• Tidak ada hasil yang ditemukan

Budidaya Rumput Laut

Dalam dokumen Bab.1 Gambaran Umum Wilayah (Halaman 91-95)

Keragaan Perikanan Kabupaten Bintan

6.9. Budidaya Rumput Laut

Salah satu isu dan dan faktor penting dalam pengembangan usaha budidaya rumput laut antara lain adalah bibit. Saat ini di lokasi sentra-sentra produksi rumput laut di indonesia selalu kelangkaan bibit. Salah satu penyebab kelangkaan ini adalah didasarkan kepada karakteristik komoditas rumput laut yang bersifat spesifik lokasi dan spesifik waktu (musim) atau interaksi antara lokasi (kualitas perairan) dengan waktu spesifik lokasi dan spesifik waktu. Rumput laut spesies Kappaphycus alvarezii memiliki banyak sub-spesies (varietas) seperti varitas Maumere, Tambalang, Sakol, Kembang dan beberapa varietas lokal. Demikian pula untuk spesies Euchema spinosum atau E. Edule. Dengan kondisi ini maka dibutuhkan suatu terobosan baru yaitu pengadaan berbagai jenis rumput laut dalam satu lokasi yaitu Kebun bibit namun yang sangat perlu diperhatikan faktor kesesuaian kebun bibit terhadap perairan merupakan faktor utama dalam menentukan keberhasilan usaha budidaya ini. Sampai tahun ini belum ada kajian khusus tentang usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Bintan terutama dalam menunjang program minapolitan.

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 92

Tabel. 6.31. Jumlah Produksi Usaha Budidaya Rumput Laut (Kg) di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2011

No Kecamatan 2010 Hasil Produksi (Kg) 2011

1. Bintan Utara - - 2. Teluk Sebong - - 3. Teluk Bintan - - 4. Gunung Kijang - - 5. Bintan Timur - - 6. Tambelan - - 7. Toapaya - - 8. Bintan Pesisir 130.000,00 145.600,00 9. Mantang 105.000,00 114.400,00

10. Seri Kuala Lobam - -

Jumlah 235.000,00 260.000,00

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Tabel. 6.32. Nilai Produksi Usaha Budidaya Rumput Laut (Rupiah) di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2011

No Kecamatan Nilai Produksi (Rupiah)

2010 2011 1. Bintan Utara - - 2. Teluk Sebong - - 3. Teluk Bintan - - 4. Gunung Kijang - - 5. Bintan Timur - - 6. Tambelan - - 7. Toapaya - - 8. Bintan Pesisir 1.300.000.000,00 1.456.000.000,00 9. Mantang 1.050.000.000,00 1.144.000.000,00

10. Seri Kuala Lobam - -

Jumlah 2.350.000.000,00 2.600.000.000,00

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012 6.10. Perizinan

Usaha perikanan tangkap adalah usaha perikanan yang berbasis pada kegiatan penangkapan ikan. Orang atau badan hukum adalah orang atau badan hukum yang melakukan usaha perikanan tangkap. Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya. Kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian/eksplorasi perikanan.

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 93

Tabel. 6.33. Jumlah Izin yang dikeluarkan Menurut Kecamatan dan Jenis Izin di Kabupaten Bintan, Tahun 2010-2011

No Kecamatan Penangkapan Pengumpulan Pengangkutan Budidaya Jenis Izin Jumlah

1. Bintan Utara 0 3 0 1 4 2. Teluk Sebong 2 1 0 0 3 3. Teluk Bintan 0 0 0 0 0 4. Gunung Kijang 33 1 0 3 37 5. Bintan Timur 137 11 7 6 161 6. Tambelan 16 4 0 0 20 7. Toapaya 2 0 0 0 2 8. Bintan Pesisir 135 2 1 1 139 9. Mantang 39 2 0 2 43

10. Seri Kuala Lobam 1 0 0 0 1

2011 365 24 8 13 410

2010 424 43 15 17 499

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012 6.11. Penyediaan Konsumsi Ikan

Peluang besar dimiliki oleh sektor kelautan dan perikanan untuk menopang program pembangunan ketahanan pangan, terutama dalam hal pencukupan kebutuhan protein. Alasan utamanya adalah bahwa ikan merupakan sumber pangan berkandungan protein tinggi, sedangkan di sisi lain kapasitas produksi sumberdaya perikanan di Kabupaten Bintan cukup memadai. Diketahui wilayah Kabupaten Bintan memiliki sumberdaya ikan yang cukup besar untuk ditingkatkan pengelolaannya. Wilayah ini memiliki potensi perikanan tangkap dilaut lestari sebesar 165.956,85 ton/tahun dengan tingkat pemanfaatan rata-rata 12,87% setiap tahunnya. Sementara itu potensi lahan budidaya diperairan umum (sungai dan rawa) hingga kini relatif belum dimanfaatkan. Keragaan produksi perikanan di Kabupaten Bintan pada tahun 2011 adalah sebesar 40.568

ton yang masih didominasi oleh perikanan tangkap sekitar 39.937 ton dan dari perikanan budidaya selebihnya sekitar 632 ton. Dengan demikian perikanan budidaya lainnya hanya memberikan kontribusi yang kecil (1,8%) dari total produksi perikanan di Kabupaten Bintan. Seluruh produksi perikanan tersebut memiliki potensi penyediaan protein ikan untuk dikonsumsi penduduk di Kabupaten Bintan.

Berdasarkan statistik perikanan Kabupaten Bintan pada tahun 2011, di estimsi produksi perikanan tangkap dan budidaya dapat memenuhi kebutuhan konsumsi protein ikan sebesar 219 gr/kp/hari, Angka ini telah cukup/lebih setara dengan angka kecukupan gizi (AKG) yang direkomendasikan oleh Widya Karya Pangan dan Gizi VIII tahun 2004, yaitu asupan protein 57 gram/kapita/hari atau lebih mencapai dari jumlah protein ikan yang dianjurkan untuk dikonsumsi (9 gr/kap/hari, WNPG 2004). Tingkat kesehatan masyarakat dapat diukur dari jumlah asupan gizi dan kebutuhan protein ikan perhari per kapita. Kebutuhan proten ikan seperti didalamnya terdapat asam lemak alpha

omega tiga yang bermanfaat sebagai anti oksidan tubuh maupun sebagai bahan

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 94 sampai saat ini asam lemak alpha omega tiga hanya terdapat didalam kandungan miomer ikan.

Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan telah mentargetkan bahwa konsumsi ikan perkapita Nasional pertahun pada Tahun 2014 adalah sebesar 33.9 kg. Angka ini kurang lebih setara dengan 13 gram protein/kapita/hari atau 25% dari angka kecukupan gizi (AKG) yang direkomendasikan oleh Widya Karya Pangan dan Gizi VIII tahun 2004, yaitu asupan protein 57 gram/kapita/hari. Angka 2% tersebut tentu sangat signifikan mengingat bahwa sejauh ini ikan tidak tercantum dalam daftar komoditas ketahanan pangan, baik di tingkat nasional maupun regional.

Gambar : Target Tingkat Konsumsi Ikan (kg/kap/thn) Nasional

Tingkat konsumsi masyarakat Bintan akan ikan relatif tinggi, hal ini dapat dibuktikan pula dengan semakin tingginya dorongan produktivitas perikanan dan kelautan di Kabupaten Bintan. Dengan demikian, potensi perikanan dan kelautan yang sedemikian relatif besar dan dimiliki Bintan dapat termanfaatkan dengan optimal. Meskipun angka kecukupan ikan tersebut cukup baik diduga masih terdapat produk perikanan yang belum terdistribusikan secara merata disebabkan keterjangkauan masyarakat untuk mengkonsumsi ikan masih dipengaruh oleh tingkatan kesejahteraannya. Hal ini dapat dibuktikan masih terdapatnya jumlah masyarakat miskin didaerah ini yang ditandai pula oleh adanya bayi yang memiliki gizi kurang yang diduga salah satunya disebabkan kurangnya asupan protein hewani ikan. Tingkat konsumsi makan ikan yang kecil akan berpengaruh terhadap keberlangsungan industri pengolahan ikan dan kesejahteraan nelayan.

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 95

Tabel. 6.34. Jumlah Pasokan Ikan Terhadap Kebutuhan Konsumsi Ikan di Kabupaten Bintan Tahun 2010 s.d 2015

Tahun Penduduk Jumlah Konsumsi Ikan Kebutuhan (kg/kap./th) Kebutuhan Konsumsi Ikan (gr/kap./hr) Pasokan Ikan Konsumsi (ton) 2010 142.300 30,14 82,58 4.289,05 2011 149.554 * 54,25 148,64 8.113,66 2012 152.545 * 53,72 147,18 8.194,80 2013 155.596 * 53,19 145,74 8.276,74 2014 158.708 * 52,67 144,31 8.359,51 2015 161.882 * 52,16 142,89 8.443,11

Sumber : Data diolah, Tahun 2012

Keterangan : (*) Proyeksi Angka Pertumbuhan Penduduk 2% Produksi Perikanan/tahun 1%

Dalam dokumen Bab.1 Gambaran Umum Wilayah (Halaman 91-95)

Dokumen terkait