• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN

PERENCANAAN EKONOMI KE PERENCANAAN PEMBANGUNAN

PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN

Sepereti telah dikemukakan di atas bahwa perencanaan merupakan suatu proses yang kontinu. Dan proses yang kontinu ini meliputi dua aspek, yaitu :

1.formulasi rencana, dan 2.pelaksanaannya.

Banyak terjadi kesalahpahaman pendapat, bahwa dengan danya duatu rencana pembangunan, akan dengan sendirinya terselanggara suatu proses perencanaan (pembangunan). Albert Waterson yang dikutip Bintoro Tjokroamidjojo dalam buku Pengantar Administrasi

Pembangunan mengemukakan bahwa perencanaan sebagai suatu proses berbeda dengan suatu dokumen rencana pembangunan.

Proses perencanaan dapat dimulai dengan suatu rencana pembangunan atau mungkin hanya dengan formulasi kebijakan-kebijakan pembangunan yang efektif untuk mencapai tujuan tujuan-tujuan pembangunan, kemudian diikuti dengan berbagai langkah-langkah kegiatan (measures) untuk merealisirnya. Waluapun suatu rencana pembangunan memang suatu alat yang labih baik untuk proses perencanaan dan pelaksanaannya. Dengan melihat perencanaan sebagai suatu proses yang meliputi formulasi rencana dan implementasinya, dapatlah diusahakan rencana itu bersifat relistis dan dapat menanggapi masalah-masalah yang benar-benar dihadapi. Rencana dengan demikian merupakan alat bagi implementasi, dan implementasi hendaknya berdasar suatu rencana. Dalam proses perencanaan yang kontinu itu perlu kiranya terdapat unsur-unsur berikut :

(1) Sifat rencana itu sendiri sebagai dasar pelaksanaannya sudah mengandung ciri-ciri yang berorientasi kepada palaksanaan, dalam arti memungkinkan untuk pelaksanaannya atau sudah diperhatikan kapasitas administratif bagi pelaksanaannya. Masalah pelaksanaan

rencana perlu sudah dipertimbangkan di dalam waktu perencanaannya agar terdapat jaminan yang lebih besar dalam merealisir tujuan dan sasaran-sasaran rencana.

(2) Proses perencanaan tetap mengandung unsur kontinuitas dan fleksibilitas. Olek karena itu maka perlu terus menerus dilakukan reformulasi rencana dan re-implementasi dalam pelaksanaannya. Untuk itu dalam perencanaan di dalam perencanaan dikembangkan rolling plan, yaitu cara disetiap akhir tahun (periode) tertentu pelaksanaan rencana disesuaikan kembali dengan sasaran-sasaran, program-program dan proyek-proyek rencana untuk tahun (atau periode tertentu) berikutnya.

(3) Proses perencanaan tetap seoperasional mungkin. Antara lain diusahakan penggunaan Perencanaan Operasional Tahunan (POT) serta mengkaitkannya dengan anggaran belanja tahunan. Walaupun sumber-sumber keuangan negara hanya merupakan sebagian daripada seluruh sumber-sumber pembangunan, namun kebijakan fiskal, budget dan anggaran itu sendiri seringkali merupakan hal yang dominan dalam mengarahkan alokasi investasi pembangunan. Ciri operasional lainya suatu perencanaan adalah penyusunan program- program kerja dalam lingkungan kegiatan yang saling berkait dalam kumpulan atau unitnya yang terkecil, biasanya dituangkan dalam perencanaan program-program dan proyek-proyek.

(4) Adanya sistem pengendalian pelaksanaan pembangunan yang mengusahakan keserasian antara pelaksanaan dan perencanaan. Disini koordinasi antar lembaga sangat penting. (5) Untuk proses penyesuaian kembali rencana dan pelaksanaannya serta pengendalian

pelaksanaan diperlukan sistem pelaporan dan evaluasi dalm proses perencanaan. Merupakan feed back, memberikan informasi tentang pelaksanaan yang diperlukan bagi pengambilan keputusan perencanaan kembali atau koreksi dalam pelaksanaan rencana. Sistem pelaporan dan evaluasi ini sangat berguna pula bagi penyusunan program kerja sebagai perincian dari perencanaan pembangunan.

Perencanaan terdiri dari rencana jangka panjang, rencana jangka menengah, dan rencana tahunan. Rencana jangka panjang menjadi pedoman penyusunan rencana jangka menengah. Rencana jangka menengah disusun dalam rangka perspektif jangka panjang tersebut. Rencana

tahunan kini dikembangkan merupakan bagian dan peralatan dalam melaksanakan rencana jangka menengah dengan cara penyusunan kebijakan dan program kegiatan yang lebih konkrit, sehingga perencanaan menjadi lebih bersifat operasional.

POT dapat memberikan kerangka koordinasi dalam perencanaan, dengan mengkaitkan berbagai elemen dalam rencana secara serasi.

POT harus memberikan gambaran keadaan sosial ekonomi pada tahun lampau, sumber- sumber ekonomi yang tersedia untuk tahun tertentu, gambaran mengenai kegiatan sosial ekonomi, penetapan tujuan dan kebijakan-kebijakan kegiatan untuk tahun yang bersangkutan, penetapan proyek-proyek yang akan dilakukan. Untuk itu proses penyusunan POT perlu ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :

(1) Mengadakan tinjauan terhadap keadaan (review) tahun yang lalu dalam pelaksanaan pembangunan dan mengadakan perkiraan perkembangan untuk tahun yang akan datang (forcast).

(2) Suatu perkiraan mengenai perkembangan untuk tahun yang akan datang merupakan unsur penting dalam penyusunan POT. Hal ini gunanya memberikan kemungkinan pilihan mengenai tujuan, cara-cara dan perkiraan pelaksanaan untuk rencana yang bersangkutan. (3) Mengadakan penelitian mengenai sumber-sumber yang dibutuhkan dan tersedia bagi

pembangunan, khususnya sumber-sumber pembiayaan, sumber-sumber bahan vital, dan tenaga-tenaga penting untuk sektor-sektor prioritas.

(4)Merumuskan tujuan dan perkiraan hasil pelaksanaan untuk tahun yang bersangkutan dalam rangka realisasi rencana pembangunan jangka menengah serta pertimbangan-pertimbangan kebijakan jangka pendek lainnya.

(5) Menyusun suatu rencana kebijakan pembangunan yang konsisten guna mendukung pelaksanaan pembangunan dan tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan tersebut.

(6)Menyusun rencana sektoral yang terdiri dari berbagai program yang konsisten sesuai dengan kebijakan untuk mencapai tujuan rencana tahunan, selaras dengan prioritas yang telah ditetapkan sebelumnya.

(7) Mengusahakan adanya konsistensi antara perencanaan secara sektoral dan regional. Penentuan regional penting untuk penentuan lokasi proyek-proyek.

(8) Mengadakan koordinasi antara rencana investasi pemerintah dan rencana yang akan dilakukan oleh sektor swasta.

Hubungan antara POT dan APBN harus diperhatikan, suatu rencana tahunan baru akan bersifat operasional apabila anggarannya tersedia. POT harus harus tercermin dalam APBN, demikian pula APBN harus mencerminkan program-program dan tujuan-tujuan pembangunan. Maka POT harus memperhitungkan APBN, rencana pemberian kredit malalui bank, anggaran devisa, banytuan proyek, dan bantuan teknik, sehingga menjadi pedoman kegiatan pemerintah dalam melaksanakan rencana.

Dalam rangka pelaksanaan POT maka penyerasian antara perencanaan fisik dan pembiayaan, terutama tercermin dalam hubungan antara POT dengan penyusunan anggaran belanja tahunan. Tetapi hal ini memerlukan beberapa pemikiran, yaitu :

- Pertama : penyusunan program-program dan proyek-proyek dalam rencana sektoral secara menyeluruh (program investasi pembangunan pemerintah) harus disusun dengan skala prioritas berdasar perkiraan penyediaan pembiayaan yang tersedia. Serta didasarkan atas perkiraan penerimaan negara dari dalam maupun luar negeri

-Kedua : penyusunan rencana tahunan dalam berbagai rencana sektoral harus terperinci dalam program-program dan proyek-proyek yang memungkinkan dipergunakan untuk penelitian dan penilaian bagi penyusunan anggaran belanja negara dan penyediaan pembiayaan.

- Ketiga : perlunya terdapat sistem klasifikasi yang sama antara rencana tehunan dengan anggaran belanja negara.

- Keempat : praktek dan prosedur pelaksanaan anggaran cukup rumit maka melambankan pelaksanaan fisik dari pada program-program dan proyek-proyek. Untuk itu perlu penyempurnaan dan kesesuaian antara kepentingan penganggaran dan pelaksanaan kegiatan- kegiatan.

BAB X