• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arti Dan Perlunya Partisipasi Masyarakat

PERENCANAAN EKONOMI KE PERENCANAAN PEMBANGUNAN

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

A. Arti Dan Perlunya Partisipasi Masyarakat

Pembangunan merupakan suatu proses pembeharuan yang kontinu dan terus menerus dari suatu keadaan tertentu kepada suatu keadaan yang dianggap lebih baik. Dan di negara-negara baru berkembang usaha pembaharuan ini, seperti telah dikemukakan terdahulu, pada umumnya dilakukan dengan pemerintah yang aktif, dan dengan usaha secara berencana. Pembangunan yang meliputi segala segi kehidupan politik, ekonomi dan sosial budaya itu baru akan berhasil, apabila merupakan kegiatan yan melibatkan partisipasi dari seluruh rakyat di dalam suatu negara. Tidak saja dari pengambil kebijaksanaan tertinggi, perencana, pemimpin pelaksanaan

operasional, tetapi juga dari p-etani-petani yang masih tradisionil, nelayan, buruh, pedagang kecil dan lain-lain.

Administrasi pembangunan tidak hanya berarti kemampuan untuk menetapkan strategi pembangunan yang baik, kemudian diperinci dalam rencana-rencana dan diterjemahkan dalam kegiatan-kegiatan nyata yang efektif dalam pelaksanaan pemerintahan, tetapi juga hendaknya dapat m enimbulkan respons dan kerja sama seluruh rakyat (seluruh ini tentu saja relatif) dalam

proses pembangunan tersebut. Administrasi pembangunan juga berperan untuk melibatkan (belum tentu dengan cara-cara langsung) kegiatan masyarakat luas,sesuai dengan arah kebijaksanaan yang ditetapkan dalam proses pembangunan. Di sini terlihat empat aspek penting dalam rangka partisipasi dalam pembangunan yaitu:

5.Terlibatnya dan ikut sertanya rakyat tersebut sesuai dengan mekanisme proses politik dalam suatu negara turut menentukan arah, strategi dan kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan pemerintah. Dalam masyarakat demokratis maka arah dan tujuan pembangunan hendaklah mencerminkan kepentingan masyarakat. Cermin dari kepentingan masyarakat ini dilakukan melaui partisipasi masyarakat didalam keterlibatan politik mereka dalam proses politik.

6.Meningkatkan artikulasi (kemampuan) untuk merumuskan tujuan-tujuan terutama cara-cara dalam merencanakan tujuan itu yang sebaiknya. Maka pemerintah harus memberikan pengarahan mengenai tujuan dan cara-cara mencapai tujuan pembangunan tersebut dan mengembangkan kemampuan-kemampuan masyarakat untuk mendukung proses pembangunan.

7.Partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan nyata yang konsisten dengan arah, strategi dan rencana yang telah ditentukan dalam proses politik. Misalnya mengerahkan gotong royong membersihkan sungai dari sampah.

8.Adanya perumusan dan pelaksanaan program-program partisipatif dalam pembengunan yang berencana, misalnya pembangunan masyarakat desa dan program kredit usaha kecil.

Untuk menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan ada beberapa faktor yang sangat menentukan, yaitu :

(1) Kepemimpinan. Unsur pertama dari proses pengendalian usaha dalam pembangunan ditentukan sekali oleh adanya serta kualitas kepemimpinan. Arief Budiman menyatakan bahwa dalam menggerakkan partisipasi rakyat untuk pembangunan diperlukan pemimpin-pemimpin formal yang mempunyai legalitas dan pemimpin-pemimpin informal yang memiliki legitimitas.

(2)Komunikasi. Gagasan-gagasan, kebijaksanaan dan rencana hanya akan mendapat dukungan, bila diketahui melalui proses komunikasi dan kemudian dimengerti. Eldersveld

mengemukakan bahwa supaya masyarakat dapat terlibat dalam suatu sistem dan dalam pencapaian tujuan-tujuan pembangunan, hendajlak administrasi pemerintah menjangkau (penetration) golongan masyarakat yang paling jauh dan paling perlu bagi berhasilnya usaha-usaha pembangunan. Maka memerlukan penerangan dan penyebaran (information) tentang usaha-usaha pembangunan tersebut. Ini ditujukan supaya mendapat kepercayaan (belief and confidance) dan dapat dinyatakan dalam kegiatan-kegiatan nyata (action). Komunikasi juga bertujuan untuk mengembangkan suatu iklim yang mengurangi tekanan (tensions) dan konflik dalam masyarakat. Komunikasi juga dimaksudkan untuk menumbuhkan berbagai perubahan-perubahan nilai dan sikap yang inheren di dalam proses pembaharuan dan pembangunan tanpa menimbulkan tekanan, frustasi, dan friksi. Maka dikembangkan suatu konsep mengenai sistem penerangan untuk mendukung program pembangunan (development support communication). Komunikasi ini erat hubungannya dengan kepemimpinan dan peranan serta hubungan kepemimpinan di dalam suatu masyarakat. Salah satu unsur dari kepemimpinan yang penting adalah komunikasi, dan dalam mengembangkan komunikasii diperlukan peranan pemimpin- pemimpin yang dapat “menjembatani” komunikasi timbal balik.

(3)Pendidikan. Yingkat pendidikan yang memadai akan memberikan kesadaran yang lebih tinggi pada masyarakat dan memudahkan bagi pengembangan identifikasi terhadap tujuan- tujuan pembangunan.

B.Pemberdayaan Masyarakat Melalui Berbgai Program

Pemberdayaan masyarakat menurut Adimihardja (1999 : xi) adalah : tidak hanya

mengembangkan potensi ekonomi rakyat, tetapi juga harkat dan martabat, rasa percaya diri dan harga dirinya, terpeliharanya tatanan nilai budaya setempat. Pemberdayaan sebagai konsep sosial budaya yang implementatif dalam pembangunan yang berpusat pada rakyat, tidak saja

menumbuhkan dan mengembangkan nilai tambah ekonomi, tetapi nilai tambah sosial budaya. Dari konstruksi pemikiran yang dikemukakan itu menunjukan bahwa makna pemberdayaan di era reformasi dan situasi krisis ekonomi pada saat ini lebih kuat diwarnai perspektif politik dan ekonomi dari pada perspektif sosial dan budaya. Hal ini dapat dilihat dari adanya usaha untuk memobilisasi masyarakat untuk memanfaatkan sumber yang datang dari atas untuk kepentingan

politik tertentu dan mempertahankan keberhasilan pertumbuhan ekonomi, dengan kurang meberikan peluang agar inisiatif tumbuh dari masyarakat atau menumbuh kembangkan perilaku sosial masyarakat untuk di dukung melalui pengayaan orientasi, motivasi, pengambilan

keputusan sendiri oleh masyarakat, serta peningkatan aksesbilitas masyarakat terhadap sumber kehidupan.

Konsep pemberdayaan masyarakat menurut Tjokrowinoto dan Pranarka (1996 : 56) bahwa : harus ditempatkan tidak hanya secara individual akan tetapi secara kolektif, dan semua itu harus menjadi bagian dari aktualisasi dan keaktualisasi eksistensi manusia dan kemanusiaan. Dengan kata lain, manusia dan kemanusianlah yang menjadi tolok ukur normatif, struktur dan

substansial. Hal ini menempatkan konsep pemberdayaan sebagi bagian dari upaya membangun eksistensi pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, pemerintah, negara, dan tata dunia didalam kerangka proses aktualisasi kemanusiaan yang adil dan beradab, yang terwujud di berbagai kehidupan : politik, ekonomi, hukum, pendidikan dan sebagainya.

Dari konsep tersebut menunjukkan bahwa dalam membangun masyarakat ke depan, maka diperlukan suatu keseimbangan (keadilan) yang manusiawi antara kehidupan politik, ekonomi, hukum dan kehidupan sosial budaya bagi setiap manusia atau masyarakat. Keharusan ini menjadi sangat penting oleh karena persoalan-persoalan sosial budaya, ekonomi dan politik termasuk persoalan hukum akan menghadapi tantangan-tantangan yang cukup berat sebagai akibat dari globalisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak terbendung.

Weissglass (1990 : 351) memberikan pengertian tentang pemberdayaan sebagai : “ a process of supporting people to construct new meanings and exercise their freedom to chose “, artinya suatu proses yang membangkitkan masyarakat untuk membangun makna dan menggunakan hak kebebasan menentukan pilihan yang baru.

Irwin (1995 : 82) mengemukakan : “ Empowering other people means giving them a change to make their sp0ecial contribution ... your contribution may be a particular insight, a particular talent, a particular energy, aparticular loving way to be with people “, artinya upaya pemberdayaan itu berarti memberukan kepada masyarakat peluang untuk melibatkan diri dengan hal-hal yang menyangkut paham, bakat, kekuatan dan kesenangan masyarakat.

Dari beberapa definisi tentang pemberdayaan masyarakat yang telah dikemukakan di atas pada prinsipnya adalah dalam rangka membangkitkan atau membangun potensi-potensi yang ada pada masyarakat seperti : bakat, keterampilan, kekuatan dan kesenangan.

Dengan tidak mengurangi makna pemberdayaan masyarakat yang sebenarnya, Penulis akan mempergunakan definisi pemberdayaan masyarakat yang dikemukakan oleh Bryan dan White

(1989 : 25) bahwa : Pemberdayaan hendaknya di fahami sebagai suatu proses meningkatkan kemampuan masyarakat sehingga mereka dapat memecahkan masalah sendiri dengan cara

memberikan kepada mereka kepercayaan untuk mengelola program-proram tertentu atas keputusannya sendiri.

Dari definisi pemberdayaan yang dikemukakan oleh Bryan dan White tersebut mengandung beberapa dimensi dalam pemberdayaan masyarakat yaitu :

1.proses meningkatkan kemampuan masyarakat, 2.pemecahan masalah,

3.memberikan kepercayaan, 4.pengelolaan program, dan 5.membuat keputusan sendiri

Secara tajam akan di jelaskan unsur-unsurnya, ciri-crinya dan sifat-sifatnya sehingga menjadi jelas sebagai variabel. Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu fenomena sosial yang merupakan kejadian konkrit dan dapat di indra atau di amati. Kemampuan masyarakat harus dan mutlak perlu di tingkatkan, karena sumber daya manusia merupakan energi yang sangat istimewa. Kemampuan menurut Robbin (2001 : 46) adalah : suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Seluruh kemampuan seseorang pada hakekatnya tersusun dari dua faktor, yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang di perlukan untuk melakukan kegiatan mental, sedangkan kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan, dan keterampilan serupa. Di harapkan, dengan meningkatnya kemampuan masyarakat baik secara intelektual dan fisik, maka masyarakat akan memberikan kontribusi secara maksimal terhadap penyelenggaraan Pemerintah di daerah. Kemampuan intelektual akan dapat di capai apabila Pemerintah secara serius memperhatikan masalah pendidikan, baik pendidikan formal , informal dan non formal. Selanjutnya peningkatan kemampuan secara fisik hanya akan dicapai apabila Pemerintah secara serius memperhatikan kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungannya. Dimensi kemampuan masyarakat bertalian erat dengan partisipasi masyarakat. Kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi merupakan tanda danya kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri.,

Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Mubyarto (1984 : 36) bahwa : kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri berkolerasi secara positif dengan kemampuannya untuk berpartisipasi dan juga kemampuannya untuk meningkatkan taraf hidup sendiri.

Konsep ini memberikan kejelasan bahwa hanya pada masyarakat yang memilikii kemampuan, partisipasi itu dapat di wujudkan. Sehingga antara kemampuan masyarakat dan partisipasi masyarakat ibarat dua sisi mata uang, tidak dapat di pisahkan tetapi dapat dan perlu di bedakan.

Demikian halnya Tilaar (1997 : 238) mengemukakan bahwa : Suatu masyarakat yang berpartisipasi adalah masyarakat yang mengetahui potensi dan kemampuannya termasuk hambatan-hambatan karena keterbatasannya. Masyarakat yang mampu berdiri sendiri adalah masyarakat yang mengetahui arah hidup dan perkembangannya termasuk kemampuannya untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan masyarakat lainnya bahkan pada tingkat regional dan internasional.

Menjadi jelas bahwa partisipasi masyarakat itu sangat ditentukan oleh kemampuan masyarakat itu sendiri. Semakin tinggi tingkat kemampuan pemahaman akan sesuatu yang diketahui masyarakat, maka diharapkan akan semakin tinggi pila partsispasi masyarakat yang bersangkutan dalm setiap kegiatan, program, maupun proyek yang dilaksanakan pada masyarakat itu berada.

Kaitan antara kemampuan masyarakat dengan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan desa menurut Ndraha (1987 : 107) bahwa : kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri dapat ditumbuhkan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi partisipasi masyarakat dalam pembangunan desanya.

Kemampuan masyarakat yang telah diberdayakan dapat dilihat pula dalam kemempuan memecahkan masalah, yaitu mengurangi dan meminimalisasikan kesenjangan antara harapan- harapan masyarakat dengan kenyataan yang ada dapat mengancam kehidupan masyarakat itu sendiri serta tidak mungkin diintervensi oleh pemerintah yang kurang memahami

permasalahannya. Apabila pemerintah tidak mengintervensi masalah-masalah masyarakat desa, merupakan bentuk kepercayaan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat akan dapat menggali potensi-potensi, inisiatif-inisiatif, dan kreatifitas sehingga masyarakat dapat

memberikan sikap dan tindakannya sesuai dengan latar belakang historis kehidupan masyarakat tersebut.

Dalam perberdayaan masyarakat desa dalam rangka membangun pedesaan yang kuat, effisien dan moder, ada tujuh agenda permasalah yang perlu dipecahkan (dibuat agenda pemecahannya), yaitu :

(II) belum optimalnya pemerintah dalam menyediakan barang publik dan jasa publik kepada masyarakat (seperti prasarana kesehatan, prasarana pendidikan, prasarana sosial-budaya, keamanan, pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan;

(III)rendahnya posisi tawar masyarakat dalam pasar input (tenaga kerja, modal, lahan);

(IV) belum berfungsinya pemerintah dalam mendorong terbangunnya pasar input dan pasar output yang effisien;

(V) randahnya daya beli masyarakat sebagai akibat rendahnya pendapatan masyarakat dan tingginya harga barang output akibat buruknya kelembagaan dan prasarana transportasi; (VI) rendahnya akses bagi petani dan usaha kecil di pedesaan untuk memasuki pasar input,

sebagai akibat buruknya kelembagaan dan prasarana transportasi;

(VII) terbatasnya kemampuan pemerintah desa dalam menyediakan prasarana untuk usaha ekonomi pedesaan; dan

(VIII)belum terbangunnya kerjasama yang saling menguntungkan antara usaha besar dan usaha kecil.

Untuk menggrapa agenda permasalahan tersebut pada tahap awal dimulai dengan pemberdayaan masyarakat desa. Pemberdayaan masyarakat dikonsepkan dalam dua makna pokok, yaitu :

1.meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pelaksanaan berbagai kebijakan kemampuan yang diharapkan, dan

2. meningkatkan kemandirian masyarakat melalui pemberian wewenang secara proporsional kepada masyarakat dalam pengambilan keputusan untuk membangun diri dan lingkungannya secara mandiri.

Dengan demikian menunjukkan bahwa upaya pemberdayaan masyarakat berarti memampukan dan memandirikan masyarakat.

Implementasi konsepsi pemberdayaan masyarakat tersebut dalam kebijakan pembangunan nasional harus terwujud dalam 3 aspek kebijakan utama, yaitu :

1.menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan berkembangnya potensi atau daya yang dimiliki masyarakat, baik potensi sumber daya maupun potensi sistem ilai tradisional sebagai kearifan lokal yang telah membudaya dalam menata kehidupan masyarakat;

2. memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat, baik potensi lokal yang telah membudaya dalam menata kehidupan masyarakat melalui pemberian masukan atau input berupa bantuan dana, pembangunan prasarana dan sarana, baik fisik (jalan, irigasi, listrik) maupun sosial (pendidikan, kesehatan) serta pengembangan lembaga pendanaan, penelitian dan pemasaran di daerah, dan

3.

melindungi melalui pemihakan kepada masyarakat yang lemah untuk mencegah persaingan yang tidak seimbang, dan bukan berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi.