• Tidak ada hasil yang ditemukan

Artikulasi Bunyi

Dalam dokumen Bahasa indonesia Jarot mardiyanto (Halaman 88-92)

Pelajaran 5 Kesenian

B. Artikulasi Bunyi

Pembentukan bunyi bahasa saat berkomunikasi secara lisan, melibatkan alat ucap. Ada tiga faktor yang terlibat dalam pembentukan bunyi bahasa, yaitu: sumber tenaga (udara yang keluar dari paru-paru), alat ucap yang menimbulkan getaran (pita suara), dan rongga pengubah getaran (alat artikulasi: bibir, gigi, gusi, langit-langit keras, langit-langit-langit-langit lunak, anak tekak, ujung lidah, epliglotis, dan sebagainya). Bagan berikut memperlihatkan alat ucap yang digunakan dalam pembentukan bunyi bahasa.

Gambar 5.1 Bagan alat ucap

Keterangan 1. bibir atas 2. bibir bawah 3. gigi atas 4. gigi bawah

5. gusi atas (alveolum) 6. gusi bawah

7. langit-langit keras (palatum) 8. langit-langit lunak (velum) 9. anak tekak (uvula)

10. ujung lidah 11. daun lidah 12. depan lidah 13. belakang lidah 14. akar lidah 15. epiglottis 16. pita suara 17. faring 18. trakea

Proses pembentukan bunyi bahasa dimulai dengan memanfaatkan pernafasan sebagai sumber tenaga. Pada saat kita mengeluarkan nafas, paru-paru kita menghembuskan tenaga berupa arus udara. Udara yang dihembuskan itu mengalami perubahan pada pita suara yang terletak pada pangkal tenggorokan. Gerakan membuka dan menutupnya pita suara karena udara dari paru-paru menghasilkan bunyi bahasa yang berbeda-beda.

1 5 7 8 9 3 4 10 1112 13 14 16 17 18

1. Bila pita suara itu berganti-ganti merapat dan merenggang, maka bunyi bahasa yang dihasilkan terasa ”berat” yang dinamakan bunyi bersuara.

2. Apabila pita suara merenggang sehingga udara mudah melewatinya, maka bunyi bahasa yang dihasilkan akan terasa ”ringan” yang dinamakan bunyi tak bersuara.

Perbedaan kedua bunyi ini bias kita rasakan jika kita menutup kedua lubang telinga rapat-rapat sambil mengucapkan bunyi [p] yang dibandingkan bunyi [b]. Pada waktu kita mengucapkan [b] terasa getaran yang lebih besar di telinga.

Setelah melewati rongga faring, arus udara mengalir ke bagian atas tenggorokan. Bila udara tersebut keluar melalui rongga mulut, maka bunyi yang dihasilkan disebut bunyi oral. Namun, bila arus bunyi yang dihasilkan disebut bunyi nasal. Penentu kedua bunyi tersebut adalah uvula (anak tekak). Bila uvula menutup rongga hidung, udara akan keluar melalui mulut. Namun bila uvula diturunkan sampai menempel pangkal lidah, udara akan keluar melalui hidung. Contoh bunyi bahasa yang udaranya melalui mulut adalah [p], [g], dan [f]. sedangkan bunyi yang udaranya melewati rongga hidung adalah [m], [n], [n], dan [?].

Bunyi bahasa yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh ada tidaknya hambatan dalam proses pembuatannya. Bila arus udara dari paru-paru tidak mendapatkan hambatan, maka yang dihasilkan adalah bunyi vokal. Sedangkan bila arus udara dari paru-paru mendapat hambatan artikulator, maka yang dihasilkan adalah bunyi konsonan.

Bunyi vokal dihasilkan bila arus udara tidak mendapatkan hambatan. Kualitas bunyi vokal ditentukan oleh tinggi-rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan, dan bentuk bibir pada pembentukan vokal itu.

Berdasarkan hal-hal tersebut, vokal bahasa Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

Depan Tengah Belakang

Tinggi i u

Sedang e w o

Rendah a

Bunyi konsonan dihasilkan bila arus udara dari paru-paru mendapat rintangan/ hambatan artikulator. Daerah pertemuan antara dua artikulator dinamakan daerah artikulasi. Bila dua bibir (labial) terkatup, maka daerah artikulasinya dinamakan bilabial karena bi berarti ”dua” dan labial berarti berkenaan dengan ”bibir”. Contohnya [p], [b], dan [m]. Apabila bibir bawah bersentuhan dengan ujung gigi atas, bunyi yang dihasilkan disebut labiodental (bibir-gigi); contoh: [f], dan sebagainya.

Labio-dental Daerah artikulasi

Cara Artikulasi Bilabial

Dental/

Alveolar Palatal Velar Glotal p b t d c j k g ? f s z x h n m x r l

Selain daerah artikulasi, konsonan juga bias diklasifikasikan berdasarkan cara artikulasi. Cara artikulasi adalah cara artikulator menyentuh atau mendekati daerah artikulasi dan bagaimana udara keluar dari mulut. Konsonan bahasa Indonesia dapat disajikan dalam bagan berikut.

Hambat tak bersuara Hambat bersuara Frikatif tak bersuara Frikatif bersuara Nasal bersuara Getar bersuara Lateral bersuara Semivokal bersuara

Gambar 5.2 Bagan pembagian konsonan berdasarkan artikulasinya

A. Ucapkan dengan suara yang nyaring kalimat-kalimat berikut sehingga lafal Anda sesuai dengan artikulasinya, terutama pada huruf yang bergaris bawah.

1. Ketika mereka pergi ke kediaman nenekku sore itu, kejadian penjambretan itu belum tersebar.

2. Joko memborong pot porselin di Toko Roda.

3. Kalau engkau mau pergi ke Pantai di Paranggupito, jangan lupa membawa bekal yang cukup.

4. Dia tahu kalau harga tahu akhir-akhir ini menjadi semakin mahal. 5. Sudah seminggu pemuda gagu itu menunggui induk ayam yang

sedang mengerami telur.

6. Kemarin Dini pergi menemui hakim itu di pengadilan negeri. 7. Buku baru itu belum sekali pun dibukanya.

8. Tono pergi ke toko kelontong untuk membeli sekotak rokok.

Tugas

n

s

B. Bacalah teks berikut, perhatikan lafal vokal dan konsonannya!

Teater Kehidupan Ala Muhammad Sunjaya

Teater adalah bagian dari kehidupan. Sesuatu yang terjadi di panggung merupakan petikan dari kehidupan itu sendiri. Demikianlah ucapan yang dilontarkan oleh tokoh Robert yang diperankan oleh Muhammad Sunjaya (70) kepada John, yang dimainkan oleh Wrahma Rachladi Adji (33), dalam pementasan berjudul Kehidupan di Teater (A Life in The Theatre) di Gedung A Yani, Kota Magelang, Selasa (18/ 12) malam.

Kehidupan, khususnya apa yang terjadi di belakang panggung teater, ditampilkan dengan nyata oleh keduanya. Dialog yang terbangun antara tokoh actor tua Robert dan aktor muda John, menampilkan kesenjangan, yang memperlihatkan komunikasi yang ”enggak nyambung”.

Mengingat usia dan pengalamannya, Robert tentu saja ingin dianggap lebih piawai. Hal ini ditunjukkan oleh gerakannya di sepanjang adegan yang terus bergerak mondar-mandir di sekeliling John, termasuk ketika sang actor muda ini sedang berlatih untuk sebuah pementasan. Dalam dialog inilah keduanya berdikusi dan memberi penilaian terhadap pola permainan yang ada di atas panggung. Namun, tentu saja, semuanya berakhir tanpa ada satu kesepahaman.

Di satu adegan, Robert pun menyadari bahwa kata-katanya melantur. Kendatipun demikian, kesadarannya untuk berhenti berbicara tidak mampu menutupi rasa iri dan cemburunya melihat John, actor muda yang masih giat dan penuh semangat berlatih. Hal ini terungkap dari kata-katanya, ”Ah, kau anak muda, racun dunia yang manis…”

Panggung teater adalah panggung kehidupan, yang komplet menampilkan awal dan akhir, pagi hingga malam. Maka ditutuplah pementasan ini dengan Muhammad Sunjaya yang melepas bajunya satu demi satu. Dengan hanya berpakaian dalam, aktor senior ini pun berteriak-teriak mengucapkan selamat malam dan mengatakan bahwa inilah waktunya untuk beristirahat.

Kehidupan di Teater merupakan naskah yang ditulis oleh David Mamet (1947), seorang aktor, penulis naskah, dan sutradara Amerika. Pementesan oleh Manteater Bandung dan Actors Unlimited ini didedikasikan untuk Muhammad Sunjaya yang tahun ini merayakan usia ke-70. (Regina Rukmorini)

C. Tutuplah teks tersebut, kemudian ungkapkan kembali dengan kalimat Anda sendiri! Gunakan lafal yang baik!

Dalam dokumen Bahasa indonesia Jarot mardiyanto (Halaman 88-92)