlu mendapatkan perhatian meliputi prasarana dan sarana tranportasi, kelistrikan, dan telekomunikasi. Penyediaan sarana dan prasarana budidaya yang memadai melalui:

a. Penguatan kelembagaan UPTD Dinas Kelautan dan Perikanan b. Penguatan kelembagaan Balai Benih Ikan Lokal

c. Pembangunan prasarana budidaya melalui Dinas Pekerjaan Umum d. Pembangunan sarana budidaya di masyarakat (kolam, KJA, karamba)

- Peningkatan daya saing

Ikan merupakan salah satu pembatas dalam budidaya. Keberadaannya baik secara kualitas, kuantitas dan kontinyuitas tidak saja menentukan dapat tidaknya usaha perikanan berjalan tetapi juga produktivitas, kualitas dan

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 118 daya saing global dalam pasar global. Daya saing dapat ditingkatkan dengan menerapkan pola tujuh tepat yakni jenis, jumlah, mutu, ukuran, waktu, tempat dan harga. Strategi utama pencapaian produksi melalui peningkatan daya saing :

a. Pemilihan Lokasi yang tepat. b. Penerapan Teknologi Tepat Guna. c. Penerapan food safety dan food security.

d. Mengurangi biaya produksi (pakan, sarana dan prasarana).

- Pengendalian hama dan penyakit ikan

Pengendalian hama dan penyakit ikan adalah upaya pencegahan masuk dan tersebarnya, pengobatan, dan pemberantasan hama dan penyakit ikan, yang meliputi kegiatan-kegiatan persiapan dan pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit ikan, analisis dan evaluasi hasil pengendalian hama dan penyakit ikan, bimbingan pengendalian hama dan penyakit ikan, dan pengembangan metode pengendalian hama dan penyakit ikan, serta pembuatan koleksi, visualisasi, dan informasi. Strategi utama pencapaian produksi melalui pengendalian hama dan penyakit ikan :

a. Benih tahan penyakit SPR (Specific Pathogen Resistant)

b. Penerapan Good Aquaculture Practice (CPIB dan CBIB) yang tepat c. Penguatan laboratorium kesling di UPT- DKP

d. Pembangunan laboratorium

e. Penyelenggaraan lab-keliling (mobile-lab).

- Bantuan permodalan (DPM, BS-PUKPB, subsidi benih, wirausaha, PUMP dll).

Sedangkan langkah strategi dasar pencapaian sasaran produksi perikanan Budidaya Air Laut yang dapat mendukung keberhasilan visi dan misi Dinas Kelautan dan Perikanan yakni :

- Perubahan Struktur Perikanan Budidaya.

Berbagai kebijakan yang dapat ditempuh untuk merubah struktur produksi adalah (1) pengadaan sarana dan prasarana penunjang budidaya laut dan pantai, seperti pembangunan saluran irigasi tambak, pembangunan jalan baru, fasilitas komunikasi, air dan penerangan. (2) pembangunan kawasan budidaya terpadu, yang terdiri dari unit pembenihan, pembesaran, pasca panen dan industri pendukung (terutama pakan), pada suatu kawasan yang sama sekali tidak akan terganggu oleh aktifitas di sekitarnya sehingga tidak akan terjadi lagi kematian massal ikan kultivan oleh limbah industri maupun rumah tangga, (3) pengembangan sistem pemantauan dini untuk mengantisipasi terjadinya bencana terhadap usaha budidaya yang dilakukan, baik yang disebabkan oleh aktifitas alam (banjir, angin puting beliung dan penyebaran penyakit) maupun

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 119 oleh karena aktifitas manusia (penyebaran limbah sebagai akibat terjadinya kecelakaan di darat maupun di laut).

- Penciptaan Pasar Yang Bersaing.

Pada komoditas budidaya yang bersifat musiman, pengelolaan pasar sangat penting. Pada saat panen dilakukan produksi biasanya melimpah, sehingga harga ikan yang dihasilkan turun drastis. Bilamana penurunan harga itu terjadi hingga dibawah biaya produksi, maka dapat dipastikan bahwa petani ikan mengalami kerugian. Keadaan ini dapat dicegah dan diperbaiki dengan melakukan pengelolaan pasar yang lebih baik, dengan tujuan meningkatkan pendapatan petani, sehingga petani tetap bergairah untuk melakukan usaha budidaya ikan. Pengelolaan pasar antara lain dapat dilakukan dengan memperpendek rantai tata niaga dari produsen kekonsumen, sehingga petani memperoleh keuntungan yang lebih besar.

- Rasionalisasi Iptek Budidaya Laut dan Pantai.

Pengembangan penelitian harus diarahkan untuk mendapatkan teknologi yang utuh, efisien dan tepat guna khususnya teknologi pemuliaan, pembenihan, pembesaran dan manajemen kesehatan ikan. IPTEK yang digunakan dalam perakitan teknologi diutamakan yang mengarah kepada teknologi yang berbasis sumberdaya lokal. Pada era mendatang, peran pemerintah dalam pengembangan teknologi akan semakin berkurang, tetapi karena teknologi perikanan merupakan milik publik, maka teknologi harus dihasilkan oleh Pemerintah. Namun demikian teknologi yang dihasilkan oleh Pemerintah ini perlu dikomersialkan dan ditingkatkan nilai jualnya sesuai dengan HAKI. Dengan demikian diharapkan teknologi akan cepat berkembang karena terciptanya iklim persaingan dan tersedianya dana bagi penelitian. Selain itu, pemerintah juga memegang peranan penting dalam hal diseminasi teknologi, termasuk pengembangan IPTEK dan diseminasinya didaerah perlu didukung oleh peraturan yang memadai.

- Pemberdayaan Kelembagaan.

Kelembagaan yang perlu direvitalisasi untuk menunjang pengembangan budidaya laut dan pantai meliputi kelembagaan penyuluhan, kelompok tani dan keuangan. Revitalisasi lembaga penyuluhan dilakukan untuk meningkatkan kesempatan petani memperoleh layanan penyuluhan sesuai dengan kebutuhannya. Revitalisasi kelompok tani dilakukan untuk mendorong petani membentuk kelompok dan meningkatkan kualitas kelompok melalui pemberdayaan anggota kelompok. Tindakan ini dilakukan guna memperkuat posisi tawar menawar petani ikan. Revitalisasi lembaga keuangan dilakukan guna mempermudah petani mengakses modal dari perbankan dalam rangka pengembangan usaha. Penataan kelembagaan dan koordinasi antar lembaga

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 120 yang terkait dalam pengembangan IPTEK dan diseminasi teknologi budidaya laut dan pantai perlu dilakukan. Disamping itu perlu disusun kurikulum dan muatan budidaya laut secara proporsional di lembaga-lembaga pendidikan formal, DIKLAT dan lembaga penyuluhan perikanan dan pertanian seperti STP, APP, Akademi Perikanan, SPP Perikanan, BIPP, BPP dan lain sebagainya. Lembaga-lembaga yang mempunyai tugas dan fungsi diseminasi seperti Balaibalai Pengembangan, BPTP, BIPP, BPP maupun penyuluh dan kelompok tani-nelayan perlu lebih diberdayakan karena selain menjadi pemegang peranan penting dalam percepatan transfer teknologi dan informasi, mereka juga mengidentifikasi kebutuhan serta merakit paket teknologi spesifik lokasi

Dalam dokumen Bab.1 Gambaran Umum Wilayah (Halaman 109-125)

Dokumen terkait