• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masyarakat adat dan Tempat penting nya 1 Suku dan Pembagian wilayah Adat

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.7. Masyarakat adat dan Tempat penting nya 1 Suku dan Pembagian wilayah Adat

Menurut Flassy (2010) kata dan atau istilah Melanesia berasal dari bahasa Yunani έ ας melan (= hitam), ῆσος nesos (= pulau) adalah sebuah wilayah yang memanjang dari Pasifik barat sampai ke Laut Arafura, utara dan timur laut Australia. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Jules Dumont d'Urville pada 1832 untuk menunjuk ke sebuah etnis dan pengelompokan pulau-pulau yang berbeda dari Polynesia, Micronesia dan Indonesia (termasuk Philipina dan Formosa). Sekarang ini, klasifikasi rasial d'Urville dianggap tidak tepat sebab menutupi keragaman budaya, linguistik, dan genetik Melanesia maka sekarang hanya digunakan untuk penamaan geografis semata.

Melanesia terdiri dari Papua Barat, Papua Nugini dan pulau-pulau di sekitarnya yaitu Kepulauan Solomon, Vanuatu, New Caledonia (Kanaki), Vanuatu (Eks-New Hebriden) dan kepulauan Fiji, tetapi juga ke arah barat yaitu terhadap Timor, Nusa Tenggara dan Maluku yang memiliki beberapa kesamaan antropologis. Melanesia memang corak tampil manusia yang unik, bukan rumpun Asia maupun Eropa, selain pada waktu yang sama tidak pula Afrika, Kaukasus maupun Polynesia (dan Micronesia). Bukan berkaitan dengan kulit terang saja karena sungguhpun di sana-sini ada juga orang Melanesia dengan warna kulit terang yang sangat umum (selain albino).

Terdapat 9 aspek etnografis yang umum diketahui menggolongkan kelompok etnis yang beragam dengan karakteristik budaya serta kawasan pesebarannya sebagaimana yang diaktualisasikan yaitu: 1) Alam lingkungan dan pola pemukiman, 2) mata pencaharian dan pola ekonomi, 3) hubungan kekerabatan dan aliansi, 4) sistem kekuasaan, 5) agama dan kepercayaan, 6) pemanfaatan waktu luang, 7) seni dan 8) budaya, serta 9) bahasa. Topografi wilayah yang berlembah, bergunung-gunung, sungai-sungai besar dan kecil, pulau-pulau kecil dan besar, rawa payau dan hutan lebat serta savana telah menciptakan barikade dan isolasi yang kemudian timbul dalam keragaman budaya dan pola hidup. Pengungkapan melalui bahasa saja konon mencapai sejumlah lebih seribuan bahasa yaitu delapan ratus limapuluhan di Papua New Guinea dan hampir tiga ratusan di Papua.

Sesuai pembagian menurut distribusi bahasa dan kelompok etnik diketahui di Kabupaten Merauke Suku Malind termasuk wilayah Ha-Anim yang disebut somhai Marind/Malind). Ha-anim atau Animha artinya tanah orang Malind, mengandung makna yang sangat dalam bagi kehidupan dan adat istiadat setempat, tanah sebagai simbol dari ibu yang memberi makan, yang terdiri dari wilayah kepemilikan dan identitas serta tempat mencari makan. Wilayah Suku Malind terbagi dalam delapan wilayah adat antara lain, khima-ima di pulau kimaam, Makleuw di selat mariana sampai wamal, muli anim dari wambi sampai

ke kali digoel, Malind anim di muara bian sampai kepala kali kumbe, mbian anim dari kali bian sampai ke hulu dan berbatas dengan muyu mandobo, Yeinan beraada di sungai mandom sepanjang perbatasan dengan PNG sampai di sungai Maro, Kanume di Taman Nasional Wasur sampai ke perbatasan di kali Torasi dengan PNG, Marori Men-Gey di kampung Wasur dan Nggawil sendawi anim dari kota merauke meyusuri pesisir pantai sampai di kampung Kondo di perbatasan dengan PNG bagian selatan.

Menurut data sensus penduduk tahun 2010 Kabupaten Merauke, dari jumlah penduduk sebesar 194.835 jiwa sebagian besar terkonsentrasi di kota Merauke atau Distrik Merauke yaitu sekitar 86.924 jiwa, jumlah penduduk asli Suku Malind ditambah dengan papua lainnya hanya mencapai sekitar 38.1 %, atau 74,136 jiwa yang tersebar di 20 distrik, 8 kelurahan, dan dari seratus enam puluh kampung, seratus tujuhnya adalah kampung lokal atau kampung adat. (Tabel 8)

Tabel 8. Komposisi kampung dan jumlah penduduk Asli Papua

Distrik kampung lokal Luas (ha) Papua Jlh pddk

Ulilin Kumaaf, Kindiki, Baidub, Kafyamke, Selil, Kandra-Kai.

514,118.41 1,061 4,038 Muting Muting, Pahas, Selow, Waan, Boha, Kolam. 358,225.79 2,862 5,036 Elikobel Sipias, Tanas, Kweel. 168,414.61 1,189 3,748 Sota Sota, Erambu, Torai, Yanggandur, Rawa Biru. 253,332.49 2,034 2,791 Jagebob Nalkin, Poo 141,479.97 1,059 6,943 Merauke Nasem, Ndalir. 187,129.28 26,944 86,924 Naukenjerai Onggaya, Kuler, Tomer, Tomerau, Kondo. 90,053.82 1,193 1,830 Tanah MiringSermayam, Soa, Ngguti Bob, Tambat,

Waninggap Sai

155,230.72 2,368 16,670 Semangga Waninggap Kai, Kuper, Urumb, Matara,

Waninggap Nanggo.

33,312.02 2,626 12,816 Kurik Kaliki, , Ivimahad 101,270.87 1,545 13,162 Animha Wayau, Koa, Kaisah, Baad, Senegi, Wapeko. 147,824.11 1,859 1,881 Malind Kumbe, Kaiburse, Onggari, Domande. 48,252.33 1,939 8,753 Kaptel Kaptel, Ihalik, Kaniskobat, Kwemsid, Buepe. 243,098.29 1,554 1,681 Okaba Okaba, Alaku, Alatepi, Makaling, Iwol,

Wambi, Sanggase, Dufmira

157,688.31 4,252 4,752 Tubang Yowied, Dokib, Wamal, Woboyo, Dodalim,

Welbuti.

283,745.69 2,153 2,169 Ngguti Yawimu, Poepe, Tagaepe, Nakias, Salamepe. 367,941.07 1,805 1,817 Ilwayab Wanam, Uli-Uli, Bibikem, Padua, Wogikel. 200,829.83 3,087 4,914 Waan Waan, Konorau, Sibenda, Wetau, Kawe, Toor,

Sabon, Kladar.

544,521.20 4,361 4,364 Tabonji Tabonji, Bamol I, Bamol II, Yamuka, Iromoro,

Wanggambi, Yeraha, Konjom Bando.

294,112.18 4,939 4,941 Kimaam Kimaam, Kiworo, Mambun, Woner, Deka,

Sabudom, Teri, Turiram, Kalilam, Kumbis, Komolom

468,474.84 5,306 5,605

Jumlah 4,759,056 74,136 194,835

Distribusi penduduk asli Papua (Suku Malind) jika dilihat dalam posisi di tingkat Distrik yang ditunjukan pada Gambar 11 memberi gambaran tentang posisi masyarakat adat yang sebagian besar terkonsentrasi di kampung-kampung lokal. Konsentrasi jumlah kampung lokal di satu distrik dengan nilai 31,8 – 99,9 persen menunjukan bahwa masyarakat adat masih absolut tinggak di wilayah kampung yang jauh dari pusat pengembangan yaitu dari ibukota Kabupaten merauke. Distribusi kampung orang Malind juga sangat dipengaruhi oleh lingkup wilayah adat masing-masing sub Suku Malind.

Gambar 11. Peta Distribusi Orang Asli Papua Sesuai Distrik

4.7.2 Kekerabatan Marga suku Malind

Suku Malind termasuk Suku bangsa dalam rumpun Melanesia (Melanesia dari bahasa Yunani melas 'hitam' dan nesos 'pulau' karena penduduknya yang berkulit kelam (Flassy, 2010), bersama dengan maluku, orang PNG dan orang fiji- solomon kepulauan. mengenal sistem pewilayah berdasarkan klan/boan (kelompok keluarga dalam ikatan kekerabatan ). pembagian marga-marga tersebut disesesuaikan dengan kewilayahan menurut golongan penjuru mata angin yaitu Malind Zosom di wilayah timur laut sampai ke selatan, Malind ezam di wilayah utara, Malind imo di wilayah barat dan Malind mayo di wilayah barat laut sampai ke bagian selatan. Setiap golongan terdapat kelompok marga-marga atau boan dan keluarga induk. Sedikit berbeda penamaan marga-marga dari Malind untuk dua sub Suku Yeinan dan terbagi atas kelompok Yanggib, Kabronain, Kaorkenan dan Yemunan, untuk kelompok marga di sub Suku Kanume dikenal masing masing terdiri dari mbanggu, Ndimar dan Ndipkuan. Pembagian kelompok marga menurut sub Suku Yeinan dan Kanume tersaji pada Lampiran 1.

4.7.3. Totemisme dan Tempat yang Dianggap Penting

Dalam konteks mitologi Suku Malind pandangan totemisme yang disebutkan sebagai ‘Mayo’ meletakan manusia dalam hubungan transenden dengan leluhur dan bahwa seluruh bagian dari alam merupakan manifestasi dari leluhur yang menjaga kehidupan manusianya, sehingga sumber daya alam adalah merupakan kesatuan tak terpisahkan dengan manusianya/anim-ha. Dikenal dua kelompok marga besar yaitu Geb dan Sami yang selanjutnya diikuti sub marga dibawah kedua marga tersebut. Setiap marga memiliki keterikatan spesifik dengan unsur alamnya, seluruh marga yang ada baik dari Geb dan Sami memiliki nama dan simbol di alam. Hewan babi adalah penjelmaan dari dema basik-basik yang memberi kesempatan kepada marga tersebut memanfaatkan dan menjaga aturan pemanfaatan hewan ini oleh semua marga lainnya tetapi juga wilayah habitat dari babi menjadi bagian perlindungan dalam pelestarian hewan tersebut. Ini berlaku juga untuk flora dan gejala alam seperti air, guntur, kilat dan peristiwa-peristiwa alami yang terjadi lainnya.

Ketergantungan terhadap alam yang memberi ruang hidup dan tempat mendapatkan berbagai hasil bumi membuat nilai kearifan juga menyangkut aturan main dan sangsi yang sangat jelas bagi mereka dan turunannya diberlakukan dan berinteraksi. Sistem membagi hak atas tanah untuk dikelola dan dimiliki sama untuk orang Melanesia dimana garis paternalistik dari bapak kepada anak laki laki, yang biasanya dilakukan dalam tradisi komunal atau kelompok marga dan individu si warga itu sendiri.

Dalam memahami pandangan ruang menurut Malind disamping teritori dan habitat yang sudah dijelaskan diatas maka kewilayahan kelola alam juga dikenal dalam bentuk-bentuk pemanfaatan lahan yaitu : tempat pemukiman, bevak/kebun/ladang, wilayah berburu, wilayah dusun sagu, tanaman obat, sumber air, dusun tanam wati/kumbili ubi ubian, tempat-tempat pamali atau dianggap sakral karena sangat berkaitan dengan penguburan, leluhur dan ritual tertentu. Wilayah-wilayah kelola tersebut merupakan dimensi eksistensi transenden dengan leluhur, ilmu pengetahuan yang diwariskan secara turun- temurun melalui inisiasi adat.

Nilai yang dianut secara arif melalui wilayah kelola kemudian dipetakan secara partisipatif dan disepakati dalam konsesus bersama seluruh sub Suku sebagai ‘Tempat penting’ Suku besar Malind. Pemetaan partisipatif yang digagas sejak tahun 2006 lalu tersebut melahirkan dokumen peta Tempat penting masyarkat adat Malind besar skala satu Kabupaten. Gambaran Tempat penting tersebut tidak terlepas dari pandangan nilai kearifan lokal pelestarian alam yang mencakup enam aspek penting antara lain seperti yang disajikan pada Tabel 9.