• Tidak ada hasil yang ditemukan

Budidaya Perikanan

Dalam dokumen Bab.1 Gambaran Umum Wilayah (Halaman 82-86)

Keragaan Perikanan Kabupaten Bintan

6.4. Budidaya Perikanan

Pengembangan budidaya laut merupakan alternatif yang cukup memberikan harapan. Budidaya laut yang dikembangkan di Kabupaten Bintan terdiri dari budidaya di tambak, budidaya dalam keramba jaring apung. Budidaya ikan dalam karamba dibagi lagi atas budidaya ikan dengan pemberian pakan dan tanpa pemberian pakan. Diantara ketiga jenis budidaya laut tersebut budidaya yang telah berkembang dengan baik adalah budidaya ikan di tambak dan jaring apung. Budidaya ikan yang dilakukan di teluk atau perairan semi tertutup belum dapat dilakukan, dan masih dalam tahap penelitian dan pengembangan, antara lain karena terhambat oleh konflik kepemilikan lahan dan penguasaan teknologinya, disamping terkait dengan kebutuhan investasi yang sangat besar. Kegiatan budidaya laut berpeluang besar menjadi tumpuan bagi sumber pangan hewani di masa depan, karena peluang produksi perikanan tangkap bagaimanapun akan menurun. Di beberapa wilayah di Kabupaten Bintan, kegiatan budidaya laut berkembang dengan sistem Karamba Jaring Apung (KJA) atau Karamba Sistem Jaring Tancap (KSJT). Diantara berbagai jenis kultivar telah diteliti dan dibudidayakan dalam skala percobaan atau uji coba sejak tahun 70-an, hanya beberapa jenis saja yang berhasil dikembangkan secara komersial seperti ikan kerapu dan kakap. Beberapa jenis kultivan lainnya diantaranya : berbagai jenis kerapu, kakap merah, napoleon, kepiting, ikan hias, teripang dan lobster, masih dalam taraf penelitian dan pengembangan.

Hingga saat ini tingkat pemanfaatan usaha perikanan budidaya masih sangat rendah padahal luas perairan yang sesuai untuk kegiatan budidaya sangat luas, sehingga peluang pengembangan usaha perikanan budidaya di wilayah ini masih sangat besar. Khususnya di perairan laut peluang pengembangan masih sangat terbuka dimana Kabupaten Bintan memiliki perairan laut yang potensial (sesuai) untuk usaha budidaya laut. Berdasarkan pada perhitungan sekitar 5 km dari garis pantai ke arah laut, maka potensi luas perairan laut Bintan yang sesuai untuk kegiatan budidaya laut adalah cukup besar. Dengan teknologi budidaya laut yang ada maka potensi luas laut yang cocok untuk usaha budidaya laut sudah barang tentu akan bertambah luas. Komoditas-komoditas yang dapat dibudidayakan pada areal laut tersebut antara lain meliputi ikan kakap, kerapu, baronang, tiram, kerang hijau, kerang darah, teripang, kerang mutiara, abalone, dan rumput laut. Sementara itu, komoditas-komoditas yang dapat dibudidayakan di perairan payau (tambak) antara lain adalah udang windu, udang vaname, bandeng, kerapu, kepiting, dan rumput laut jenis gracilaria Serta komoditas-komoditas yang dapat dibudidayakan di perairan tawar antara lain mencakup ikan lele, mas, nila, gurame, patin, bawal air tawar, dan udang galah.

Dari tahun 2010 sampai tahun 2011 jumlah jenis usaha budidaya perikanan di Kabupaten Bintan menunjukkan angka yang terus meningkat. Pada tahun 2010, jumlah Keramba Jaring Apung (KJA) sebanyak 779 unit meningkat pada tahun 2011 sebanyak 895 unit, Keramba Jaring Tancap (KJT) sebanyak 753 unit tahun 2010 meningkat menjadi 762 unit pada tahun 2011, kolam sebesar 91,73 ha tahun 2010 menjadi 120 ha tahun 2011.

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 83 Sedangkan untuk usaha budidaya air payau (tambak) luasannya tidak menunjukkan peningkatan, hanya 131,30 ha saja sampai tahun 2011. Begitupula dengan jenis usaha rumput laut hanya meningkat 6 hektar saja yakni menjadi 49 hektar pada tahun 2011.

Tabel. 6.14. Jumlah Jenis Usaha Budidaya di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2011

No Kecamatan Tahun 2010 Tahun 2011 KJA (unit) KJT (unit) Tambak (Ha) Kolam (Ha) Rumput Laut (Ha) KJA (unit) KJT (unit) Tambak (Ha) Kolam (Ha) Rumput Laut (Ha) 1. Bintan Utara 20 15 0 3,15 0 20 15 0 7,29 0 2. Teluk Sebong 0 23 0 0,31 0 5 23 0 6,45 0 3. Teluk Bintan 114 95 118,8 5 0 132 104 118,8 5,40 0 4. Gunung Kijang 8 24 0,5 11,52 0 8 24 0,5 12,43 0 5. Bintan Timur 40 96 2 23,3 0 50 96 2 32,06 0 6. Tambelan 69 54 0 0 0 78 54 0 0,00 0 7. Toapaya 0 0 0 45,9 0 0 0 0 53,43 0 8. Bintan Pesisir 112 184 0 1,5 25 126 184 0 1,62 28 9. Mantang 396 247 0 0 18 446 247 0 0,00 21

10. Seri Kuala Lobam 20 15 0 1,05 0 30 15 0 1,33 0 Jumlah 779 753 131,30 91,73 43,00 895 762 131,30 120,00 49,00

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012 6.5. Budidaya Air Laut (Keramba Jaring)

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa pada tahun 2010 budidaya laut di keramba jaring berjumlah 779 unit dan meningkat menjadi 895 unit pada tahun 2011. Jumlah terbesar ditemui di Kecamatan Mantang terdapat 446 unit, dan Kecamatan Teluk Bintan sebanyak 132 unit. Tampak jelas bahwa peluang pengembangan usaha perikanan budidaya sebenarnya jauh lebih besar daripada usaha perikanan tangkap. Apabila daerah ini mampu meningkatkan produksi perikanannya terutama yang berasal dari usaha perikanan budidaya, maka Bintan akan menjadi produsen komoditas perikanan terbesar di Propinsi Kepulauan Riau.

Umumnya masyarakat menggunakan karamba jaring tancap (KJT) dan karamba jaring apung (KJA) sebagai wadah budidaya laut. Di Kabupaten Bintan, sebagaian besar masyarakat menggunakan KJT sebagai wadah budidayanya. Ukuran KJT yang ada di masyarakat sangat bervariasi (2x3 m; 2,5x3 m; 3x3 m; 3x 4 m; dan 4x4 m; dengan kedalaman rata-rata 3 m). Bahan karamba umumnya terdiri dari kayu papan, kayu balok, kayu tiang, jaring, pelampung, tambang dan jangkar.

Pada budidaya ikan kerapu di KJT, benih yang ditebar berukuran 100-300 gram/ekor dengan padat penebaran bervariasi antara 50-200 ekor/KJT (5-22 ekor/m2 atau rata-rata 13 ekor/m2). Benih berasal dari hasil penangkapan dan pembenihan

(hatchery) milik Pemerintah maupun Swasta. Benih yang berasal dari penangkapan

ketersediaannya semakin menyusut, seiring dengan kegiatan penangkapan ikan ini di sekitar perairan karang yang berlangsung secara terus menerus. Selama pemeliharaan, ikan kerapu diberi pakan ikan rucah dari hasil tangkapan nelayan di laut. Harga ikan rucah ini adalah Rp 3.000–5.000 per kg, bergantung kepada musim penangkapan di

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 84 laut. Pemberian pakan tidak dilakukan secara rutin, namun bergantung kepada ketersediaan pakan rucah. Pemanenan dilakukan pada saat ikan telah mencapai ukuran ≥ 500 gram (7-9 bulan pemeliharaan dengan rata-rata 8 bulan).

Selain KJT, sebagian kecil masyarakat menggunakan KJA untuk kegiatan pembesaran beberapa ikan laut. Ukuran kantong KJA yang digunakan adalah 3x3x3 m atau 4x4x4 m. Kantong KJA berupa jaring berdiameter mata jaring antara 0,5-1,5 inchi dan berukuran benang D9-D30. KJA yang digunakan umumnya menggunakan rangka dengan bahan kayu, dan beberapa sudah menggunakan bahan HDPE (high density

polyethelene). Umumnya KJA berbahan HDPE yang ada di masyarakat merupakan

bantuan dari Pemerintah maupun dan program minapolitan.

Budidaya ikan di KJA yang dilakukan oleh kelompok masyarakat yang merupakan bagian dari kegiatan minapolitan dengan komoditas ikan kerapu bebek maupun kerapu macan. Sedangkan yang dilakukan oleh beberapa pengusaha KJA, pembesaran ikan yang dilakukan adalah pembesaran ikan kerapu dengan komoditas utama kerapu sunu. Kegiatan budidaya pembesaran ikan kerapu ini dimulai dari benih yang berukuran antara 100-300 gram/ekor. Namun demikian, KJA masyarakat didominasi oleh kerapu sunu, kecuali KJA minapolitan. Padat tebar ikan bervariasi antara 100-300 ekor/KJA (11-33 ekor/m2). Selama pemeliharaan, ikan diberi pakan dengan menggunakan pakan rucah. Pakan diberikan secara rutin yaitu pada pagi dan sore hari dengan metode at satuation. Tahap akhir kegiatan budidaya adalah pemanenan yang dilakukan pada saat ikan telah mencapai ukuran ≥ 500 gram. Untuk mencapai ukuran panen, pembesaran ikan kerapu sunu dengan benih ukuran 100-300 gram/ekor dilakukan selama 7-8 bulan. Untuk pembesaran ikan kerapu macan, kegiatan pembesaran dilakukan selama 12-15 bulan dan pembesaran ikan kerapu bebek dilakukan selama 18-19 bulan dengan ukuran tebar 10 cm. Harga benih ikan kerapu sunu adalah Rp 80.000/kg dengan bobot benih 100-300 gram/ekor. Setelah mencapai ukuran panen yaitu 500 gram/ekor, produk budidaya langsung ditawarkan atau dijual ke penampung ikan (Tauke) di Tanjungpinang yang selanjutnya dipasarkan di tingkat pasar lokal maupun ekspor. Pada umumnya, pembudidaya ikan kerapu menjalankan produksi dengan skala produksi 2 kantong jaring.

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 85

Tabel. 6.15 Volume Produksi Usaha Budidaya Laut Keramba Jaring di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2011

No Kecamatan Volume Produksi (Kg)

2010 2011 1. Bintan Utara 4.515,40 4.515,40 2. Teluk Sebong 3.210,00 3.210,00 3. Teluk Bintan 15.022,80 15.022,80 4. Gunung Kijang 1.070,00 1.070,00 5. Bintan Timur 19.891,30 19.891,30 6. Tambelan 12.091,00 12.091,00 7. Toapaya 0 0 8. Bintan Pesisir 50.054,60 50.054,60 9. Mantang 117.272,00 117.272,00

10. Seri Kuala Lobam 3.274,20 3.274,20

Jumlah 211.590,00 226.401,30

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Tabel. 6.16. Nilai Produksi Usaha Budidaya Laut Keramba Jaring di Kabupaten Bintan, Tahun 2010-2011

No Kecamatan Nilai Produksi (Rupiah)

2010 2011 1. Bintan Utara 633.000.000 677.310.000 2. Teluk Sebong 450.000.000 481.500.000 3. Teluk Bintan 2.106.000.000 2.253.420.000 4. Gunung Kijang 150.000.000 160.500.000 5. Bintan Timur 2.788.500.000 2.983.695.000 6. Tambelan 1.695.000.000 1.813.650.000 7. Toapaya 0 0 8. Bintan Pesisir 7.017.000.000 7.508.190.000 9. Mantang 16.440.000.00 17.590.800.000

10. Seri Kuala Lobam 459.000.000 491.130.000

Jumlah 31.738.500.000 33.960.195.000

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012 6.6. Budidaya Air Payau (Tambak)

Potensi budidaya payau di Kabupaten Bintan adalah 378 ha dengan potensi terbesar adalah Kabupaten Bintan yaitu 250 ha. Komoditas budidaya air payau di Kabupaten Bintan adalah udang windu. Kabupaten Bintan juga memiliki potensi pengembangan budidaya air payau atau pengembangan tambak. Kabupaten Bintan memiliki potensi pengembangan tambak seluas 250 ha yang tersebar di pesisir pulau ini, terutama di sebelah timur. Potensi tambak tadi dapat diusahakan untuk pengembangan usaha budidaya udang

(vannamei dan windu) dan ikan (bandeng, kakap putih dan kerapu lumpur). Selain itu

potensi tambak ini juga bisa diusahakan untuk pengembangan usaha budidaya rumput laut Gracilaria. Dari luas potensial tersebut, sebagian sudah dimanfaatkan untuk budidaya ikan dan udang di tambak, seperti di Teluk Bintan. Namun disayangkan, kegiatan

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 86 budidaya tambak yang telah berjalan di Kecamatan Teluk Bintan berdasarkan perencanaan kawasan ibukota Kabupaten Bintan di Bintan Buyu wilayahnya termasuk dalam pengembangan kawasan ibukota. Untuk itu pengelolaan lahan budidaya air payau dilokasi ini luasannya disinyalir tidak dapat di kembangkan lagi.

Dalam dokumen Bab.1 Gambaran Umum Wilayah (Halaman 82-86)

Dokumen terkait