• Tidak ada hasil yang ditemukan

““Pengaruh Keahlian Audit Dan Independensi Terhadap Pendapat Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)”.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "““Pengaruh Keahlian Audit Dan Independensi Terhadap Pendapat Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)”."

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : ““Pengaruh Keahlian Audit Dan Independensi Terhadap Pendapat Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)”, dapat terselesaikan dengan baik.

Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di Surabaya.

Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, sebagai Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 4. Ibu Dra. Ec. Harymami, MM, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan saran untuk penulis.

(2)

tersayang, tiada kata yang bisa ananda ucapkan, selain kata terima kasih yang sebanyak - sebanyaknya, karena beliaulah yang selama ini telah memberi dorongan semangat baik material maupun spiritual, dan memberikan curahan kasih sayangnya sampai skripsi ini selesai.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas semua bantuan yang telah mereka berikan selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dengan terbatasnya pengalaman serta kemampuan, memungkinkan sekali bahwa bentuk maupun isi skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang mengarah kepada kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Sebagai penutup penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan ilmu pengetahuan.

Surabaya, Oktober 2010

(3)

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

ABSTRAKSI... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 5

1.3. Tujuan Penelitian... 6

1.4. Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 8

2.2. Landasan Teori ... 14

2.2.1. Auditing ... 14

2.2.1.1. Definisi Dan Tujuan Auditing ... 14

2.2.1.2. Standart Profesional Akuntan Publik... 16

2.2.1.3. Standart Auditing ... 17

2.2.2. Keahlian Audit... 19

2.2.2.1. Pengertian Keahlian Audit ... 19

2.2.2.2. Tipe Audit ... 21

2.2.2.3. Tahap – Tahap Audit ... 23

(4)

2.2.4.2. Jenis – Jenis Pendapat Auditor ... 28

2.2.5. Pengaruh Keahlian Audit Terhadap Pendapat Audit ... 29

2.2.6. Pengaruh Independensi Terhadap Pendapat Audit ... 31

2.2.7. Pengaruh Keahlian Audit Dan Independensi Terhadap Pendapat Audit... 32

2.3. Kerangka Pikir ... 33

2.4. Hipotesis ... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Teknik Pengukuran Variabel ... 35

3.1.1. Definisi Operacional Variabel ... 35

3.1.2. Teknik Pengukuran Variabel ... 36

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 38

3.2.1. Populasi... 38

3.2.2. Sampel... 39

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.3.1. Jenis Dan Sumber Data ... 40

3.3.2. Metode Pengumpulan Data... 40

3.4. Uji Kualitas Data ... 40

3.4.1. Uji Validitas Data ... 40

3.4.2. Uji Reliabilitas ... 41

3.4.3. Uji Normalitas... 41

(5)

3.6.2. Uji Hipotesis ... 43

3.6.2.1. Uji Kesesuaian Model... 43

3.6.2.2. Uji Parsial... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 46

4.1.1. Sejarah Berdirinya Akuntan Publik ... 46

4.1.2. Ketentuan dan Peraturan ... 47

4.1.3. Cara Akuntan Publik Menjual Jasanya ... 48

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 49

4.3. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 51

4.3.1. Uji Analisis Data... 51

4.3.1.1. Uji Validitas, Reliabilitas Dan Normalitas ... 51

4.3.1.1.1. Uji Validitas... 51

4.3.1.1.2. Uji Reliabilitas ... 53

4.3.1.1.3. Uji Normalitas ... 54

4.3.2. Uji Asumsi Klasik... 54

4.3.3. Teknik Analisis Regresi Linier Beganda ... 57

4.3.4. Uji Hipotesis ... 58

4.3.4.1. Uji Kesesuaian Model... 58

4.3.4.2. Uji Parsial ... 59

4.4. Pembahasan ... 60

(6)

Dan Manfaat... 64 4.4.4.Keterbatasan Penelitian... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan... 66 5.2. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA

(7)

Halaman

Tabel. 4.1 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Keahlian Audit (X1) 49 Tabel. 4.2 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Independensi

Auditor (X2) ... 50

Tabel. 4.3 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Pendapat Audit (Y) ... 51

Tabel. 4.4 Hasil Uji Validitas... 52

Tabel. 4.5 Hasil Uji Reliabilitas ... 53

Tabel. 4.6 Hasil Uji Normalitas ... 54

Tabel. 4.7 Hasil Uji Multikolinieritas… ... 55

Tabel. 4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas… ... 56

Tabel. 4.9 Hasil Pendugaan Parameter Regresi Linier Berganda … ... 57

Tabel. 4.10 Hasil Analisis Uji Kesesuaian Model … ... 58

Tabel. 4.11 Koefisien Determinasi (R Square / R2) …... 59

(8)

Halaman

(9)

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)

Oleh :

ELIZABETH MESSAKH

Abstrak

Untuk meyakinkan para pemakai laporan keuangan terhadap kewajaran laporan keuangan, pihak manajemen perusahaan dapat meminta jasa dari pihak ketiga yaitu auditor. Seorang auditor sebelum melaksanakan tugasnya harus merencanakan penugasannya dengan baik. Seorang auditor harus mempunyai keahlian dan kompetensi terlebih dahulu sebelum ia dapat menjadi independen, karena seorang auditor yang tidak kompeten maka ia tidak mungkin dapat bertindak independen dalam menyelesaikan tugas-tugas auditnya. Auditor yang tidak kompeten cenderung bergantung pada pendapat orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas auditnya, karena sangat terbatas pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Sekarang ini masih banyak masalah mengenai pembekuan izin akuntan publik..Kejadian tersebut menyebabkan timbulnya keraguan atas integritas auditor Para pengguna jasa Kantor Akuntan Publik sangat mengharapkan agar para auditor dapat memberikan pendapat yang tepat, namun dalam praktek masih kerap kali terjadi pemberian pendapat akuntan yang tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik). Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris pengaruh keahlian audit dan independensi terhadap pendapat auditor.

Sampel yang digunakan dalam penelitan ini adalah 24 Auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya, Sedangkan Jenis data yang digunakan adalah data primer, dan sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuesioner yang disebar pada 24 (dari 44 Kuesioner yang disebar hanya 24 yang kembali), Kuesioner yang disebarkan tersebut terdiri dari 18 pernyataan yang dibagi menjadi 3 bagian. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda dengan alat bantu komputer, yang menggunakan program SPSS. 16.0 For Windows

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 yang menyatakan diduga keahlian audit berpengaruh terhadap pendapat auditor, teruji kebenarannya, dan hipotesis 2 yang menyatakan diduga independensi berpengaruh terhadap pendapat auditor, teruji kebenarannya.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi saat ini perkembangan dunia usaha semakin pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan dalam berbagai bentuk usaha berdiri, tumbuh dan berkembang. Untuk mempertahankan eksistensinya, baik perusahaan perseorangan maupun berbagai perusahaan berbadan hukum yang lain, membutuhkan penarikan dana dari pihak luar. Dengan demikian, pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tidak lagi hanya terbatas pada para pemimpin perusahaan, tetapi meluas pada pihak-pihak diluar perusahaan seperti para investor dan kreditur, calon investor dan calon kreditur, serta pemerintah.

Pihak-pihak diluar perusahaan memerlukan informasi mengenai perusahaan untuk pengambilan keputusan tentang hubungan mereka dengan perusahaan. Umumnya mereka mengambil keputusan berdasarkan informasi yang disajikan manajemen dalam laporan keuangan perusahaan. Dengan demikian, terdapat dua kepentingan yang berbeda dalam situasi yang diuraikan diatas. Disatu pihak, manajemen perusahaan ingin menyampaikan informasi mengenai pertanggungjawaban pengelolaan dana yang berasal dari pihak luar, sedangkan pihak luar perusahaan ingin memperoleh informasi yang andal dari manajemen perusahaan, mengenai pertanggungjawaban dana yang mereka investasikan (Mulyadi, 2002: 1).

(11)

kebutuhan masing-masing pihak yang berkepentingan dapat terpenuhi. Guna menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan dan untuk mengetahui kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, perlu adanya suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh seseorang yang independen. Hal ini dimaksudkan agar hasil pemeriksaan tersebut merupakan hasil yang tidak memihak.

Disini akuntan publik mendapat kepercayaan baik dari perusahaan yang diauditnya atau klien yang membayar fee, maupun dari pihak ketiga yang berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut guna melakukan audit terhadap laporan keuangan perusahaan dan memberikan opini (pendapat) apakah laporan keuangan perusahaan telah disajikan secara wajar sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik.

Suraida (2005) menyatakan bahwa hasil akhir dari audit akuntan publik adalah pemberian opini akuntan publik yang dalam penulisan selanjutnya ditulis opini akuntan. Pemberian opini akuntan harus didukung oleh bukti audit kompeten yang cukup, dimana dalam mengumpulkan dan menganalisa bukti audit, auditor harus mempunyai keahlian audit dan kompetensi yang baik agar diperoleh bukti-bukti yang meyakinkan sebagai dasar dalam pemberian opini akuntan

(12)

kompkeks, termasuk dalam melakukan pemeriksaan. Audit menuntut keahlian dan profesionalisme yang tinggi. Keahlian tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak faktor lain yang mempengaruhi antara lain adalah pengalaman. Penelitian yang dilakukan oleh Libby dan Frederick (1990) dalam Kusharyanti (2003 : 26) menemukan bahwa auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik atas laporan keuangan. Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokkan kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi yang mendasari. Kemudian Tubbs (1990) dalam artikel yang sama berhasil menunjukkan bahwa semakin berpengalamannya auditor, mereka semakin peka dengan kesalahan penyajian laporan keuangan dan semakin memahami hal-hal yang terkait dengan kesalahan yang ditemukan tersebut.

Seorang auditor harus mempunyai keahlian dan kompetensi terlebih dahulu sebelum ia dapat menjadi independen, karena seorang auditor yang tidak kompeten maka ia tidak mungkin dapat bertindak independen dalam menyelesaikan tugas-tugas auditnya. Auditor yang tidak kompeten cenderung bergantung pada pendapat orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas auditnya, karena sangat terbatas pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.

(13)

independen. Meskipun auditor memiliki kemampuan teknis yang cukup, masyarakat tidak akan percaya jika mereka tidak independen. Oleh karena itu cukuplah beralasan bahwa untuk menghasilkan laporan audit yang berkualitas diperlukan sikap independen dari auditor.

(14)

gambaran yang objektif dan akurat kepada investor maupun kreditor mengenai apa yang terjadi di perusahaan. Dalam kedua hal ini Arthur Anderson dianggap gagal (Suraida, 2005).

Kasus di dalam negeri dapat terlihat dengan adanya sanksi pembekuan yang diberikan oleh Menteri Keuangan terhadap beberapa KAP dalam beberapa tahun terakhir.. Mereka adalah AP Rutlat Hidayat dan Muhamad Zen, serta KAP Atang Djaelani. Izin AP Rutlat Hidayat dibekukan selama 9 bulan melalui Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 866/KM.1/2008 terhitung mulai tanggal 15 Desember 2008. Rutlat telah melakukan pelanggaran terhadap Standar Auditing (SA) saat melakukan audit umum atas laporan keuangan PT Serasi Tunggal Mandiri untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2006, yaitu berupa ketidak jujuran secara pribadi dalam memeriksa fakta yang ditemukan dalam laporan keuangan yang diperiksa dan berkolusi dengan pihak yang laporan keuangannya yang diperiksa .hal tersebut melanggar aturan profesionalitas akuntan publik yang independen (tidak memihak) dan kompeten, sehingga berpengaruh cukup signifikan terhadap laporan auditor independen

(15)

Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT Pura Binaka Mandiri tahun buku 2007, sehingga berpengaruh cukup signifikan terhadap laporan auditor independen.

Sementara KAP Atang Djaelani dikenai pembekuan izin selama 3 bulan melalui KMK Nomor 877/KM.1/2008 terhitung mulai tanggal 17 Desember 2008. KAP tersebut telah dikenai sanksi peringatan sebanyak 3 kali dalam jangka waktu 48 bulan terakhir dan masih melakukan pelanggaran berikutnya, yaitu tidak menyampaikan laporan kegiatan usaha dan laporan keuangan KAP tahun takwim 2004 dan 2007 (Anonim, 2009).

Kejadian-kejadian tersebut menyebabkan timbulnya keraguan atas integritas auditor KAP. Pada sisi lainnya para auditor senantiasa dituntut untuk mentaati standart dan berperilaku sesuai dengan kode etik. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku tersebut dan seberapa kuat pengaruh-pengaruh itu.

Para pengguna jasa KAP sangat mengharapkan agar para auditor dapat memberikan opini yang tepat, namun dalam praktik masih kerap kali terjadi pemberian opini akuntan yang tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam SPAP.

(16)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini yaitu

“Apakah keahlian audit dan independensi berpengaruh terhadap pendapat auditor?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh dari keahlian audit dan independensi terhadap pendapat auditor.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan agar pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil manfaat antara lain :

1. Bagi Kantor Akuntan Publik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu masukan yang bermanfaat bagi kantor akuntan publik dalam memahami dan mengatasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapat auditor.

2. Bagi Universitas

Sebagai tambahan khasanah perpustakaan, bahan referensi dan bahan masukan bagi penelitian lebih lanjut, yang berhubungan dengan masalah yang ada.

3. Bagi Peneleti

(17)
(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Komunikasi Massa

Komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication. Media massa yang dimaksud adalah media yang dihasilkan oleh teknologi modern. Massa dalam komunikasi massa lebih menunjuk pada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa. Massa disini menunjuk pada khalayak,

audience, penonton, pemirsa, atau pembaca. Sementara komunikasi sendiri adalah proses penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan melalui perantara media untuk menimbulkan suatu efek.

Dalam komunikasi massa kita membutuhkan gatekeeper (penapis informasi atau palang pintu) yakni beberapa individu atau kelompok yang bertugas menyampaikan atau mengirimkan informasi dari individu ke individu yang lain melalui media massa (surat kabar, majalah, televisi, radio, tape,dll)

(19)

beberapa individu yang bertugas melakukan pengolahan informasi sebelum informasi itu sampai kepada audience-nya. Mereka yang bertugas itu sering disebut gatekeeper.

Jadi, informasi yang diterima audience dalam komunikasi massa sebenarnya sudah diolah oleh gatekeeper dan disesuaikan dengan misi, visi media yang bersangkutan, khalayak sasaran dan orientasi bisnis atau ideal yang menyertainya. Bahkan sering pula disesuaikan dengan kepentingan penanam modal atau aparat pemerintah yang tidak jarang ikut campur tangan dalam sebuah penerbitan.

Menurut Michael W.Gamble dan Teri Kwal Gamble (1986) sesuatu bisa didefinisikan sebagai komunikasi massa jika mencakup hal-hal sebagai berikut :

1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara tepat kepada khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula antara lain surat kabar, majalah, televisi, film atau gabungan diantara media tersebut.

2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-pesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain. Anonimitas audience dalam komunikasi massa inilah yang membedakan pula dengan jenis komunikasi yang lain. Bahkan pengirim dan penerima pesan tidak saling mengenal satu sama lain.

3. Pesan adalah milik publik. Artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang. Karena itu, diartikan milik publik.

(20)

seseorang, tetapi lembaga. Lembaga ini pun biasanya berorientasi pada keuntungan, bukan organisasi suka rela atau nirlaba.

5. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper. Artinya, pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa.

6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Kalau dalam jenis komunikasi lain, umpan balik bisa bersifat langsung. Misalnya, dalam komunikasi antar persona. Dalam komunikasi ini umpan balik langsung dilakukan, tetapi komunikasi yang dilakukan lewat surat kabar tidak bisa langsung dilakukan alias tertunda.

Dengan demikian, media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Sementara itu Herbert Blumer mengatakan yang disebut penerima dalam komunikasi massa itu paling tidak memiliki 1). Heterogenitas susunan anggotanya yang berasal dari berbagai kelompok lapisan masyarakat, 2). Berisi individu yang tidak saling mengenal dan terpisah satu sama lain serta tidak berinteraksi satu sama lain pula, 3). Tidak mempunyai pemimpin atau organisasi formal.

Komunikasi massa memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Komunikator dalam komunikasi massa melembaga

(21)

kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi.

2. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen.

Artinya, audience media massa beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial, ekonomi, memiliki jabatan yang beragam, memiliki agama atau kepercayaan yang tidak sama pula.

3. Pesannya bersifat umum

Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau sekelompok orang tertentu. Pesan-pesan tersebut dikemukakannya pun tidak boleh bersifat khusus. Artinya, pesan memang tidak disengaja untuk golongan tertentu.

4. Komunikasinya berlangsung satu arah

Dalam media cetak seperti koran, komunikasi hanya berjalan satu arah. Kita tidak bisa langsung memberikan respons kepada komunikatornya (media massa yang bersangkutan), kalaupun bisa sifatnya tertunda. Misalnya saja, ketika kita membaca koran, tidak dapat dibalik koran membaca anda.

5. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan.

Artinya, dalam komunikasi massa ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya. Serempak itu berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan. Bersamaan tentu juga bersifat relatif.

6. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis.

(22)

pengeras suara komputer, telepon,dll. Peralatan teknis merupakan keniscayaan yang sangat dibutuhkan media massa. Tidak lain agar proses pemancaran atau penyebaran informasi bisa lebih cepat dan serentak kepada khalayak yang tersebar.

7. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper

Gatekeeper atau yang sering disebut pentapis pesan adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper yang dimaksud adalah reporter, editor, menejer penerbitan, kameramen, sutradara, dll. Gatekeeper ini berfungsi untuk mengintepretasikan pesan, menganalisis, menambah data, dan mengurangi pesan pesannya. Intinya gatekeeper merupakan pihak yang ikut menentukan pengemasan sebuah pesan dari media massa. Semakin kompleks sistem media yang dimiliki, semakin banyak pula gatekeeping yang dilakukan.

2.1.2 Surat Kabar Harian sebagai Media Massa

Salah satu unsur terpenting dalam melakukan kegiatan komunikasi saat ini adalah media massa. Setiap saat orang dapat menikmati surat kabar, bahkan televisi, yang merupakan bentuk-bentuk dari media massa. Media massa pun tak lepas dari peran aktif Pers. Istilah Pers berasal dari bahasa Belanda, yang dalam Bahasa Inggris berarti Press. Secara harfiah, pers berarti cetak dan secara maknawiyah berarti penyiaran secara tercetak atau publikasi secara dicetak (Printed publication).

Pers dalam pengertian luas merupakan manifestasi dari freedom of the speech, sedangkan dalam pengertian sempit merupakan manifestasi dari freedom of the press

(23)

merupakan medium komunikasi, dan yang kedua pers sebagai lembaga masyarakat. Sebagai lembaga masyarakat, pers mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lembaga-lembaga masyarakat lainnya.

Lebih lanjut dijelaskan disini bahwa pers dalam mewujudkan hak asasi manusia dijamin pula oleh ketetapan MPR RI nomor XVII/MPR/1998 tentang hak asasi manusia, antara lain menyatakan bahwa setiap orang berhak berkomunikasi dan memperoleh informasi, hal tersebut juga sejalan dengan Piagam PBB tentang hak asasi manusia pasal 19 yang berbunyi :” Setiap orang berhak atas kebebasan memiliki pendapat tanpa gangguan dan mencari, menerima dan menyampaikan informasi dan buah pikiran melalui media apa saja dan tidak memandang batas-batas wilayah”.

Pers juga melaksanakan kontrol sosial yang sangat penting untuk memahami realitas. Sebab itu media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realitas dunia yang benar-benar terjadi. Maksudnya agar gambar realitas yang ada di benak khalayak tidak bias karena informasi media massa yang tidak konstektual dengan realitas.

Sebagaimana diketahui salah satu media massa yang sarat dengan informasi dan merupakan cerminan realitas karena pada dasarnya pers merupakan media massa yang lebih menekankan fungsinya sebagai sarana pemberitaan. Isi utama pers adalah berita. Dan berita merupakan bagian dari realitas sosial yang dimuat media massa karena memiliki nilai yang layak untuk disebarkan kepada masyarakat.

Dalam jurnalisme, kebenaran tidaklah bisa diklaim oleh satu pihak, tapi harus dikonfrontasikan menurut kebenaran dari pihak lain. Inilah mengapa pemberitaan di surat kabar senantiasa dituntut untuk mengungkapkan kebenaran secara fairness.

(24)

pemberitaan cover both sides, dimana pers menyajikan semua pihak yang terlibat sehingga pers mempermudah pembaca menentukam kebenaran (Siebert, Peterson, Shramm,1986:100).

Pers menurut Rachmadi (1990:17) dapat juga berperan sebagai “agen perubahan”. Pers sebagai agen perubahan sosial mempunyai beberapa tugas antara lain sebagai berikut :

1. Pers dapat memperluas cakrawala pandang

2. Pers dapat memusatkan perhatian khalayak dengan pesan-pesan yang ditulisnya

3. Pers mampu menumbuhkan aspirasi

4. Pers mampu menciptakan suasana pembangunan

Selanjutnya Rachmadi (1990:20) menjelaskan bahwa, selain mempunyai peran, pers juga mempunyai fungsi. Fungsi utama dari pers adalah sebagai penyebaran informasi dan pemberitaan. Selain fungsi utama tersebut, pers mempunyai fungsi sebagai berikut: 1). Fungsi mendidik, 2). Fungsi menghubungkan,3). Fungsi sebagai penyalur dan pembentukan pendapat umum, dan 4). Fungsi kontrol sosial.

(25)

“ Suatu penerbitan yang secara teratur dan berkala mencetak maupun menyebarluaskan berita yang berkaitan dengan kepentingan umum kepada khalayak luas, berita yang berkaitan dengan hal-hal khusus kepada khalayak tertentu. Ada berbagai kelompok dengan berbagai tujuan (DeFleur,1985:604).

Adapun ciri-ciri surat kabar menurut Effendy (1993,154-155) sebagai berikut :

1. Publisitas, yaitu surat kabar diperuntukkan umum, karenanya berita, tajuk rencana, artikel, dan lain-lain harus menyangkut kepentingan umum. Mungkin saja instansi atau organisasi, misalnya sebuah universitas, yang menerbitkan secara berkala dalam bentuk dan dengan kualitas kertas seperti harian umum, tetapi penerbitan tersebut tidak berpredikat surat kabar atau pers, sebab diperuntukkan khusus bagi aktifis akademika universitas tersebut.

2. Universitas, yaitu surat kabar memuat aneka berita mengenai kejadian-kejadian di seluruh dunia dan segala aspek kehidupan manusia. Untuk memenuhi ciri-ciri inilah maka surat kabar besar melengkapi dirinya dengan wartawan-wartawan khusus mengenai bidang tertentu, menempatkan koresponden di kota-kota penting, baik di dalam negeri untuk meliputi berita-berita nasional maupun di luar negeri guna melengkapi berita-berita internasional.

(26)

Jadi surat kabar merupakan media cetak yang menyajikan beragam informasi aktual kepada masyarakat luas. Oleh karena itu informasi yang disajikan haruslah obyektif dan mencerminkan keragaman masyarakatnya.

2.2.1 Pengertian Jurnalistik

Jurnalistik (Journalistic) secara harfiah artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasar “Journal” berarti laporan atau catatan yang berasal dari bahasa Yunani “du jour” yang berarti hari, yakni kejadian hari ini yang diberitakan atau juga dapat disebut sebagai laporan. Sedangkan Jurnalistik sendiri berarti kegiatan mengumpulkan berita, mengolahnya sampai menyebarluaskannya kepada khalayak. Bahan berita itu bisa berupa kejadian atau peristiwa dan pernyataan yang diucapkan oleh seseorang yang memiliki pengaruh dalam masyarakat. Setiap kejadian dan pernyataan yang memiliki daya tarik bagi khalayak dapat dijadikan berita untuk disebarluaskan ke tengah masyarakat (Tebba,2005:9). Dalam kamus, Jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis untuk surat kabar, majalah atau lainnya (Assegaf, 1983:9).

Dalam Leksikon komunikasi dirumuskan, Jurnalistik adalah pekerjaan mengumpulkan, menulis, menyunting dan menyebarluaskan berita dan karangan untuk surat kabar, majalah dan media massa lainnya seperti radio dan televisi (Kridalaksana, 1997:44).

2.2.2 Elemen-elemen dalam Jurnalistik

(27)

sembilan elemen Jurnalisme. Berbagai elemen ini merupakan dasar jurnalisme agar bisa dipercaya oleh masyarakat. “ The Purpose of journalism is to provide people with the information they need to be free and self-governing”(Kovach dan Rosensitel). Kebajikan utama Jurnalisme ialah menyampaikan informasi yang dibutuhkan masyarakat hingga leluasa dan mampu mengatur dirinya. Beberapa elemen jurnalisme:

a. Menyampaikan Kebenaran, Kebenaran yang dimaksud adalah kebenaran fungsional, bukan kebenaran yang dicari oleh orang-orang filsafat, bukanlah kebenaran mutlak apalagi kebenaran Tuhan. Kebenaran fungsional berarti kebenaran yang terus menerus dicari. Kebenaran mengenai, misalnya : harga-harga pokok saat ini, nilai kurs mata uang atau hasil pertandingan olah raga. Pada intinya, kebenaran dalam jurnalisme bukan kebenaran yang bersifat religius, ideologis ataupun filsafat. Juga tidak menyangkut kebenaran berdasarkan pandangan seseorang. Sebab, pemberitaan seorang wartawan bisa memiliki bias. Latar belakang sosial, pendidikan, kewarganegaraan, kelompok etnik, atau agama yang dianut wartawan mempengaruhi laporan berita yang dibuatnya. Wartawan berkemungkinan menafsirkan “ kebenaran” sebuah fakta secara berbeda-beda satu sama lainnya.

(28)

c. Memiliki disiplin untuk melakukan verifikasi. Ini berarti kegiatan menelusuri sekian saksi untuk sebuah peristiwa, mencari sekian banyak narasumber dan mengungkap sekian banyak komentar. Verifikasi juga berarti memilah jurnalisme dari hiburan, propaganda, fiksi dan seni. Hiburan tertuju pada hal-hal yang menyenangkan semata. Propaganda mengkerangka fakta (persuasi dan manipulasi) demi kepentingan tertentu. Fiksi memfokuskan kesan personalitas pengarang. Jurnalisme ialah melaporkan segala apa yang terjadi setepat mungkin.

d. Memiliki kemandirian apa yang dianutnya. Ini berarti tidak menjadi konsultan diam-diam, penulis pidato atau mendapat uang dari pihak-pihak yang diliput. Arti lainnya lagi, menunjukkan kredibilitas kepada berbagai pihak melalui dedikasi terhadap akurasi, verifikasi, dan kepentingan publik. Atau kemandirian melakukan kegiatan jurnalisme dengan ketaatan dan penghormatan yang tinggi pada prinsip kejujuran, kesetiaan pada rakyat serta kewajiban memberi informasi dan bukan manipulasi. Bekerja atas dasar kesetiaan yang tinggi terhadap Jurnalisme.

e. Memiliki kemandirian untuk memantau kekuasaan. Elemen ini bukan berarti pekerjaan wartawan itu mengganggu orang yang tengah berbahagia dengan berita-berita buruk. Bukan menunggangi keburukan masyarakat. Juga bukan memerankan

watchdog dengan tujuan melaporkan kritik dan kesepakatan publik. Elemen ini merupakan upaya media menyediakan ruang kritik dan kompromi kepada publik. Juga bukan memerankan watchdog dengan tujuan melaporkan sesuatu yang sensasional dari pada melayani masyarakat. Apalagi mengatasnamakan watchdog

untuk kepentingan bisnis media.

(29)

Ketika sebuah berita dilaporkan, media ini berarti mengingatkan masyarakat akan terjadi sesuatu. Selain berita, media juga menyediakan ruang analisis untuk menyediakan membahas peristiwa tersebut melalui konteks, perbandingan atau perspektif tertentu. Ditambah pula, ruang opini dan editorial untuk mengevaluasi segala hal yang berkaitan dengan peristiwa tersebut, baik yang disampaikan oleh redaksi media ataupun artikel (komentar atau surat pembaca)yang berisikan opini pribadi dari masyarakat sendiri.

g. Jurnalisme harus dapat menyampaikan sesuatu secara menarik dan relevan kepada publik. Elemen ini mewajibkan media untuk melaporkan berita dengan cara yang menyenangkan, mengasyikkan dan menyentuh sensasi masyarakat. Ditambah pula yang dilaporkan itu mesti merupakan sesuatu yang paling penting dan bermanfaat bagi masyarakat, dengan kata lain media harus mampu menggabungkan kemampuan mendongeng dengan memberi informasi kepada masyarakat. Cara mendongeng dalam jurnalistik memiliki tujuan, tujuan utamanya memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat tentang lingkungannya. Maka itulah, media menugaskan para awak redaksinya untuk mencari, menemukan, mencatat informasi yang benar-benar dibutuhkan masyarakat pada saai itu agar dapat mengembangkan kehidupan dalam bermasyarakat dengan baik. Setelah itu, ialah melaporkan menjadi materi informasi yang bermakna, relevan dan menarik untuk diikuti.

(30)

wawancara ke berbagai pihak terkait. Pemberitaan semacam ini akan menyesatkan pembaca.

i. Memberikan keleluasaan wartawan untuk mengikuti nurani mereka. Ini terkait dengan sistem dan menejemen media yang memiliki keterbukaan. Keterbukaan ini berguna untuk mengatasi kesulitan dan tekanan wartawan dalam membuat berita secara akurat, adil, imbang, independent, berani dan bertanggung jawab kepada masyarakat. Media harus memberi ruang bagi wartawan untuk merasa bebas berpikir dan berpendapat.

2.2.3 Pengertian Pers

Pers adalah lembaga sosial (Social Institution) atau lembaga kemasyarakatan yang merupakan sub sistem pemerintahan di negara dimana ia beroperasi, bersama-sama dengan sub sistem lainnya. Pers di Indonesia, menurut undang-undang Nomor 11 Tahun 1966, tentang ketentuan-ketentuan pokok pers, sebagaimana telah ditambah dengan undang-undang Nomor 4 Tahun 1967 dan diubah lagi dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1982 dalam Undang-Undang-Undang-Undang tersebut dinyatakan sebagai berikut :

(31)

Pers dalam penelitian ini adalah pers dalam arti sempit, yaitu suatu produk penerbitan yang berupa surat kabar yang penerbitannya teratur dan menyajikan berita atau informasi dan editorial kepada masyarakat luas yang berorientasi pada kenyataan. Pers menurut Sumadiria (2004:108-110) mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :

1. Fungsi menyiarkan informasi (to inform)

Khalayak pembaca berlangganan atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi berbagai hal di bumi ini, mengenai peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiran orang, apa yang dilakukan oleh orang lain, apa yang dikatakan orang dan sebagainya.

2. Fungsi Mendidik (to education)

Sebagai sarana pendidikan massa (Mass Education) surat kabar memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya atau dapat dikatakan fungsi ini adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan banyak orang melalui informasi-informasi yang disampaikannya.

3. Fungsi Menghibur (to entertaint)

(32)

4. Fungsi Mempengaruhi (to Influence)

Fungsi mempengaruhi inilah yang harus dimiliki pers, menyebabkan pers memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Pers bisa memberitakan hal apa saja dalam terbitan surat kabarnya, bebas menyatakan pendapat dan bebas melakukan kontrol sosial.

2.2.4 Berita

Berita (news) di kalangan wartawan yang memberi pengertian news sebagai singkatan dari north (utara), east (timur), west (barat), south (selatan). Jadi berita sebagian laporan yang berasal dari empat penjuru angin. Laporan yang berasal dari berbagai tempat di dunia ini, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karya W.J.S Poerwodarminta, “ berita” berarti surat kabar atau warta, sedangkan dalam Kamus Besar Indonesia terbitan Balai Pustaka diperjelas menjadi “Laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat”. Jadi berita dapat dikaitkan dengan kejadian atau peristiwa yang terjadi (Djuroto,2000:46)

Definisi berita yang paling tepat dikemukakan oleh Prof. Mitchel V.Charnley dalam Gunadi dan Herfan (1998:17)sebagai berikut :

News the timely report of the facts or opinion of either interest or importance, or bath, to a considerable member of people. (Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang mengandung hal yang menarik atau hal yang penting, atau keduanya untuk sejumlah besar penduduk”.

(33)

tekstual ini berupa berbagai berita aktual yang merupakan hasil liputan dari berbagai peristiwa yang terjadi dalam lingkup nasional maupun internasional. Masih dalam bukunya : Reporting”, Mitchell V. Charnley mendefinisikan berita sebagai informasi yang memberikan kepuasan atau membangkitkan semangat bagi masyarakat luas (Wahyudi, 1991 : 119). Sementara itu DeFleur dan Dennis dalam bukunya “

Interoduction of Mass Communication” menyatakan bahwa berita merupakan suatu laporan yang menyajikan rincian data tentang suatu isu, peristiwa, atau proses yang dapat menarik minat khalayak (DeFleur, 1989 : 604), sehingga informasi yang disajikan dalam sebuah berita harus memiliki suatu nilai yang lebih (aktual, signifikan, akurat, dan lainnya) yang dapat menambah dan mempertegas pengetahuan khalayak.

Menurut Deutchmann, berita dapat dikatagorikan berdasarkan aspek geografisnya, yaitu lokal, nasional, maupun internasional (Flournoy, 1989 : 48), sehingga kondisi ini turut mempengaruhi jangkauan peliputan berita dari suatu surat kabar. Bahkan beberapa surat kabar banyak yang mengkhususkan atau membatasi diri

pada peliputan berita tentang berita-berita lokal demi mempertahankan unsur “Proksimitas” dengan khalayak pembacanya. Salah satu lingkup berita lokal ini

(34)

2.2.5 Definisi Rubrik

Surat kabar sebagai media cetak memiliki suatu strategi dalam menyuguhkan informasinya melalui strategi rubrikasi sehingga menarik perhatian dan minat dari pembacanya. Rubrik merupakan pengelompokan pesan-pesan yang disiapkan dan disuguhkan berdasarkan sang penulis rubrik tersebut dalam tema seperti berita utama, politik, ekonomi dan sebagainya atau berdasarkan lingkup geografis seperti rubrikasi nasional, internasional dan sebagainya dengan tujuan untuk mensistemasikan informasi dan mempermudah pembaca dalam mencari informasi.

Pengertian rubrik sendiri dalam kamus umum Belanda-Indonesia adalah pembagian halaman dalam suatu terbitan baik itu surat kabar maupun majalah untuk membahas suatu materi yang disesuaikan dengan kebutuhan pembacanya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan karakteristik sosiodemografi pembaca, atau bisa dikatakan media massa memiliki khalayak yang heterogen yang pada akhirnya melahirkan perbedaan kebutuhan, keluhan dan lain-lain sehingga surat kabar perlu untuk membagi-bagi halamannya menjadi ruang-ruang tertentu. Ruang atau bagian itulah yang disebut dengan rubrik (Wojowasito,1983:24).

Rubrik sendiri memiliki fungsi yang sangat penting, dimana pembagian dalam surat kabar dapat memenuhi kebutuhan dari pembaca, karena apa yang diperlukan oleh pembaca adalah sesuatu yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan pembaca. Hal ini dapat menjadi suatu acuan, bahwa rubrik yang selalu dibaca atau disukai mencerminkan kebutuhan pembacanya.

(35)

penting dalam pengisian suatu terbitan dan juga akan menentukan rubrik-rubrik yang dimunculkan dalam suatu terbitan.

Rubrik ternyata juga membangun kesadaran semua tentang preferensi dan persepsi tentang hal-hal yang dianggap bernilai atau kurang bernilai, penting atau tidak penting dan sejenisnya. Dikatakan demikian karena semua persepsi yang dihasilakan oleh rubrik tidak selalu sama dengan realitas sosialnya.. Kesadaran semu tersebut dibangun oleh ruang (space) atau waktu (durasi) yang disediakan oleh masing-masing rubrik dalam media massa. Alokasi ruang dan waktu tersebut dapat mengkondisikan persepsi masyarakat terhadap masalah tertentu (Panuju,2005:98).

Dalam surat kabar Jawa Pos dan Kompas terdapat rubrik yang khusus membahas seputar kota Surabaya, mulai dari kebijakan pemerintah, tata kota, bahkan kegiatan pemerintah kota Surabaya. Berita yang akan dianalisis oleh peneliti adalah berita seputar pemerintah kota Surabaya di rubrik “Metropolis” Jawa Pos dan rubrik “Surabaya” di Kompas.

2.2.6 Headline

(36)

Terlepas dari persoalan teknis apa dan bagaimana surat kabar dalam menentukan nilai berita, Headline suatu surat kabar yang tercetak pada halaman mukanya merupakan nilai berita yang ingin ditonjolkan oleh surat kabar yang bersangkutan. Sebagaimana disebutkan oleh Prakoso (1999:109) bahwa posisi headline dan halaman muka jelas menunjukkan nilai-nilai yang ingin lebih ditonjolkan dibandingkan dengan yang lainnya

2.2.7 Definisi Opini

Opini publik itu identik dengan pengertian kebebasan, keterbukaan dalam mengungkapkan ide-ide, pendapat, keinginan, kebutuhan-kebutuhan, keluhan, kritik yamg membangun, dan kebebasan di dalam penulisan. Dengan kata lain, opini publik itu merupakan efek dari kebebasan dalam mengungkapkan ide-ide dan pendapat.(Rousseau, Vollaire, Milson,Mill)

Pada umumnya ide-ide disampaikan lewat media massa kepada opinion leader. Demikianlah tercipta opini publik yang didasarkan pada adanya saling mempercayai dan adanya kesadaran akan kebutuhan bersama. Sebenarnya sangatlah menguntungkan bagi organisasi, pribadi, maupun pemerintah apabila terdapat ide dan kritik yang dengan spontan disampaikan. Dari konsep yang dikemukakan Ivy Lee, semakin dia terbuka dan jujur menyampaikan masalahnya, para wartawan akan semakin berhati-hati dan seksama, jujur, dan transparan di dalam penulisannya.

(37)

masukan. Kita harus merasa yakin bahwa karena opini publik itu, organisasi akan mengalami perbaikan dan perubahan demi kepentingan bersama, yang berarti pula perkembangan bagi kelangsungan hidup organisasi.

Dalam bukunya, Hugo.A.de Roode mengatakan bahwa PR strategi itu terletak pada cara dan kebijakan dalam mendekati kelompok publiknya sehingga mereka terbuka untuk menerima pesan tersebut. Terbuka untuk memberikan pertimbangan dan mengambil keputusan. Dengan demikian terciptalah opini publik yang diinginkan demi kepentingan bersama. Dia juga menjelaskan bahwa seorang PR harus mampu mempengaruhi publiknya dengan menggunakan seorang leader atau wakil publik yang disegani dan dipercayai, dengan menggunakan media yang tepat agar pesan dapat sampai kepada publik secara optimal.

Dengan sikap yang terbuka, kita dapat membentuk dan mengembangkan opini publik. PR berusaha mempengaruhi opini publik. Opini publik mewarnai dan memberi masukan kepada PR. Opini publik erat kaitannya dengan perilaku massa dan ikut memainkan perannya lewat media massa. Opini publik menyampaikan gambaran organisasi dengan realita yang ada sesuai kebutuhan dan keinginan publik. Bagi organisasi, opini publik sangat penting bagi organisasi yang bersangkutan untuk mengadakan perbaikan, perubahan, perkembangan, menjadikan unggulan, dan menjadikan mampu bersaing.

Menurut Harold Lasswell, arah opini dalam suatu surat kabar terbagi atas tiga kategori :

(38)

Apabila isi pemberitaan tidak mempertanyakan kebijakan perusahaan, dan lebih jauh mendukung apa yang sudah dan akan dilakukan perusahaan.

2. Arah Opini Negatif

Apabila isi pemberitaan mempertanyakan kebijakan perusahaan, dan tidak mendukung apa yang sudah dan akan dilakukan perusahaan.

3. Arah Opini Netral

Jika sifat pemberitaan tidak bersikap mendukung atau menolak. Penulisan dapat berupa saran atau masukan yang ditujukan kepada perusahaan dan hanya memaparkan peristiwa dan tidak menciptakan tren opini positif atau negatif.

2.3 Teori Gate Keeper

(39)

bisa menambahkan sesuatu pada gambar atau setting pada media cetak agar lebih kelihatan bagus. Secara umum peran gatekeeper sering dihubungkan dengan berita khususnya surat kabar. Editor sering melaksanakan fungsi sebagai gatekeeper, mereka menentukan apa yang khalayak butuhkan atau sedikitnya menyediakan bahan bacaan untuk pembacanya. Seolah editor menjadi mata pembaca. Sebagaimana mereka menyortir berita melalui peristiwa sehari-hari sebelum dibaca pembacanya. Dengan demikian paling tidak gatekeeper mempunyai fungsi:

1. Menyiarkan informasi kepada kita

2. Untuk membatasi informasi yang kita terima dalam mengedit informasi ini sebelum disebarkan kepada kita

3. Untuk memperluas dengan menambahkan fakta.

Gate keeper adalah penjagaan gerbang (seleksi) terhadap semua bahan-bahan informasi yang berdatangan dari berbagai penjuru arah sumber informasi yang ada di kantor redaksi, hal ini terjadi karena terbatasnya ruang di satu pihak informasi yang datang berjumlah banyak, di lain pihak ruang yang tersedia memuatnya terbatas. Fungsi gate keeper dalam pers pada umumnya dilakukan oleh wartawan, karena wartawan adalah orang yang pekerjaannya mencari informasi.

(40)

adalah hasil olahan yang didasarkan kepada kebijaksanaan redaksi sendiri, semua itu dilakukan dengan harapan mampu memberikan berita-berita yang benar-benar dibutuhkan masyarakat.

Fungsi gate keeper ini penting dalam surat kabar Jawa Pos dan Kompas supaya berita yang didapatkan oleh wartawan yang diserahkan kepada editor dapat diseleksi dengan baik dan mampu mendapatkan respon yang dikehendaki oleh pembaca. Keputusan gatekeepers mengenai informasi yang harus dipilih atau ditolak dipengaruhi oleh beberapa variabel. Bitter (dalam Olivia, 2006) dalam bukunya

Human Communication mengidentifikasikan variabel-variabel tersebut sebagai berikut:

1. Ekonomi, kebanyakan media massa mencari keuntungan dari memasang iklan, sponsor dan kontributor yang dapat mempengaruhi seleksi berita dan editorial.

2. Pembatasan illegal, semacam hukum atau peraturan baik yang bersifat local maupun nasional yang dapat mempengaruhi seleksi dan penyajian berita.

3. Batas waktu, deadline dapat mempengaruhi apa yang akan disiarkan.

4. Etika pribadi dan professionalisme dari seorang gatekeepers.

5. Kompetisi, diantara media juga berpengaruh terhadap sebuah berita.

6. Nilai berita, Intensitas sebuah berita dibandingkan dengan berita lainnya yang tersedia dalam ruang berita, jumlah ruang dan waktu yang diperlukan untuk menyajikan berita harus diseimbangkan.

(41)

2.4 Pemerintah Kota

Pemerintah (government) secara estimologis berasal dari kata Yunani,

Kubernan atau nahkoda kapal. Artinya, menatap ke depan. Lalu “ memerintah” berarti melihat ke depan, menentukan berbagai kebijakan yang diselenggarakan untuk mencapai tujuan masyarakat dan negara, memperkirakan arah perkembangan masyarakat pada masa yang akan datang, dan mempersiapkan langkah-langkah kebijakan untuk menyongsong perkembangan masyarakat, mengelola, serta mengarahkan masyarakat pada suatu tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu kegiatan pemerintah lebih menyangkut perbuatan dan pelaksanaan keputusan politik dalam rangka mencapai tujuan masyarakat dan negara.

Menurut Rasyid dalam Widodo (2001 : 1) pemerintah pada hakekatnya adalah pelayan kepada masyarakat, dimana pemerintah tidaklah diadakan untuk melayani dirinya sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreatifitasnya demi mencapai tujuan bersama. Para aparat pemerintah dalam menyelenggarakan pemerintah, pembangunan, dan pelayanan publik tidak semata-mata didasarkan pada pemerintah (Government) atau negara (State) saja, tapi harus melibatkan seluruh elemen baik di dalam intern birokrasi maupun di luar birokrasi publik (Widodo, 2001 : 1).

(42)

Fungsi-fungsi negara (pemerintah) dilakukan dengan beberapa struktur yang tidak tergantung satu sama lainnya. Selain itu, fungsi ini dapat dilakukan dengan satu struktur. Suatu teoritis, terdapat dua kemungkinan pelaksanaan fungsi negara, yaitu

“Pemusatan fungsi-fungsi negara” kepada beberapa organisasi atau struktur pemerintahan. Salah satu struktur pemerintahan yang mendapat fungsi itu dalam rangka pembagian, pemisahan ataupun pendelegasian sebagian tugas dan kewenangan kepada tingkatan daerah yang lebih rendah. Hal ini dinamakan pemencaran fungsi negara secara vertical, atau disebut pemencaran secara teritorial.

2.5 Definisi Public Relations atau Humas

Banyak yang mengira bahwa PR hanyalah kegiatan-kegiatan yang tampak, tetapi kenyataannya kegiatan yang tampak oleh publik justru hanya satu tahap saja dari keseluruhan kegiatan PR yang sebenarnya. Definisi Humas menurut pernyataan Mexico adalah seni dan ilmu pengetahuan sosial yang digunakan untuk menganalisa kecenderungan , meramalkan akibatnya, memberi saran kepada pemimpin organisasi dan melakukan program tindakan yang sudah direncanakan dan akan melayani kepentingan organisasi dan khalayaknya. Sedangkan menurut Institute of Public Relations definisi PR adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya.

(43)

dan benar serta mampu mengkomunikasikannya sehingga publik menaruh kepercayaan dan mempunyai pengertian yang jelas dan benar terhadap organisasi tersebut. Dengan demikian pihak lain mau dan tertarik dengan senang hati, serta merasa puas membangun relasi maupun menggunakan produk atau jasanya.

Tujuan Public Relations adalah sebagi berikut :

a. Kegiatan yang bertujuan memperoleh goodwill, kepercayaan, saling adanya pengertian dan citra yang baik dari publik atau masyarakat pada umumnya.

b. Memiliki sasaran untuk menciptakan opini publik yang bisa diterima dan menguntungkan semua pihak

c. Mengubah citra umum perusahaan dimata khalayak. Sangat penting bagimana organisasi memiliki warna, budaya, citra suasana yang kondusif dan menyenangkan, kinerja karyawan meningkat, dan produktivitas dapat dicapai secara optimal.

d. Mendidik konsumen untuk lebih efektif dan mengerti dalam memanfaatkan produk

e. Menyebarluaskan informasi mengenai aktivitas perusahaan.

f. Usaha menciptakan hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publiknya, internal maupun external melalui proses timbal balik, sekaligus memperbaiki opini publik sebagai efeknya, yang sangat berguna sebagai input bagi organisasi yang bersangkutan.

Terdapat lima pokok tugas Public Relations sehari-hari adalah sebagai berikut

(44)

Itu semua disesuaikan dengan kebutuhan, keinginan, dan harapan publik internal atau eksternal dan memperhatikan, mengolah, mengintegrasikan pengaruh lingkungan yang masuk demi perbaikan dan perkembangan organisasi.

2. Memonitor, merekam dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat umum atau masyarakat. Disamping itu menjalankan dan bertanggung jawab terhadap lingkungan organisasinya.

3. Memperbaiki citra organisasi, bagi PR menyadari citra yang baik tidak hanya terletak pada bentuk publikasi tetapi terletak pada 1). Bagaimana organisasi bisa mencerminkan organisasi yang dipercayai, memiliki kekuatan, mengadakan perkembangan secara berkesinambungan yang selalu terbuka untuk dikontrol dan dievaluasi, 2). Dapat dikatakan bahwa citra tersebut merupakan gambaran komponen yang kompleks.

4. Tanggung jawab sosial. PR merupakan instrumen untuk bertnggung jawab terhadap semua kelompok yang berhak terhadap tanggung jawab tersebut. Terutama kelompok publik sendiri, publik internal dan pers. Penting diusahakan bahwa seluruh organisasi bersikap terbuka dan jujur terhadap semua kelompok atau publik yang ada hubungannya dan memerlukan informasi.

Fungsi Humas menurut Scott.M.Cutlip dan Allen H.Center, Public Relations adalah fungsi menejemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasi kebijakan dan tata cara organisasi untuk kepentingan organisasi dan publiknya serta merencanakan program kegiatan dan komunikasi untuk memperoleh pengertian dan dukungan publiknya.

(45)

1. Komunikator

Memiliki kemampuan sebagai komunikator yang baik, langsung maupun tidak langsung, melalui media, tatap muka, juga bertindak sebagai mediator yang memfasilitasi atau menghubungkan, persuator.

2. Relationship

Berperan membangun hubungan positif antara organisasi dengan publik internal maupun eksternal untuk menciptakan saling pengertian, kepercayaan, dukungan, kerjasama dan toleransi kedua belah pihak.

3. Back up Management

Mendukung menejemen atau menunjang promosi, pemasaran, operasional, personalia untuk mencapai tujuan pokok organisasinya.

4. Good image marker

Menciptakan citra, publikasi positif dalam rangka menciptakan prestasi.

Ruang Lingkup pekerjaan PR adalah sebagai berikut :

1. Publications, memperkenalkan perusahaan, produk, aktifitas kepada publik. Misal: membuat tulisan yang disebarluaskan melalui media.

2. New Release, praktisi PR dituntut menguasai tekhnik-tekhnik menulis, sehingga dapat menghasilkan produk tulisan

(46)

3. Media relations, media merupakan mitra praktisi PR,ciptakan hubungan saling menguntungkan. Bagi praktisi membina hubungan dengan media untuk keperluan publikasi/ menyebarkan informasi.

4. Events, mengelola events bertujuan memberikan informasi secara langsung sebagai media komunikasi.

5. Lobbying, Praktisi PR mutlak mempunyai kemampuan komunikasi persuasif dan negosiasi dengan berbagai pihak.

6. Community relations, membuat program yang bermanfaat bagi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat serta membuat kegiatan yang melibatkan masyarakat sekitar.

Berikut ini fungsi PR menurut Scott.M,Cutlip dan Allen H.Center, Public Relations adalah fungsi menejemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasi kebijakan dan tata cara organisasi untuk kepentingan organisasi dan publiknya serta merencanakan program kegiatan dan komunikasi untuk memperoleh pengertian dan dukungan publiknya.

2.5.1 Humas Pemerintahan

(47)

pemerintahan dan politik juga harus memungkinkan untuk memberi masukan dan saran bagi para pejabat tentang segala informasi yang diperlukan dan reaksi atau kemungkinan reaksi masyarakat akan kebijakan institusi, baik yang sedang dilaksanakan, akan dilaksanakan ataupun yang sedang diusulkan.

Seiring dengan tuntutan transparansi dari masyarakat luas sebagai publik pemerintahan, manfaat humas dalam penyelenggaraan pemerintahan secara umum telah diterima sejak lama. Humas pemerintahan dan politik tidak dapat dilepaskan dari opini publik. Oemi Abdurrachman (Dalam James B. Orrick) mengatakan bahwa pada abad 18, para ahli filsafat politik dan negarawan telah mengembangkan suatu konsepsi mengenai peranan public opinion.

Tahun 1742 David Hume, seorang filosof Scotlandia mengatakan “it is on opinion that government is founded: and the maxim extends to the most despotic and military government, as well as to the most free and popular.”

Pemerintah Indonesia sendiri sejak tahun 1970-an memutuskan untuk membentuk bagian penerangan masyarakat (merupakan cikal bakal bagian humas yang sejak tahun 1983 semua kantor Pemda Tk.II dilengkapi dengan bagian humas ini. Bahkan pemerintah melalui Universitas Indonesia, membuka jurusan Publisistik yang dimaksidkan untuk menyiapkan praktisi humas, antara lain bidang penerangan luar negeri).

(48)

1. Program pemerintah ditujukan untuk masyarakat luas. Dengan berbagai latar belakang, karakter, ekonomi, pendidikan yang beragam

2. Seringkali hasilnya abstrak, yang sulit dilihat dalam waktu dekat,bahkan dalam jangka yang panjang sekalipun, karena sifatnya yang integral dan berkesinambungan. Melibatkan generasi ke generasi. Bahkan program pemerintah cenderung dibayar dengan “harga sosial” yang tinggi. Program-program pemerintah seringkali tidak dapat menghindari perlunya “pengorbanan” sosial(masyarakat). Disinilah perlunya pendekatan khusus untuk melibatkan partisipasi dan emansipasi masyarakat.

3. Program pemerintah selalu mendapat controlling atau pengawasan dari berbagai kalangan, terutama pers, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan sebagainya. Mereka sangat berperan dalam proses penyadaran masyarakat mengenai permasalahan-permasalahan mereka sebagai warga masyarakat.

Karakteristik itulah yang dapat dijadikan latar belakang mengapa humas pemerintahan perlu diterapkan dan dikembangkan secara profesional.

2.5.2 Audit Kehumasan (Public Relations Audit)

(49)

Menurut Baskin, Aronoff & Lattimore (1997), dalam bukunya “Public Relations: in profession and Practise (Edisi 4th). Madison, WI.Brown & Bencmark, pengertian tentang audit PR/Humas: Public relations audit is essentially a broad scale study that examines an organization’s internal and external public relations”. (Audit public relations merupakan hal yang sangat penting dalam skala yang luas untuk mengkaji posisi public relations di dalam suatu organisasi baik secara internal maupun eksternal).

Sedangkan menurut Carl Byoir &Rekan (1997) menyatakan, yang dikutip dari Putra. (2002:24-28), bahwa audit kehumasan : “The public relations audit, as the name implies, involves a comprehensive study of the public relations position of an organization : How it stands in the opinion of various publics”. (Audit PR, yang dinyatakan secara tidak langsung dan keterlibatannya dalam kajian posisi public relations secara komprehensif pada suatu organisasi : Bagaimana kaitannya dalam menghadapi berbagai macam opini publik).

Batasan pengertian dan tujuan audit public relations yang dikemukakan tersebut di atas yang berkaitan dengan kajan posisi PR/humas dalam struktur organisasi dan opini publik, dan mampu untuk merancang program-program komunikasi yang meliputi ruang lingkup kegiatannya, sebagai berikut :

a. Relevant Publics

(50)

pengaruh terhadap kepentingan aktivitas, fungsi dan peran suatu organisasi. Audit PR ini, memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi khalayak sasaran, dan merancang suatu ranking kelompok publik yang berdasarkan potensi dan pengaruh tertentu terhadap kepentingan lembaga atau dukungan dan opini publik.

b. The organization’s standing with publics

Untuk memahami pandangan dari berbagai macam publik terhadap sebuah organisasi adalah melalui kajian dari audit komunikasi. Pada umumnya penelitian tentang citra organisasi melalui analisis dari isi pemberitaan media massa atau berbagai saluran komunikasi publik lainnya. Misalnya melalui “survey citra” perusahaan dengan mengacu pada tiga pertanyaan (Lerbinger 1998:125) yaitu: 1). Keakraban perusahaan dengan para karyawannya, produk dan menifestasi lainnya yang tampak, 2). Kesukaan dan dikenal oleh publik terhadap organisasi bersangkutan, dan 3). Kepribadian yang dikaitkan dengan sosok pelayanan dan penampilan komunikasi.

c. Issues of concern to public

(51)

d. Power of Publics

Kekuatan publik dapat diketahui melalui kekuatan ekonomi dan politik yang mereka miliki, sekaligus kekuatan tersebut dapat mengukur sejauh mana pengaruhnya. Jadi publik dapat digolongkan berdasarkan kekuatan ekonomi dan politik yang dimiliki tersebut akan mempengaruhi proses dalam pengambilan keputusan atau kebijaksanaan pemerintah. Kelompok kepentingan yang ada di nilai berdasrkan jumlah publik, kualifikasi, anggaran dan sumber pemasukan, serta metode yang dipergunakan adalah sejumlah faktor-faktor penentu yang lainnya perlu diperhitungkan.

2.6 Analisis Isi

Karena kegiatan Public Relations sering terkait dengan pemberitaan atau publisitas media, analisis isi media atau Media Content Analysis (MCA) menjadi metode evaluasi yang sangat penting untuk dikuasai para praktisi PR. Melalui MCA kita dapat mengamati bagaimana media massa sebagai representasi khalayak menyajikan informasi menurut perspektif yang dianutnya. Secara komersial MCA sangat bermanfaat bagi perusahaan, organisasi, instansi pemerintah dan partai politik, khususnya pihak-pihak yang menerima liputan media yang luas.

Menurut pakar PR Jim Macnamara, meningkatnya penggunaan MCA di perusahaan-perusahaan didorong oleh setidaknya dua peran kunci media, yaitu media sebagai saluran komunikasi yang paling ampuh (powerful) dan media massa sebagai

(52)

Menurut Wezer dan Wiener (dalam Leon, 2007) analisis isi merupakan suatu prosedur sistematika yang disusun untuk menguji isi informasi yang terekam. Sedangkan menurut Krippendorf (dalam Leon, 2007) mendefinisikan analisis isi suatu penelitian untuk membuat referensi-referensi dari data ke konteks. Sedangkan definisi Kerlinger ( dalam Leon, 2007) agak khas, yaitu analisis komunikasi secara sistematis, obyektif, dan kuantitatif untuk mengukur variabel.

Dalam definisi Kerlinger ada tiga konsep yang tercakup didalamnya. Pertama, analisis isi bersifat sistematis. Hal ini berarti isi yang akan dianalisis dipilih menurut atutan-aturan yang ditetapkan secara implisit, misalnya : cara penentuan sampel. Kedua, analisis isi bersifat obyektif. Ketiga, analisis isi bersifat kuantitatif. Pada definisi Kerlinger mempunyai kesamaan dengan pengertian analisis isi sebagai suatu tekhnik penelitian yang obyektif, sistematik dan menggambarkan secara kuantitatif isi-isi pernyataan suatu komunikasi.

Peneliti melakukan analisis isi untuk mengidentifikasi banyaknya berita seputar Pemerintah Kota Surabaya yang ada pada harian Jawa Pos serta untuk mengetahui sifat pemberitaannya, apakah lebih banyak memuat berita positif, negatif atau netral seputar Pemerintah Kota. Metode analisis isi ini merupakan tekhnik penelitian yang obyektif, sistematis dan terperinci tentang isi media massa (Flournoy dalam Lenon, 2007).

(53)

yang dipublikasikan secara berhasil bagi golongan tertentu, mencerminkan secara akurat kecenderungan golongan yang bersangkutan) (Fajar,2005). Penelitian analisis isi, seringkali hanya melihat sampel tayangan yang jumlahnya tidak banyak. Misalnya saat kita akan melakukan penelitian mengenai kekerasan seksual di tayangan televisi, bisa jadi kita hanya mengambil sampel tayangan prime time dari tiga stasiun televisi terbesar di Indonesia. Padahal masih banyak stasiun televisi yang lain, apalagi jika kemudian kita juga mempertimbangkan keberadaan stasiun televisi lokal, maka jumlah tiga stasiun televisi tersebut sangatlah kecil, sehingga apakah hasil penelitian representatif atau tidak menjadi sangat dilematis.

Analisis isi menampilkan tiga syarat yaiu obyektifitas, pendekatan sistematis, dan generalisasi. Analisis harus berlandaskan aturan yang dirumuskan secara eksplisit. Untuk memenuhi syarat sistematis, untuk katagorisasi isi harus menggunakan kriteria tertentu. Hasil analisis haruslah menyajikan generaisasi artinya temuannya haruslah mempunyai sumbangan teoretik. Dengan kata lain analisis isi merupakan tekhnik penelitian untuk melukiskan isi komunikasi nyata secara obyektif, sistematik dan kuantitatif. Ada empat tahapan yang dilakukan dalam penelitian analisis isi yaitu :

1. Pemilihan Satuan Analisis

2. Konstruksi Kategori

3. Penarikan Sampel isi dan

4. Rehabilitas Koding

(54)

a. Mendeskripsikan dan membuat perbandingan terhadap isi media

b. Membuat pertimbangan antara isi media dengan realitas sosial

c. Isi media merupakan refleksi dari nilai-nilai sosial dan budaya serta sistem kepercayaan masyarakat.

d. Mengetahui fungsi dan efek media

e. Mengetahui apakah ada bias media

f. Mengevaluasi media performance.

Prosedur analisis isi :

a. Perumusan masalah penelitian

b. Merumuskan tujuan dan kegunaan penelitian

c. Kerangka konsep untuk riset deskriptif atau kerangka teori untuk riset eksplanatif.

d. Penyusunan perangkat metodologi. Konsep yang telah disusun di atas, kemudian dijabarkan dengan metode pengukuran atau prosedur operasionalisasi konsep, sehingga mudah dalam pengukurannya. Ukuran biasanya dengan istilah kategori yang dibuat berdasarkan unit analisis atau satuan yang akan dianalisis. Misalnya Kategorisasi berita.

(55)

1. Unit Tematik : satuan perhitungannya adalah per berita atau per topik. Misalnya tema apa saja yang sering muncul dalam setahun. Jenis-jenis iklan apa saja yang sering muncul dalam setahun.

2. Unit Fisik : Perhitungannya berdasarkan satuan panjang, kolom, inci, waktu dari pesan yang disampaikan. Misalnya, panjang kolom atau durasi siaran.

3. Unit reference : perhitungannya dilihat pada rangkaian kata atau kalimat yang memiliki arti sesuai kategori. Misalnya kategori mendukung, netral dan tidak mendukung.

4. Unit Sintaksis : berupa kata atau simbol. Perhitungannya dengan frekuensi kata atau simbol tersebut. Misalnya, beberapa jumlah kata yang mengandung makna kekerasan dalam sebuah berita?

f. Menentukan populasi dan sampel. Untuk analisis isi ada dua dimensi yang digunakan untuk menentukan populasi, yaitu topik dan periode waktu. Misalnya berita politik selama setahun,sampelnya adalah bagian dari populasi yang akan diriset.

g. Menentukan metode pengumpulan data. Caranya dengan mendokumentasikan isi komunikasi yang akan diriset. Misalnya dengan mengkliping surat kabar/majalah, merekam publikasi radio dan televisi. Kemudian data di masukkan dalam lembaran koding untuk kemudian dihitung frekuensinya.

h. Menentukan metode analisis. Bisa menggunakan tabel frekuensi, tabel silang atau rumus-rumus statistik tertentu.

i. Analisis dan interpretasi data

(56)

2.7 Pengukuran Space

Luas kolom pemberitaan seputar organisasi di media massa merupakan hal lain yang perlu dipertimbangkan. Makin luas kolom berita di halaman surat kabar, maka akan semakin membuat publik lebih memperhatikan serta berdampak cukup kuat. Apalagi bila berita tersebut diletakkan sebagai Headline surat kabar. Karena bagian Headline merupakan bagian yang memiliki news value tertinggi. Sebagaimana disebutkan oleh Prakoso (1999:109) bahwa posisi headline dan halaman muka jelas menunjukkan nilai-nilai yang ingin lebih ditonjolkan dibandingkan dengan yang lainnya

Misalnya saja, Korupsi yang dilakukan oleh walikota Surabaya, apabila space yang diberikan oleh redaksi cukup luas, maka masyarakat akan melihat dan berdampak pada jalannya pemerintahan. Namun sebaliknya berita tentang keberhasilan Pemkot Surabaya dalam mengentaskan kemiskinan, apabila space yang disediakan kecil, maka tidak ada yang memperhatiakan berita tersebut, bahkan tidak berdampak apa-apa.

Cara pengukuran space surat kabar adalah pengukuran dengan centimeter kolom mulai dari judul sampai akhir pemberitaan, termasuk Gambar, karikatur dan data-data statistik sebagai penunjang.

2.8 Katagorisasi Berita

(57)

peneliti. Satuan analisis adalah unsur dari isi pesan yang hendak diteliti. Menurut pendapat penulis isi pemberitaan dalam harian Jawa Pos dan Kompas dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori. Berita-berita tersebut dihitung menurut frekuensi penampilannya dalam batas-batas penggolongan dan kategori yang lebih dulu ditetapkan. Metode pengukuran isi yang paling banyak dipakai adalah frekuensi, yang mencatat setiap kejadian dari sifat tertentu.

Kategorisasi adalah sekedar kata lain untuk pengkotak-kotakan obyek penelitian ( Flournoy, 1989). Kategori yang dibuat berfungsi memilah isi pesan yang tersurat menjadi gambaran (berupa data) yang dapat dianalisa untuk menjawab permasalahan yang diajukan. Kategorisasi merupakan langkah yang penting sekali dan harus mengikuti aturan-aturan yang ada. Untuk menciptakan seperangkat kategori-kategori, ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan :

1. Kategori-kategorinya harus relevan dengan tujuan-tujuan studi

2. Kategori-kategorinya hendaklah fungsional

3. Sistem kategori-kategorinya harus bisa dipakai

Katagorisasi dalam penelitian ini adalah semua berita tentang Pemerinta Kota Surabaya yang dimuat dalam harian Jawa Pos dan Kompas periode Januari - Juni 2010, dan katagorisasi ini telah diujikan keterhandalannya dengan pengkodingan yang sesuai dengan rumus CR (Coeffisien Reliability) maupun Formula Scott. Katagorisasi yang digunakan mengadaptasi kategorisasi dari Deuttscmann (Flournoy, 1989), kategorisasi tersebut adalah :

1. Perang, pertahanan, dan diplomasi, mencakup tentang :

(58)

b. Kegiatan resmi para pejabat diplomatik dan duta besar

2. Politik dan Pemerintahan

a. Kegiatan-kegiatan pemerintah

b. Kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah

c. Demonstrasi-demonstrasi

d. Kegiatan parpol serta ormas

e. Mutasi pejabat

3. Kegiatan Ekonomi

a. Kegiatan perekonomian umum

b. Masalah tenaga kerja dan upah

c. Kegiatan perbankan

d. Permasalahan sarana kegiatan ekonomi

4. Kejahatan

a. Kejahatan dengan kekerasan tanpa pembunuhan

b. Kejahatan dengan pembunuhan

c. Penipuan

d. Pemerkosaan

(59)

5. Masalah-masalah moral masyarakat

a. Kemunduran nilai-nilai dan norma masyarakat

b. Perilaku seks menyimpang

c. Masalah kesukuan dan ras

6. Kesehatan dan kesejahteraan masyarakat

a. Penanganan masalah kesehatan

b. Peningkatan kesehatan masyarakat dan badan sosial

7. Kecelakaan dan bencana

a. Kecelakaan lalu lintas

b. Kecelakaan kerja

c. Bencana alam

8. Ilmu dan Penemuan

a. Kemajuan di bidang industri

b. Kemajuan di bidang IPTEK

9. Pendidikan dan Seni klasik

a. Kegiatan kursus dan pelatihan

b. Konflik dalam pendidikan

c. Ujian dan lomba

(60)

10. Hiburan Rakyat

a. Pertunjukan dan pergelaran kesenian

b. Pengembangan sarana dan prasarana hiburan masyarakat

11. Human Interest

a. Penganugerahan gelar atau hadiah

b. Berita kematian tokoh masyarakat

c. Trend dan perilaku remaja

d. Biografi seseorang

12. Pengadilan

a. Sidang pengadilan

b. Rekonstruksi atas suatu tindak pidana atau perdata

c. Tuntutan baik pidana maupun perdata

13. Agama

a. Kegiatan keagamaan

b. Urusan haji

(61)

2.9 Kerangka Berfikir

(62)

Secara singkat mengenai gambar tersebut dapat dijelaskan bagaimana kinerja ataupun peristiwa yang dialami oleh Pemerintah Kota Surabaya dalam menjalankan fungsinya sebagai organisasi pemerintah yang bertujuan untuk memberikan kenyamanan, keamanan maupun sebagai fasilitator pembangunan pada masyarakat. Sedangkan fungsi PR sebagai ujung tombak perusahaan yang memiliki tugas untuk mempertahankan citra positif pemkot lewat pemberitaan di media massa. Melalui hal ini kemudian peneliti melakukan studi analisis isi untuk mengetahui pemberitaan seputar Pemkot di surat kabar harian Jawa Pos dan Kompas periode Januari - Juni 2010.

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti membutuhkan sejumlah kategori guna membantu dalam mencapai tujuan penelitian. Kategorisasi untuk pemberitaan di surat kabar harian Jawa Pos dan Kompas ini didapatkan dari kategorisasi yang digunakan oleh Deuttscmann (Flournoy, 1989), namun karena kategori tersebut sudah tidak relevan dengan permasalahan saat ini maka peneliti akan menambahkan kategori berdasarkan aspek yang ingin diteliti. Lalu melakukan uji kategorisasi agar alat ukur yang dipakai valid.

Gambar

Tabel diatas terdiri dari 10 kategori yang terbagi menjadi (+) dan (-) . Tanda
Tabel 2            Kategori berita yang berkaitan dengan Pemerintah Kota Surabaya di Surat
      Tabel 3  Sub Kategori Berita Mengenai Partai Politik Pemerintah Kota Surabaya ( n = 38)
Tabel 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

h satu syarat untuk menyelesaikan program D najemen Informatika di Politeknik Negeri Sriwij yelesaikan Laporan Akhir ini penulis banyak se n dan petunjuk dari berbagai pihak,

Berkaitan dengan efektivitas kerja pegawai pada Sekretariat Dinas Pelayanan Pajak di Kota Bandung yang cukup mengganggu terhadap menjalankan tugasnya dalam pencapaian

Setelah proses baru (child) berhasil dibuat eksekusi dilanjutkan secara normal di masing–masing proses pada baris setelah pemanggilan system call fork().. Proses pemanggil

Skripsi saudari MUNAWATI dengan Nomor Induk Mahasiswa 11407185 yang beijudul ’ PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL QUR’AN MELALUI METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK

[r]

Membuat website yang berisi semua informasi penjualan ikan dan koral secara lengkap seperti info stok, detil barang, dan dilengkapi gambar barang yang dijual

saran yang bisa penulis sampaikan setelah melakukan penelitian ini adalah bagi pemerintah daerah agar memberikan pengawan yang lebih serius, dan bagi Dinas Pendidikan

Hasil penelitian, hutang piutang yang dilakukan di Yayasan Nurul Huda dilakukan oleh masyarakat kepada amil zakat tanpa ada pemberitahuan kepada pihak yayasan maupun