4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.4 Arahan dan masukan dalam penyusunan kebijakan rencana rinc
Tempat penting sebagai kawasan cagar budaya sesuai RTRW dalam urgensi pengendalian ruang sudah menjadi kebutuhan untuk segera dimasukan dalam dokumen rencana detil kawasan strategis dengan memperhatikan pemanfaatan lahan dimasa yang akan datang. Berdasarkan pembahasan pada tujuan satu, dua dan tiga maka perlu ditarik kesimpulan yang merangkum menjadi
beberapa rumusan arahan sebagai masukan penting dalam penyusunan kebijakan tata ruang wilayah kabupaten.
Makna, arti, dan sejarah mitologi Tempat penting Suku Malind yang disebutkan sebagai kearifan lokal Suku Malind di Kabupaten Merauke pada skala Suku maupun marga-marga ditingkat wilayah adat, adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat adat Malind yang masih hidup dan diyakini sampai saat ini. Alam sebagai Dema dan penjelmaan dari Nakali atau rekan pendamping manusia atau Anim merupakan kesatuan yang harus tetap memberi hidup dan kecukupan dalam semua kebutuhan baik sumber karbohidrat dan protein, papan, interaksi sosial maupun keperluan spiritualitas yang dicirikan dengan ritual dan tingkat kesakralan.
Lahan kelola masyarakat adat melalui identifikasi Tempat penting marga marga ditingkat kampung memperjelas kawasan yang dianggap sakral karena bagian dari identitas dan jati diri, dan kawasan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang adalah bagian dari keseharian masyarakat yang masih berlaku dan dterapkan sampai saat ini. Selanjutnya diatur juga lebih jauh kawasan yang diperuntukan untuk pengembangan komoditi sektoral baik untuk pangan maupun energi serta mendukung pembangunan infrastruktur. Arahan pola ruang dalam penyusunan tata ruang detil perlu memasukan muatan pengaturan Tempat penting oleh masyarakat adat Suku Malind. Artinya bahwa kawasan lindung yang telah dipetakan marga-marga yang ditunjukan melalui empat kampung sebagai kawasan tidak diizinkan (-), kawasan bersyarat (B) dan kawasan Terbatas (T) hendaknya dimasukan dalam pola lindung. kawasan diizinkan hendaknya dimasukan dalam kawasan budidaya sesuai pola ruang peruntukan, terutama pada rencana detil kawasan strategis pangan dan kawasan lainnya.
Delapan tempat yang telah dihasilkan dari dua makna penting diharapkan menjadi arahan dalam evaluasi tata ruang untuk penyempurnaan RTRW dan penyusunan rencana detil. Empat Tempat penting yang berhubungan dengan makna jati diri yang dianggap Sakral yaitu perjalanan-persinggahan leluhur, Kisah mitologi, Kuburan leluhur dan tempat Ritual perlu untuk dimasukan sebagai unsur penting dalam memperkaya rencana tata ruang kabupaten dan rencana detilnya pada pola ruang Lindung dengan peruntukan sesuai makna sakralnya. Khususnya bagi perjalanan leluhur dapat diarahkan sebagai kawasan yang dapat diakomodir dalam rencana jaringan Infrastruktur atau trase jalan baik jalan kampung, distrik atau kabupaten, baik untuk mempermudah akses ke dan dari kampung tetapi juga tetapi mempertahankan nilai sakral tersebut, karena sampai sekarang sebagian besar masyarakat adat masih memanfaatkan jalan tersebut untuk ke dusun mereka. Empat Tempat penting kaitannya dengan pemenuhan hidup sehari-hari, seperti dusun sagu, sumber air, hutan atau kawasan berburu dan kawasan pelestarian adat relevan menjadi bahan penyusunan ruang khususnya pola budidaya dimana hanya diarahkan untuk pemanfaatan lahan dengan penerapan kearifan nilai adat setempat.
Kebijakan penataaan ruang melalui rencana detil nantinya perlu mempertimbangkan pengaturan ruang secara rinci berdasarkan posisi keberadaan tempat penting suku Malind dalam setiap pola ruang sesuai sistem zonasi dan urutan kepentingan. Apabila dalam satu pola ruang terdapat beberapa tempat penting dengan zona sakral maka diharapkan untuk dilakukan enclave sedangkan untuk lokasi zona pelestarian adat diperuntukan masuk dalam zona lindung dengan pengeloaan terbatas sesuai nilai kearifannya. Wilayah zona budidaya tradisional dapat difungsikan dengan pengaturan bersama dengan masyarakat adat untuk pemenuhan kebutuhan mereka. Untuk Zona diizinkan dapat dikategorikan masuk dalam pola budidaya dengan mempertimbangkan daya dukung alam dan lingkungan.
Hasil penutupan lahan berdasarkan interpretasi citra satelit dalam rentang waktu dua belas tahun antara tahun 2000 sampai 2012 signifikan menunjukan perubahan, khususnya terjadi pada kelas hutan dibandingkan pada kelas lainnya. Adanya bukti penurunan luasan hutan memberikan gambaran telah terjadi pemanfaatan lahan oleh aktifitas pembangunan di Kabupaten Merauke, salah satunya dengan kehadiran investasi skala luas untuk komoditas pertanian, kehutanan dan perkebunan.
Arahan kebijakan yang sesuai dengan kondisi perubahan lahan baik di kawasan hutan, semak belukar, pertanian, lahan terbangun dan lahan terbuka adalah bahwa konsensi yang sudah ada dan beroperasi diharapkan untuk dapat melakukan enclave terhadap delapan Tempat penting tersebut. Setiap pihak yang berusaha dan mendapat konsesi lahan dapat secara mandiri melakukan pemetaan partisipatif Tempat penting sebagai upaya sadar ikut melestarikan cagar budaya Suku Malind yang berada di konsesinya. Kawasan yang masih menjadi target konsesi skala luas dimana didalamnya terdapat kawasan tempat penting oleh pemerintah daerah segera mengambil langkah pemetaan partisipatif di wilayah kampung-kampung yang masuk dalam rencana konsesi tersebut. Penetapan fungsi dan pola ruang yang diturunkan pada kawasan zonasi diharapkan dapat sesuai dengan peruntukan dan tidak merubah fungsi kawasan karena zona-zona tempat penting dalam perspektif nilai konservasi merupakan kawasan yang harus dilestarikan karena identik dengan wilayah resapan air, sempadan rawa dan sungai, sumber plasma nutfah dan pusat keanekaragaman hayati untuk beberapa spesies penting, baik yang hampir punah maupun yang bermigrasi.
Arahan yang berkaitan dengan persepsi masyarakat di Kabupaten Merauke terhadap Tempat penting adalah peningkatan kapasitas sumber daya manusia, baik masyarakat adat maupun pemerintah dan praktisi tata ruang dalam memahami kebijakan pembangunan melalui penataan ruang wilayah kabupaten serta pendalaman tentang arti pentingnya tempat penting baik sebagai unsur dalam budaya maupun sebagai bagian dari konservasi sumber daya alam. Berkaitan dengan pelibatan dan partisipasi masyarakat perlu dijalin kerjasama para pihak melalui inisiatif pemerintah daerah dengan melaksanakan program identifikasi
pemetaan detil tempat penting di tingkat marga-marga di kampung-kampung Suku Malind secara partisipatif. Hasil tersebut diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam penyusunan rencana detil sesuai dengan sistem zonasi dan perizinan dalam rangka pengendalian tata ruang.