• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Sumber Daya Non Ikan

Dalam dokumen Bab.1 Gambaran Umum Wilayah (Halaman 68-72)

Sumber daya non ikan juga merupakan potensi yang besar di Kabupaten Bintan. Adapun sumber daya non ikan antara lain meliputi :

Udang dan Kepiting

Di perairan Kabupaten Bintan, terdapat beberapa jenis udang, di antaranya

Penaeus merguensis, Penaeus Indicus, Metapenaeus Monoceros dan Metapenaeus Brevicormis.

Kelompok udang Penaeus memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Sebaran dari jenis udang ini terdapat hampir di keseluruhan Kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Bintan, Tambelan dan Bintan Timur dengan kepadatan populasi sebesar 0.90 ton/km2. Di samping jenis udang tersebut terdapat juga jenis udang barong (lobster) dengan kepadatan mencapai 1,34 ton/km2. Jenis udang barong juga memiliki nilai ekonomis

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 69 yang tinggi. Potensi lain yang terdapat di perairan Bintan adalah sumberdaya dari kelompok kepiting (Portunidae) yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Sumber daya ini merupakan salah satu komoditi ekspor yang menjanjikan di masa yang akan datang.

Rumput Laut

Kabupaten Bintan merupakan salah satu daerah penyebaran rumput laut yang besar. Jenis rumput laut yang terdapat di sekitar perairan ini adalah Euchema edule, E.

spinosium, Gelidium sp dan Hypnea cervicornis. Jenis ini merupakan jenis rumput laut yang

sangat berpotensi dan mempunyai prospek cerah untuk dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan makanan seperti lalap, sayur, kue, manisan, dan obat tradisional. Masyarakat setempat memanfaatkan rumput laut untuk keperluan sehari-hari, misalnya untuk dilalap dan dijadikan agar-agar.

Di daerah Bintan komoditas rumput laut sebagian besar baru diusahakan secara tradisional dalam skala rumah tangga dan masih mengandalkan sumberdaya yang tersedia secara alami. Budidaya secara agribisnis sudah pernah dilakukan di berbagai tempat di Kabupaten Bintan yaitu jenis Euchema cottoni, namun usaha ini tidak dapat berkembang dengan baik karena mengalami kesulitan dalam pemasaran dan harga yang selalu berfluktuasi. Namun demikian, usaha budidaya rumput laut perlu mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak, seperti yang telah dilakukan di beberapa kecamatan dibawah ini.

Tabel. 5.10. Daerah Potensial Untuk Pengembangan Rumput Laut di Perairan Kabupaten Bintan

Kecamatan Daerah/Perikanan Jenis rumput laut Sistem Budidaya

Bintan Utara - - -

Bintan Timur Perairan Pulau

Telang, P.Pangkil Eucheuma spinosum Metoda rakit dan Metoda rawai

Teluk Bintan P. Pengujan Eucheuma cottoni Metoda rakit

Tambelan P. Tambelan, P. Bedu Eucheuma cottoni Metoda rakit Sumber: Survei dan Inventarisasi Potensi Kelautan Kabupaten Bintan, 2000

Binatang Lunak (Moluska)

Dari kelompok binatang lunak ini yang mempunyai nilai ekonomis penting adalah cumi-cumi (Loligo sp), sotong (Sepia sp) dan gurita (Octopus sp). Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap kelompok cumi-cumi ini adalah pancing, disamping itu juga merupakan hasil ikutan dari jaring dan pukat. Potensi binatang lunak di perairan Kabupaten Bintan mencapai sekitar 2,70 x 103 ton/tahun. Angka tersebut menunjukkan bahwa potensi binatang lunak di kawasan ini merupakan komoditi perikanan yang dapat diandalkan.

Kelompok hewan lunak lainnya yang mempunyai potensi untuk diperhatikan adalah kelompok siput dan kerang-kerangan. Dari kelompok siput misalnya dari famili Strombidae, antara lain adalah gonggong/kede-kede (Strombus sp) yang telah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 70 dikonsumsi oleh mayarakat terutama di restoran-restoran dan ada juga jari-jari (Pterocera sp) dan Krangah (Lambis-lambis sp). Sedangkan dari kelompok kerang-kerangan yang umum terdapat di perairan Kabupaten Bintan adalah tiram (Ostrea sp). Banyak dari spesies tiram ini hidup di daerah intertidal dan cenderung terkonsentrasi pada daerah pasang yang menempel pada benda-benda keras, dan ada spesies yang menempel pada akar-akar mangrove.

Penyu

Penyu merupakan salah satu binatang laut yang dilindungi keberadaannya, walaupun penyu memiliki potensi pemanfaatan yang cukup besar karena dapat dimanfaatkan mulai dari telur sampai dengan karapaksnya. Telur dan dagingnya dapat dibuat berbagai hidangan sedangkan karapaksnya dapat dipakai untuk perhiasan. Potensi penyu banyak ditemukan di sekitar Gunung Kijang dan Tambelan yaitu jenis penyu sisik (Eretmochelys imbricata L) yang termasuk dalam divisi Vertebrata, klas: Reptilia, ordo: Testudinata (Chelonia mydas), famili: Chelonidae. Daerah penyu sisik di perairan Bintan adalah di Pulau Beralas Pasir dan Nikoi. Di Tambelan Penyu hampir di temui di semua pulau yang ada di Kecamatan Tambelan. Telur Penyu ini di Tambelan telah menjadi salah satu pendapatan asli daerah.

Kepulauan Tambelan merupakan lokasi utama peneluran penyu di Kabupaten Bintan. Rata-rata telur yang dihasilkan per ekor penyu di Kepulauan Tambelan untuk Penyu Hijau adalah 101 butir per ekor, sedangkan Penyu Sisik adalah 153 butir per ekor. Estimasi total hasil pemanenan telur di seluruh Kepulauan Tambelan berkisar antara 978.313-1.284.035 butir per tahun. Estimasi potensi populasi penyu di Kepulauan Tambelan berkisar antara 489.156-642.018 ekor. Estimasi jumlah kunjungan induk penyu untuk bertelur di kepulauan Tambelan berkisar antara 9.088-11.928 ekor per tahun. Musim puncak bertelur penyu di Kabupaten Bintan untuk Penyu Hijau antara bulan Mei hingga Juli, sedangkan Penyu Sisik antara Maret hingga Mei.

Kondisi pantai lokasi peneluran penyu umumnya landai, berpasir putih dengan panjang pantai pendek, dan lebar pantai berubah secara musiman sepanjang tahun. Prekwensi Relatif Jumlah sarang penyu di Kabupaten bintan 5 pulau urutan teratas adalah Pulau Kepala Tambelan, P. Wie, P. Genting, P. Lintang dan P. Nangka. Lokasi yang mempunyai nilai tinggi sebagai habitat peneluran penyu adalah Pulau Lintang, Kepala Tambelan, Jelak, Wie, dan Menggirang Besar.

Mamalia Laut

Mamalia laut yang ditemukan di perairan Bintan adalah Duyung. Duyung (Dugong

dugon) merupakan hewan mamalia (menyusui anaknya) yang hidup di laut dangkal

terutama di lingkungan yang kaya akan lamun (seagrass). Dulu, duyung tersebar luas di banyak negara tropis, juga di Indonesia. Namun kini duyung sudah sangat sulit dijumpai. Hewan ini memang telah berada di ambang kepunahan dan telah dilindungi undang-undang di banyak negara. Oleh sebab itu setiap kali ada berita tentang duyung tertangkap

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 71 atau terperangkap dalam jaring nelayan, selalu saja menjadi berita yang menghebohkan, dan tak jarang dibumbui dengan cerita-cerita mistik.

Kasus terakhir adalah tertangkapnya, atau terperangkapnya seekor duyung di perairan Desa Pengudang, Pulau Bintan (Kepualuan Riau) tanggal 6 Januari 2011. Duyung ini berukuran besar (sekitar 2 m, diperkirakan berbobot 2 kuintal), dapat diselamatkan oleh penduduk setempat dan dilepaskan kembali ke laut bebas. Ini adalah kasus yang keempat yang terjadi di perairan Bintan (sekitar Desa Berakit dan Desa Pengudang) dalam tiga tahun terakhir ini.

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 72

Bab.6

Dalam dokumen Bab.1 Gambaran Umum Wilayah (Halaman 68-72)

Dokumen terkait