• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Analisis Isi

4.3.3 Arah Pemberitaan/Opini

Besar kecilnya pemberitaan ataupun kuantitas pemuatan berita dalam surat kabar belum dapat memberikan informasi apakah pemberitaan tersebut akan memiliki dampak terhadap citra pemerintah kota Surabaya. Satu kali pemberitaan negatif pada halaman headline surat kabar sudah cukup menjatuhkan citra yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Surabaya, dan mempengaruhi kepercayaan masyarakat kepada Pemkot. Jadi, mengetahui kearah mana arah pemberitaan tersebut merupakan salah satu informasi penting yang harus diketahui perusahaan.

Setiap Pendapat atau Opini akan selalu mendapat tanggapan, baik itu berupa tanggapan Positif, negatif maupun netral. Pada penelitian ini, untuk mengetahui arah Opini pada berita-berita seputar Pemerintah Kota Surabaya di surat kabar Jawa Pos dan Kompas edisi Januari-Juni 2010, maka berita akan dibedakan berdasarkan sifat pemberitaannya, yaitu Positif, Negatif dan Netral. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 25

Arah Opini Pemberitaan Seputar Pemerintah Kota Surabaya di Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas Edisi Januari-Juni 2010

Frekuensi Space No. Nama Surat

Kabar (+) (-) (±) (+) (-) (±)

Total Space

1 Jawa Pos 30 32 93 9407 7632 25125 42164

Gambar 4

Space yang disediakan surat kabar harian Jawa Pos dan Kompas berdasarkan arah pemberitaan

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa pemberitaan di surat kabar harian Jawa Pos dan Kompas edisi Januari-Juni 2010 memiliki arah opini Positif, Negatif dan Netral.

Total Jumlah berita pada surat kabar Jawa Pos adalah 155 berita. Sebagian besar adalah berita yang sifatnya netral dengan jumlah 93 berita dan prosentase 60%. Sementara itu, jumlah berita pada surat kabar Kompas adalah 149 berita, frekuensi tertinggi jugab ditempati arh opini netral dengan 77 berita atau 51,68%. Untuk berita-berita yang memiliki arah opini netral dapat diartikan bahwa banyaknya berita-berita seputar Pemkot Surabaya yang dimuat di surat kabar Jawa Pos dan Kompas edisi bulan Januari sampai Juni, tidak memiliki dampak yang merugikan maupun menguntungkan bagi pihak Pemerintah Kota Surabaya. Berita-berita tersebut umumnya berisi informasi secara umum dan tidak secara langsung berhubungan dengan Pemerintah Kota Surabaya.

Pada arah opini yang dianggap netral menyangkut beberapa masalah yang keduanya tidak saling merugikan tetapi tetap saling menguntungkan. Permasalahan yang ada pada arah opini netral biasanya tidak banyak kendala untuk penyelesaiannya, dikarenakan pada arah opini netral hanya pemahaman yang sedikit berbeda.

Berikut contoh berita seputar pemerintah kota Surabaya yang memiliki arah opini netral di surat kabar Jawa Pos :

Relokasi Jangan Molor

Pedagang keputran masih belum bisa satu suara soal rencana pemkot merelokasi mereka pada 5 Mei mendatang. Ada yang menyatakan setuju relokasi. Tapi, ada juga pihak yang menyatakan keberatan untuk pindah. Mereka yang ingin bertahan terutama dari kalangan pengelola.

Sedangkan contoh berita seputar pemerintah kota Surabaya yang memiliki arah opini netral di surat kabar Kompas adalah sebagai berikut :

Resmi Mundur Dari Kepala Bappeko

Pemerintah Kota Surabaya diharapkan segera menunjuk pengganti Kepala Bappeko Surabaya, Tri Rismaharini. Risma harus mundur dari jabatannya karena telah mendaftar sebagai calon wali kota Surabaya.

Sementara itu arah opini yang bersifat negatif pada pemberitaan seputar Pemkot di surat Kabar Jawa Pos memiliki frekuensi sebanyak 32 berita atau 20,65%. Sedangkan di surat kabar Kompas, 52 berita memiliki arah opini negatif dengan prosentase sebesar 34,90%.

Berita yang memiliki arah opini negatif dapat diartikan bahwa pada pemberitaan seputar Pemkot Surabaya terdapat pendapat atau opini baik secara implisit maupun eksplisit mencela, meremehkan, menolak isu atau permasalahan yang diangkat. Pemberitaan negatif seperti inilah yang perlu diperhatikan oleh Pemerintah, karena pemberitaan negatif dapat menurunkan citra pemerintah di mata khalayak. Apalagi jumlah intensitas pemberitaan negatif pada surat kabar Jawa Pos dan Kompas cukup besar.

Menurut Masoed dalam buku kritik sosial, menjelaskan bahwa pers selalu mengkritik permasalahan yang arahnya cenderung negatif. Kritik tersebut dapat berupa kecaman, sedangkan celaan cenderung kearah hinaan yang menunjukkan cacatnya sesuatu. Kritik cenderung mengandung konotasi negatif (Masoed, 1998 :37).

Berikut contoh berita seputar pemerintah kota Surabaya yang memiliki arah opini negatif di surat kabar Jawa Pos :

Pemkot Jangan Melempem

Pemerintah Kota dinilai melempem dalam menertibkan bangunan liar di pinggiran rel kereta api Tambak Mayor. Pemerintah terkesan hanya menertibkan bangli “wong cilik”, sementara bangli yang dimiliki orang-orang kaya sering kali dilewatkan.

Dari berita diatas, kata-kata yang menunjukkan arah opini negatif adalah kata “melempem”. Disini pemerintah kota diberitakan tidak tegas dalam menertibkan bangunan liar di rel kereta api Tambak Mayor. Opini tersebut secara langsung datang dari ketua Komisi C Alim Anwar. Berita tersebut dapat menurunkan kewibawaan dan citra pemkot di mata masyarakat. Untuk itu berita semacam ini perlu diperhatikan.

Sedangkan contoh berita seputar pemerintah kota Surabaya yang memiliki arah opini negatif di surat kabar Kompas adalah sebagai berikut :

Satpol PP Biarkan Reklame Bermasalah

Penyebab robohnya papan reklame di Jalan Karto Menanggal di depan Korem 084 Bhaskara Jaya ternyata tidak lepas dari sikap cuek pelaksana tugas Kepala Satpol PP, Arif Boediarto. Reklame tersebut sudah lama bermasalah, ternyata reklame roboh sebelum ditertibkan.

Dari berita diatas kata-kata yang menunjukkan arah opini negatif adalah kata “cuek”. Kepala Satpol PP dianggap cuek dalam menertibkan reklame yang bermasalah hingga mengakibatkan papan reklame di jalan Karto Menanggal roboh. Berita ini dapat menurunkan citra baik Satpol PP yang selama ini bertugas sebagai aparat penegak perda. Berita semacam ini harus diperhatikan oleh pemerintah.

Pemberitaan dengan arah opini positif memiliki frekuensi paling rendah, dari 155 berita hanya 30 berita atau 19,35% saja yang memiliki arah opini positif. Arah opini positif dapat diartikan dalam pernyataan atau opini yang ditampilkan pada isi pemberitaan dalam surat kabar Jawa Pos secara eksplisit maupun emplisit mendukung yaitu memuji, menyanjung, menyetujui isu yang diangkat dalam berita tersebut. Timbulnya arah opini positif ini dapat diasumsikan bahwa setiap kesimpulan yang diambil dalam memecahkan suatu permasalahan dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat dan lebih berbentuk suatu keputusan yang dinilai baik oleh masyarakat.

Berikut contoh berita seputar pemerintah kota Surabaya yang memiliki arah opini positif di surat kabar Jawa Pos :

Wali Kota : Ini Kemenangan Seluruh Warga

Perjuangan panjang Wali Kota Bambang DH, dan jajaran pemkot untuk menggratiskan biaya pembuatan KTP akhirnya kesampaian. Selain penggratisan biaya pembuatan KTP, biaya administrasi kependudukan lainnya dan akta kelahiran juga gratis.

Berita diatas mengandung arah opini positif, hal tersebut ditunjukkan dengan kalimat “Perjuangan panjang Wali Kota Bambang DH, dan jajaran pemkot untuk menggratiskan biaya pembuatan KTP akhirnya kesampaian”. Kalimat tersebut mengasumsikan bahwa selama ini pemerintah kota sudah berusaha keras dalam mensejahterakan masyarakatnya, terbukti dari perjuangan Wali Kota Surabaya Bambang DH untuk menggratiskan biaya pembuatan KTP. Dan berita ini dapat memberikan dampak positif terhadap citra pemkot.

Sedangkan contoh berita seputar pemerintah kota Surabaya yang memiliki arah opini negatif di surat kabar Kompas adalah sebagai berikut :

Pemkot Sediakan Anggaran PerbaikanRumah

Pemerintah Kota Surabaya akan mengucurkan dana senilai Rp. 2 milliar untuk memperbaiki 400 rumah keluarga miskin. Jumlah penerima naik 100 persen di banding tahun lalu. Asisten IV Sekretaris Kota Surabaya Tri Siswanto mengatakan, sasarannya bukan sekedar memperbaiki rumah. Pemkot justru akan memberdayakan mereka agar bisa lebih mandiri.

Berita diatas mengandung arah opini positif, hal tersebut ditunjukkan dari “Pemerintah Kota Surabaya akan mengucurkan dana senilai Rp.2 milliar untuk memperbaiki rumah keluarga miskin, selain itu pemkot juga akan memberdayakan

perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan masyarakat. Pemerintah tidak hanya memberikan dana untuk perbaikan rumah tapi juga memberdayakan mereka. Berita tersebut dapat meningkatkan citra positif pemerintah kota Surabaya.

Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa Surat kabar Jawa Pos lebih banyak memuat berita dengan arah opini netral, yaitu sebanyak 93 berita, space yang diberikan juga paling besar yaitu 25.125 cm kolom. Sementara itu untuk berita dengan arah opini negatif memiliki frekuensi yang lebih tinggi dari arah opini positif, namun space yang diberikan oleh Jawa Pos lebih besar untuk berita dengan arah opini negatif, yaitu 9.407 sementara space berita dengan arah opini negatif hanya 7. 632 cm kolom. Dari keadaan tersebut dapat kia simpulkan bahwa, Jawa Pos sebagai salah satu surat kabar tertua di Indonesia yang memiliki oplah cukup besar dan terbit di Kota Surabaya cenderung memberikan berita dengan arah opini netral seputar pemberitaan tentang Pemkot Surabaya. Hal ini dikarenakan, Jawa Pos sudah memiliki kedekatan (proximity) terhadap pemkot, Jawa Pos juga sudah lama mengikuti perkembangan kinerja dan kebijakan yang dilakukan oleh Pemkot Surabaya lewat halaman “Metropolisnya”. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Sumadiria (2005), bahwa kebijakan redaksional pers lokal lebih bertumpu pada pengembangan dimensi kedekatan geografis dan psikologis (proximity).

Hal tersebut tak lepas dari peran serta editor dan pemilik modal di Jawa Pos. Para editor disamping pemilik modal biasanya lebih memiliki kewenangan, sehingga dapat mengambil peran secara lebih dalam menentukan peristiwa-peristiwa apa yang harus diberitakan, siapa yang harus diberi tempat dalam pemberitaan, dan frame (penonjolan substansi persoalan) apa yang harus dipilih berkenaan dengan peristiwa yang diberitakan. Setiap industri media memiliki persepsi yang berbeda dalam

memberitakan peristiwa yang sama. Para editorlah yang menentukan tugas-tugas jurnalistik. Sedangkan wartawan pada umumnya bekerja atas dasar penugasan atau setidaknya sepengetahuan para editor. Jadi secara tidak langsung, editorlah yang menentukan akan dibawa kemana berita tersebut, fakta apa yang ditonjolkan dan mana yang tidak.

Selain dari segi geografis, kedekatan (proximity) anatara Jawa Pos dan Pemerintah kota juga terjalin dalam segi yang lain. Jawa Pos berperan aktif dalam mensukseskan program pemerintah kota, terbukti dengan di selenggarakannya “ Surabaya Green and Clean Office 2010” pada bulan Maret yang lalu. Jawa Pos bersama PT. Unilever memprakarsai jalannya program tersebut. Itu artinya, jawa Pos juga mendukung langkah-langkah yang dilakukan oleh pemerintah Kota.

Dalam hal lain, kedekatan Jawa Pos dengan Pemerintah Kota terlihat dari beberapa acara yang diselenggarakan oleh Jawa Pos , Dialog Utara Melangkah seri Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat yang diselenggarakan Metropolis Jawa Pos misalnya, Selain memperbincangkan masalah ekonomi di Surabaya, Pimpinan Redaksi Jawa Pos, Leak Kustiya juga nampak akrab dengan Tri Rismaharini, wali kota Surabaya yang baru. Hal ini lah yang menunjukkan ada hubungan baik anatara Jawa Pos dengan pemerintah Kota, sehingga untuk menjaga hubungan baik tersebut, dalam pemberitaannya seputar kinerja Pemerintah Kota, Jawa Pos cenderung menutupi fakta yang sebenarnya dengan bersikap netral.

Pers memang tidak bisa dipisahkan dari pemerintah. Ketika pemerintah aktif menjalankan aktivitasnya, pers pun aktif meliputnya. Disaat pers aktif meliput kegiatan pemerintah, pemerintah pun aktif memberikan informasi. Namun, sudah tentu pemerintah ingin pers meliput kegiatan-kegiatan positif yang dilakukan oleh

pemerintah yang dapat mempertahankan bahkan meningkatkan citra baik pemkot, mengeratkan dengan orang-orang diluar instansi hingga terbentuklah opini publik yang positif terhadap pemkot,serta untuk mendapatkan kepercayaan dan penilaian yang positif dari publiknya dan bila perlu memperbaiki citra tersebut, bukan sesuatu yang negatif yang dapat memperburuk citra pemkot di mata masyarakat. Disinilah seorang humas pemerintahan berperan menjalankan tugasnya dalam membina hubungan baik (membina goodwill) dengan publik eksternalnya.

Salah satu hubungan baik yang harus dibina oleh seorang humas pemerintahan adalah dengan pers atau wartawan. Mengapa demikian?sebab mereka mempunyai peranan penting dalam kemajuan dan perkembangan perusahaan/instansi yang menyangkut pemberitaan baik negatif maupun positif. Jadi, pers merupakan kunci kesuksesan dari kegiatan humas pemerintah.

Kerjasama yang baik dan efektif antara pemerintah dengan pers terlebih dahulu perlu dilandasi oleh pemahaman dan penafsiran yang sama tentang tujuan yang ingin dicapai melalui kerjasama itu. Tujuan kerjasama anatara pemerintah dengan Jawa Pos adalah untuk menyukseskan berbagai program pembangunan yang dicanangkan oleh pemkot Surabaya. Keberhasilan pembangunan selain bermanfaat bagi pemerintah, juga sebagai tolak ukur keberhasilan dalam melaksanakan tugas pokok pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat. Kebutuhan itu juga bermanfaat bagi dunia pers itu sendiri, mengingat keberhasilan pembangunan akan menjadikan suasana dan iklim yang kondusif bagi perkembangan dan kemajuan dunia pers. Jadi kesimpulannya, anatara pers dengan pemerintah sama-sama saling membutuhkan, seperti yang disebutkan oleh Oetama (1989) bahwa pers membutuhkan informasi untuk surat kabarnya sedangkan pemerintah memerlukan media untuk mempublikasikan kebijakan dan program-program berikut implementasinya di

lapangan yang intinya lebih jauh adalah sosialisasi bagi masyarakat bahwa ada program pemerintah yang sedang dilaksanakan.

Sementara itu dari tabel diatas menunjukkan surat kabar Kompas memberikan space yang paling besar untuk berita yang memiliki arah opini netral, yaitu sebanyak 17.528 cm kolom. Namun Kompas juga memberikan space yang cukup besar untuk berita dengan arah opini negatif, yaitu 10.290 cm kolom.

Hal ini sangat menarik untuk dicermati, karena Kompas adalah surat kabar berskala nasional yang terbit di Jakarta namun memiliki rubrik Jawa Timur, yang merupakan link bagi masyarakat Jawa Timur kepada Kompas. Dengan adanya rubrik tersebut, Kompas juga ikut menjalankan fungsi pengawasannya terhadap kinerja Pemerintah. Namun dari tabel diatas dapat kita simpulkan Kompas lebih banyak memuat berita negatif mengenai Pemerintah Kota Surabaya, dan space yang disediakan untuk berita negatif tersebut cukup besar. Ini artinya, Kompas cenderung mengkritisi kinerja Pemerintah Kota Surabaya. Setiap media massa memang memiliki persepsi dan caranya sendiri dalam menyajikan berita, aspek mana yang ingin ditonjolkan dan mana yang ingin ditutupi, semua itu tak lepas dari kepentingan masing-masing media.

Media secara langsung atau tidak dikontrol oleh kepentingan komersial, sehingga harus tampil memikat demi mencapai tujuan-tujuannya. Salah satu tujuan media adalah, mendapatkan oplah yang besar dalam setiap terbitannya. Dengan alasan itulah Kompas menyajikan berita lebih berbeda dengan Jawa Pos. Jika Jawa Pos lebih cenderung menutupi fakta dengan memberikan arah opini netral untuk menjaga hubungan baiknya dengan Pemerintah Kota, maka beda halnya denganKompas. Kompas lebih banyak memberikan kritisi, memberikan berita-berita dengan arah opini

negatif. Tujuannya adalah agar masyarakat tertarik untuk membaca berita tersebut. Karena kita tahu persaingan setiap media sangat ketat, mereka dituntut menyajikan berita semenarik mungkin untuk menjaga oplahnya. Terkadang media bahkan menerbitkan berita yang bombastis dan sensasional dalam halaman depan atau headline surat kabarnya, untuk menarik minat publik dan meningkatkan nilai jual.

Di era sekarang ini, wartawan pada umumnya tidak lagi hidup dalam suasana yang penuh romantisme perjuangan, akan tetapi lebih dalam suasana persaingan ketat antar industri media seiring dengan semakin kuatnya ideologi kapitalisme. Wartawan tidak lagi bekerja semata melayani kepentingan publik, tetapi juga harus melayani kepentingan pemilik modal. Oleh karena itu wartawan mengupayakan agar media tampil atraktif termasuk dalam pemberitaannya,sehingga dituntut untuk dapat lebih membantu industri media dalam upaya menjual ruang dan waktu untuk iklan. Seperti yang kita ketahui, bahwa pengiklan cenderung memasang iklannya kepada surat kabar yang memiliki oplah besar, skalanya nasional, dan lebih atraktif dari media yang lain.

Dalam hal ini, arah opini negatif yang diberikan Kompas dapat dilihat dari berita “Satpol PP Biarkan Reklame Bermasalah”. Dari judul yang dipakai sudah terlihat bahwa, Kompas cenderung menonjolkan sisi negatifnya, dalam hal ini sikap cuek Kepala Satpol PP. Dalam space berita tersebut, Kompas lebih banyak memberikan ruang bicara kepada pihak Dinas Cipta Karya, sementara itu Kepala Satpol PP hanya diberi ruang yang sedikit dalam menjelaskan masalah yang sebenarnya terjadi.

Bab V

Dokumen terkait